2.2 Epidemiologi
Epidemiologi Gangguan Kognitif
Dalam survei cross-sectional dilaksanakan di negara berpenghasilan rendah
menengah dari enam negara di Amerika Latin; Kuba, Republik Dominika, Peru,
Meksiko, Venezuela, Puerto Rico, serta Cina, dan India, lebih dari 15.000 orang tua tanpa
demensia menyelesaikan penilaian standar kesehatan mental dan fisik dan fungsi kognitif
mereka. Wawancara dengan kerabat dan wali memberikan rincian lebih lanjut mengenai
penurunan kognitif peserta dan tentang gejala neuropsikiatri. Akhirnya, mereka
menggunakan metode statistik untuk menganalisis prevalensi, distribusi, dan dampak dari
MCI dalam delapan negara berpenghasilan rendah menengah tersebut. Para peneliti
melaporkan bahwa MCI dikaitkan dengan cacat, kecemasan, apatis, dan lekas marah tapi
tidak dengan depresi dan bahwa prevalensi MCI berkisar dari 0,8 % di China menjadi 4,3
% di India. Analisis lain menunjukkan bahwa, dianggap di semua delapan negara, lakilaki memiliki prevalensi sedikit lebih tinggi daripada wanita MCI.12
Epidemiologi Gangguan Kognitif pada Lanjut Usia
Di Inggris prevalensi gangguan kognitif untuk orang tua berusia 75 tahun ke atas
adalah 18,3% (14,3% untuk laki-laki dan 20,9% untuk perempuan).13
Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa prevalensi gangguan kognitif ringan,
ditandai dengan gangguan kognitif tanpa gangguan dari kemampuan untuk melaksanakan
aktivitas sehari-hari, adalah 19% di antara orang-orang yang lebih muda dari 75 tahun
dan 29% di antara mereka 85 tahun atau lebih. Diantara orang dengan gangguan kognitif
ringan, sekitar 30% mengalami gangguan kognitif ringan amnestik, ditandai dengan
memori abnormal untuk usia tapi normal fungsi kognitif umum.14
Prevalensi yang ditunjukkan pada laki-laki dan perempuan meningkat tiap 5
tahunnya setelah usia 65 tahun. Demensia kebanyakan penyakit orang tua, tetapi 2%
darinya dialami oleh mereka yang berusia dibawah 65 tahun. Sedangkan pada negara
berkembang jumlah orang tua akan meningkat menjadi 200% dibandingkan pada negara
maju pada tahun 2020. Pada prevalensi baru yang dipublikasikan tahun 2008
mengungkapkan bahwa penaksiran yang dipaparkan mengarah kepada penaksiran yang
terlalu rendah pada prevalensi dan jumlah orang-orang yang mengalami demensia pada
negara maju.15
Dari hasil data epidemiologi mengungkapkan bahwa prevalensi terhadap
kecenderungan demensia pada negara berkembang lebih rendah dibandingkan dengan
negara maju. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan kemampuan bertahan hidup
orang-orang di negara berkembang lebih rendah dibandingkan orang-oranng di negara
maju.15
2.3 Patofisiologi
Terdapat beberapa teori-teori proses menua dalam Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri
(Ilmu Kesehatan Lanjut Usia) Edisi ke-4 Tahun 2009, sebagai berikut 11:
1.
tertentu. Tiap species mempunyai didalam nuclei (inti selnya) suatu jam genetik yang
telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi sel bila tidak berputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita
berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau
penyakit akhir yang katastrofal. Konsep genetik clock didukung oleh kenyataan bahwa
ini merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa species terlihat adanya
perbedaan harapan hidup yang nyata. (misalnya manusia; 116 tahun, beruang; 47 tahun,
kucing 40 tahun, anjing 27 tahun, sapi 20 tahun). Secara teoritis dapat dimungkinkan
memutar jam ini lagi meski hanya untuk beberapa waktu dengan pangaruh-pengaruh dari
luar, berupa peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit atau tindakan-tindakan
tertentu.11
Usia harapan hidup tertinggi di dunia terdapat dijepang yaitu pria76 tahun dan
wanita 82 tahun (WHO, 1995). 11
Pengontrolan genetik umur rupanya dikontrol dalam tingkat seluler, mengenai hal
ini Hayflck (1980) melakukan penelitian melalaui kultur sel ini vitro yang menunjukkan
bahwa ada hubungan antara kamampuan membelah sel dalam kultur dengan umur
spesies. 11
Untuk membuktikan apakan yang mengontrol replikasi tersebut nukleus atau
sitoplasma, maka dilakukan trasplantasi silang dari nukleus. Dari hasil penelitian tersebut
jelas bahwa nukleuslah yang menentukan jumla replikasi, kemudian menua, dan mati,
bukan sitoplasmanya (Suhana, 1994).11
2. Mutasi Somatik (Teori Error Catastrope)
Salah satu bukti yang ditemukan ialah bertambahnya prevalensi auto antibodi
bermacam-macam pada orang lanjut usia (Brocklehurst, 1987).11
Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan
pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel
kanker leluasa membelah-belah. Inilah yang menyebabkan kanker yang meningkat sesuai
dengan meningkatnya umur (Suhana, 1994).11
Radikal bebas (RB) dapat terbentuk di alam bebas, dan di dalam tubuh jika fagosit
pecah, dan sebagai produk sampingan di dalam rantai pernapasan di dalam mitokondria
(Oen, 1993). Untuk organisme aerobik, RB terutama terbentuk pada waktu respirasi
(aerob) di dalam mitokondria, karena 90% oksigen yang diambil tubuh, masuk ke dalam
mitokondria. Waktu terjadinya Waktu terjadi proses respirasi tersebut oksigen dilibatkan
dalam mengubah bahan bakar menjadi ATP, melalui enzim-enzim respirasi di dalam
mitokodria, maka radikal bebas (RB) akan dihasilkan sebagai zat antara. RB yang
terbentuk tersebut adalah: superoksida (O2), radikal hidroksil (OH), dan juga peroksida
hidrogen (H2O2). RB bersifat merusak, karena sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi
dengan DNA, protein, asam lemak tak jenuh, seperti dalam membran sel, dan dengan
gugus SH.11
Tubuh sendiri sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menangkal RB, dalam
bentuk enzim seperti:
1.
Superoxide dismutase (SOD), yang berunsur Zn, Cu dan juga Mn. Enzi mini
penyakit degeneratif pada para lanjut usia dapat lebih jelas dilihat pada gambar di bawah
ini (Boedhi-Darmojo, 2001). 11
Faktor Risiko
Penyakit Degeneratif
Tekanan Darah
Penyakit Jantung
Merokok
Stroke
Dislipidemia
Hipertensi
Makanan Tidak Tepat
Demensia
Glukosa
Diabetes Melitus
INTI
Kepribadian / stres
Kanker
Aktivitas fisik
Osteoporosis
Alkohol
Penyakit Liver
Lingkungan
Gagal Ginjal
Kebersihan Mulut
Penyakit Pernapasan
Gambar 1. Hubungan antara faktor risiko dengan penyakit degeneratif pada para
lanjut usia11
Faktor risiko penyakit degeneratif seringkali bersamaan sehingga memungkinkan
terjadinya banyak penyakit pada satu penderita (multi-patologi). Faktor risiko tadi
haruslah dicegah dan dikendalikan. 11
Berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10% pada penuaan antara umur 30
sampai 70 tahun. 11
Tabel 1. Berbagai perubahan anatomik/ fisiologik akibat proses menua dan akibat
patologiknya pada SSP11
Perubahan Morfologik
Makroskopis:
Perubahan Fungsional
Keadaan Patologis
Tanggapan intelektual, agilitas Peurunan cadangan intelektual
daya
pemikiran Predisposisi
menghilang. konfusio
keadaan
akut
Demensia
Histologik:
setempat tonjolan dendrit di Memori jangka pendek dan normal. Terjadi lebih dini dan
neuron
hilang,
intensitas
ke
tinggi
perubahan
dan bdan sel. Secara progresif dalam memandang persoalan, disorientasi, mental, tingkah
terjadi
fragmentasi
terjadi
dan senile).
deposit
lipofuchin
di
sitoplasma,
RNA,
mitokondria
dan
degenerasi melambat.
granulovakuole
Gangguan
Berbagai
terjadi
dengan juga
meningkat
daya
antigravitasi,
pada keseimbangan
degemeratif
frekuensi
ketepatan
dan
gerakan
konduksi
saraf
terdapat tahun).
Demensia multi-infark.
Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi kognitif dapat bersifat fisiologis atau
yang disebabkan oleh penuaan normal maupun dapat bersifat patologis. Penurunan
kognitif yang disebabkan oleh " penuaan normal " merupakan penyumbang utama
terhadap defisit kognitif secara keseluruhan pada lansia dan proses yang menunjukkan
perbedaan antar dan intra - individu substansial. Kemampuan kognitif dan penurunan
dengan usia dipengaruhi oleh variasi genetik yang dapat bertindak secara independen
atau melalui epistasis / interaksi gen-lingkungan. Selama empat belas tahun terakhir
penelitian genetik bertujuan untuk mengidentifikasi polimorfisme yang bertanggung
jawab untuk fungsi kognitif tinggi dan penuaan kognitif sukses.17
Sedangkan perubahan patologis pada penuaan di negara maju dikaitkan dengan
perubahan dalam sistem vaskular yang mengakibatkan aterogenesis, peningkatan tekanan
nadi dan peningkatan risiko penyakit pembuluh darah sebagai akibat dari efek langsung
pada sistem vaskular (misalnya, hipertensi arteri dan vaskulitis) atau tidak langsung efek
metabolik dan hemodinamik sekunder untuk gangguan lain (misalnya, diabetes, gagal
jantung kongestif dan obesitas). Penyakit pembuluh darah dapat mengurangi perfusi otak,
menyebabkan stres oksidatif dan neurodegeneration. Penyakit pembuluh darah juga telah
dilaporkan untuk mempercepat atrofi dan mengakibatkan kelainan white matter, infark
tanpa gejala, peradangan dan metabolisme glukosa berkurang, aliran darah otak dan
kepadatan pembuluh darah. Mekanisme penyakit pembuluh darah dan faktor risiko
menyebabkan penyakit dan bagaimana perubahan tersebut berdampak fungsi kognitif
yang tidak sepenuhnya dipahami, tetapi diperkirakan tergantung pada usia, penyakit co morbiditas, gaya hidup dan genetik kerentanan dan predisposisi.18
Semua bentuk demensia adalah dampak dari kematian sel saraf dan/atau
hilangnya komunikasi antar sel-sel ini.Otak manusia sangat kompleks dan banyak faktor
yang dapat mengganggu fungsinya.Beberapa penelitian telah menemukan faktor-faktor
ini namun tidak dapat menggabungkan faktor ini untuk mendapatkan gambaran yang
jelas bagaimana demensia terjadi.
Pada demensia vaskular, penyakit vaskular menghasilkan efek fokal atau difus
pada otak dan menyebabkan penurunan kognitif.Penyakit serebrovaskular fokal terjadi
sekunder dari oklusi vasklar emboli atau trombotik. Area otak yang berhubungan dengan
penurunan kognitif adalah substansia alba dari hemisfer a serebral dan nuclei abu-abu
dalam, terutama striatum dan thalamus.
Langkah abnormal
Konsentrasi berkurang
Perubahan visuospasial
Defisit pada fungsi eksekutif
Sering atau inter kontinesia urin
tanpa provokasi yang nyata (Menangis dan tertawa yang tidak sesuai)
Berhalusinasi23
Diperkirakan sekitar 20 - 30 % pasien dengan demensia memiliki halusinasi, dan 30
umum adalah depresi, apatis, kecemasan dan mudah tersinggung.24 Dari studi lain
melaporkan bahwa sekitar 85% dari pasien MCI memiliki beberapa gejala neuropsikiatri
dievaluasi dengan NPI dan gejala yang paling umum adalah depresi, diikuti oleh
kecemasan.25
Perbandingan gejala antara orang lanjut usia dengan Mild Cognitive Impairment
(MCI) dan Normal Imaging (NC) pada komunitas di Cina didapatkkan agitasi (5,1% vs
1,8%), apatis (15,2% vs 7,6%), dan lekas marah (8% vs 4,2%), gejala lebih umum
ditemukan pada subyek dengan MCI. Perilaku malam hari (16,1%), depresi (14,6%),
apatis (15,2%), dan kecemasan (12,5%) adalah gejala yang paling umum di antara orang
dengan MCI.26
Pasien dengan demensia vaskular mempunyai gejala-gejala neurologis tambahan
seperti sakit kepala, kepala terasa ringan, kelemahan, tanda deficit neurologis fokal
2.5 Diagnosis
-
MoCA menilai 7 daerah kognitif dan termasuk daerah yang tidak di nilai oleh MMSE
seperti executive function and abstraction. Pada skor MoCA 26 atau kurang di anggap
sebagai MCI.
fungsi
eksekutif
(yaitu
merencanakan,
C. Tanda dan gejala neurologis fokal (contoh, refleks tendo dalam yang berlebihan,
respons plantar ekstensor, pseudobulbar palsy, abnormalitas cara berjalan, kelemahan
pada satu ekstremitas) atau bukti laboratorium yang mengindikasikan adanya
penyakit serebrovaskular (contoh, infark multipel yang melibatkan korteks dan
substansia alba di bawahnya) yang dianggap secara etiologi berkaitan dengan
gangguan tersebut.
D. Defisit tidak terjadi hanya pada saat delirium
Kode berdasarkan gambaran yang dominan:
Dengan delirium: bila delirium terjadi bersamaan dengan demensia
Dengan waham: bila waham merupakan gambaran yang dominan
Dengan mood depresif: bila mood depresif (termasuk gambaran yang memenuhi
kriteria gejala yang lengkap episode depresif mayor) merupakan gambaran yang
dominan. Tidak perlu dibuat diagnosis gangguan mood akibat kondisi medis umum
secara terpisah.
Tanpa penyulit: bila tidak ada salah satu gambaran di atas yang mendominsi
presentasi klinis saat ini.
Geriatri didiagnosis MCI berdasarkan kriteria Petersen pada evaluasi klinis yang
termasuk grafik ulasan lengkap, riwayat, pemeriksaan fisik, penilaian aktivitas dasar dan
instrumental hidup sehari-hari, tes darah, CT-Scan, serta hasil dari tes skrining kognitif. 29
2.6 Pemeriksaan
Demensia ditandai oleh adanya gangguan kognisi, fungsional, dan perilaku,
sehingga terjadi gangguan pada pekerjaan, aktivitas harian dan sosial. Diagnosis
demensia ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan neuropsikologis.
Anamnesa/wawancara meliputi penyakit [akut/perlahan], perjalanan penyakit [stabil,
progresif, membaik], usia awitan, riwayat medis umum dan neurologist, perubahan
neurobehaviour, riwayat psikiatri, riwayat yang berhubungan dengan etiologi [seperti
pengobatan terutama pemakainan kronis obat anti depresan dan narkotika perlu diketahui.
Riwayat Keluarga Riwayat demensia, gangguan psikiatri, depresi, penyakit Parkinson,
Sindrom Down, dan retardasi mental. Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan medis
umum sebagaimana yang dilakukan dalam praktik klinis. Pemeriksaan Fisik Umum
terdiri dari pemeriksaan medis umum sebagaimana yang dilakukan dalam praktik klinis.10
Pemeriksaan Neurologis
Adanya tekanan intrakranial yang meningkat, ganggaun neurologis yang fokal,
misalnya: gangguan berjalan, gangguan motorik, sensorik, otonom, koordinasi, gangguan
penglihatan, pendengaran, keseimbangan. Tonus, otot, gerakan abnormal/apraksia, dan
adanya reflex patologis dan primitive.10
Pemeriksaan Neuropsikologis
Skrining profesional untuk depresi juga dianjurkan untuk kelompok berisiko
tinggi. Depresi sering bersamaan dengan penyakit pembuluh darah otak dan dapat
berkontribusi untuk gejala penurunan fungsi kognitif.
Montreal Cognitive Assessment (MoCA) adalah alat skrining kognitif singkat
yang memberikan indikasi cepat dari kognitif individu secara global. Ini adalah alat
dalam format kertas dan pensil, disusun oleh uji satu halaman, yang membutuhkan waktu
administrasi singkat dan oleh pengguna secara eksplisit menjelaskan petunjuk untuk
mengelola tugas dan menggambarkan secara obyektif sistem penilaian yang ditetapkan.
MoCA ini mencakup berbagai fungsi kognitif seperti memori jangka pendek, fungsi
eksekutif, kemampuan visuospatial, bahasa, perhatian, konsentrasi, memori kerja, dan
orientasi temporal dan spasial. Memori jangka pendek (5 poin) yang diuji dengan
mengingat kembali lima kata benda yang dipelajari sebelumnya dalam dua percobaan.
Fungsi eksekutif (4 poin) dievaluasi oleh tugas alternatif yang diadaptasi dari pembuatan
tugas percobaan B, tugas kefasihan fonemis, dan dua tugas abstraksi verbal.
Keterampilan visuospatial (4 poin) yang dinilai dengan menyalin kubus tiga dimensi dan
tugas menggambar jam -gambar (kontur, angka, dan tangan). Bahasa (5 poin) diuji
dengan penamaan tiga binatang - keakraban rendah, mengulangi tepat dua kalimat
sintaksis yang kompleks, dan dengan kelancaran tugas fonem yang disebutkan di atas.
Perhatian, konsentrasi, dan memori kerja (6 poin) dinilai menggunakan angka maju dan
mundur, tugas perhatian terus-menerus, dan tugas pengurangan serial. Akhirnya, waktu
orientasi (4 poin) yang diuji dengan meminta subjek tanggal, bulan, tahun, dan hari,
sedangkan orientasi ruang (2 poin) yang diuji dengan meminta subjek dalam dimana
tempat dan kota mereka berada di (Nasreddine et al. , 2005). Sebuah skor MoCA
diperoleh dengan menambahkan poin dari setiap tugas berhasil diselesaikan, dalam
rentang dari 0 sampai 30 poin, dengan skor yang lebih tinggi menunjukkan kinerja
kognitif yang lebih baik.30
Montreal Cognitive Assessment (MoCA) tampaknya menjadi alat skrining yang
lebih baik daripada MMSE untuk MCI pada populasi dengan risiko vaskular. (Tabel.4)
SMMSE
MoCA
Orientasi
Orientasi
Registrasi
Abstraksi
Recall
Recall
Bahasa
Bahasa
Visuospatial function
Visuospatial function
Executive function
Dari 913 orang di Jepang berusia 65-84 tahun mengikuti pemeriksaan kesehatan
di Tokyo, 2011. Mereka yang skor Japanese version of Montreal Cognitive Assessment
(Moca-J) <26 di dibagi menjadi 2 subkelompok, (A) peserta independen kegiatan
Instrumental Activities of Daily Living (IADL) dan tidak ada keluhan memori dan (B)
peserta independen IADL dengan keluhan memori atau sebagian tergantung pada IADL
dengan / tanpa keluhan memori. Mereka dengan 26 di Moca-J dan subkelompok (A)
dari MCI adalah normal controls (NCs, 57,4%), dan subkelompok (B) dari MCI adalah
operational MCI (O-MCI), 36,5%.32
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium, pencitraan otak,
CT scan kepala
Lesi preventrikuler dan substansia alba luas: patchy atau difus simetris dengan
atenuasi rendah [densitas menengah antara subs alba dan likour dalam ventrikel]
dengan pinggir yang tidak tegas yang meluas ke centrum semiovale dan paling sedikit
satu infark lakuner, disertai hal berikut: Tidak ditemukan infark diteritori non lakuner
di kortikal, kortiko subkortikal dan infark watershed, perdarahan yang menunjukan
adanya penyakit pembuluh darah besar, tanda dari hidrosefalus tekanan normal dan
penyebab spesifik substansia alba [multiple sclerosis, sarkoidosis, pasca radiasi otak].
Baru-baru ini telah ditunjukkan bahwa pasien dengan pertama kalinya infark
lacunar menunjukkan penurunan kognitif pada lebih dari separuh kasus, dengan 55%
yang buruk dalam semua domain kognitif kecuali kemampuan visuospatial (p <0,05).
Ras tidak memodifikasi asosiasi ini.34
2.7 Penatalaksanaan
Belum ada pengobatan yang spesifik tentang pengobatan dan penyembuhan untuk
vascular cognitive impairment. Mencegah penyakit yang diderita dapat menghambat
terjadinya gangguan kognitif. Yaitu dengan cara mengontrol tekanan darah, mengontrol
jumlah kolesterol, atrial fibrillation, heart desease dan diabetes. Melakukan diet yang
seimbang dan menghindari merokok dapat mengurangi pecahnya pembuluh darah dalam
otak khusunya bagi pasien stroke.35
Suatu penelitian menyarankan untuk memberi pengobaan seperti untuk mengobati
Alzheimers disease. Obat Alzheimers desease sama efektifny untuk mengobati vascular
cognitive impairment. Obat tersebut dapat memperbaiki memori, berpikir, dan
berperilaku tetapi tidak dapat mengobati penyakit atau mencegah kerusakan akibat
penyakit. Obat-obatnya yaitu cholinesterase inhibitors (donepezil, rivastigmine dan
galantamine) dan memantine.35
Tetapi suatu riset lain melakukan peelitian untuk membandingkan obat mana yang
bagus untuk mengobati vascular cognitive impairment. Obat yang diteliti adalah
acetylcholinesterase inhibitors (donepezil, galantamine, dan rivastigmine) dan N-methyld-aspartate (NMDA) receptor antagonists (memantine) secara placebo. Studi tersebut
menghasilkan bahwa acetylcholineterase inhibitor dan NMDA reseptor antagonis secara
umum dapat menjadi obat untuk pasien vaskular dementia dan vascular cognitive
impairment. Yang paling efektif adalah donepezil dan galantamine.36
2.8 Prognosis
Kami menemukan peningkatan risiko kematian yang sekitar 1,5 kali lebih tinggi untuk
individu dengan MCI bila kemampuan kognitif lebih dari 1,5 standar deviasi di bawah
rata-rata usia-dan pendidikan-cocok kontrol yang diperlukan dan kriteria keluhan kognitif
dikecualikan. Pria berada di sekitar 40% peningkatan risiko kematian. Risiko juga
meningkat dengan usia sekitar 8% per tahun.37
Durante et. al., dalam studi berbasis populasi Brasil, melaporkan tingkat ketergantungan
untuk Basic Activities of Daily Living (BADL) di kalangan orang tua dengan gangguan
kognitif 38,7 % dan di kalangan orang tua tanpa gangguan kognitif 18,5 %.
Ketergantungan untuk Instrumental Activities of Daily Living (IADL), tingkat prevalensi
diperkirakan adalah 97,6 % di kalangan orang tua dengan gangguan kognitif dan 64,1 %
di kalangan orang tua tanpa gangguan kognitif, menunjukkan bahwa lansia menghadirkan
gangguan kognitif dan membutuhkan lebih banyak bantuan.6
Hasil dari pelajaran cognitively impaired not demented (CIND) di Canadian Cohort
Study tentang gangguan kognitif dan berhubungan dengan demensia. Dari 146 pasien
CIND dengan follow up 2-tahun data yang tersedia, 49 (34%) berkembang menjadi
demensia, sementara 20 (14%) pulih menjadi not cognitively impaired (NCI).38
B. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijelaskan maka dibentuk kerangka teori
penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
Usia 56 tahun
keatas
Proses menua
Fisiologis
Psikologis
Sosial
Ekonomi
Adaptasi terhadap
perubahan
Mengalami Gangguan
Kognitif
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan fokus penelitian yang akan diteliti, kerangka
konsep ini terdiri dari variable bebas (independent) dan variabel tergantung (dependent).
Adapun kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel Bebas
Variabel Tergantung
Gangguan Kognitif
Hipertensi
Diabetes melitus
Dislipidemia
Riwayat penyakit stroke
Keterangan:
: Variabel diteliti
: Variabel tidak diteliti
D.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep tersebut, maka hipotesis penelitian
ini yaitu terdapat gangguan kognitif ada orang berusia 56 tahun keatas.
DAFTAR PUSTAKA
9. Dorland. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 28. Jakarta: EGC
10. Machfoed, Moh Hasan. Hmadan, M. Machin, Abdulloh. RI, Wardah. 2011.Buku ajar
ilmu penyakit saraf. Airlannga University Press).
11. Martono, H. Hadi, Pranarka, Kris ed. 2009. Buku Ajar Boedhi-DarmojoGeriatri (Ilmu
Kesehatan Lanjut Usia). Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
12. Sosa, A. L., Albanese, E., Stephan, B.C., Dewey, M., Acosta, D., & al., e. (2012).
Prevalence, Distribution, and Impact of Mild Cognitive Impairment in Latin America,
China, and India; A 10/66 Population-Based Study. Plos Medicine 9.2.
13. Yu-Hui Yao Rui-Fang Xu Hui-Dong Tang Guo-Xin Jiang Ying Wang Gang Wang
Sheng-Di Chen Qi Cheng. Cognitive Impairment and Associated Factors among the
Elderly in the Shanghai Suburb: Findings from a Low-Education Population.
Neuroepidemiology 2010;34:245252. DOI: 10.1159/000297751.
14. Small, Gary W; Kepe, Vladimir; Ercoli, Linda M; Siddarth, Prabha; Bookheimer,
Susan Y; et al. (2006). PET of Brain Amyloid and Tau in Mild Cognitive Impairment.
The New England Journal of Medicine 355.25 , 2652-63.
15. Hernanta, Iyan. 2013. Ilmu Kedokteran Lengkap tentang Neurosains. Jogjakarta: DMedika (Anggota IKAPI).
16. National Colaborating Centre for Mental Health, 2007. Dementia, The British
Psychological Society and Gaskell, pp. 134-143.
17. Payton, A. (2009). The Impact of Genetic Research on our Understanding of Normal
Cognitive Ageing: 1995 to 2009. Neuropsychol Rev , 19: 451-477.
18. Stephan, B. C., Matthews, F. E., Khaw, K.-T., Dufouil, C., & Brayne, C. ( 2009).
Beyond mild cognitive impairment: vascular cognitive impairment, no dementia
(VCIND). Alzheimers Res Ther , 1:4 doi:10.1186/alzrt4.
19. Alzheimers society. What is vaskular dementia.www.alzheimers.org.uk
20. Brust, J.C.M. (2008). Current Dagnosis and Treatment: Neurology. McGraw-Hill
Companies, Inc. Singapore.
21. Alagiakrishnan, K., Masaki, K. (2010 Apr 2). eMedicine from WebMD:
VascularDemenTia. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/292105overview.
22. Anonymus (2007). Medscape from WebMD today: Clinical Differences Among Four
Common
Dementia
Syndromes:
http://medscape.com/viewarticle/564627_3.
Vascular
Dementia.
Diunduhdari
23. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Delirium, dementia, amnestic and
cognitive
disorders.
Kaplan
&SadocksSynopsis
of
Prychiatry:
Behavioral