Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Metode Fractile
A. Pengenalan
Metode Fractile adalah suatu metode sederhana yang cocok (menurut kami) untuk
diaplikasikan dalam bidang Geoteknik. Dimana data tanah yang diperoleh adalah sangat
sedikit padahal belum tentu data tanah yang diperoleh tersebut sudah mewakili kondisi tanah
sebenarnya dilapangan. Sehingga dilakukan pemilihan nilai data lain dengan beberapa asumsi
yang digunakan. Asumsi yang dipilih dalam aplikasi perhitungan geoteknik adalah dimana
data tersebut memiliki kegagalan pendesainan antar 0% - 15%. Sehingga nantinya akan
terdapat lebih dari 1 nilai yang digunakan sebagai acuan pertimbangan dalam pendesainan.
Dalam buku Analyzing Uncertainty in civil engineering juga sedikit mengulas
penggunaan metode Fractile untuk menganalisa data tanah yang minim untuk mengetahui
slope stability melalui nilai sudut geser dalam tanah dan nilai c pada tanah. Selain untuk
aplikasi di bidang Teknik Sipil, metode ini juga dilakukan untuk bidang ekonomi karena
dianggap memiliki estimasi yang lebih teliti dan bila fungsi regresi yang akan dianalisa
dianggap sulit pada saat covariates untuk dua populasi memiliki distribusi yang berbeda. (On
Fractile Regression, univ.of Michigan and Indian Statistical Institute) Selain itu metode ini
juga digunakan untuk mensimulasi Non-Gaussian Procces dengan menggunakan distribusi
Fractile (Kok-Kwang Phoon,Ser-Tong Quek, Hongwei Huang (2003). Penulis belum
memperoleh gambaran jelas tentang definisi Fractile method karena selain bidang bahasan
yang ditemukan melalui literature search engine internet sangat minim kususnya untuk
bidang Geoteknik, juga disebabkan lebih banyaknya kata-kata Fractal metode yang sering
dibahas secara terperinci sedangkan penulis belum bisa memastikan apakah Fractal adalah
sama dengan Fractile method.
Page 1
Page 2
6 meter
Page 3
10
20
30
40
10
15
B-1
20
B-2
B-3
25
30
35
40
45
Page 4
SPSS
Tabel
df
5%
2%
Lapis 1
16.28571
16.919
19.679
Lapis 2
9.142857
3.841
5.421
Lapis 3
Komentar
Normal
tdk Normal
Normal
Lapis 4
Normal
Tabel 2. Analisa Distribusi normal dengan metode Chi square pada titik B2
B2 (jumlah data 28)
Tabel
lapisan
SPSS
df
5%
2%
Komentar
Lapis 1
10.5
12.592
15.033
Normal
Lapis 2
9.285714286
15.507
18.168
Normal
Lapis 3
2.285714286
3.841
5.421
Normal
Lapis 4
3.841
5.421
tdk normal
Lapis 5
3.428571429
9.488
11.668
Normal
Tabel 3. Analisa Distribusi normal dengan metode Chi square pada titik B3
B3 (jumlah data 28)
Tabel
lapisan
SPSS
df
Komentar
5%
2%
Lapis 1
3.841
5.421
Lapis 2
0.214285714
9.488
11.668
Normal
Lapis 3
3.714285714
7.815
9.837
Normal
Lapis 4
2.285714286
3.841
5.421
Normal
Lapis 5
Lapis 6
15.507
tdk normal
Normal
18.168
Normal
Dari hasil Tabel 1, 2 dan 3 dapat dilihat bahwa hampir semua data nilai Cu
merupakan data Normal sehingga dapat dianalisa mengikuti distribusi normal. Namun
ada 3 data yang tidak Normal yang disebabkan oleh rentang nilai data yang terlalu
jauh sehingga untuk menormalkan data tersebut maka dilakukan pembagian data lagi
sehingga pada Lapis 2 titik B1 dibagi menjadi 2 bagian, begitu juga pada Lapis 4 titik
B2 dan Lapis 1 Titik B3. Namun pada tugas ini, data tersebut diasumsikan normal
mengingat hanya sebagian kecil data saja yang tidak mengikuti distribusi normal.
Hasil perhitungan analisa distribusi Normal dengan program bantu SPSS dapat dilihat
pada Lampiran 2.
b. Ambil Harga-harga Cu secara acak (random) untuk masing-masing lapisan tanah.
Diasumsikan disini nilai-nilai cu adalah betul-betul independent atau tidak
bergantung dari lapis satu ke lapis lainnya. Hitung safety Factor sejumlah data. Dari
data yang ada,terdapat sedikit masalah dengan jumlah data dimana untuk perhitungan
monte carlo. Dimana jumlah data monte carlo yang diijinkan adalah lebih besar dari
Metode Fractile dan Monte Carlo
Page 5
SPSS
df
5%
2%
Komentar
B1
15.714
11
19.675
22.618
Normal
B2
4.857
19
30.144
33.687
Normal
B3
20.217
7.815
9.837
tdk Normal
Dari Hasil analisa pada Tabel 4, titik B2 bukan merupakan data Normal sehingga
tidak bisa dihitung menggunakan distribusi Normal. Namun dalam tugas ini, data
tersebut diasumsikan normal sehingga perhitungan Peluang kelongsoran dengan
menggunakan hukum Normal. Adapun rumusan Failure Probability adalah sebagai
berikut.
SF SF 1 SF
Pr Pr ob SF 1 Pr ob
SF
SF
Page 6
Mean
Standar
Deviasi
1 SF
SF
Hasil Tabel
B1
0.73
0.1846927
1.46188747
0.9279
0.0721
B2
0.678429
0.2691698
1.19467853
0.883
0.117
B3
0.713214
0.0361994
7.92238781
0.9999997
3E-07
Dari hasil perhitungan pada Tabel 5, diketahui nilai Prosentase terjadinya keruntuhan
pada timbunan. Timbunan yang dibangun diatas tanah area B1 memiliki prosentase
keruntuhan sebesar 7.21 %, pada area B2 11.7 % dan Pada B3 memiliki prosentase
keruntuhan yang sangat kecil sekali. Hasil analisa distribusi Normal terhadap nilai
SFmin dengan menggunakan program bantu SPSS dapat dilihat pada Lampiran 4.
D. Aplikasi dalam bidang Geoteknik (Fractile)
Seperti halnya pada poin C, dengan data dan kondisi dimensi timbunan yang
sama kemudian dilakukan analisa statistik dengan menggunakan metode Fractile.
Disini kita menghitung kestabilan dari sebuah timbunan dengan menggunakan
kombinasi dari harga-harga rata-ratanya dan standard deviasi, untuk undraine
cohesion (Cu). Sebelum dilakukan analisa statistik terlebih dahulu dilakukan
pengolahan data Cu, dimana dalam tugas ini data Cu diambil pada tiap 1 meter
kedalaman. Karena masing-masing titik memiliki kedalaman tanah lunak sebesar 40
meter, maka masing-masing titik memiliki data Cu sebanyak 40. Namun, untuk
perhitungan dengan metode ini dilakukan perlayer sesuai dengan jenis tanahnya.
Sehingga data Cu yang diolah adalah nilai Cu rata-rata perlayer/per jenis tanah yang
sama. Perhitungan rata-rata nilai Cu untuk setiap jenis tanahnya pada masing-masing
titik bor dapat dilihat pada Lampiran 5.
Pada metode ini, perhitungan nilai SF dilakukan dengan beberapa kombinasi
nilai Cu. Adapun kombinasi yang dilakukan adalah:
Cu tanpa dikombinasi,
Cu -
untuk (t) = 85 %,
Cu (1.28 )
untuk (t) = 90 %,
Cu (1.65
untuk (t) = 95 %,
Nilai Cu yang akan diolah untuk memperoleh nilai SF dengan metode ini dapat dilihat
pada Tabel 6, 7 dan 8. Dimana Tabel 6 merupakan nilai Cu yang akan diolah untuk
Titik B1, Tabel 7 untuk Titik B2 dan Tabel 8 Untuk titik B3.
Page 7
Cu
Cu- cu
cu
Cu- 1.28cu
Cu- 1.65cu
1 - 28 meter
1.389286
0.393784
0.995501
0.885241708
0.739541488
29-33 meter
18.5
3.354102
15.1459
14.20674948
12.96573176
34-35 meter
20
20
20
20
36-37 meter
20
20
20
20
Tabel 7. Nilai Cu yang akan diolah untuk memperoleh nilai SF pada titik B2.
B2
Kedalaman
Cu
1.3
1-9 meter
Cu- cu
cu
10-21 meter
3.85
22-24 meter
1.8
25-28 meter
1.775
29-41 meter
7.325
0.634429
Cu- 1.28cu
Cu- 1.65cu
0.665571
0.487931037
0.253192353
1.24645
2.60355
2.254544636
1.79335832
0.173205
1.626795
1.578297497
1.514211617
0.05
1.725
1.711
1.6925
3.959522
3.365478
2.256812158
0.79178911
Tabel 8. Nilai Cu yang akan diolah untuk memperoleh nilai SF pada titik B3.
B3
Kedalaman
Cu
Cu- cu
cu
Cu- 1.28cu
Cu- 1.65cu
1-4 meter
1.05
0.1
0.95
0.922
0.885
5-9 meter
2.34
0.626897
1.713103
1.537571685
1.305619751
10-15 meter
3.216667
0.116905
3.099762
3.067028882
3.02377421
16-18 meter
3.666667
0.23094
3.435727
3.371063329
3.285615489
3.8
3.8
3.8
7.235097
6.364196983
5.213364719
3.8
19
20-41 meter
10.34545
3.110357
Data yang ada dalam Tabel 6, 7 dan 8 tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan
nilai safety factor dengan menggunakan program Xstabel. Running/ proses pengolahan data
Xstabel untuk satu nilai Cu dilakukan secara berulang-ulang untuk memperoleh nilai safety
factor yang tersendah dari data tanah tersebut. Hasil running program Xstabel dapat diliha
pada Tabel
Tabel 9. Nilai Safety factor dari masing-masing titik bor.
B1
Cu
Cu- cu
Cu- 1.28cu
Cu- 1.65cu
0.728
0.54
0.491
0.411
B2
Cu
Cu- cu
Cu- 1.28cu
Cu- 1.65cu
0.69
0.376
0.287
0.155
B3
Cu
Cu- cu
Cu- 1.28cu
Cu- 1.65cu
0.687
0.636
0.546
0.604
Page 8
Dari Tabel diatas diketahui hasil bahwa pada Titik B1 nilai SF minimal adalah 0.411
sedangkan nilai SF maksimal adalah 0.728. Maksudnya adalah untuk pendesaian perkuatan
kita boleh mengasumsikan SF adalah 0.411 dengan kurang lebih 5% terjadi sliding tetapi
dengan konsekuensi biaya pemasangan perkuatannya relatif lebih mahal. Boleh juga kita
mengasumsikan SF adalah 0.491 dengan prosentase terjadinya keruntuhan 10%, atau SF
adalah 0.54 dengan prosentase terjadinya keruntuhan adalah 15%. Sedangkan untuk menekan
biaya desain perkuatan boleh juga mengasumsikan SF= 0.728 dengan prosentase keruntuhan
adalah lebih dari 15%. Kesimpulan yang serupa juga dilakukan pada titik B2 dan B3 sesuai
dengan nilai SF yang ada di Tabel. Untuk pemilihan penggunaan nilai SF untuk pendesaian
perkuatan adalah tergantung dari keberanian dan pertimbangan lain-lain dari perencana.
Metode ini digunakan sebagai ukuran dalam mempertimbangkan suatu desain perkuatan.
Kesimpulan
Terdapat banyak perbedaan antara metode Fractile dan Metode Monte Carlo, baik
dilihat dari langkah-langkah perhitungan hingga hasil-hasil yang diperoleh.
Dilihat dari langkah perhitungan:
Metode Fractile menggunakan hanya 4 data Cu dengan prosentase kegagalan sudah
ditentukan terlebih dahulu yaitu 5%,10%,15% dan >15% sedangkan metode Monte
Carlo menggunakan lebih dari 20 data dimana hasil akhirnya yang berupa SFmin
tersebut dirata-rata baru kemudian dihitung prosentase kegagalan yang terjadi dengan
nilai rata-rata Sfmin yang diperoleh tersebut.
Proses perhitungan dengan metode Fractile lebih cepat dan mudah jika dibandingkan
dengan metode Monte Monte Carlo karena pada metode Monte Carlo perlu dilakukan
analisa Distribusi terhadap data Cu dan data Sfminimum.
Dilihat dari hasil analisa:
Page 9
TITIK
SF
KET
Monte Carlo
Mak
B1
Fractile
0.921
0.54
B2
0.491
Min
0.452
0.411
Mak
1.155
0.69
0.376
B3
0.287
Min
0.435
0.155
Mak
0.756
0.687
0.636
0.546
Min
0.728
0.679
0.604
Monte Carlo
SF
%gagal
Titik
B1
0.73
7.21
B2
0.678
11.7
B3
0.713
sangat
kecil
Fractile
SF
0.728
0.54
0.491
0.411
0.69
0.376
0.287
0.155
0.687
0.636
0.546
%gagal
>15
15
10
5
>15
15
10
5
>15
15
10
0.604
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa terdapat nilai prosentase kegagalan yang berbeda
antara 2 metode yang digunakan. Metode Monte Carlo cenderung mengganggap
prosentase kegagalan lebih kecil dibandingkan metode Fractile pada saat nilai SF
yang sama. Hal tersebut menyimpulkan bahwa metode Fractile akan lebih aman untuk
pendesaian perkuatan dibandingkan metode Monte Carlo tapi akan lebih mahal.
Page 10