01 GDL Diahnurkha 252 1 p10015 D H - 2 PDF
01 GDL Diahnurkha 252 1 p10015 D H - 2 PDF
DI SUSUN OLEH:
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.T DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH:
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. T
DENGAN
GANGGUAN
PPERSEPSI
SENSORI
HALUSINASI
Surakarta
3. Amalia Agustin, S.Kep.Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji I yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
ii
iii
iv
vii
viii
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................
15
16
19
21
25
B. Simpulan .......................................................................................... 40
C. Saran ...............................................................................................
Daftar pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
42
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar 2.1 Genogram ..................................................................
10
16
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
(auditif,
akustik)
yang
mendengung atau suara bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering
terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara
tersebut ditunjukkan pada penderita sehingga tidak jarang penderita
bertengkar dengan suara-suara tersebut. Suara tersebut dapat dirasakan
berasal dari jauh atau dekat, bahkan mungkin datang dari tiap bagian
tubuhnya sendiri. Suara bisa menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi
dapat pula berupa ancaman, mengejek, memaki atau bahkan yang
menakutkan dan kadang-kadang mendesak atau memerintah untuk berbuat
sesuatu seperti membunuh dan merusak( Yosep, 2007). Penyebab halusinasi
pendengaran secara spesifik tidak diketahui namun banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti faktor biologis, psikologis, sosial budaya dan
stressor pencetusnya adalah stress lingkungan, biologis, pemicu masalah
sumber-sumber koping dan mekanisme koping (Nasution, 2003).
Menurut (Thomas 1991 dalam Nasution, 2003) halusinasi dapat
terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti skizofrenia, depresi atau
keadaan delirium, demensia dan kondisi yang berhubungan dengan
penggunaan alkohol dan substansi lainnya. Halusinasi juga dapat dialami
sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang meliputi obat anti
depresi atau obat-obatan halusinogenik dimana pengobatan itu akan
mengakibatkan perubahan pada neurotransmiter dan reseptor dari sel-sel saraf
otak (neuron) dan interaksi zat neurokimia dopamin dan serotinin. Beberapa
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus asuahan keperawatan pada Ny. T dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. T dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keparawatan pada Ny. T dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
c. Penulis mampu menyusun intervensi keperawatan pada Ny. T dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. T dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. T dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
C. Manfaat Penulisan
1. Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman nyata
penulis dalam memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
2. Profesi Keperawatan
Sebagai
bahan
masukan
bagi
tenaga
kesehatan
lainnya
dalam
BAB II
LAPORAN KASUS
pada pagi, siang dan malam hari pada saat klien mau tidur dan pada saat
klien sendiri dengan frekuensi sering, kira-kira berlangsung selama 7 menit,
klien juga tidak merasa takut, jika suara itu muncul malah ditanggapi dan
kelihatan seperti ngomong sendiri dan tertawa sendiri. Dengan melihat
kondisi klien tersebut, keluarga hanya mendiamkannya saja dan melihat
kondisi klien yang semakin parah akhirnya keluarga membawa klien ke
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta untuk yang ketiga kalinya.
Riwayat penyakit dahulu didapatkan data sebelumnya klien pernah
dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada tgl 21 November 2012
dengan keluhan yang sama. Gangguan jiwa yang dialami klien terjadi sejak
tahun 2011. Riwayat pengobatan sebelumnya tidak berhasil karena klien
tidak teratur minum obat dan tidak tepat waktu untuk kontrol kerumah sakit
karena rumahnya jauh dan klien mengatakan malu dan merasa sendiri jarang
berinteraksi dengan orang lain dan lebih suka tiduran serta menonton televisi.
Faktor predisposisi didalam keluarganya pernah ada yang mengalami
gangguan jiwa yaitu kakak dari ayah klien. Klien mengatakan memiliki
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu bercerai dengan
suaminya. Klien mengatakan tidak teratur minum obat karena terasa pahit dan
bosan. Pengkajian faktor presipitasi didapatkan data, klien mengatakan tidak
pernah mengalami penganiayaan fisik dari siapapun.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan dengan mengkaji tanda-tanda
vital, tekanan darah klien 110/70 mmHg, nadi 93 kali per menit, suhu
36,5 oC, respirasi 22 kali per menit, untuk ukuran tinggi badan klien 157 cm
dan berat badan klien 48,5 kg. Dan hasil pengkajian keluhan fisiknya yaitu
klien tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, sesak napas dan hipertensi.
Genogram :
Keterangan :
: Laki-laki
: Tinggal 1 rumah
: Perempuan
: Garis keturunan
: Meninggal
Ny. S
: Klien
Pengkajian psikososial didapatkan dari data diatas yaitu klien
merupakan anak ke 2 dari ke 5 saudaranya. Klien tinggal bersama adik ke 3
dan ke 5 yang masih sekolah, ibunya sudah meninggal dan ayahnya menikah
lagi. Pada riwayat keluarga klien ada yang mempunyai atau mengalami
gangguan jiwa yaitu Ny. S kakak dari ayah klien.
Pengkajian konsep diri didapatkan data pada gambaran dirinya, klien
mengatakan bahwa tubuhnya sehat, klien juga menyukai anggota tubuhnya
dan tidak ada anggota tubuhnya yang tidak klien sukai. Identitas diri, klien
mengatakan
jarang mengikuti
kegiatan di
masyarakat
dan
dikaji, klien tidak mengalami gangguan, tidak ada waham, dan Ny. T
mengatakan ingin segera pulang dan bertemu keluarga di rumah. Tingkat
kesadaran Ny. T tampak bingung tetapi klien mampu menyebutkan hari atau
waktu dan orang dengan baik tanpa dibantu perawat.
Pengkajian status mental berikutnya yaitu memori jangka pendek
pada Ny.T didapatkan klien mampu mengingat kejadian selama satu minggu
terakhir dan memori jangka panjang Ny. T mampu mengingat masa lalu
karena dirinya pernah bekerja di pabrik konveksi Jakarta. Tingkat
konsentrasi, klien mampu berkonsentrasi dengan pertanyaan yang diberikan
tanpa harus diulang kembali dan klien mampu melakukan penambahan dan
pengurangan dalam berhitung. Kemampuan penilaian Ny. T mampu
mengambil keputusan yang sederhana setelah diberi sedikit penjelasan dari
perawat misalnya memilih mandi dahulu sebelum makan biar segar. Daya
tilik diri Ny. T mengatakan bahwa dirinya sadar berada dirumah sakit jiwa
dan menyadari kondisi kejiwaanya terganggu dan ingin cepat pulang.
Hasil pengkajian kebutuhan persiapan pulang didapatkan data bahwa
Ny.T mengatakan makan 3 kali sehari sesuai porsi yang diberikan di rumah
sakit, dengan menu nasi, sayur kangkung, lauk ayam dan tempe, buah pepaya
dan minum air 8 gelas per hari. Pada pengkajian defekasi, Ny. T mengatakan
BAB satu kali sehari, warna kuning kecoklatan dan berbau khas BAK lima
kali sehari, warna kuning jernih berbau khas dan dilakukan secara mandiri.
Kebutuhan mandi klien tercukupi Ny. T mengatakan mandi sehari dua kali
yaitu pagi dan sore dengan memakai sabun, gosok gigi, namun klien jarang
memakai shampo dan biasanya hanya satu minggu sekali. Dalam berpakaian
Ny. T mengatakan setelah mandi ganti pakaian yang bersih satu hari ganti
baju satu kali yang diberikan oleh rumah sakit dan berhias dengan memakai
bedak, lipstik dan menyisir rambut serta dikuncir. Istirahat dan tidur Ny. T
mengatakan tidur siang hanya 1 jam dan saat tidur malam hari 8 jam dengan
kualitas sering terbangun kalau ada suara temannya yang terbangun.
Penggunaan obat Ny. T mengatakan minum obat setelah makan dua kali
sehari yaitu pagi dan sore.
Hasil pengkajian pemeliharaan kesehatan, Ny. T mengatakan akan
selalu memperhatikan dirinya sendiri bila Ny. T sudah pulang klien akan
minum obat secara rutin dan kontrol. Kegiatan didalam rumah, Ny. T
melakukan aktifitas
Kegiatan diluar
berkomunikasi
tetangga
dan
berkumpul
dalam
kegiatan
sehingga
akan
aktif
kembali
dalam
kegiatan
dilingkungan
masyarakatnya.
Hasil pengkajian mekanisme koping, Ny. T mengatakan kalau ada
masalah diam dan tidak pernah menceritakan pada adiknya dan selama
dirumah sakit Ny. T jarang berbicara dengan klien lain karena merasa malu.
lesu, melamun, diam saja, ada kontak mata, sering duduk menyendiri serta
bicara sendiri dan kadang tertawa sendiri.
Berdasarkan data subyektif dan obyektif tersebut dapat diambil
masalah keperawatan
yaitu
ganggun
persepsi sensori :
halusinasi
pendengaran.
Dari masalah keperawatan yang ada didapatkan pohon masalah
sebagai berikut :
akibat
core problem
etiologi
C. Perencanaan
Data yang diperoleh pada tanggal 22 April 2013 ditemukan
permasalahan yang menjadi rumusan diagnosa keperawatan gangguan
persepsi sensori : Halusinasi pendengaran, tujuan yang umum dilakukan
tindakan keperawatan pada permasalahan yang dihadapi klien yaitu klien tidak
mencederai diri sendiri atau orang lain dan lingkungan.
bersama klien
khusus
yang
ketiga
yaitu
klien
dapat
mengontrol
Tujuan khusus yang kelima yaitu klien dapat dukungan keluarga dalam
mengontrol halusinasi setelah 1 kali dalam waktu 15 menit dirumah.
Intervensi, dorong klien untuk memberi tahu keluarga ketika timbul
halusinasi, lakukan kunjungan keluarga atau home visite kenalkan keluarga
pada halusinasi klien, ajarkan cara merawat klien dirumah. Informasikan cara
memodifikasi lingkungan agar mendukung realitas dan dorong keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan dalam mengontrol halusinasi klien.
D. Implementasi
Berdasarkan rencana keperawatan yang telah disusun pada tanggal 22 24 April 2013 dilaksanakan tindakan keperawatan untuk diagnosa gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
Tindakan pada tanggal 22 April pukul 10.25 WIB setelah 1 kali
pertemuan dalam waktu 15 menit adalah melakukan tindakan SP yang
pertama. SP yang pertama yaitu bina hubungan saling percaya dengan prinsip
komunikasi teraupetik, salam teraupetik, perkenalkan nama, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas, tepati
waktu jika dalam pertemuan untuk strategi pelaksanaan berikutnya, dorong
dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya, dengarkan
ungkapan klien dengan empati dan tunjukkan perhatian kepada klien,
tanyakan masalah yang dialami klien, tanyakan nama lengkap dan nama
panggilan yang disukai klien buat kontrak yang jelas, tunjukkan sikap jujur
dan menempati janji setiap kali interaksi. Serta tanyakan masalah yang dialami
klien. Dan pada pukul 12.37 WIB setelah 1 kali pertemuan dalam waktu 15
E. Evaluasi
Penilaian tindakan keperawatan yang dilakukan berhasil atau tidak dan
mengetahui ada perkembangan pada klien serta apakah masalah sudah teratasi
maka perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan tanggal 22 24 April
2013.
Diagnosa gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran pada
tanggal 22 April 2013 pukul 10.25 WIB didapatkan data subyektif klien
mengatakan perasaanya senang bisa berkenalan dengan perawat dengan nama
yang disukai dengan panggilan Ny. T. Data objektif klien tampak tersenyum
dan bicara spontan. Analisa
obat dengan baik dan strategi pelaksanaan yang kelima yaitu klien dapat
dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasi setelah dirumah.
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
B. Pembahasan
Pada bab pembahasan penulis akan membahas mengenai kesenjangan
yang penulis dapatkan antara konsep dasar teori dan kasus nyata masalah
keperawatan pada Ny. T dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran di ruang Srikandi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, pada
tanggal 22 24 April 2013 dari tahap pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi serta pada bagian akhir dari penulisan laporan
studi kasus ini, penulis akan memberikan kesimpulan dan saran, yang
diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan asuhan keperawatan pada
pasien, khusunya pada pasien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran.
Menurut Cook and Fontaine (1987 dalam fitria 2009 : 51) perubahan
persepsi sensori halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana
klien mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu
berupa suara, pengelihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan, biasanya
klien merasakan stimulus yang bisa juga diartikan sebagai persepsi sensori
tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya
rangsangan
dari
luar
meliputi
sistem
penginderaan
(pendengaran,
energi ekstra untuk menghadapinya (Fitria, 2009). Hal ini sesuai dengan
oengkajian yang penulis dapatkan yaitu Ny. T mengatakan tidak pernah
mengalami penganiayaan fisik dari siapapun.
Menurut Yosep (2009) klien dengan halusinasi pendengaran
memiliki rasa menarik diri, postur tubuh berubah, dan menyendiri
diruangan atau tiduran ditempat tidur setiap saat. Hal ini sesuai dengan
laporan kasus didapatkan data pengkajian aktivitas motorik klien tampak
lesu, sering berdiam diri dan sering duduk menyendir dan tiduran
ditempat tidur. Klien dengan halusinasi pendengaran memiliki afek datar
(Hartono, 2010). Teori ini sesuai dengan laporan kasus pada pengkajian
afek, dengan didapatkan data Ny. T yaitu ditandai dengan tidak ada roman
atau raut muka pada saat stimulasi menyenangkan dan menyedihkan dan
kadang tertawa sendiri.
Menurut Keliat (2006) pada pengkajian proses pikir meliputi
observasi pembicaraan selama wawancara sirkumtansial, angensial,
kehilangan asosiasi, fligh of idea, blocking atau preseverasi. Hal ini sesuai
dengan laporan pengkajian yang dilaporkan oleh penulis, proses pikir Ny.
T termasuk blocking karena pada setiap kali berinteraksi pada awal
pembicaraan klien lambat namun lama kelamaan cara bicara klien cepat,
jelas tapi kadang-kadang bicara sendiri dan melamun.
Menurut Keliat (2006), didalam persepsi harus dijelaskan jenisjenis halusinasi yang dialami klien, menjelaskan isi halusinasi, frekuensi
gejala yang tampak pada saat klien berhalusinasi dan perasaaan klien
tidak pernah menceritakan pada adiknya dan selama dirumah sakit Ny. T
jarang berbicara dengan klien lain karena merasa malu.
Pengkajian aspek medis, didapatkan data pasien mendapatkan
terapi medis berupa triheksipenidil 2 mg/ 8jam yang berpengaruh pada
sistem saraf pusat digunakan untuk mengontrol dan meringankan
sementara gejala insomnia dan ansietas, chlorpromazine 2 mg/ 8jam dapat
digunakan untuk mengontrol kelaiana fisiologis dan dapat mengobati
masalah perilaku yang berhubungan dengan perilaku yang mudah
terangsang dan trifloperazine 5 mg/ 6jam dapat digunakan untuk
mengurangi kebingungan dan halusinasi (ISO, 2010).
8. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah diagnosis yang dibuat oleh perawat
profesional yang menggambarkan tanda dan gejala yang menunjukkan
masalah kesehatan yang dirasakan klien dimana berdasarkan pendidikan
dan pengalaman mampu menolong klien (Nurjannah 2005).
Menurut Keliat (2006), pohon masalah pada halusinasi dapat
mengakibatkan klien mengalami kehilangan kontrol pada dirinya,
sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai pada empat fase, dimana klien
mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya.
Masalah yang menyebabkan halusinasi itu adalah isolasi sosial, maka
klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Hal ini sesuai dengan data
pada pengkajian Ny. T dimana pada klien ditemukan masalah isolasi
sosial menarik diri yang ditandai dengan klien terlihat menyendiri dan
jarang berinteraksi dengan orang lain, serta dari data catatan perawat saat
pertama kali klien masuk, klien sering marah tiba-tiba, hal ini mengarah
pada permasalahan resiko perilaku kekerasan. Berdasarkan masalah
masalah tersebut, maka disusun pohon masalah yaitu isolasi sosial
(menarik diri) sebagai penyebab, gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran atau lihat sebagai core problem, dan resiko perilaku
kekerasan yang diarahkan pada lingkungan sebagai akibat (Rasmun,
2009).
Penulis mengangkat diagnosa keperawatan utama gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran pada Ny. T sebagai prioritas
masalah utama yang didukung dengan data subyektif yaitu klien
mengatakan mendengar suara-suara bisikan untuk mengajaknya berbicara
bersama, suara yang terdengar biasanya laki-laki kadang juga perempuan,
suara itu muncul 1 hari bisa pada pagi, siang dan malam hari pada saat
mau tidur dan saat klien sendiri, frekuensi sering kira-kira 7 menit, klien
juga tidak merasa takut jika suara itu muncil malah ditanggapinya. Data
objektif klien tampak bingung, lesu, melamun, diam saja, ada kontak mata
serta bicara sendiri dan kadang tertawa sendiri.
3. Rencana Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan
yang dapat mencapai tiap tujuan khusus. perencanaan keperawatan
meliputi perumusan tujuan khusus, tindakan dan penilaian rangkaian
verbal atau non verbal yang berhubungan dengan halusinasi terkait dengan
bicara sendiri isi bicara, mata melotot, tiba melotot, tiba-tiba pergi, tertawa
tiba-tiba halusinasi harus dikenalkan terlebih dahulu oleh perawat agar
intervensi efektif. Gambarkan tingkah laku halusinasi pada klien "apa
terdengar / dilihat", tujuannya klien mungkin tidak mampu untuk
mengungkapkan persepsinya, maka perawat dapat memfasilitasi klien
untuk mengungkapkan secara terbuka.
Tujuan khusus yang ketiga menurut Rasmun (2009) yaitu klien
dapat mengontrol halusinasinya, setelah 1 kali pertemuan dalam waktu 15
menit yaitu mendiskusikan cara memutus halusinasi dengan tujuan
halusinasi yang terkontrol oleh klien maka resiko kekerasan tidak terjadi
serta menganjurkan klien memilih tindakan apa yang akan dilakukan
memberi
kesempatan
pada
klien
untuk
memutuskan
tindakan
meningkatkan harga diri klien. Tujuan khusus yang keempat yaitu klien
dapat memanfaatkan obat dengan baik setelah 3 kali pertemuan dalam
waktu 10 menit dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan motivasi
klien untuk minum obat secara teratur serta membantu yang bertujuan
untuk mengontrol halusinasinya. Tujuan khusus yang kelima yaitu klien
dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasi setelah dirumah
setelah 1 kali pertemuan dengan waktu 15 menit yang bertujuan
mengajarkan cara merawat klien dirumah serta informasikan cara
memodifikasi lingkungan agar mendukung realitas dan menganjurkan
keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan dalam mengontrol halusinasi
ketiga
yaitu
mendiskusikan
cara
baru
untuk
mengontrol
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah proses berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi terus menerus pada
respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
Evaluasi dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses atau sumatif yang
dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan keperawatan, evaluasi
hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respon
pasien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan (Keliat, 2006).
Dalam kasus ini penulis menggunakan evaluasi hasil (sumatif)
serta menggunakan sistem penulisan SOAP, karena evaluasi hasil
(sumatif) dilakukan pada akhir tindakan perawatan klien dan SOAP terdiri
dari subyek data, obyektif data, analisis atau assesment dan perencanaan.
Evaluasi dilakukan setiap hari sesudah interaksi dilakukan terhadap klien.
Evaluasi ini dilakukan pada gangguan persepsi sensori : halusinasi
kesulitan
4. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran
yang diharapkan bermanfaat, sebagai berikut:
F.
Bagi institusi
pada
halusinasi pendengaran.
2). Memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai adanya
perumusan diagnosa tunggal khususnya pada asuhan
keperawatan jiwa gangguan persepsi sensori : halusinasi.
3). Untuk selalu memberikan motivasi dan sarana yang memadai
bagi mahasiswa guna penyelesaian tugas karya tulis ilmiah.
G.
Bagi perawat
keperawatan
sesuai
dengan
SOP
(Standart
mutu
dalam
memberikan
pelayanan
klien
untuk
penyembuhan,
rumah
sakit
DAFTAR PUSTAKA
Direja, Ade HS. 2011. Buku ajar asuhan kaperawatan jiwa Yogyakarta: Nuha
Medika.
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Hartono, Yudi. 2010. Buku ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayati, Eni. 2012. Pengaruh terapi kelompok suprtif terhadap kemampuan
menagatasi perilaku kekerasan pada klien skizofrenia di Rumah sakit Jiwa
Dr. Amino Gondohutomo kota Semarang . http://jurnal unimus,ac.id.
Diakses 27 April 2013.
Ikatan Apoteker Indonesia, 2010. Informasi Spesialis Obat (ISO). Indonesia,
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Isnaeni et all. 2008. Efektifitas terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi
halusinasi terhadap penurunan kecemasan klien halusinasi pendengaran
di ruang sakura RSUD Banyumas ". Jurnal keperawatan soedirman (The
Soedirman Journal of Nursing). Volume 3 No. 1 Maret 2008. Diakses 27
April 2013.
Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC. Jakarta.
Nasution, siti saidah. 2003. Asuhan keperawatan pada pasien dengan perubahan
sensori persepsi : halusinasi ". Digitized by USU digital library. ac.id.
Diakses 27 April 2013.
Nurjannah, Intanasari. 2005
kecemasan
dalam
menghadapi
anggota
keluaraga
yang