Biokimia Klinis
KALSIUM DARAH
Kelompok 15
Agustinus Hadi Prasetyo
G841200080
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PENDAHULUAN
Kalsium adalah kation ekstrasel utama. Peran utama kalsium adalah
untuk kontraksi dan eksitasi otot jantung dan otot lainnya, transmisi sinap
sistem saraf, agregasi platelet, koagulasi, dan sekresi hormon dan regulator lain
yang memerlukan eksositosis. Fungsi utama kalsium intrasel adalah second
messenger intraselular untuk mengatur pembelahan sel, kontraktilitas otot,
pergerakan sel, dan sekresi (Marcus 2001; Soback 2001). Sembilan puluh
sembilan persen kalsium ekstrasel terdapat dalam tulang dalam bentuk
hidroksiapatit yang mencerminkan keseimbangan antara proses pembentukan
dan resorpsi tulang (Cheng 2005).
Kalsium merupakan salah satu nutrien esensial yang dibutuhkan untuk
berbagai fungsi tubuh (Gobinathan et al. 2009). Kadar kalsium darah dan cairan
sekitar sel (cairan ekstraseluler) harus dikontrol dalam batas kadar yang sempit
untuk mendapatkan fungsi fisiologisnya yang normal. Analisis kadar kalsium
darah untuk mengetahui penyakit atau kelainan metabolik yang dialami
seseorang. Fungsi fisiologi dari kalsium begitu penting dalam mempertahankan
hidup sehinga tubuh akan melakukan proses demineralisasi tulang untuk
memelihara kadar kalsium dalam darah, jika konsumsi kalsium tidak
mencukupi. Kadar kalsium dapat dihitung dengan menggunakan metode titrasi
Clark dan Collip. Metode ini adalah metode yang paling sederhana, paling
banyak dilakukan, dan paling mudah digunakan (Vasel et al 2013). Kalsium
mempunyai peran penting didalam tubuh, yaitu dalam pembentukan tulang dan
gigi; dalam pengaturan fungsi sel pada cairan ekstraselular dan intraselular,
seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah, dan menjaga
permebilitas membran sel. Selain itu, kalsium juga mengatur pekerjaan
hormon-hormon dan faktor pertumbuhan. Kalsium dalam tulang merupakan
sumber kalsium darah. Walaupun makanan kurang mengandung kalsium,
konsentrasinya dalam darah akan tetap normal (Almatsier 2006).
Keempat kelenjar paratiroid yang menempel pada permukaan tiroid
berfungsi dalam homeostasis ion kalsium. Keempat kelenjar itu mensekresikan
hormon paratiroid (parathyroid hormone, PTH), yang menaikkan kadar
kalsium dalam darah, dengan demikina memiliki pengaruh yang berlawanan
dengan hormon kalsitonin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kekurangan
PTH menyebabkan kadar kalsium turun secara dramatis, yang menyebabkan
kontraksi berlebihan otot rangka. Jika tidak diperbaiki, kondisi ini yang dikenal
sebagai tetanus, sangat fatal. Pengontrolan kadar kalsium darah merupakan
salah satu contoh bagaimana homeostasis seringkali dipertahankan dengan cara
penyeimbangan dua hormon yang saling berlawanan, contohnya PTH dan
kalsitonin (Campbell 2003).Praktikum ini bertujuan mengetahui prinsip
biokimia yang digunakan pada analisis kalsium darah serta dapat melakukan
analisis kalsium darah menggunakan metode Clark dan Collip. Selain itu, agar
mahasiswa mengetahui manfaat analisis darah untuk mengetahui keadaan
fungsi tubuh.
METODE
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Biokimia Klinis mengenai kalsium darah dilakukan pada hari
Selasa, 10 Maret 2015 pukul 08.0011.00 WIB di Laboratorium Pendidikan
Departemen Biokimia IPB.
Bahan dan Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sentrifus, neraca
analitik, tabung reaksi, vortex, pipet Mohr, pipet tetes, buret, erlenmeyer, batak
pengaduk, bulp, stopwatch, dan penangas air. Bahan-bahan yang digunakan
adalah serum darah sapi, H2SO4 pekat, KMnO4, ammonia encer, ammonium
oksalat, kertas saring, dan aquades.
Prosedur Praktikum
Penentuan kalsium darah
Tabung sentrifus sebanyak 3 buah disiapkan dan masing-masing diisi
dengan: akuades 4 mL dan amonium oksalat 1 mL untuk tabung blanko; serum
2 mL, akuades 2 mL, dan amonium oksalat 1 mL untuk tabung sampel 1 dan
sampel 2. Biarkan selama 30 menit ketiga tabung tersebut agar terbentuk
endapan. Setelah itu, semua tabung disentrifus selama 5 menit dengan
kecepatan 1500 rpm. Supernatan pada tabung sampel 1 dan sampel 2 dibuang,
kemudian tabung tersebut diletakkan terbalik di atas kertas saring selama 10
menit. Sebanyak 3 mL amonia 2% ditambahkan kedua tabung sampel, diaduk
menggunakan vortex, dan disentrifus kembali pada waktu dan kecepatan yang
sama. Sebanyak 2 mL H2SO4 1 N ditambahkan pada ketiga tabung, diaduk, dan
dimasukkan ke dalam penangas air bersuhu 70oC. Ketiga larutan dipindahkan
ke dalam erlenmeyer untuk dititrasi dengan KMnO4 0.01 N sampai berwarna
merah muda. Jumlah KMnO4 terpakai diukur dan digunakan untuk mengetahui
kadar Ca pada sampel serum.
.
[kalsium] (mg/dL)
1.8
1.3
1.1
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi Edisi ke-6. Jakarta (ID): Gramedia
Pustaka Utama.
Cheng S, Lyytikainen A, Kroger H, Lamberg-Allardt C. 2005. Effects of
calcium, dairy product, and vitamin D supplementation on bona mass
accrual and body composition in 10-12 years old girls: a 2 years
randomized trial. Am J Clin Nutr 82:1115-1126.
Ensminger AH, Ensminger ME, Konlande JE, & Robson RK. 1995. The
concise encyclopedia of foods and nutritions. Boca Raton: CRC Press
Limited.
Harjadi W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta (ID): Gramedia
Gobinathan P, Murali PV, & Panneerselvam R. 2009. Interactive effects of
calcium metabolism in pennisetum typoidies. Advances in Biological
Research 3(5-6):168-173.
Molina PE. 2004. Parathyroid gland & Ca & PO regulation. New York (US):
Lange Medical Books/McGraw-Hill.
Sava L, Pillai S, More U, Sontakke A. 2005. Serum calcium measurement:
total versus free (ionized) calcium. Ind J Clin Biochem. 20:158-161.
Soback D, Marcus D, Bikle D. 2001. Metabolic Bone disease. New York (US):
Lange Medical Books/McGraw-Hill.
Suratun, Heryati, Manurung S, Raenah E. 2008. Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal SAK. Jakarta (ID): EGC.
Sylvia AP, Lorraine MW. 2003. Patofisiologi Konsep Klinik Proses proses
Penyakit Edisi ke-6. Jakarta (ID): EGC.
Valsa J, Skandhan KP, Sahab KP, Sumangala B, Amith S. 2013. Estimation of
calcium and magnesium in seminal plasma: a comparative study of
colorimetry and atomic absorption spektrometri. IJABC 3(1): 23-26.
Winarno F.G. 2006. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia
Pustaka Utama.
Winarno F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia
Pustaka Utama.
Coles EH. 1974. Veterinary Clinical Pathology. London: Saunder Co.