Anda di halaman 1dari 9

Elsya Dhana Alfira / 125060707111051

MACAM-MACAM TIPE PRODUKSI


1. Job Shop (Jumbled Flow)
Dalam suatu Job Shop, produk dibuat dalam batch pada interval
intermittent (intermittent intervals). Job Shop mengorganisasikan peralatan
dan tenaga kerja ke dalam pusat-pusat kerja (work centers) berdasarkan
jenis pekerjaan. Dalam Job Shop Process, aliran produk dan pekerjaan hanya
terdapat dalam pusat-pusat kerja di mana mereka dibutuhkan, sehingga
membentuk suatu pola aliran tercampur (jumbled flow pattern). Karena Job
Shop

Process

berketerampilan

menggunakan
tinggi,

peralatan

operasi

job

bersama

shop

sangat

dan

tenaga

fleksibel

kerja

terhadap

perubahan dalam desain atau volume produk. Pola aliran tercampur


(jumbled flow pattern) dan varietas produk (product variety) sering
menimbulkan masalah dalam pengendalian inventori, penjadwalan, dan
kualitas (Vincent Gasperz).
Sistem produksi ini mempunyai ciri produksi dalam kumpulan-kumpulan
atau kelompok-kelompok barang yang sejenis pada interval-interval waktu
yang terputus-terputus. Dalam hal ini, peralatan dan tenaga kerja diatur atau
diorganisasi dalam pusat-pusat kerja menurut tipe-tipe keterampilan atau
peralatan yang serupa. Suatu produk atau pekerjaan akan mengalir hanya
melalui pusat-pusat kerja yang diperlukan. Jadi, aliran bahan baku sampai
dengan menjadi produk akhir tidak mempunyai pola yang pasti. Sangat
fleksibel dalam perubahan volume atau produk, karena operasi-operasinya
menggunakan peralatan serba guna dan tenaga kerja berketrampilan tinggi.
Dalam sistem produksi ini, peralatan dan ketrampilan kerja yang sama
dikelompokkan pada satu tempat (area), yang dikenal sebagai bentuk layout
proses (process layout). Operasi intermitten dapat diterapkan dalam produksi
barang-barang yang tidak distandarisasi atau volume produksinya rendah,
karena operasi ini adalah paling ekonomis dan melibatkan risiko yang paling
kecil (Hani Handoko).

Elsya Dhana Alfira / 125060707111051

2. Project (No Product Flow)


Dalam suatu proyek,

biasanya

material,

peralatan-peralatan,

dan

personel, dibawa ke lokasi proyek itu. Dalam hal ini tidak ada aliran produk
untuk suatu proyek, tetapi bagaimanapun juga suatu proyek tetap memiliki
urutan-urutan atau sekuens operasi. Bentuk proyek digunakan apabila
terdapat suatu kebutuhan khusus untuk kreativitas dan keunikan, serta
memiliki

batas

waktu

penyelesaiannya.

Adalah

sulit

untuk

mentransformasikan proses manufakturing pada proyek, karena pada


umumnya proyek hanya dikerjakan sekali saja. Proyek cenderung memiliki
biaya tinggi serta sulit untuk merencanakan dan mengendalikannya, sebab
memiliki tingkat kesulitan dalam pendefinisian awal karena dapat saja
membutuhkan tingkat perubahan dan inovasi yang tinggi (Vincent Gasperz).

Elsya Dhana Alfira / 125060707111051

3. Line Flow
Line Flow Process menyusun stasiun-stasiun kerja (work stations) dalam
sekuens operasi yang membuat produk, sehingga kadang-kadang disebut
sebagai product flow, karena produk mengalir mengikuti langkah-langkah
sekuensial yang sama dalam proses produksi. Semua produk membutuhkan
tugas-tugas yang sama, dan mengikuti pola aliran standar (standard flow
patterns). Assembly line dari industri otomotif merupakan contoh yang baik
dari line flow process (Vincent Gasperz).
Mempunyai ciri bahwa aliran proses dari bahan mentah sampai menjadi
produk akhir dan urutan operasi-operasi yang digunakan untuk menghasilkan
produk atau jasa selalu tetap. Operasi-operasi pekerjaan individual sedapat
mungkin diletakkan berdekatan dan diusahakan seimbang agar suatu
operasi tidak mengakibatkan penundaan operasi berikutnya. Operasi-operasi
line flow dapat dibagi menjadi dua tipe produksi, yaitu:
1. Produksi massa (mass production)
Umunya memproduksi kumpulan-kumpulan produk dalam jumlah besar
dengan mengikuti serangkaian operasi yang sama dengan kumpulan
produk sebelumnya, sehingga proses ini sering disebut sebagai repetitive
process. Produksi massa bersangkutan dengan tipe operasi lini perakitan,
seperti yang digunakan dalam industri barang-barang elektronika, mobil,
dan seterusnya.
2. Produksi terus-menerus (continuous)

Elsya Dhana Alfira / 125060707111051


Ditandai dengan waktu produksi yang relatif lama untuk menghindari
penyetelan-penyetelan,

persiapan-persiapan

lain

dan

kemacetan-

kemacetan yang mahal. Produksi terus menerus tampak dalam industriindustrinya.


Operasi-operasi garis biasanya efisien tetapi juga tidak fleksibel. Efisiensi
ini diakibatkan oleh substitusi proses operasi padat karya (labor intensive)
dengan proses padat modal (capital inventive), dan standarisasi pengerjaan
tugas-tugas rutin. Tingkat efisiensi yang tinggi diperlukan untuk menutup
biaya peralatan-peralatan khusus melalui produksi dalam volume yang relatif
besar. Di samping itu, operasi garis mensyaratkan suatu lini produk standar
yang relatif stabil sepanjang waktu. Karena standarisasi dan organisasi
operasi-operasi yang berurutan ini, maka sulit dan mahal untuk mengubah
produk atau volume dalam operasi-operasi aliran garis, sehingga operasioperasi ini relatif tidak fleksibel (Hani Handoko).

Elsya Dhana Alfira / 125060707111051

PERHITUNGAN SERVICE LEVEL


Tingginya tingkat pelayanan yang diberikan kepada pelanggan tentu
membuat pelanggan merasa senang, tetapi untuk perusahaan tentu akan
meningkatkan biaya. Ataupun sebaliknya. Jadi sudah selayaknya perusahaan
harus mengetahui

tingkat pelayanan

optimum yang tidak terlalu besar

menimbulkan biaya, tetapi pelanggan tetap merasa terpenuhi kebutuhan dan


keinginannya.
Secara umum, perhitungan ini bertujuan untuk memaksimumkan kontribusi
keuntungan, yang berbeda antara logistik pada kumpulan pendapatan dan biaya
logistik. Secara matematis, keuntungan maksimum terealisasi apabila titik
perubahan pendapatan sama dengan perubahan biaya atau dengan kata lain
marginal pendapatan sama dengan marginal biaya. Sebagai ilustrasi, jika
diketahui pendapatan pelayanan penjualan sebesar

R=0,5 SL , dimana SL

adalah tingkat pelayanan yang diberikan. Yaitu, persentase dari pemesanan


sebesar 5 hari siklus waktu order. Kurva biaya menggambarkan

C=0,00055 SL2 ,

sehingga titik optimum diperoleh dari pendapatan dikurangi biaya.

P=0,5 SL0,00055 SL2


1

dp
1
=
( 0,5 ) SL 2 ( 2 ) ( 0,0055 ) SL=0
dSL 2

()

SL=

2
0,5
3
=37,2
4 ( 0,00055 )

Dapat disimpulkan bahwa kira-kira 37% dari order dapat dipenuhi dengan 5
hari siklus waktu order. Grafiknya dapat dilihat sebagai berikut:

Elsya Dhana Alfira / 125060707111051

Untuk dapat mengukur pelayanan logistik konsumen yang efektif, secara


komprehensif tidaklah mudah, karena banyaknya dimensi pelayanan pada
pelanggan. Antara lain, total waktu di dalam pemesanan dan mengukur faktor
yang terbaik di dalam pelayanan logistik konsumen. Faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
a. Order masuk
1. Waktu minimum, waktu maksimum, dan waktu rata-rata yang dibutuhkan
untuk penanganan order
2. Persentase waktu penanganan

order

dengan

target

waktu

yang

ditetapkan (dalam layanan)


b. Keakuratan dokumentasi order sangat terlihat dari persentase dokumen
order dengan kesalahan yang terjadi
c. Transportasi/angkutan
1. Persentase pengiriman yang tepat waktu
2. Persentase permintaan pengiriman dari pelanggan dan realisasinya
3. Persentase klain/keluhan kerusakan, kehilangan barang dan kerugian
dengan biaya angkutan
d. Ketersediaan persediaan dan produk
1. Persentase kekurangan persediaaan
2. Persentase order yang dapat terpenuhi, berarti semua order sesui
dengan pesanan
3. Persentase rata-rata pesanan yang mengalami pengembalian
e. Kerusakan produk
1. Total order dibandingkan dengan produk yang dikembalikan
2. Nilai produk yang dikembalikan dibandingkan total penjualan
f. Waktu proses produksi/penggudangan, meliputi waktu minimum, maksimum,
dan rata-rata masa pemesanan

Elsya Dhana Alfira / 125060707111051

Elsya Dhana Alfira / 125060707111051

OEM
(Original Equipment Manufacturer)
OEM adalah kependekan dari Original Equipment Manufacturer adalah
perusahaan yang membuat komponen yang dijual kepada perusahaan pembeli
kemudian perusahaan pembeli membuat suatu produk lain yang menggunakan
komponen tersebut dan produk yang menggunakan komponen tersebut dijual
dengan menggunakan merk perusahaan pembeli. Dalam produk tersebut, nama
komponen perusahaan adalah asli yang berisi identitas perusahaan OEM
Perusahaan pembeli juga dapat menentukan spesifikasi dan disain untuk
dikerjakan perusahaan OEM (Original Equipment Manufacturer). Dalam hal ini,
perusahaan pembeli bisa menentukan supaya perusahaan OEM mencamtumkan
part-number perusahaan pembeli dan tidak mencamtumkan part-number
perusahaan OEM.
Menggunakan jasa OEM bisa memangkas biaya produksi karena perusahaan
OEM melakukan produksi masal. Menggunakan jasa OEM berarti bula tidak perlu
membuat pabrik dan tidak perlu membayar tenaga kerja dalam memproduksi
suatu

komponen.

Perusahaan

pembeli

cukup

membayar

harga

sesuai

kesepakatan dengan pihak OEM.


Contoh penggunaan OEM yang masih mencamtumkan merek asli OEM
adalah perakitan komputer. Sedangkan contoh penggunaan OEM yang tidak
mencantumkan merek asli OEM adalah industri otomotif.

Elsya Dhana Alfira / 125060707111051

DAFTAR PUSTAKA
Ampuh, Rika Hadiguna, ST., MT. dan Setiawan Heri, ST., MT. 2008. Tata Letak
Pabrik. Yogyakarta. Andi Publisher.
Gasperz, Vincent. 2005. Production Planning and Inventory Control. Jakarta.
Gramedia Pustaka Utama.
Groover, Mikell P. 2001. Automation, Production Systems, and ComputerIntegrated Manufacturing. New Jersey. Prentice-Hall.
Handoko, Hani T. 2009. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi.
Yogyakarta. UGM Press.
Siagian, Yolanda M. 2005. Aplikasi Supply Chain Management dalam Dunia
Bisnis. Jakarta. PT. Grasindo.
http://www.proweb.co.id/articles/manajemen/pengertian_oem.html.
pada Tanggal 16 Maret 2015 Pukul 13.30.

Diakses

Anda mungkin juga menyukai