PENDAHULUAN
Hadits menempati posisi yang sangat penting dalam setiap proses
pengambilan hukum (istinbath) umat Islam, karena merupakan dasar tasyri
ke-2 setelah Al-Quran. Kajian hadits hampir meliputi seluruh ruang lingkup
kehidupan seorang muslim. Oleh karena itu kewajiban untuk mengikuti
hadits adalah seperti kewajiban untuk mengikuti Al-Quran.
Mengingat begitu pentingnya kedudukan Hadits, maka kajian hadits
semakin meningkat dari waktu ke waktu dimulai dari masa sahabat. Hal ini
sebagai upaya untuk menjaga keotentikan hadits itu sendiri. Karena
ternyata pasca khilafah khulafaur rasyidin tepatnya pada masa khilafah
dinasti Umayyah (setelah terbunuhnya khalifah Usman bin Affan), umat
Islam terpecah menjadi beberapa golongan yaitu Syiah, Khawarij dan
Jumhur. Dimana masing-masing golongan ingin menduduki jabatan khalifah
karena menganggap kelompok mereka adalah yang paling benar dan
kelompok lain sesat. Untuk memperkuat pendapat masing-masing, maka
mereka membuat hadits-hadits palsu. Orang yang mula-mula membuat
hadits palsu adalah dari golongan syiah kemudian khawarij dan jumhur.
Pemalsuan hadits ini semakin meluas pada abad kedua yaitu dengan
munculnya propaganda-proaganda politik untuk menumbangkan rezim Bani
Umayyah. Sebagai imbangan muncul pula dari pihak muawiyyah ahli-ahli
hadits palsu untuk membendung arus propaganda yang dilakukan oleh
golongan oposisi.1
Berangkat dari carut marutnya pemalsuan hadits pada saat itu, akhirnya
muncullah ulama-ulama ahli hadits yang rela menghabiskan waktu untuk
mencari hadits dan mengoreksi kesahihannya. Mereka tidak segan-segan
untuk melakukan studi yang panjang walaupun hanya untuk mendapatkan
satu hadits.
Dalam proses studi hadits, sanad termasuk komponen penting yang
tidak bisa dinafikan selain dua komponen lain yaitu matan dan rowi. Hal ini
dikarenakan sanad merupakan rantai yang menghubungkan antara pesan
hadits sampai kepada Rasusullah. Dapat dibayangkan apabila salah satu
mata rantai itu ada yang bermasalah maka keabsahan hadits pun tentunya
dipertanyakan.
Dalam makalah yang singkat ini, kami bermaksud memaparkan sedikit
tentang kritik sanad. Di dalamnya nanti kami akan mencoba memaparkan
beberapa poin tentang pengertian kritik sanad itu sendiri, urgensi kritik
sanad, kriteria kesahihan sanad, berbagai pendekatan menilai sanad, ilmu
yang terkait dengan sanad dan penelitian sanad.
II.
DESKRIPSI
A. Pengertian
1Saeful Hadi, Ulumul Hadits Panduan Ilmu Memahami Hadits secara Komprehensif,
(Yogyakarta: Sabda Media, 2008), hlm. 7
Hadis Nabi saw. sebagai sumber ajaran dan atau sumber hukum
Islam sesudah al-Quran.
Cukup banyak ayat al-Quran yang memerintahkan orang
beriman untuk patuh dan taat dan selanjutnya mengikuti petunjuk
Nabi Muhammad saw. sebagai utusan Allah swt. Anjuran tersebut
diantaranya tercantum Al-Quran, surat Ali Imran/3:32 menyebutkan
yang terjemahnya sebagai berkut: Katakanlah; Taatlah Allah dan
Rasul-Nya; jika kamu berpaling maka sesungguhnya Allah tiadak
menyukai orang-orang kafir.
Menurut penjelasan ulma, bahwa ayat tersebut memberi
petunjuk bahwa bentuk ketaatan kepada Allah swt. adalah dengn
mematuhi petunjuk al-Quran, sedangkan bentuk ketaatan kepada
Nabi saw. adalah mengikuti sunnah-nya atau hadis. Selanjutnya ayat
al-Quran yang menjelaskan tentang taat kepada Nabi saw
Dengan petunjuk ayat di atas, maka jelaslah bahwa hadis atau
sunnah Nabi Muhammad saw. merupakan sumber ajaran agama
Islam, di samping al-Quran. Orang yang menolak hadis sebagai salah
satu sumber ajaran Islam, berarti orang itu menolak petunjuk alQuran
b) Hadis Nabi saw. tidak seluruhnya tertulis pada waktu Nabi masih
hidup.
Nabi pernah melarang sahabat untuk menulis hadis beliau, tapi
di saat yang berbeda, beliau pernah mnyuruh sahabat untuk menulis
hadis beliau
Kebijakan Nabi tersebut, menimbulkan perbedan pendapat
dikalangan ulama, bahkan dikalangan sahabat Nabi sendiri, tentang
boleh tidaknya menulis hadis Nabi. Di masa Nabi, ada terjadi
penulisan hadis misalnya surat-surat Nabi yang beliau kirim kepada
sejumlah pembesar untuk memeluk Islam. Di antara sahabat yang
menulis hadis Nabi tersebut, misalnyan Abdullah bin Amar bin Ash,
Abdullah bin Abbas, Ali bin Abi Thalib, Sumrah bin Jundab, Jabir bin
Abdullah dan Abdullah bin Abi Aufa Sekalipun demikian tidak semua
hadis terhimpun ketika itu, hal itu sangat beralasan karena sahabat
yang membuat catatan itu adalah inisiatif sendiri. Di sisi lain mereka
kesulitan untuk mencatat setiap peristiwa dari Nabi saw., apalagi
kejadiannya hanya terjadi di hadapan satu atau dua orang saja.
c) Telah terjadi upaya pemalsuan terhadap hadis Nabi saw.
Masih sulit dibuktikan, bahwa di zaman Nabi saw. sudah terjadi
pemalsuan hadis. Kegiaatan pemalsuan hadis mulai muncul dan
berkembang di masa khalifah Ali bin Abi Thalib(memerintah 35-40 H).
Demikian pendapat ulama hadis pada umumnya.
Awalnya faktor yang mendorong seseorang
melakukan
pemalsuan hadis karena kepentingan politik. Ketika itu terjadi
pertentangan politik antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi
Sufyan. Masing-masing pendukung berusaha untuk memenangkan
perjuangannya. Salah satu upaya yang dilakukan oleh sebagian dari
mereka adalah membut hadis-hadis palsu.
Menurut sejarah, pertentangan politik tersebut telah pula
mengakibatkan timbulnya pertentangan di bidang teologi. Sebagian
pendukung aliran teologi yang timbul pada saat itu telah membuat
berbagai hadis palsu untuk memperkuat argumantasi aliran yang
mereka yakini benar.
Selain itu upaya dari musuh-musuh Islam yang berusaha untuk
menghancurkan Islam dari dalam, mereka membuat hadis palsu
dalam rangka memerangi Islam.Demikian pula karena kepentingan
ekonomi, keinginan menyenangkan hati pejabat (menjilat kepada
pejabat), dan ada juga sebagian muballig berpendapat bahwa, untuk
kepentingan dakwa dapat saja membuat hadis palsu.
Dengan telah terjadinya pemalsuan hadis tersebut, maka
kegiatan penelitian hadis menjadi sangat penting . Tanpa dilakukan
penelitian hadis, maka hadis Nab saw. akan bercampur aduk dengan
yang bukan hadis Nabi saw. dan akhirnya ajaran Islam akan dipenuhi
dengan berbagai hal yang akan menyesatkan umat.
d)
Pengertian Adil
Kata adl adalah bentuk masdar dari kata kerja adala yadilu
adlan wa udulan wa adalatan
2.
Pengertian Dhobith
Dhobith adalah kekuatan ingatan rowi atas sesuatu yang sudah
diterimanya dan kepahamannya terhadap apa yang dia dengar.
Kedhobithan seseorang dapat diketahui dengan:
a)
b)
Dalam kriteria kesahihan sanad, selain syarat sifat adil dan dhobith
yang harus melekat pada seorang rowi, ulama hadis sampai abad ke-3 H
memberikan penjelasan tentang penerimaan berita yang dapat
diperpegangi. Di antara pernyataan-pernyataan mereka yaitu:
- Tidak boleh diterima suatu riwayat hadis, terkecuali yang berasal dari
orang-orang yang tsiqah.
-
Tidak boleh diterima riwayat hadis dari orang yang tidak dikenal
memiliki perngetahuan hadis.
8[8] http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/02/keadilan-dalam-alquran.html
itu
b)
c)
d)
E.
a)
Pendekatan
Psikohistoris.
Pendekatan
psikohistoris
ini
dimanfaatkan, mengingat hadis yang tak lain dari suatu yang
berasal dari bahasa ujaran, dalam memahaminya memerlukan
kelengkapan. Komarudin Hidayat mengatakan, munculnya tradisi
penulisan dan percetakan tidak berarti menghapus tradisi lisan,
melainkan memperkaya. Bahkan penilaian sementara ahli bahwa
ketika bahasa lisan ditransfer kedalam bahasa tulis, maka banyak
aspek fundamental dalam peristiwa bahasa menghilang. Padahal,
seperti dilanjutkan oleh Komar, komunikasi adalah suatu peristiwa
yang melibatkan aspek psikologis, tempat, suasana, gaya dan ketika
peristiwa komunikasi dituangkan dalam tulisan, maka menjadi
terkunci dan membeku.
b)
c)
11[11] http://abdulasep-belajarberkarya.blogspot.com/2010/06/penelitian-hadis.html
b)
berguna bagi ahli hadis dan fiqih ialah At-Takmil susunan Al-Imam
ibnu Katsir.
Diantara kitab-kitab yang menerangkan orang-orang yang dapat
dipercayai saja ialah Kitab As-Siqat, karangan Al-Ajaly (261 H) dan
kitab As-Siqat karangan Abu Hatim ibnu Hibban Al-Busty. Masuk
dalam bagian ini adalah kitab-kitab yang menerangkan tingkatan
penghapal-penghapal hadis. Banyak pula ulama yang menyusun
kitab ini, di antaranya, Az-Zahabi, Ibnu Hajar Al-Asqalani dan AsSayuti.
Diantara kitab-kitab yang menerangkan orang-orang yang
lemah-lemah saja ialah: Kitab Ad-Duafa, karangan Al-Bukhari dan
kitab Ad- Duafa karangan ibnul Jauzi (587 H)
c)
F.
Penelitian Sanad
a)
12[12] http://abiquinsa.blogspot.com/2010/10/takhrij-al-hadits-dan-itibar-al-sanad.html
c)
Menyimpulkan Hasil
Langkah terakhir adalah kegiatan penyimpulan, yaitu apakah
Hadis yang diteliti melalui kaidah sanad termasuk Sahih, Hasan atau
Daif dengan syarat-syarat yang telah dikemukakan di atas.Contoh:
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Wahab bin
Baqiyah, dari Khlid, dari Muhammad bin Amr, dari Abu Salamah,
dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah saw telah bersabda: Kaum
Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) golongan atau
tujuh puluh dua (72) golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah
menjadi tujuh puluh satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan,
dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan.
Kutipan Riwayat hadis di atas di awali dengan
. Yang
menyatakan kata itu adalah Abu Daud, yakni Sulaiman bin al-Asya
bin al-Syaddd bin Amr (wafat 275 H). Karena Ab Dud sebagai
Mukharrijul-Hadits, maka dia dalam hal ini berkedudukan sebagai
periwayat terakhir untuk hadis yang dikutip di atas. Dalam
mengemukakan riwayat, Abu Daud menyandarkan riwayatnya
kepada periwayat sebelumnya, yakni Wahab bin Baqiyah. Nama
periwayat yang disandari oleh Ab Dud tersebut dalam ilmu hadis
disebut sebagai sanad pertama. Dengan demikian, maka sanad
terakhir untuk riwayat hadis di atas adalah Ab Hurairah, yakni
periwayat pertama karena dia sebagai sahabat Nabi saw yang
berstatus sebagai pihak pertama yang menyampaikan hadis
tersebut. Berikut akan dikemukakan urutan periwayat dan urutan
sanad untuk hadis di atas:
NAMA PERIWAYAT
URUTAN
13[13] http://suhendri-usthendri.blogspot.com/2009/01/kritik-sanad.html
URUTAN
SEBAGAI PERIWAYAT
SEBAGAI SANAD
Ab Hurairah
Periwayat I
Sanad V
Ab Salamah
Periwayat II
Sanad IV
Periwayat III
Sanad III
Periwayat IV
Sanad II
Periwayat V
Sanad I
Ab Dud
Periwayat VI
(mukharijul-hadis)
termasuk dalam martabat pertama, sedangkan lafal dan
termasuk martabat kedelapan.
Pada pembahasan ini akan dijelaskan secara penjang lebar
mengenai biografi para perawi hadis Abu Hurairah yang
diriwayatkatkan oleh Ab Dud di antaranya adalah:
1. Ab Dud
Nama lengkapnya adalah Sulaiman bin al-Asyats bin al-Syaddd
bin Amr, demikianlah yang dikatakan oleh Abdurrahman bin Ab
Htim. Beliau lahir pada tahun 202 H dan meninggal pada tahun
275 H. Gurunya dalam periwayatan hadis diantaranya adalah
Ibrhm bin al-Ramdy, Ibrhm bin Hamzah al-Ramaliy, Ahmad bin
Muhammad bin Hanbal, Wahab bin Baqiyah al-Wsiy dan lain-lain.
Muridnya dalam periwayata hadis diantaranya adalah al-Tirmy,
Ibrhm bin Hamdan bin Ibrhm bin Ynus al-Aqliy, al-Nasi,
Abdullah bin Sulaiman bin al-Asya (anaknya), Ab Ali bin
Muhammad bin Abdullah bin Umar, dan AbAmr.
Pernyataan Kritikus hadis mengenai Ab Dud adalah:
Muhammad bin Saad, Abu Zurah Abu Htim, al-Tirmi, dan alNas mengatakan bahwa dia adalah seorang yang iqah, Abu
Htim menambahkan bahwa hadisnya itu sahih (baik, sah). AlTirmi mengatakan dia adalah seorang Hfi.
Penilaian kritikus di atas mengenai Muhammad bin Amr berbedabeda, ada yang menganggapnya iqah dan ada juga
melemahkannya. Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa
Muhammad bin Amr adalah perawi yang tidak terpercaya,
meragukan, dan tidak bisa diterima hadisnya begitu saja. Di dalam
biografinya tidak ditemukan ketersambungan sanad dari Ab
Salamah dan Khlid bin Abdullah tetapi antara Ab Salamah
dengan Khlid ada ketersambungan karena ada hubungan antara
guru dan murid
5. Ab Salamah
Nama lengkapnya adalah Ab Salamah bin Abdurrahman bin Auf
al-Qursy al-zuhry al-Madany. Dia wafat pada tahun 94 H,
demikianlah menurut al-Haiam bin Ady, sedangkan menurut
Muhammad bin Saad dia meninggal pada tahun 92 H pada masa
khalifah al-Wald dan umurnya pada saat itu adalah 72 tahun.
Gurunya dalam meriwayatkan hadis diantaranya adalah Usmah
bin Zaid, Anas bin Mlik, Bisyr bin Zaid, aubn pembantu
Rasulullah saw, Jabir bin Abdullah al-Anary, Jafar bin Amr bin
Umayyah al-Drimy, dan Muawiyah bin al-Ahkam al-Sulamy.
Muridnya dalam periwayatan hadis diantaranya adalah Ismail bin
Umayyah, a-Aswad bin al-Ala bin Jriyah al-aqafi, Bukair bin
Abdullah bin al-Asyaj, ummah bin Kilab, Jafar bin Rabah, dan
Muhammad bin Amr bin al-Qmah.
Pernyataan Kritkus hadis mengenai Ab Salamah:
banyak
Anas bin Mlik: Di kalangan kami terdapat lelaki dari ahli ilmu,
nama salah seorang diantara mereka adalah memakai
kunyahnya, yaitu Ab Salamah bin Abdurrahman.
dalam periwayatan hadis di antaranya adalah: Bisyri bin Lhiq alRaqy, Jafar bin Barqn, Syaibn bin Abdurrahman al-Nahawy,
alhah bin Zaid al-Raqy,dan Qays bin al-Raby. Muridnya dalam
periwayatan hadis di antaranya adalah: anaknya sendiri yaitu
Abdussalam bin Abdurrahman al-Wbiy, Ab Dud meriwayatkan
satu hadis darinya. Kunyahnya adalah Abu Hurairah al-Dausy.
Setelah melihat biografi perawi di atas maka dapat kita ketahui
bahwa ada sanad yang bermasalah yakni Muhammad bin Amr yang
dilemahkan oleh banyak ulama, tapi lemah yang dimaksud di sini
adalah bukan karena maksiat atau hal yang buruk lainnya akan tetapi
karena kelemahan hafalannya dan seringnya melakukan kekeliruan.
Dari semua hadis riwayat Ab Hurairah pasti akan melalui jalurnya
Muhammad bin Amr yang lemah, meskipun semua sanadnya yang
lain (selain Muhammad bin Amr) iqah.14[14]
III. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa :
1) Metode kritik sanad hadis ialah suatu cara yang sistematis dalam
melakukan penelitian, penilaian, dan penelusuran sanad hadis tentang
individu perawi dan proses penerimaan hadis dari guru mereka masingmasing dengan berusaha menemukan kekeliruan dan kesalahan dalam
rangkaian sanad untuk menemukan kebenaran, yaitu kualitas hadis
(Shahih, hasan, atau dlaif).
2) Urgensi kritik sanad hadits adalah untuk mengetahui kualitas hadits yang
diteliti. Hal ini dikarenakan:
a) Hadis Nabi saw. sebagai sumber ajaran dan atau sumber hukum Islam
sesudah al-Quran.
b) Hadis Nabi saw. tidak seluruhnya tertulis pada waktu Nabi masih
hidup.
c) Telah terjadi upaya pemalsuan terhadap hadis Nabi saw.
d)
14[14]http://ahmadsyaki.blogspot.com/2012/11/kritik-sanad-hadits.html
3)
Related posts
TAFSIR AL-QURAN BERKERANGKA KEBUDAYAAN
SEMINAR REGIONAL PENGEMBANGAN PRODI IAT
Post navigation
SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI IAT-STAIN SALATIGA
SEMINAR REGIONAL PENGEMBANGAN PRODI IAT
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Name *
Email *
Website
Comment
You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title="">
<acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em>
<i> <q cite=""> <strike> <strong>
Search
Recent Posts
Recent Comments
Archives
December 2013
October 2013
August 2013
Categories
beranda
Uncategorized
Meta
Log in
Entries RSS
Comments RSS
WordPress.org