Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
dilakukan seperti melakukan observasi waktu pada saat anak merasakan buang air
kecil dan buang air besar, tempatkan anak di atas pispot atau ajak ke kamar
mandi, berikan pispot dalam posisi aman dan nyaman, ingatkan pada anak bila
akan melakukan buang air kecil dan buang air besar, dudukkan anak di atas pispot
atau orang tua duduk atau jongkok di hadapannya sambil mengajak bicara atau
bercerita, berikan pujian jika anak berhasil jangan disalahkan dan dimarahi,
biasakan akan pergi ke toilet pada jam-jam tertentu dan beri anak celana yang
mudah dilepas dan dikembalikan (hidayat, 2005).
2.1.3 Latihan mengontrol berkemih dan defekasi pada anak
Orang tua harus diajarkan bagaimana cara melatih anak untuk mengontrol
rasa ingin berkemih, di antaranya pot kecil yang bisa diduduki anak apabila ada,
atau langsung ke toilet, pada jam tertentu secara regular. Misalnya, setiap dua jam
anak dibawa ke toilet untuk berkemih. Anak didudukkan pada toilet atau pot yang
bisa diduduki dengan cara menapakkan kaki dengan kuat pada lantai sehingga
dapat membantunya untuk mengejan. Latihan untuk merangsang rasa untuk
mengejan ini dapat dilakukan selam 5 sampai 10 menit. Selama latihan, orang tua
harus mengawasi anak dan kenakan pakaian anak yang mudah untuk dibuka
(Supartini, 2002).
2.1.4 Faktor-faktor yang mendukung toilet training pada anak
1) Kesiapan fisik
a. Usia telah mencapai 18-24 bulan.
b. Dapat jongkok kurang dari 2 jam
c. Mempunyai kemampuan motorik kasar seperti duduk dan berjalan
meengalami proses keberhasilan dan kegagalan, selama buang air kecil dan buang
air besar. Proses tersebut akan dialami oleh setiap anak, untuk mencegah
terjadinya kegagalan maka dilakukan sesuatu pengkajian sebelum melakukan
toilet training yang meliputi pengkajian fisik, pengkajian psikologis, dan
pengkajian inteletual.
1) Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik yang harus diperhatikan pada anak yang akan melakukan
buang air kecil dan buang air besar dapat meliputi kemampuan motorik kasar
seperti berjalan, duduk, meloncat dan kemampuan motorik halus seperti mampu
melepas celana sendiri. Kemampuan motorik ini harus mandapat perhatian karena
kemampuan untuk buang air besar ini lancar dan tidaknya dapat dilihat dari
kesiapan fisik sehingga ketika anak berkeinginan untuk buang air kecil dan buang
air besar sudah mampu dan siap untu melakukannya. Selain itu, yang harus dikaji
adalah pola buang air besar yang sudah teratur, sudah tidak mengompol setelah
tidur.
2) Pengkajian Psikologis
Pengkajian psikologis yang dapat dilakukan adalah gambaran psikologis
pada anak ketika akan melakukan buang air kecil dan buang air besar seperti anak
tidak rewel ketika akan buang air besar, anak tidak menangis sewaktu buang air
besar atau buang air kecil, ekspresi wajah menunjukan kegembiraan dan ingin
melakukan secara sendiri, anak sabar dan sudah mau ke toilet selama 5 sampai 10
menit tanpa rewel atau meninggalkannya, adanya keinginantahuan kebiasaan
toilet training pada orang dewasa atau saudaranya, adanya ekspresi untuk
menyenangkan pada orangtuanya.
3) Pengkajian Intelektual
Pengkajian intelektual pada latihan buang air kecil dan buang air besar antara
lain kemampuan anak untuk mengertibuang air kecil dan buang air besar,
kemampuan mengkomunikasikan buang nair kecil dan buang air besar, anak
menyadari timbulnya buang air kecil dan buang air besar, mempunyai
kemampuan kognitif untuk meniru prilaku yang tepat seperti buang air kecil dan
buang air besar pada tempatnya serta etika dalam buang air kecil dan buang air
besar. Dalam melakukan pengkajian kebutuhan buang air kecil dan buang air
besar, terdapat beberapa hal-hal yang perlu diperhatikan selama toilet training,
diantaranya: hindari pemakain popok sekali pakai dimana anak akan merasa
aman, ajari anak mengucapkan kata-kata yang khas yang berhubungan dengan
buang air besar, mendorong anak melakukan rutinitas ke kamar mandi seperti cuci
muka saat bangun tidur, cuci muka, cuci kaki, dan lain-lain.
2.2 Eliminasi
2.2.1 Eliminasi Urine
Miksi (berkemih) adalah proses pengosongan kandung kemih bila
kandung kemih terisi. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung
kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas
nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua. Timbul refleks saraf
yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan
kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan
keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik
medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat
korteks serebri atau batang otak.
Refleks Berkemih, ketika kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi
berkemih ini biasanya secara spontan berelaksasi setelah beberapa detik, otot
detrusor berhenti berkontraksi, dan tekanan turun kembali ke garis basal. Karena
kandung kemih terus terisi, refleks berkemih menjadi bertambah sering dan
menyebabkan kontraksi otot detrusor lebih kuat.
Sekali refleks berkemih mulai timbul, refleks ini akan menghilang sendiri.
Artinya, kontraksi awal kandung kemih selanjutnya akan mengaktifkan reseptor
regang untuk menyebabkan peningkatan selanjutnya pada impuls sensorik ke
kandung kemih dan uretra posterior, yang menimbulkan peningkatan refleks
kontraksi kandung kemih lebih lanjut, jadi siklus ini berulang dan berulang lagi
sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat. Kemudian, setelah
beberapa detik sampai lebih dari semenit, refleks yang menghilang sendiri ini
mulai melemah dan siklus regeneratif dari refleks miksi ini berhenti,
menyebabkan kandung kemih berelaksasi.
Jadi refleks berkemih adalah suatu siklus tunggal lengkap dari :
Peningkatan tekanan yang cepat dan progresif, Periode tekanan dipertahankan dan
Kembalinya tekanan ke tonus basal kandung kemih. Sekali refleks berkemih
terjadi tetapi tidak berhasil mengosongkan kandung kemih, elemen saraf dari
refleks ini biasanya tetap dalam keadaan terinhibisi selama beberapa menit sampai
satu jam atau lebih sebelum refleks berkemih lainnya terjadi. Karena kandung
kemih menjadi semakin terisi, refleks berkemih menjadi semakin sering dan
semakin kuat. Sekali refleks erkemih menjadi cukup kuat, hal ini juga
menimbulkan refleks lain, yang berjalan melalui nervus pudendal ke sfingter
eksternus untuk menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih kuat dalam otak daripada
sinyal konstriktor volunter ke sfingter eksterna, berkemih pun akan terjadi. Jika
tidak, berkemih tidak akan terjadi sampai kandung kemih terisi lagi dan refleks
berkemih menjadi makin kuat.Pada umumnya anak kecil masih tidak mampu
mengontrol sfingter eksternal. Enuresis Sering terjadi pada anak-anak, Umumnya
terjadi pada malam hari, nocturnal enuresis dapat terjadi satu kali atau lebih dalam
semalam. Penyebab enuresis
Kesulitan mengontrol kandung kemih
Kebanyakan anak-anak belajar untuk tidak mengompol di siang hari pada
umur dua tahun dan umur tiga tahun, mereka juga tidak mengompol pada malam
hari. Beberapa anak sengaja menanyakan toiletnya setiap beberapa menit sekali;
anak yang lainnya akan mengompol setelah beranjak dari toiletnya. Beberapa
kelompok anak sengaja buang air kecil untuk beberapa lama. Untuk semua hal ini
mungkin lebih baik untuk mencari penyebab masalah prilaku ini. Perlu untuk
orang tua melakukan sesuatu yang khusus untuk mengoreksi hal ini. Anda akan
memperlakukan semuanya dengan hanya mengabaikannya. Tetapi jangan lupa
mencari nasehat medis jika dicurigai ada penyakit. Jika anak mulai buang air
terus-menerus, pastikan bahwa anak tidak memmiliki infeksi saluran kemih.
rendahnya
insiden
kanker
kolorektal
(Robinson,
1989).
diafragma, dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot
femur dan posisi jongkok. Feses normal berwarna coklat karena pengaruh
sterkobilin, mobilin, dan aktivitas bakteri. Bau khas karena pengaruh dari
mikroorganisme.
Konsistensi
lembek
namun
berbentuk.
usia, diet, intake
konstipasi kadang menahan buang air besar yang menyebabkan merasa lebih
sakit. Ternyata hasilnya masih merupakan feses yang lebih keras. Siklus yang
buruk sedang terjadi. Konsultasikan dengan dokter. Tugas anda adalah
memastikan
menyebabkan feses keras. Hindari menggunakan obat pencuci perut atau obat
pencahar.
Jika anak yang sudah dilatih menjadi tidak teratur buang air besarnya,
konsultasikan dengan dokter. Mungkin anak ini sudah mengalami infeksi,
misalnya diare. Akan munculnya gigi, marah, perubahan keadaan sekitar, dan
kecemburuan adalah faktor-faktor lain yang bisa menyebabkan kemunduran pada
seorang anak yang sudah belajar. Jangan memarahi atau mengejeknya.
Sebaliknya, dorong dia secara ramah untuk mengatasi kesulitan dan kembali ke
kondisi normal seperti yang sudah diberikan dalam latihan.
2.3 Anak usia todler
Todler adalah anak antara rentang usia 12 sampai 36 bulan. Toddler tersebut
ditandai dengan peningkatan kemandirian yang diperkuat dengan kemampuan
mobilitas fisik dan kognitif lebih besar (Harunyahya, 2007). Dan menurut Suryani
(2002) toddler adalah anak yang berusia dibawah lima tahun dalam masa tumbuh
kembang dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual yang pesat.
Definisi tumbuh kembang
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang(centimeter, meter), umur
fungsinya
(Soetjiningsih, 2002).
2.3.1 Tahap tumbuh kembang pada todler
1) Dari 18 sampai 24 bulan
Tahap perkembangan balita dari 18 sampai 24 bulan yaitu:
Fisik: anoreksia fisiologis penurunan kebutuhan pertumbuhan, fontanel
anterior tertutup secara fisiologis mampu mengendalikan sfingter, linkar kepala 49
cm sampai 50 cm, lingkar dada lebih besar dari lingkar kepala, peningkatan berat
badan 1,8 kg sampai 2,7 kg, peningkatan tinggi badan biasanya 10 cm sampai
12,5 cm, tinggi badan dewasa dua kali tinggi pada usia 2 tahun, gigi geligi utama
16 gigi, dan telah siap untuk mulai kontrol usus dan kandung kemih di siang hari.
Motorik Kasar: berjalan naik tangga dengan satu tangan berpegangan,
menarik dan mendorong mainan, melompat di tempat dengan kedua kaki,
melempar bola dari satu tangan ke tangan lain tanpa jauh, naik dan turun tangga
sendiri dengan dua kaki pada setiap langkah, berlari dengan seimbang, dengan
langkah lebar, menangkap objek tanpa jatuh, menendang bola tanpa gangguan
keseimbangan.