PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat terutama pada
bidang elektronika. Perkembangan tersebut diantara lain memberikan kemudahan
untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Rutinitas yang digantikan contohnya
membuka pintu pagar otomatis, penyiram tanaman otomatis, penetas telur
otomatis, pengisi bak air otomatis, dan lain sebagainya. Pemanfaatan perangkat
elektronik ini tidak mustahil akan meningkatkan hasil kerja dari segi efisien waktu,
biaya, dan kenyamanan dalam melakukan kegiatan.
Dari segi kenyamanan, suhu ruangan merupakan salah satu kondisi yang
harus dipertimbangkan. Menurut Tamrin (2012) Suhu merupakan ukuran
relatif dari kondisi termal yang dimiliki oleh suatu benda yang nilai besarannya
dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur thermometer. Secara umum
suhu tubuh manusia berkisar antara 36,5 37,5 C. Nilai derajat suhu di dalam
ruangan yang nyaman dan aman ditetapkan dalam Peraturan Mentri Kesehatan
(MENKES RI NO. 1405/MENKE/SK/XI/2002) yaitu antara 18 28 C.
Perpindahan panas ialah dari suhu tinggi ke susu yang lebih rendah. Jika suhu
ruangan meningkat maka akan terganggu proses perpindahan panas tersebut
sedangkan tubuh selalu menghsilkan panas sebagai akibat dari proses
pembakaran zat makanan dengan oksigen (metabolisme). Jadi suhu ruangan
harus dijaga sesuai dengan yang telah ditentukan agar tubuh terasa nyaman.
Jika dimperhatikan ruang pertemuan umum, ruang perkantoran, ruang
kerja industri, ruang perkuliahan, kamar hotel, dan sejenisnya, semuanya
diperlengkapi dengan fasilitas AC (Air Conditioner). Teknologi yang
diterapkan pada AC salah satunya ialah suhunya dapat diatur sedemikian rupa
untuk memenuhi ketentuan MENKES. Jadi AC adalah solusi untuk
mengkondisikan suhu ruangan agar kegiatan berjalan lancar dan nyaman tanpa
kepanasan.
Untuk mendapatkan fasilitas AC, harga yang ditawarkan masih tergolong
mahal. AC juga membutuhkan perawatan yang rutin sehingga mengeluarkan biaya
tambahan. Jika AC ini tidak dirawat dengan rutin, AC akan memberikan dampak
yang buruk terhadap lingkungan. Karena keterbatasan biaya, orang lebih banyak
memilih kipas angin untuk mengkondisikan suhu rungan karena masih
mempunyai beberapa keunggulan seperti, meningkatkan sirkulasi udara, lebih
sehat, lebih hemat, dan ramah lingkungan.
Sistem yang ada pada kipas angin saat ini adalah kipas angin yang
dilengkapi dengan pengaturan kecepatan, timer untuk mengatur durasi kerja, dan
pengaturan jarak jauh melalui remote control. Menurut penulis, hal ini masih
perlu di kembangkan lagi yaitu kipas angin bekerja secara otomatis. Dengan
menerapkan sistem ini, diharapkan akan meningkatkan nilai positif yang didapat
dalam pemakaian kipas angin.
Sebuah proyek akhir yang dirancang oleh Diena Wulani Airiesta (2013),
menjadi ide untuk menciptakan sistem alat pengontol kecepatan kipas angin
dalam tugas akhir ini. Sistem yang diciptakan oleh Diena Wulani Airiesta untuk
mengontrol kipas angin berdasarkan suhu dan keberadaan manusia secara
otomatis, sudah cukup baik . Diantaranya adalah menggunkan Mikrokontroler
ATMEGA8535 sebagai pusat control, penggantian saklar manual dengan
rangkaian pensaklaran elektrik yaitu menggunakan tiga buah triac, sensor suhu
menggunkan LM35, dan sensor keberadaan manusia PIR. Namun penulis ingin
Kecepatan
Kipas
Angin
Secara
Otomatis
Berbasis
2. Alat
pengendali
kecepatan
kipas
angin
yang
sebelumnya
masih