BAB I
Pendahuluan
Keselamatan pasien merupakan isu yang sangat penting dalam mengelola
pelyanan
Kesehatan.
Seiring
dengan
pengetahuan
masyarakat
tentang
rujukan
BA II
Latar Belakang
Di Indonesia, langkah awal yang sangat mendasar dan terarah yang telah
dilakukan Departemen Kesehatan dalam rangka upaya peningkatan mutu yaitu
penetapan kelas rumah sakit pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 033/Birhup/1972. Secara umum telah telah ditetapkan
beberapa kriteria untuk tiap kelas rumah sakit A, B, C, dan D. Kriteria ini
kemudian berkembang menjadi standar-standar. Kemudian dari tahun ke tahun
disusun berbagai standar baik menyangkut pelayanan, ketenagaan, sarana dan
prasarana untuk masing-masing kelas rumah sakit.
Disamping
standar,
Departemen
Kesehatan
juga
mengeluarkan
bebagai
untuk
mengukur
dan
mengevaluasi
penampilan
berbagai
rumah
sakit
pemerintah kelas C dan rumah sakit swasta setara yaitu dalam rangka Hari
Kesehatan Nasional. Indikator ini setiap dua tahun ditinjau kembali dan
disempurnakan. Evaluasi penampilan untuk tahun 1991 telah dilengkapi dengan
indicator kebersihan dan ketertiban rumah sakit dan yang dievaluasi selain kelas
C juga kelas D dan kelas B serta rumah sakit swasta setara. Sedangkan evaluasi
penampilan tahun 1992 telah dilengkapi pula dengan instrument mengukur
kemampuanpelayanan. Evaluasi penampilan rumah sakit ini merupakan langkah
awal dari konsep Continuous Quality Improvement (CQI). Berbeda konsep
dengan QA tradisional dimana dalam monitor dan evaluasi dititikberatkan
kepada pencapaian standar, maka pada CQI focus lebih diarahkan kepada
penampilan
organisasi
melalui
penilaian
pemilik,
manajemen,
klinik
dan
sesuai
standar
mutu
yang
telah
ditetapkan
maka
akan
profesi
dan
standar
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global, dan rumah sakit sebagai penyedia
jasa pelayanan kesehatan termasuk didalamnya. Pelayanan kesehatan pada
dasarnya bertujuan untuk menyelamatkan pasien, namun dengan semakin
berkembangnya ilmu dan teknologi, pelayanan kesehatan menjadi semakin
kompleks dan berpotensi untuk terjadi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) apabila
tidak berhati-hati. Di Indonesia data tentang KTD atau KEjadian Nyaris Cidera
(Near Miss) masih langka, namun di lain pihak terjadi peningkatan tuduhan mal
praktek yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat, maka
Rumah Sakit Palang Biru Gombong telah menetapkan pelaksanan Keselamatan
Pasien sejak tahun 2010. Nafas dari Patient Safety adalah belajar dari KTD yang
terjadi dari masa lalu dan selanjutnya disusun langkah-langkah agar kejadian
serupa tidak terulang. Proses pembelajaran ini bukan sesuatu yang sederhana,
karena dimulai dari proses pelaporan kejadian dilanjutkan dari analissi sampai
ditemukan akarmasalahnya sebagai dasar untuk mendisain ulang system
sehingga tercapai suatu asuhan pasien yang lebih aman di Rumah Sakit. Supaya
kegiatan ini dapat terarah dan berkesinambungan maka perlu diadakan buku
pedoman serta pelatihan kepada unit kerja terkait sehingga tujuan dari program
keselamatan pasien dapat tercapai.
BAB IV
Sasaran Keselamatan Pasien
Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit palang Biru mengacu kepada Nine
Life-Saving Patient Safety Solution dari WHO Patient Safety ( 2007 ) yang
digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit ( KKPRS PERSI ),
dan Joint Commission International (JCI )
Maksud dari sasaran keselamatan pasien adalah mendorong perbaikan spesifik
dalam
keselamatan
pasien.
Sasaran
ini
menyoroti
bagian-bagian
yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari
kosensus para ahli atas permasalahan ini.
Adapun6 sasaran keselamatan pasien di Rumah Sakit palang Biru adalah sebagai
berikut:
BAB V
Definisi Mutu, PMKP, Keselamatan Pasien
Mutu
Mutu bersifat persepsi dan dipahami berbeda oleh orang yang berbeda namun
berimplikasi pada superioritas sesuatu hal. Penilaian indikator dapat digunakan
untuk menilai mutu berbagai kondisi
Peningkatan mutu
Pendekatan pendidikan (edukasi) berkelanjutan dan perbaikan proses-proses
pemberian pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien dan pihak2 yang
berkepentingan lainnya.
Keselamatan pasien
Keselamatan pasien RS adalah suatu sistem dimana RS membuat asuhan pasien
lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan
timbulnya
risiko
dan
mencegah
terjadinya
cedera
yang
Mutu
Pelayanan
Pasien,
sehinga
pasien
sangat
Rumah
Sakit
berhubungan
perlu
membuat
erat
dengan
perencanaan
Pimpinan
dalam
hal
ini
Direksi
berperan
dalam
perencanaan,
peran,
motivator,
edukator,
konsultasi,
evaluasi
dan
seluruh Direksi dan karyawan sehingga hasil yang dicapai dapat memenuhi
stnadar pelayanan dan emuaskan masyarakat. Beberapa tahap kebijakan yang
harus dipersiapkan adalah sebagai berikut:
1. Membuat dokumen perencanaan PMKP
2. Monitoring pelaksanaan PMKP dan membuat laporan pelaksanaan
3. Menetapkan prioritas Pelaksanaan mutu keselamatan pasien
4. Menetapkan ruang lingkup pelaksanaan mutu
5. Membangun komunikasi dari Direksi ke Owner dan ke karyawan
6. Menetapkan penghargaan bagi pelaksana mutu berprestasi
7. Membangun sistim informasi Rumah Sakit yang baik
8. Pengumpulan data sesuai dengan hukum yang ada
9.
Menetapkan
alokasi
sumberdaya
manusia
yang
sesuai
dengan
kompetensinya
10. Menetapkan dukungan alat dan teknologi untuk keselamatan pasien
11. Menetapkan jadwal review dokumen tahunan
12. Mnetapkan persetujuan dokumen PMKP
Mengacu kepada standar keselamatan pasien, maka RS
harus merancang
proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi
kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif
melakukan perubahan untuk meningkatkan
KTD, dan
pasien.
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi,misi, dan tujuan RS ,
kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik
bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai
dengan Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Berkaitan hal tersebut diatas maka perlu ada kejelasan perihal tujuh langkah
keselamatan pasien rumah sakit tersebut
Kebijakan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien mengikuti Uraian
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah sebagai berikut:
1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan:
A. Tingkat Rumah Sakit :
RS
dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkahlangkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang
untuk berbicara
insiden
Demonstrasikan kepada seluruh personil ukuran-ukuran yang dipakai di
RS untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi
gerakan Keselamatan
Pasien
Selalu jelaskan kepada seluruh personil relevansi dan pentingnya serta
manfaat bagi mereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan
Pasien
Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden
Telaah kembali input dan proses yang ada dalam manajemen risiko
klinis dan non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan
Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif
meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
RS
insiden.
Seluruh jajaran manajerial harus mampu memberi dukungan, pelatihan
dan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka kepada pasien
dan keluarganya.
Pastikan staf yang tekait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden
insiden.
Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di
Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis,
pelaksanaannya.
Pastikan seluruh personil menerima umpan balik atas setiap tindak
lanjut tentang insiden yang dilaporkan.
mengukur hasil kinerja rumah sakit tidak dapat dikertahui apakah input dan
proses yang baik telah menghasilkan output yang baik pula. Indikator rumah
sakit disusun bertujuan mengukur kinerja rumah sakit serta nyata sesuai standar
yang ditetapkan.
Kegiatan Tim Peningkatan Mutu RSU palang Biru Gombong dilakukan melalui
Pemantauan dan Peningkatan Indikator Klinis dan keselamatan pasien.
a.
Pemantauan
kegiatan
pencatatan
output suatu
kebutuhan pasien;
pelaporan aktivitas yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan;
manajemen risiko;
manejemen penggunaan sumber daya;
harapan dan kepuasan pasien dan keluarga;
harapan dan kepuasan staf;
demografi pasien dan diagnosis klinis;
manajemen keuangan;
pencegahan dan pengendalian dari kejadian yang dapat menimbulkan
2)
3)
4)
5)
6)
7)
c.
d.
Laporan dan analisa KTD, Sentinel dan KNC dimulai dengan laporan dalam
unit layanan yang rutin dilaporkan setiap bulan, kemudian dianalisa tiap 3
bulan oleh tim mutu. Dengan menggunakan grading natrix akan diketahui
kejadian- kejadian yang low, mederate, high maupun extreme. Kemudian hasil
laporan tersebut ditindak lanjuti dengan tindakan-tindakan sesuai dengan
tingkat kejadiannya.
e.
Laporan indikator mutu dan Laporan Kejadian tidak diduga dianalisis
setiap 3 bulan. Hasil analisis merupakan dasar untuk membuat dokumen
perbaikan mutu. Perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu
meninjau
kembali
kompetensi
dan
kinerja
sesuai
dengan
kewenangannya.
g.
Untuk mendukung petugas medis dalam melaksanakan tugasnya perlu
dibuatkan proses pedoman klinik atau Clinical pathway. Rumah Sakit Palang
Biru Gombong berupaya untuk membuat Clinical pathway yang terstandar
sehingga dokter penanggunga jawab pasien akan bekerja sesuai dengan
clinaical pathway tersebut. Clinical pathway juga berguna untuk mengukur
kompetensi dokter dalam melayani pasien.
Clinical pathway yang dibuat di RS Palang Biru Gombong adalah sbb:
1. Demam Thypoid
2. Bronchopneumoni
3. Appendicities
4. Pre Eklamsia
5. Stroke
Tahap pertama dibuat 5 Clinical Pathway, masing-masing dari 4 Besar spesialis
ditambah tambahan untuk pasien stroke.
h.
berikut :
Kriteria
Gombongsebagai berikut:
Skal
Level Frekwensi
Kejadian Aktual
a
1
2
3
4
5
Level
la
1
Dampak
Insignifican
t
Minor
Moderat
tidak
berhubungan
dengan
perjalanan
penyakit,
Memperpanjang perawatan,
4
Major
Cathastropi
perjalanan penyakit.
Kerugian keuangan > Rp 10.000.000,-
Minor
Moderat
Moderate
Moderat
Major
High
Catastropic
ExtremeExtreme
terjadi
Sering terjadi
Mungkin terjadi
Jarang terjadi
Sangat
jarang
Moderat
Low
Low
Low
Moderat
Moderat
Moderat
Moderat
High
High
High
High
ExtremeExtreme
ExtremeExtreme
Extreme
Extreme
terjadi
BAB IX
Metode Pelaksanaan PMKP
Peningkatan mutu adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus dilakukan
untuk menjamin tercapainya sasaran perusahaan dalam hal kualitas produk dan
jasa pelayanan yang diproduksi. Peningkatan mutu kualitas pelayanan pada
dasarnya adalah Peningkatan mutu kualitas kerja dan proses kegiatan untuk
menciptakan kepuasan pelanggan (quality os customers satisfaction) yang
dilakukan oleh setiap orang dari setiap bagian di RS.
Pengertian Peningkatan mutu kualitas pelayanan di atas mengacu pada siklus
Peningkatan mutu (control cycle) dengan memutar siklus Plan-Do-Check-Action
(P-D-C-A) = Relaksasi (rencanakan laksanakan periksa aksi). Pola P-D-C-A ini
dikenal sebagai siklus Shewart, karena pertama kali dikemukakan oleh Walter
Shewhart beberapa puluh tahun yang lalu. Namun dalam perkembangannya,
metodologi analisis P-D-C-A lebih sering disebuit siklus Deming. Hal ini karena
Deming adalah orang yang mempopulerkan penggunaannya dan memperluas
penerapannya. Dengan nama apapun itu disebut, P-D-C-A adalah alat yang
bermanfaat untuk melakukan perbaikan secara terus menerus (continous
improvement) tanpa berhenti.
Konsep P-D-C-A tersebut merupakan panduan bagi setiap manajer untuk proses
perbaikan kualitas (quality improvement) secara rerus menerus tanpa berhenti
tetapi meningkat ke keadaaan yang lebih baik dan dijalankan di seluruh bagian
organisasi, seperti tampak pada gambar 1.
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang
ditetapkan.
Kepala Divisi.
analisis informasi.
Sasaran
ditetapkan
diungkapkan
dengan
secara
konkret
maksud
dalam
tertentu
bentuk
dan
angka,
disebarkan
harus
kepada
pula
semua
Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai
tanpa disertai metode yang tepat untuk mencapainya.
ditetapkan
harus
rasional,
berlaku
untuk
semua
Metode yang
karyawan
dan
tidak
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar
dapat dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan para
karyawan untuk memahami standar kerja dan program yang ditetapkan.
d.
modal
dasar
untuk
mengatasi
masalah
yang
timbul
dalam
pemeriksaan
itu
dilakukan.
Agar
dapat
dibedakan
manakah
baik
oleh
karyawan
maupun
oleh
manajer.
Untuk
mengetahui
Jika
penyimpangan
telah
ditemukan,
maka
penyebab
jenis
kelompok
karyawan
yang
secara
bersama-sama
merasa
melakukan
evaluasi
pedoman,
kebijakan
dan
prosedur