Bakso Tahu
I. Tujuan
Melakukan identifikasi dan penetapan kadar boraks pada sampel
bakso menggunakan metode titrasi asidimetri.
II. Prinsip
Titrasi asidimetri adalah titrasi larutan yang bersifat basa (basa
bebas, dan larutan garam-garam terhidrolisis yang berasal dari asam
lemah) dengan larutan standart asam.
III. Reaksi
Na2B4O710H2O + 2 HCl 4 B(OH)3 [atau H3BO3] + 2 NaCl + 5 H2O
IV. Teori Dasar
Monografi Natrium Tetraborat
Boraks
Rumus Kimia
Pemerian
: Na2B4O710H2O
Kelarutan
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1995).
digunakan
untuk
bahan
pembuat
deterjen,
mengurangi
yang
bagus
serta
memiliki
kekenyalan
yang
khas.
Dengan
yang
dimasak
sekaligus
memberikan
aroma
sedap,
serta
sampel
yang
digunakan
dibakar,
kemudian
warna
nyala
warna
hijau
maka
sampel
dinyatakan
positif
ditimbang sebanyak 50 gram dan di oven pada suhu 1200 C, setelah itu di
suatu
peristiwa
dimana
indikator
telah
kuantitatif
dengan
larutan
standar
atau
larutan
pereaksi
dalam
standarisasi
dilakukan
dengan
cara
menitrasi
larutan
tersebut dengan larutan standart primer. Serta faktor yang paling penting
adalah ketepatan dalam pemilihan indikator agar kesalahan titrasi yang
terjadi menjadi sekecil mungkin (Underwood,1996).
Di dalam pembuatan larutan standart asam yang biasa dipakai
adalah HCl dan H2SO4. Asam nitrat (HNO3) tidak dipakai karena
mempunyai sifat yang tidak stabil dan mudah mengeluarkan gas NO,
lagipula HNO3 adalah suatu oksidator kuat, sehingga dapat merusak
indikator. Untuk titrasi yang memerlukan pemanasan, lebih baik memakai
H2SO4, sebab asam ini tidak mudah menguap pada pemanasan, tetapi
dalam beberapa hal misalnya dengan air kapur dan air barit dapat
membentuk endapan, sehingga sering menyulitkan. Dengan HCl kurang
baik, karena HCl sering keluar sebagai gas pada pemanasan. Namun
demikian, titrasi yang terbanyak adalah memakai HCl, sebab umumnya
HCl membentuk garam yang mudah larut dalam air. Larutan standart
yang diinginkan biasanya dibuat dengan mengencerkan asam yang pekat.
Tetapi dalam pengenceran sering diperoleh konsentrasi yang tidak tepat,
hanya
mendekati
(Underwood,1996).
saja,
oleh
sebab
itu
perlu
distandarisasikan
Alat
Beaker glass
Blender
Buret
Cawan Porselen
Erlenmeyer
Gelas Ukur
Kaca arloji
8
9
Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
VI. Prosedur
Preparasi Sampel
Sampel bakso tahu dipotong-potong dan ditimbang sebanyak 1
gram secara seksama kemudian ditambahkan aquadest 50 ml. Sampel
kemudian diblender dan disaring menggunakan kertas saring. Filtratnya
diambil untuk dianalisis.
Uji Kualitatif
Sebanyak 5 ml sampel dimasukkan ke dalam cawan penguap dan
dikisatkan. Sampel kemudian ditambahkan asam sulfat dan methanol lalu
dibakar. Nyala api diamati.
Uji Kuantitatif
a. Pembakuan HCl 0.1 N (Baku Sekunder)
Pembuatan HCl 0.1 N
Sebanyak 4.14 ml HCl 12 M diambil dan dilarutkan dalam 900 ml
aquadest.
Pembuatan larutan Baku Primer
Boraks ditimbang sebanyak 1.9018 gram secara seksama, lalu
dimasukkan ke dalam labu ukur. Kemudian dilarutkan dengan aquadest
bebas CO2 dan di add hingga 100 ml.
Titrasi Pembakuan
Sebanyak 10 ml larutan baku primer boraks 0.1 N dimasukkan ke
dalam labu Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 3 tetes indicator metil
merah. Larutan analit dititirasi hingga terjadi perubahan warna dari kuning
menjadi merah muda.
api
berwarna
biru (-)
Uji Kuantitatif
No
1
2
V analit
10 ml
10 ml
VIII. Perhitungan
Konsentrasi
Larutan
Primer Na-Tetraborat
Massa
Na-Tetraborat
V titran
2.7 ml
2.7 ml
N2 = 0.0863 N
Baku
II.
yang
V1 x M1 = V2 x M2
0.0998 x 10 = 11.4 x N2
N2 = 0.0871 N
0.0869 N
rata-rata
Perhitungan Kadar
IX. Pembahasan
Pada praktikum sebelumnya, dilakukan analisis terhadap sampel
makanan yang diduga mengandung bahan kimia natrium tetraborat, atau
yang lebih dikenal dengan nama boraks. Seperti yang kita ketahui, boraks
merupakan senyawa kimia yang biasanya digunakan untuk mengawetkan
mayat ataupun specimen-spesimen biologi lainnya. Natrium tetraborat
atau boraks, menurut BPOM sendiri,sama sekali dilarang penggunaan nya
dalam makanan ataupun minuman. Penggunaan boraks dalam dosis yang
rendah tidak akan menyebabkan kerusakan namun akan terakumulasi di
otak, hati, lemak dan ginjal. Jika terakumulasi terus akan menyebabkan
mal fungsi dari organ-organ tersebut sehingga membahayakan tubuh.
Penggunaan boraks dalam dosis yang banyak mengakibatkan penurunan
nafsu makan, gangguan pencernaan, demam, anuria. Dan dalam jangka
panjang akan menyebabkan radang kulit merangsang SPP, apatis,
depresi, slanosis, pingsan, kebodohan dan karsinogen. Bahkan bisa
menimbulkan kematian. Oleh sebab itu berdasarkan peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dilarang menggunakan boraks
sebagai bahan campuran dan pengawet makanan.
Boraks (Na2B4O7) dengan nama kimia natrium tetra borat, natrium
biborat, natrium piroborat merupakan senyawa kimia yang berbentuk
kristal dan berwarna putih dan jika dilarutkan dalam air menjadi natrium
hidroksida serta asam boraks. Natrium hidroksida dan asam boraks
masing-masing bersifat antiseptik, sehingga banyak digunakan oleh
industri farmasi sebagai ramuan obat misalnya : salep, bedak, larutan
kompres, dan obat pencuci mata. Penggunaan boraks di industri farmasi
ini sudah sangat dikenal. Hal ini dikarenakan banyaknya boraks yang
dijual di pasaran dan harganya yang sangat murah. Selain itu boraks bagi
industri farmasi memberikan untung yang besar. Boraks pada dasarnya
merupakan bahan untuk pembuat solder, bahan pembersih, pengawet
kayu, pengontrol kecoa, dan bahan pembuatan kaca. Dengan sifat fisik
dan sifat kimia yang dimiliki, boraks digunakan sebagai bahan campuran
untuk pembuatan benda-benda tersebut. Boraks sedikit larut dalam air,
namun bisa bermanfaat jika sudah dilarutkan dalam air.
Analisis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui adanya boraks
dalam makanan secara kualitatif, dan apabila sampel makanan positif
mengandung boraks, dilakukan uji kuntitatif untuk mengetahui kadar
boraks yang terkandung dalam makanan tersebut. Dalam hal ini, sampel
yang digunakan adalah sampel siomay yang didapat dari kantin Fakultas
Farmasi Universitas Padjadjaran.
Analisis diawali dengan preparasi sampel siomay yang didapat.
Preparasi sampel diawali dengan menimbang sampel sebanyak 2 gram,
ditambahkan H2O sebanyak 50 ml, kemudian diblender. Tujuannya agar
sampel tersebut dapat hancur menjadi partikel yang lebih kecil daripada
sebelumnya, sehingga memudahkan dalam analisis kualitatif maupun
kuantitatif nanti nya. Setelah sampel cukup halus, maka sampel disaring
dengan kertas saring, kemudian filtrate nya dipisahkan. Tahap preparasi
sampel telah selesai dilakukan dan siap untuk dianalisis secara kualitatif
maupun kuantitatif.
Pertama-tama, dilakukan pembuatan larutan HCl 0,1 N. pembuatan
larutan
dilakukan
dengan
mengambil
larutan
HCl
pekat
dengan
dengan
aquadest),
berkurangnya
sehingga
volume
memudahkan
solvent
dalam
nya
proses
(dalam
analisis
hal
ini
kualitatif
didapat
konsentrasi
larutan
HCl
yang
sebenarnya,
yaitu
titik
akhir
titrasi.
Titik
akhir
titrasi
asidimetri
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta.
Simpus.
2005.
Bahaya
http://catatankimia.com/catatan/
Boraks.
Tersedia
di
boraks-dalam-makanan.html
Tatik.
2012.
Boraks.
Tersedia
di
http://intisari-
online.com/read/bahan-kimia-berbahaya-pada-makanan
tanggal 25 Mei 2013]
[diakses