Anda di halaman 1dari 17

TUGAS TERSTRUKTUR

PERTANIAN TERPADU

AGROFORESTRI PADA ZONA PESISIR PANTAI

Oleh:
Runtut Oktafiani (A1L012039)
Yuwono Andrianto

(A1L012040)

Yuda Galang P.

(A1L012041)

Iis Nafisah

(A1L012042)

Yeyet Nurhayati

(A1L012043)

Yusuf Firdaus A.

(A1L012043)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Indonesia

merupakan negara kepulauan yang terdiri dari

sekitar 17.504 pulau dengan panjang garis pantai kurang lebih


81.000 km. Di sepanjang garis pantai ini terdapat wilayah pesisir
yang relatif sempit tetapi memiliki potensi sumber daya alam
hayati

dan

non-hayati;

sumber

daya

buatan;

serta

jasa

lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat.


Potensi-potensi tersebut perlu dikelola secara terpadu agar dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Di daerah pesisir pantai merupakan daerah yang masih
cukup jarang digunakan untuk kegiatan pertanaian. Hal ini
dikarenakan kondisi lahan yang ada di daerah pesisir pantai
memiliki tanah yang salin sehingga diperlukan tanaman yang
toleran terhadap tanah salin untuk dapat di budi daya kan pada
lahan tersebut, sehingga lahan lahan di sekitar pesisir pantai
menjadi lebih produktif dan memberikan keuntungan bagi
masyarakat pesisir pantai.

Biasanya di daerah pesisir pantai hanya ditanami tanaman


tanaman yang berguna untuk menahan angin serta abrasi.
Tanaman yang biasanya ditanam dengan tujuan untuk menahan
angin laut dan abrasi beberapa di antaranya adalah cemara
udang dan bakau. Agar lahan tersebut dapat lebih produktif dan
dapat memberi keuntungan maka perlu dilakukan kombinasi
dengan penanaman tanaman semusim yang sesuai, oleh karena
itu dalam makalah ini akan dijelaskan tentang Agroforestri yang
dapat di aplikasikan untuk daerah pesisir pantai.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Agroforestri?
2. Bagaimana Agroforestri yang sesuai di daerah pesisir
pantai?
3. Apa kelebihan dan kekurangan Agroforestri di daerah
pesisir pantai?
C. Tujuan
1. Mendapatkan pemahaman tentang agroforestri
2. Mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang
Agroforestri yang sesuai di daerah pesisir pantai
3. Memahami kelebihan dan kekurangan Agroforestri di
daerah pesisir pantai

II. ISI
A. Pengertian dan Sistem Agroforestri
Secara definitif, agroforestri adalah sistem pemanfaatan
lahan berkelanjutan yang dapat memelihara atau meningkatkan
total hasil dengan menkombinasikan tanaman pangan (annual)
dan tanaman pohon-pohonan (perennial) dan/atau ternak dalam
suatu unit lahan, apakah dalam kurun waktu yang bersamaan
atau

berbeda,

karakteristik

dengan

pengelolaan

sosilokultural,

kondisi

yang

sesuai

ekonomi,

dan

dengan
kondisi

lingkungan dari areal lahan tersebut (Vegara, 1982). Sumber lain


menyebutkan bahwa Agroforestri adalah satu sistem tata guna
lahan yang struktur dan fungsi ekologinya menyerupai hutan
serta berfungsi memenuhi kebutuhan sosial ekonomi penduduk.
Sistem-sistem

agroforestri

meliputi

pohon-pohon

sebagai

komponen utama dalam proses produksi tanaman palawija.


Interaksi antara pohon-pohon dan komponen-komponen lain
dalam sistem memungkinkan perlindungan tanah secara baik
dan pelestarian air serta zat makanan. Sistem agroforestri yang
diterapkan

pada

masing-masing

daerah

dapat

berbeda,

perbedaan ini dipengaruhi oleh kondisi lahan, sosial dan budaya


daerah tersebut (Budiadi, et al., 2012).

Menurut De Foresta dan Michon (1997), agroforestri dapat


dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri
sederhana dan sistem agroforestri kompleks.
Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian
di mana pepohonan ditanam secara tumpang-sari dengan satu
atau lebih jenis tanaman semusim. Pepohonan bisa ditanam
sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan, secara
acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris
dalam larikan sehingga membentuk lorong/pagar. Jenis-jenis
pohon yang ditanam juga sangat beragam, bisa yang bernilai
ekonomi tinggi misalnya kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao
(coklat), nangka, belinjo, petai, jati dan mahoni atau yang
bernilai ekonomi rendah seperti dadap, lamtoro dan kaliandra.
Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan
yaitu padi (gogo), jagung, kedelai, kekacangan, ubi kayu, sayurmayur dan rerumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya. Bentuk
agroforestri sederhana yang paling banyak dibahas di Jawa
adalah tumpangsari.
Sistem agroforestri kompleks, adalah suatu sistem pertanian
menetap yang melibatkan banyak jenis tanaman pohon (berbasis
pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami
pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam

dan ekosistem menyerupai hutan. Di dalam sistem ini, selain


terdapat beraneka jenis pohon, juga tanaman perdu, tanaman
memanjat (liana), tanaman musiman dan rerumputan dalam
jumlah banyak. Penciri utama dari sistem agroforestri kompleks
ini adalah kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya yang
mirip dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun
hutan sekunder, oleh karena itu sistem ini dapat pula disebut
sebagai Agroforest (ICRAF, 1996). Berdasarkan jaraknya terhadap
tempat tinggal, sistim agroforestri kompleks ini dibedakan
menjadi dua, yaitu kebun atau pekarangan berbasis pohon
(home garden) yang letaknya di sekitar tempat tinggal dan
agroforest, yang biasanya disebut hutan yang letaknya jauh
dari tempat tinggal.
B. Agroforestri pada Daerah Pesisir Pantai

Zona Pesisir Pantai


Wilayah

pesisir

secara

ekologis

merupakan

daerah

pertemuan antara ekosistem darat dan laut. Pesisir adalah suatu


wilayah peralihan antara daratan dan lautan, kearah darat
wilayah

pesisir meliputi bagian daratan baik kering maupun

terendam air yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti


pasang surut, angin laut dan perembesan air asin, sedangkan
kearah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih

dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di daratan


seperti

sedimentasi

dan

aliran

air

tawar,

maupun

yang

disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan


hutan dan pencemaran. Apabila ditinjau dari garis pantai maka
wilayah pesisir mempunyai dua macam batas yakni sejajar
dengan garis pantai dan tegak lurus garis pantai. Namun
demikian batasan tersebut tergantung pula dengan karakteristik
lingkungan,

sumberdaya

yang

ada

dan

sistem

negara

bersangkutan (Dahuri et al., 2001).


Potensi Lahan Pesisir Pantai Untuk Kegiatan Pertanian
Sampai saat ini wilayah pesisir belum dimanfaatkan secara
optimal dan lestari serta pengelolaan yang belum berjalan
dengan baik dan terdapat permasalahan okupasi lahan. Lahan
pantai berpasir mempunyai peluang untuk budidaya tanaman
sehingga dapat

berkontribusi bagi

ketersediaan

pangan

masyarakat

secara

memberikan

manfaat

dan

bersamaan

perlindungan ekosistem pantai. Pemanfaatan lahan pasir tepi


pantai

dapat ditempuh

dengan

teknik

agroforestri untuk

mencapai budidaya berkelanjutan.


Penggunaan lahan

dengan

pola

agroforestri

selain

meningkatkan ketersediaan pangan dapat juga menghasilkan


bahan baku biofuel dan berkontribusi dalam perbaikan kondisi

lingkungan. Hutan tanaman dengan pola agroforestri sebagai


upaya

rehabilitasi

lahan pantai

mengatasi abrasi

pantai,

potensial

berfungsi

dilakukan

tanggul

untuk

angin

serta

konservasi lahan pantai (Sukresno, 2007). Salah satu mandat


agroforestri

dalam

memperbaiki

aspek

kebutuhan

ekonomi

adalah menjamin

bahan pangan

dan

(meningkatkan

ketersediaan pangan, diversifikasi produk, ketersediaan bahan


pangan

secara

berkesinambungan). Tanaman semusim

yang

ditanam dibelakang pohon (tanggul angin) lebih terlindung


dari

erosi angin

dibandingkan

(pasir)

dengan

sehingga

tanaman

produktivitas

lebih tinggi

yang ditanam tanpa pohon

(Harjadi dan Miardini, 2010).


Agroforesti Tanaman Tahunan dengan Tanaman Semusim
yang sesuai untuk daerah pesisir pantai
Agroforestri merupakan bagian dari model pertanian terpadu,
dengan memadukan tanaman tahunan dan tanaman semusim.
Paduan antara tanaman semusim dengan tanaman tahunan
diharapkan dapat memberikan keuntungan satu dengan yang
lain sehingga input yang berasal dari luar sistem dapat ditekan
seminimal mungkin.
Agroforestri di pesisir pantai tentu sangat menguntungkan,
selain

untuk

mencegah

abrasi

juga

berfungsi

sebagai

pemenuhan

kebutuhan

masyarakat

di

sekitarnya.

Namun

masalah yang dihadapi yaitu sedikit sekali tanaman yang mampu


bertahan hidup di lahan salin terutama jenis tanaman semusim.
Solusi untuk mengatasinya yaitu dengan menanam cemara
udang sebagai penahan angin. Penanaman cemara udang sudah
dilakukan di beberapa pantai seperti di kawasan Pantai Kuwaru.
Agroforestri di pesisir pantai terdapat tanaman cemara
udang sebagai tanaman utama dan tanaman semusim yang
ditanam

disela-sela

cemara

udang

yaitu

tanaman

kacang

panjang, tomat, ubi kayu dan pepaya (Winarni, et al. 2012).


Daun cemara udang yang berjatuhan digunakan sebagai
mulsa bagi tanaman yang ada dibawahnya. Menurut Winarni, et
al. ( 2008) menyatakan bahwa

pemberian

mulsa

seresah

daun cemara udang terbukti mampu meningkatkan kapasitas


tukar kation pasir pantai dari 1,54 me/100g menjadi 2,03
me/100g pada kedalaman pasir 20 cm. Hal ini tentu sangat
menguntungkan

bagi

tanaman

yang

tumbuh

disekitarnya.

Pepaya yang tumbuh digunakan sebagai sumber buah bagi


petani dan ubi kayu sebagai sumber karbohidratnya. Tanaman
tomat berperan sebagai pengusir hama karena mengeluarkan
bau yang khas sedangkan kacang panjang berfungsi sebagai

penambat nitrogen bebas diudara. Sehingga kandungan nitrogen


akan bertambah di lahan tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cemara udang bisa
bersimbiosis dengan jamur dan bakteri Frankia yang bermanfaat
bagi pertumbuhannya. Semai-semai yang akan ditanam perlu
dilakukan inokulasi jamur dan bakteri agar sebelum dipindahkan
ke lapangan mycorrhiza dan nodul akar sudah terbentuk
sehingga penyerapan unsur hara dapat berlangsung sempurna
(Sardjono,

et

penggunaan

al.,

2003).

pupuk

Hal

urea,

ini

tentu

karena

akan

tanaman

menghemat
ini

mampu

menyediakan nitrogen.

C. Kelebihan dan Kekurangan Agroforestri Pesisir Pantai


1. Kelebihan dari agroforestri pesisir pantai
Secara ekologis
1. Penurunan dan pengendalian laju aliran permukaan,
pencucian hara, dan abrasi.
2. Terciptanya

kondisi

yang

peningkatan/pemeliharaan

menguntungkan
populasi

dan

bagi

aktivitas

organisme tanah
3. Penambahan hara tanah melalui dekomposisi bahan
organik

sisa

tanaman

dan

atau

hewan

dan

terpeliharanya struktur tanah akibat siklus yang konstan


dari bahan organik sisa-sisa tanaman dan hewan.
4. Mengurangi kecepatan angin.
Kecepatan angin yang relatif tinggi di pesisir akan
mengganggu proses penyerbukan tanaman pertanian
karena serbuk sari yang ringan akan terbawa terbang
jauh, sehingga gagal menyerbuki bunga betina dan
akibatnya kegagalan panen buah/biji. Hal inilah yang
menyebabkan para petani sering enggan bertani dilahan
pasir pantai yang terbuka.

Secara ekonomis, sistem agroforestri sangat


menguntungkan terutama dalam hal:
1. Peningkatan keluaran dalam arti lebih bervariasinya
produk yang diperoleh yaitu berupa bahan rempahrempah, bahan pangan, kayu bakar,bagan industry,
tempat perkembangbiakan mikoriza.
2. Memperkecil

kegagalan

panen

karena

gagal

atau

menurunnya panen dari salah satu komponen masih


dapat diitutupi oleh adanya hasil (panen) komponen
lain; dan
3. Meningkatnya pendapatan petani karena input yang
diberikan

akan

menghasilkan

output

yang

berkelanjutan.

Secara social, sistem agroforestri sangat menguntungkan


terutama dalam hal:
1. Terpeliharanya standar kehidupan masyarakat pedesaan
dengan berkelanjutan pekerjaan dan pendapatan.
2. Terpeliharanya sumber pangan dan tingkat kesehatan
masyarakat karena peningkatan kualitas dan keragaman
produk pangan, gizi dan papan.

3. Terjaminnya stabilitas komunitas petani dan pertanian


lahan

kering

sehingga

dapat

mengurangi

dampak

negatif urbanisasi.
2. Kelemahan sistem agroforestri pesisir pantai
a. Kelemahan dari aspek lingkungan antara lain : (1)
kemungkinan terjadinya persaingan matahari, air tanah
dan hara antara tanaman pohon (hutan) dengan tanaman
pertanian/pangan dan pakan; (2) kerusakan tanaman
pangan

saat

dilakukan

pemanenan

tanaman

pohon

(terutama saat penebangan kayu); (3) tanaman pohon


secara potensial dapat menjadi inang bagi hama dan
penyakit tanaman pertanian; dan (4) relatif lamanya
regenerasi tanaman pohon menyebabkan penyempitan
lahan untuk tanaman pangan sejalan dengan semakin
besarnya tanaman pohon.
b. Kelemahan dari segi sosial ekonomis antara lain : (1)
terbatasnya
pertanian,

tenaga

kerja

khususnya

yang

dalam

berminat

dibidang

membangun

sistem

agroforestri; (2) terjadinya persaingan antara tanaman


pohon dengan tanaman pangan yang dapat menurunkan
hasil

tanaman

dibandingkan
monokultur;

pangan
pada

(3)

waktu

(sumber

penanaman
yang

cukup

gizi

keluarga)

dengan
panjang

sistem
untuk

menunggu panen tanaman pohon dapat mengurangi

produksi

sistem

agroforestri;

(4)

sistem

agroforestri

terutama yang berorientasi komersial diakui lebih komplek


sehingga

lebih

sulit

diterapkan,

apalagi

dengan

pengetahuan petani yang terbatas dibandingkan pada


sistem

pertanian

monokultur;

dan

(5)

keengganan

sebagian besar petani untuk menggantikan tanaman


pertanian/pangan dengan tanaman pohon atau sebaliknya
yang lebih bernilai ekonomis.

III.

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan isi dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Agroforestri adalah sistem pemanfaatan lahan berkelanjutan
yang dapat memelihara atau meningkatkan total hasil
dengan

menkombinasikan tanaman pangan (annual) dan

tanaman pohon-pohonan (perennial) dan/atau ternak dalam


suatu unit lahan, apakah dalam kurun waktu yang bersamaan
atau berbeda, dengan pengelolaan yang sesuai dengan
karakteristik sosilokultural, kondisi ekonomi, dan kondisi
lingkungan dari areal lahan tersebut.
2. Agroforestri di pesisir pantai dapat dilakukan dengan cara
menanam tanaman tahunan dan tanaman semusim, yaitu
cemara

udang

sebagai

tanaman

utama

dan

tanaman

semusim yang ditanam disela-sela cemara udang yaitu


tanaman kacang panjang, tomat, ubi kayu dan pepaya.
3. Kelebihan agroforestri di daerah pantai secara ekologi
utamanya adalah untuk memperkecil potensi abrasi dan
secara ekonomi untuk meningkatkan pendapatan petani.
Selain itu terdapat beberapa kekurangan, tetapi yang paling
utama adalah terjadinya persaingan antara tanaman pohon
dengan tanaman pangan yang dapat menurunkan hasil
tanaman pangan

B. Saran
Kedepannya kami menyarankan agar pembahasan mengenai
isi makalah lebih dikhususkan lagi, mengenai jenis tanaman dan
cara budidayanya.
DAFTAR PUSTAKA

Budiadi, et al., 2012. Pembaharuan Paradigma Agroforestri Indonesia Seiring


Meningkatnya Isu Kerusakan Lingkungan dan Sustainable Livelihood.
Seminar Nasional Agroforestri III, UGM, Yogyakarta, 29 Mei 2012.
Dahuri, Dkk 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara
Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta.
Harjadi dan Miardini, 2010. Penanaman Cemara Laut (Casuarina
equisetifolia LINN) sebagai upaya Pencegahan Abrasi di Pantai Berpasir.
Jurnal Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Vol. VII ( 5).
Sardjono,M.A, T. Djogo, H. Susilo Arifin dan N. Wijayanto (2003). Klasifikasi
dan Pola Kombinasi Komponen Agroforestri, Indonesia World Agroforestry
Centre (ICRAF), Southeast Asia Regional Office. PO Box 161 Bogor,
Indonesia.
Sukresno, 2007. Reklamasi Lahan Pantai Berpasir : Studi Kasus Di Pantai
Samas Kabupaten Bantul Provinsi DIY. Prosiding Gelar Teknologi.
Pemanfaatan Iptek Untuk Kesejahteraan Masyarakat, 30-31 Oktober 2007.
P3HKA. Bogor.
Vergara, n. T. 1982. New directions in agroforestry : the potential
of Tropical legume trees. Sustaimed outputs from Legume
tree based agroforestry systems. Environment And policy
institute east west centre honolulu, hawaii, 36 pp
Winarni, W. W., et al. 2012. Peran Wind Barrier Cemara Udang (Casuarina
equisetifolia var. incana) dalam Agroforestri Pesisir. Seminar Nasional
Agroforestri III, 29 Mei 2012, hal 245-248. Yogyakarta.

Winarni, W.W. Y. Rahayu, W.D. Atmanto dan S. Danarto, 2008. Upaya


Manipulasi Lingkungan Pesisir dengan memanfaatkan Mulsa Organik untuk
menigkatkan Pertumbuhan Cemara Udang (Casuarina equisetifolia Linn.).
Prosiding Seminar Nasional Silvikultur Rehabilitasi Lahan: Pengembangan
Strategi untuk mengendalikan Tingginya Laju Degradasi Hutan. Fakultas
Kehutanan UGM. Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai