Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia menduduki peringkat tertinggi ketiga diantara
negara-negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Tahun 2010 per 1000
kelahiran hidup sebanyak 4 jiwa di Singapura, 12 jiwa di Malaysia, 38 jiwa di Filipina, sedangkan
di Indonesia, menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005 sekitar 54 per
kelahiran hidup (Depkes RI, 2007). Walaupun pada tahun 2004 angka tersebut mengalami
penurunan yaiut menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup, akan tetapi angka ini masih jauh dari target
pencapaian tahun 2010 yaitu 15 per 1000 kelahiran hidup (Saifudin, 2004)
Di Indonesia angka kematian neonatal sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup. Dari hasil survey
demografi kesehatan Indonesia pada tahun 2007 penyebab utama kematian dini adalah Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak (35%), asfiksia (33,6%), tetanus (31,4%). Angka tersebut
cukup memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap morbiditas dan morallitas bayi baru
lahir (Wijaya, 2009)
Sementara World Health Organisation (WHO) tahun 2011 dalam laporannya menjelaskan
bahwa asfiksia neonatus merupakan urutan pertama penyebab kematian. Pada tahun 2007 yaitu
asfiksia neonatus sebesar 33%, setelah itu BBLR sebesar 19,0 % dan prematuritas sebesar 19%.
Menurut Manuaba (2005), asfiksia adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak
segera bernapas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. Hal ini disebabkan oleh hipoksia
janin dalam rahim yang berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan, dan setelah kelahiran
Menurut Hasan (2005), bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen
selama kehamilan atau persalinan, akan terjadi asfiksia yang lebih erat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian.
Penatalaksanaan Asfiksia yaitu dengan cara mencegah kehilangan panas dan mengeringkan
tubuh bayi, meletakkan posisi bayi sedikit ekstensi, membersihkan jalan nafas, menilai bayi
(Saifudin, 2005). Tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan pada bayi
baru lahir dengan asfiksia yaitu tujuan mengenal bayi dengan asfiksia neonatus. Sehingga
tindakan bidan dalam memberikan asuhan pada bayi baru lahir dengan asfiksia dan melakukan
tindakan yang dimulai dari resusitasi, membebaskan jalan napas, mengusahakan bantuan medis,
merujuk dengan benar serta memberikan perawatan lanjutan pada bayi secara tepat dan simetris
(Kriebs, 2008).

Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Karanganyar dari bulan januari 2012 sampai
Oktober 2012 terdapat Bayi Baru Lahir sebesar 1090 orang. Bayi Baru Lahir Normal sebesar 298
orang (27,33%), Asfiksia Ringan 441 bayi (40,45%), Berat Badan Lahir Rendah 170 bayi
(15,59%), bayi dengan caput 170 bayi (15,59%), asfiksia sedang 95 bayi (8,71%), bayi dengan
ikterik 31 bayi (2,84%), Asfiksia berat 25 bayi (2,29%).
Berdasarkan uraian diatas, asfiksia sedang masih terlalu tinggi, maka dari itu Asfiksia Sedang
memerlukan penanganan yang segera supaya bayi bisa diselamatkan dan tidak berlanjut menjadi
Asfiksia Berat. Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul Asuhan Kebidanan Pada Bayi
Baru Lahir Bayi Ny. S dengan Asfiksia Sedang di RSUD Karanganyar

B. Rumusan Masalah
Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny.S dengan
Asfiksia Sedang di RSUD Karanganyar.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti membatasi masalah pada gambaran
pengetahuan dan sikap Asfiksia Sedang pada bayi baru lahir.
D. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Mengetahui pengetahuan tentang Asfiksia Sedang pada bayi baru lahir.
2.
Tujuan Khusus
a. Melaksanakan identifikasi dan analisa data dasar pada bayi S dengan
Asfiksia Sedang.
b. Dapat mengidentifikasi diagnosa serta masalah aktual pada bayi S
dengan Asfiksia Sedang.
Dapat mengantisipasi diagnosa atau masalah Potensial pada bayi S dengan
Asfiksia Sedang.
c. Dapat mengantisipasi perlunya tindakan segera dan rujukan pada bayi S
dengan Asfiksia Sedang.
d. Dapat merencanakan tindakan asuhan kebidanan pada bayi S dengan
Asfiksia Sedang.
e. Dapat mengimplementasikan tindakan asuhan kebidanan yang telah
direncanakan pada bayi S dengan Asfiksia Sedang.
f. Dapat mendokumentasikan semua temuan dan tindakan dalam
asuhan kebidanan yang telah diberikan pada bayi S dengan Asfiksia Sedang.
E. Manfaat Penulisan

1. Manfaat praktis
Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III
Kebidanan.
2. Manfaat ilmiah
Sebagai bahan masukan atau informasi bagi tenaga bidan khususnya yang berkaitan
dengan asfiksia sedang.
3. Manfaat institusi
Sebagai bahan acuan yang diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan
institusi penulisan karya tulis ilmiah selanjutnya.
4. Manfaat bagi penulis
Sebagai bahan tambahan pengalaman berharga bagi penulis untuk memperluas dan
menambah wawasan dalam asuhan kebidanan.

BAB II
PEMBAHASAN
I.

Definisi
Beberapa definisi asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut :
1. Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir (FKUI RSCM, 2000 : 1072).
2. Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami
gangguan pertukaran gas dan transpor oksigen, sehingga penderita kekurangan

persediaan oksigen dan kesulitan dalam mengeluarkan karbon dioksida


(AH.Markum, 2001 : 261).
3. Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernapasan pada
BBL (APN, 2008 : 4-11).
II.

Tanda dan Gejala


Beberapa tanda dan gejala yang dapat muncul pada asfiksia neonatorum adalah :
1. Tidak ada pernapasan (apnea) atau pernapasan lambat (kurang dari 30 kali per
menit). Apnea terbagi atas dua yaitu :
Apnea Primer : pernapasan cepat, denyut nadi menurun, dan tonus

neuromuscular menurun.
Apnea Sekunder : apabila asfiksia berlanjut, bayi menunjukkan
pernapasan megap-megap yang dalam, denyut jantung terus menurun,

2.
3.
4.
5.
6.
III.

terlihat lemah (pasif), dan pernapasan makin lama makin lemah.


Pernapasan tidak teratur, dengkuran, atau retraksi (perlekukan dada).
Tangisan lemah.
Warna kulit pucat dan biru.
Tonus otot lemas atau terkulai.
Denyut jantung tidak ada atau perlahan (kurang dari 100 kali per menit).

Etiologi
Aliran darah ibu ke bayi dapat dipengaruhi oleh keadaan ibu. Jika aliran oksigen ke
janin bekurang, akan mengakibatkan gawat janin. Hal ini dapat menyebabkan asfiksia
pada bayi baru lahir. Akan tetapi, bayi juga dapat mengalami asfiksia tanpa didahului
tanda gawat janin.
Gawat Janin. Banyak hal yang dapat menyebabkan bayi tidak bernapas saat lahir.
Sering kali hal ini terjadi ketika bayi sebelumnya mengalami gawat janin. Akibat
gawat janin, bayi tidak menerima oksigen yang cukup. Gawat janin adalah reaksi
janin pada kondisi dimana terjadi ketidakcukupan oksigen.
Gawat janin dapat diketahui dengan hal-hal berikut :
1. Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali per
menit.
2. Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10 kali per
hari).
3. Adanya air ketuban yang bercampur dengan mekonium atau berwarna
kehijauan (pada bayi dengan presentasi kepala).

Faktor yang Dapat Menyebabkan Gawat Janin


Faktor
Keadaan Ibu

Keterangan
1.
Pre-eklamsia dan eklamsia

2.
3.
4.
5.
6.

Keadaan tali pusat

1.
2.
3.
4.
1.
2.

Keadaan bayi
3.
4.

Perdarahan abnormal
(plasenta previa atau solusio plasenta)
Partus lama atau partus macet
Demam selama persalinan
Infeksi berat
(malaria, sifilis, TBC, HIV)
Kehamilan postmatur
(sesudah 42 minggu kehamilan)
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
Prolapsus tali pusat
Bayi prematur
(sebelum 37 minggu kehamilan)
Persalinan sulit
(letak sungsang, bayi kembar, distosia
bahu, ekstraksi vakum, forcep)
Kelainan bawaan
Air ketuban bercampur meconium
(warna kehijauan)

IV.

Patofisiologi
Kondisi patofisiologis yang menyebabkan asfiksia meliputi kurangnya
oksigenasi sel, retensi karbon dioksida berlebihan, dan asidosis metabolik. Kombinasi
ketiga peristiwa tersebut menyebabkan kerusakan sel dan lingkungan biokimia yang
tidak cocok dengan kehidupan. Tujuan resusitasi adalah intervensi tepat waktu yang
membalikkan efek-efek biokimia asfiksia, sehingga mencegah kerusakan otak dan
organ yang ireversibel, yang akibatnya akan ditanggung sepanjang hidup.
Pada awalnya, frekuensi jantungdan tekanan darah akan meningkat dan bayi
melakukan upaya megap-megap (gasping). Bayi kemudian masuk ke periode apnea
primer. Bayi yang menerima stimulasi adekuat selama apnea primer akan mulai
melakukan usaha napas lagi. Stimulasi dapat terdiri atas stimulasi taktil
(mengeringkan bayi) dan stimulasi termal (oleh suhu persalinan yang lebih dingin).
Bayi-bayi yang mengalami proses asfiksia lebih jauh berada dalam tahap
apnea sekunder. Apnea sekunder dapat dengan cepat menyebabkan kematian jika bayi
tidak benar-benar didukung oleh pernapasan buatan, dan bila diperlukan, dilakukan
kompresi jantung. Warna bayi, berubah dari biru ke putih karena bayi baru lahir
menutup sirkulasi perifer sebagai upaya memaksimalkan aliran darah ke organ-organ
seperti jantung, ginjal, dan adrenal.

Selama apnea, penurunan oksigen yang tersedia menyebabkan pembuluh


darah di paru-paru mengalami konstriksi. Keadaan vasokonstriksi ini menyebabkan
paru-paru resistan terhadap ekspansi, sehingga mempersulit kerja resusitasi janin yang
persisten. Foramen ovale terus membuat pirau darah dari atrium kanan ke atrium kiri
dan ductus arteriosus terus membuat pirau darah ke aorta, melewati paru-paru yang
konstriksi. Bayi baru lahir dalam keadaan asfiksia tetap memiliki banyak gambaran
sirkulasi janin.
Selama hipoksia, perubahan biokimia yang serius menyebabkan penimbunan
sampah metabolic akibat metabolism anaerob. Akibat ketidak adekuatan ventilasi,
bayi baru lahir cepat menimbun karbon dioksida. Hiperkarbia ini mengakibatkan
asidosis respiratorik yang lebih jauh lagi akan menekan upaya napas.
Dalam periode waktu singkat, kurangnya oksigen menyebabkan metabolism
pada bayi baru lahir berubah menjadi metabolism anaerob, terutama karena
kurangnya glukosa yang dibutuhkan untuk sumber energi pada saat kedaruratan. Hal
ini mengakibatkan akumulasi asam laktat dan asidosis metabolik. Asidosis
metabolikhanya akan hilang setelah periode waktu yang signifikan dan merupakan
masalah sisa bahkan setelah frekuensi pernapasan dan frekuensi jantung adekuat.
Efek hipoksia terhadap otak sangat terlihat. Pada hipoksia awal, aliran darah
ke otak meningkat, sebagai bagian mekanisme kompensasi. Kondisi tersebut hanya
dapat memberikan penyesuaian sebagian. Jika hipoksia berlanjut, maka tidak akan
terjadi penyesuaian akibat hipoksia pada sel-sel otak. Beberapa efek hipoksia yang
paling berat muncul akibat tidak adanya zat penyedia energi, seperti ATP, berhentinya
kerja pompa ion-ion transeluler, akumulasi air, natrium, dan kalsium, dan kerusakan
akibat radikal bebas oksigen. Seiring dengan penurunan aliran darah yang
teroksigenasi, maka asam amino yang meningkat akibat pembengkakan jaringan otak
akan dilepas. Proses ini dapat mengakibatkan kerusakan neurologis yang mencolok
atau samar-samar. Kejang dapat muncul selama 24 jam pertama setelah bayi lahir.
Awal kejang selama periode ini merupakan tanda yang mengkhawatirkan dan
merupakan tanda peningkatan kemungkinan terjadinya kerusakan otak yang
permanen.
Dalam praktik menentukan tingkat asfiksia bayi dilakukan dengan penilaian
skor APGAR. Biasanya dinilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap dan 5 menit setelah
1.
2.
3.

bayi lahir. Patokan klinis dimulai dengan :


Menghitung frekuensi jantung.
Melihat usaha bernapas.
Melihat tonus otot.

4.
5.

Menilai refleks rangsangan.


Memperhatikan warna kulit.

Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR adalah sebagai berikut :


Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3.
Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6.
Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9.
Bayi normal dengan nilai APGAR 10.
Nilai APGAR
Skor
A : Appearance
(warna kulit)

0
Biru, pucat

P : Pulse
(denyut nadi)

Tidak ada

1
Badan merah muda
Ekstremitas biru
Lambat
(dibawah 100

2
Seluruhnya merah
muda
Diatas 100 kali/menit

kali/menit)
G : Grimace
(refles)
1.
Respons terhadap

Tidak ada respons

Menyeringai

Batuk atau bersin

Tidak ada respons

Menyeringai

Menangis dan menarik

Pincang

Beberapa

kaki
Fleksi dengan baik

kateter dalam lubang


hidung (dicoba setelah
orofaring
2.

dibersihkan).
Tangensial foot siap

A : Activity
(tonus otot)
R : Respiration
(usaha bernapas)
V.

ekstremitas
Tidak ada

pincang
Tangisan lemah

Tangisan kuat

Hipoventilasi

Diagnosis
Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tandatanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian dijelaskan berikut ini.

1.

Denyut jantung janin


Frekuensi normal adalah 120-160 denyut per menit. Selama his berlangsung,
frekuensi ini dapat turun, tetapi diluar his, frekuensi akan kembali lagi pada keadaan
semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak terlalu berarti, tetapi

apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 kali per menit diluar his dan terlebih lagi
jika tidak teratur, hal tersebut merupakan tanda bahaya.
2.

Mekanisme dalam air ketuban


Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, tetapi pada presentasi kepala
mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan harus menimbulkan kewaspadaan.
Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan
indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal tersebut dapat dilakukan dengan mudah.

3.

Pemeriksaan pH darah janin


Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks, dibuat sayatan
kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pHnya. Adanya asidosis menandakan turunnya pH. Apabila pH tersebut sampai turun
dibawah 7,2 hal tersebut dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberapa penulis.

VI.

Penatalaksanaan
A. Prinsip
Prinsip penatalaksanaan asfiksia adalah sebagai berikut :
Pengaturan suhu
Segera setelah lahir, badan dan kepala neonates hendaknya dikeringkan
seluruhnya dengan kain kering dan hangat, kemudian bayi diletakkan
telanjang dibawah alat/lampu pemanas radiasi atau pada tubuh ibunya. Bayi
dan ibu sebaiknya diselimuti dengan baik, namun harus diperhatikan pula agar

tidak terjadi pemanasan yang berlebihan pada tubuh bayi.


Tindakan A-B-C-D
(Airway/membersihkan jalan napas, Breathing/mengusahakan timbulnya
pernapasan/ventilasi, Circulation/memperbaiki sirkulasi tubuh,
Drug/memberikan obat).

Memastikan Saluran Napas Terbuka


1.
Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi, bahu diganjal.
2.
Mengisap mulut, hidung, dan trakea.
3.
Bila perlu, pipa ET dimasukkan untuk memastikan saluran pernapasan terbuka.

Memulai Pernapasan
1.
Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernapasan.
2.
Memakai VTP bila perlu, seperti sungkup dan balon, pipa ET dan balon, mulut ke
mulut (dengan menghindari paparan infeksi).

Mempertahankan Sirkulasi Darah


1.
2.

Rangsangan dan mempertahankan sirkulasi darah dengan cara berikut.


Kompresi dada.
Pengobatan.

B. Resusitasi
a. Prinsip Dasar Resusitasi
1.
Memberikan lingkungan yang baik dan mengusahakan saluran pernapasan.
2.
Memberikan bantuan pernapasan secara aktif.
3.
Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi.
4.
Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik.
b. Perlengkapan dan Peralatan Resusitasi
Perlengkapan pengisap
Suction karet.
Suction dan selang mekanis.
Kateter suction, 5F atau 6F, 8F, 10F, atau 12F.
Selang pemberian makan 8F dan spuit 20 mL.
Aspirator meconium.
2.
Peralatan kantong dan masker
Bag resusitasi neonatus dengan katup pelepasan tekanan atau manometer
1.

tekanan, bag tersebut harus mampu mengalirkan 90-100% oksigen.


Masker wajah, dengan ukuran bayi baru lahir, dan ukuran bayi prematur

(masker dengan bantalan pada pinggirnya lebih disukai).


Oksigen dengan pengukuran aliran (kecepatan aliran sampai 10 L/menit).
Peralatan Intubasi
Laringoskopi dengan bilah lurus, nomor 0 (bayi kurang bulan) dan nomor 1

(bayi cukup bulan).


Bola lampu dan baterai tambahan untuk laringoskopi.
Selang endotrakea, dengan diameter internal 2,5 ; 3,0 ; 3,3 ; 4,0 mm.
Stylet (pilihan).
Gunting.
Plester atau alat fiksasi untuk selang endotrakea.
Spons alkohol.
Detektor karbon dioksida (pilihan).
Jalan napas buatan berupa masker laryngeal (pilihan).

3.

4.

Obat-obatan
Epinefrin 1 : 10.000 (0,1 mg/mL) dalam ampul 3 mL atau 10 mL.
Kristaloid isotonic (salin normal, atau ringer laktat) untuk mengekspansi

volume 100 atau 250 mL.


Natrium bikarbonat 4,2 % (5 mEq/10 mL) di dalam ampul 10 mL.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

5.

Nalokson hidroklorida 0,4 mg/mL dalam ampul 1 mL atau 1,0 mg/mL dalam
ampul 2 mL.
Dekstrosa 10 %, 250 mL.
Salin normal untuk membilas.
Selang pemberian makan (pilihan).
Perlengkapan kateterissasi pembuluh darah umbilicus.
Sarung tangan steril.
Pisau bedah atau gunting.
Larutan povidon iodin.
Plester umbilikus.
Kateter umbilikus 3, 5F.
Stopcock tiga jalur.
Spuit 1, 3, 5, 10, 20, 50 mL.
Jarum ukuran 25, 21, 18 gauge atau alat pungsi untuk sistem tanpa jarum.
Lain-lain
sarung tangan dan pelindung diri yang dibutuhkan.
Lampu penghangat.
Permukaan resusitasi yang padat, berbantalan.
Jam.
Linen yang dihangatkan.
Stetoskop.
Plester atau inci.
Monitor jantung dan oksimetri elektroda atau oksimetri nadi dan probe.
Jalan napas buatan orofaring (ukuran 0, 00, 000, atau panjang 30, 40, 50 mm).

c. Cara Resusitasi
Tahap I : Langkah Awal
Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Bagi sebagian besar bayi
baru lahir, 5 langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi

bernapas spontan dan teratur.


Menjaga bayi tetap hangat
Letakkan bayi di atas perut ibu.
Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, potong tali

pusat.
Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih,

1.

2.

kering, dan hangat.


Jaga bayi tetap diselimuti dan di bawah pemancar panas.
Mengatur posisi bayi
Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong.
Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan menempatkan pengganjal
bahu sehingga kepala sedikit ekstensi.

3.

Mengisap lendir
Gunakan alat pengisap lendir DeLee dengan cara sebagai berikut :
Isap lender mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.
Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, tidak pada saat

memasukkan.
Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm ke dalam
mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung) karena dapat menyebabkan
denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti bernapas.
Apabila pengisapan dilakukan dengan balon karet lakukan dengan cara

4.

sebagai berikut :
Tekan bola di luar mulut.
Masukkan ujung pengisap di rongga mulut dan lepaskan (lendir akan terisap).
Untuk hidung, masukkan ke lubang hidung.
Mengeringkan dan merangsang bayi
Keringkan bayi mulai dari wajah, kepala, dan bagian tubuh lainnya dengan

sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai bernapas.


Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini :
1.
Menepuk atau menyentil telapak kaki.
2.
Menggosok punggung/perut/dada/tungkai bayi dengan telapak tangan.
5.
Mengatur kembali posisi kepala bayi dan selimut bayi
Ganti kain yang telah basah dengan kain kering di bawahnya.
Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada

6.

agar bisa memantau pernapasan bayi.


Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.
Melakukan penilaian bayi
Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau megapmegap.
Bila bayi bernapas normal : lakukan asuhan pasca resusitasi.
Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas : mulai lakukan ventilasi bayi.
Tahap II : Ventilasi
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah
volume udara ke dalam paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli
paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur.
Langkah-langkah ventilasi adalah sebagai berikut :
Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.

1.
2.

Ventilasi 2 kali
Lakukan tiupan atau pemompaan dengan tekanan 30 cm air.

Tiupan awal tabung-sungkup atau pemompaan awal balon-sungkup sangat


penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernapas dan

menguji apakah jalan napas bayi terbuka.


Lihat apakah dada bayi mengembang.
Saat melakukan tiupan/pemompaan, perhatikan apakah dada bayi

mengembang dan bila tidak mengembang :


1.
Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.
2.
Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.
3.
Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan
4.
3.

pengisapan.
Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air (ulangan), bila dada
mengembang, lakukan tahap berikutnya.
Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan balon
dan sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air

sampai bayi mulai mengangis dan bernapas spontan.


Pastikan dada mengembang saat dilakukan peniupan atau pemompaan, setelah
30 detik, lakukan penilaian ulang napas.
Jika bayi mulai bernapas spontan atau menangis, hentikan ventilasi secra

bertahap.
Lihat dada, apakah ada retraksi dinding dada bawah.
Hitung frekuensi napas per menit, dengan cara jika bernapas > 40 per menit
dan tidak ada retraksi berat (jangan ventilasi lagi, letakkan bayi dengan kontak
kulit ke kulit pada dada ibu dan lanjutkan asuhan BBL. Pantau setiap 15 menit
untuk pernapasan dan kehangatan, katakana kepada ibu bahwa bayinya
kemungkinan besar akan membaik, lanjutkan asuhan pascaresusitasi). Jika

4.

bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi.


Ventilasi setiap 30 detik, hentikan dan lakukan penilaian ulang napas
Lanjutan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air).
Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian apakah bayi bernapas,
tidak bernapas atau megap-megap. (jika bayi megap-megap atau tidak
bernapas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian lakukan
penilaian ulang napas setiap 30 detik).
Menyiapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit

5.

6.

resusitasi
Jelaskan pada ibu apa yang terjadi, apa yang anda lakukan dan mengapa.
Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan.
Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan.
Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medis persalinan.
Melanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi

Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tidak
teraba, lanjutkan ventilasi selama 10 menit. Hentikan resusitasi, jika denyut
jantung tetap tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tidak teraba. Jelaskan pada
ibu dan berilah dukungan kepadanya, serta lakukan pencatatan. Bayi yang
mengalami asistole (tidak ada denyut jantung) selama 10 menit, kemungkinan
besar mengalami kerusakan otak yang permanen.
Tahap III : Asuhan Pascaresusitasi
Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pascaresusitasi yang merupakan
perawatan intensif selama 2 jam pertama. Penting sekali pada tahap ini
dilakukan konseling, asuhan BBL dan pemantauan secara intensif, serta
pencatatan. Asuhan yang diberikan sesuai dengan hasil resusitasi, yaitu
sebagai berikut.
Resusitasi berhasil
Resusitasi berhasil jika bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah

1.

2.

awal atau sesudah ventilasi.


Ajari ibu atau keluarga untuk membantu bidan menilai keadaan bayi.
Jelaskan mengenai pemantauan BBL dan bagaimana memperoleh pertolongan
segera bila bayi mengalami masalah.
Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi, seperti adanya tanda-tanda berikut:
a. Tidak dapat menyusu
b. Kejang
c. Mengantuk atau tidak sadar
d. Napas cepat (lebih dari 60 per menit)
e. Merintih
f. Retraksi dinding dada bawah
g. Sianosis sentral
Jika perlu rujukan
Jika resusitasi belum atau kurang berhasil, maka bayi perlu rujukan, yaitu jika
sesudah resusitasi 2 menit, bayi belum bernapas atau megap-megap, atau pada
pemantauan didapatkan kondisinya memburuk. Rujuk segera bila terdapat
salah satu tanda-tanda bahaya tersebut. Sebelum dirujuk, lakukan tindakan

3.

prarujukan berikut :
Pemantauan dan perawatan tali pusat.
Bila napas bayi dan warna kilit normal, berikan bayi kepada ibu.
Pencegahan hipotermi.
Pemberian vitamin K.
Pencegahan infeksi.
Pemeriksaan fisik.
Resusitasi tidak berhasil

Resusistasi tidak berhasil jika setelah 10 menit sudah resusitasi, bayi tetap
tidak bernapas dan tidak ada denyut jantung. Tindakan berikutnya adalah
bidan melakukan pencatatan dan pelaporan kasus.
Istilah partograf secara lengkap yang mencakup identitas ibu, riwayat
kehamilan, jalannya persalinan, kondisi ibu, kondisi janin, dan kondisi BBl.
Denyut jantung bayi penting sekali untuk dicatat karena sering kali asfiksia
bermula dari keadaan gawat janin pada persalinan. Apabila didapati gawat
janin, tuliskan apa yang dilakukan. Saat ketuban pecah perlu dicatat pada
partograf dan berikan penjelasan apakah air ketuban bercampur meconium
atau tidak. Kondisi BBL juga diisi pada partograf. Bila bayi mengalami
asfiksia, selain dicatat pada partograf, juga perlu dibuat catatan khusus di buku
harian atau buku catatan, cukup ditulis tangan. Usahakan agar mencatat secara

1.
2.
3.

lengkap dan jelas hal-hal berikut.


Nama ibu, tempat, tanggal melahirkan, dan waktunya.
Kondisi janin atau bayi :
Apakah ada gawat janin sebelumnya?
Apakah air ketuban bercampur mekonium?
Apakah bayi menangis spontan, bernapas teratur, megap-megap, atau tidak

bernapas?
Apakah tonus otot baik?
Waktu mulai resusitasi.
Langkah resusitasi yang dilakukan.
Hasil resusitasi.

4.

SOAP TEORI

SUBJEKTIF (S)
Data subjektif adalah data yang diperoleh dari anamnesa kepada pasien maupun pada
keluarga pasien yang berisi :
-

Identitas (Nama pasien (bayi), ibu, dan ayah, umur pasien (bayi) ibu dan ayah,
agama pasien (bayi) ibu dan ayah, pekerjaan ibu dan ayah pasien, pendidikan

terakhir ibu dan ayah pasien, alamat pasien)


Keluhan utama (yang dirasakan pasien)

OBJEKTIF (O)
Data objektif merupakan data yang di perolehdari pemeriksaan yang dilakukan
langsung kepada pasien, antra lain berisi :
Pemeriksaan fisik umum
- Keadaan umum
- Kesadaran
- Tangis
- Warna
- Gerak
- TTV
N
: normalnya 120-140x/menit
S
: normalnya 36,5-37C
RR
: normalnya 30-60x/menit
- Berat badan
(N : 2500-4000)
- Panjang badan
(N : 45-53)
Pemeriksaan fisik khusus
- Inspeksi
Kepala
:
warna
rambutada/tidak

caput

suksadenum

dan

cephalhematoma
Wajah
: pucat/tidak, oedem/tidak, ikhterus/tidak
Mata
: simetris/tidak, konjungtiva anemis/tidak, sclera ikhterus/tidak
Hidung
: lubang hidung simetris/tidak, pucat/tidak, ada/tidak
labioskizis
/ palatoskizis
simetris/tidak,

Telinga

ada/tidak

serumen

Dada
Payudara
Abdomen

porulen/tidak, apakah daun telinga menempel kepala/tidak


: simetris/tidak, terdapat tarikan intercoste/tidak
: simetris/tidak, putting terbentuk sempurna/tidak
: normal/tidak, tali pusat bersih/kotor, ada/tidak perdarahan tali

pusat, ada/tidak infeksi tali pusat


Genetalia
:
Laki-laki : testis sudah turun/belum,

berlebih.terdapat

skrotum

terbentuk

sempurna/tidak, lubang uretra di ujung penis/tidak


Perempuan : labia mayor sudah menutupilabia minor/tidak
Anus
: ada/tidak lubang anus
Punggung
: ada/tidak benjolan abnormal
Eks. Atas
: simetris/tidak, pergerakan normal/tidak, ada/tidak polidaktil
Eks. Bawah

dan sindaktil
: simetris/tidak, pergerakan normal/tidak, ada/tidak polidaktil
dan sindaktil

Palpasi
Kepala

cephalhematoma

ada/tidak

benjolan,ada/tidak

caput

suksadeneum

dan

Leher
Abdomen
Eks. Atas
Eks. Bawah
Auskultasi
Dada

: ada/tidak pembesaran vena jugularis, ada/tidak bullneck


: ada/tidak pembesaran hepar
: oedem/tidak
: oede/tidak
: terdapat/tidak suara wheezing, ronchi dan stridor, suara

jantung lup dup tunggal


Pemeriksaan Neurologis
- Reflek moro : bila bayi dikagetkan, maka bayi akan mengangkat kedua
-

tangan kakinya
Reflek glabela : bila bayi disentuh pangkal hidung, bayi mengedipkan mata

dan mengerutkan kening


Konjungtiva mandibularis : bila disentuh dari pangkal hidung keatas
membentuk garis lurus, mandibularis maka bayi akan menutup mata dan

membuka mata sambil mengangkat pipi


Reflek rooting : bila pipi bayi disentuh, bayi akan mencari arah sentuhan
Reflek sucking
: bila diberi putting atai dot dalam mulut, bayi akan

menghisap
Reflek swallowing : saat bayi menelan, jakun terlihat naik turun
Reflek graft : bila telapak tangan bayi disentuh, akan menggenggam dengan

cepat
Reflek gland : saat kaki di sentuh dan di lipatan paha maka kepalanya akan

diangkat
- Reflek babinsky : ketika telapak kaki disentuh, bayi akan menggerakan jari
Pemeriksaan Antropometri
- Lingkar lengan atas : untuk mengetahui ukuran LILA bayi (N : 11-12)
- Lingkar dada
: untuk mengetahui lingkar dada bayi (N : 30-38)
- Ukuran kepala
Diameter sub occipito bregmatica (SOB)
: N 9,5 cm
Diameter sub Frontalis (SOF)
: N 11 cm
Diameter Mento occipitalis (MO)
: N 12 cm
Diameter sub Mento bregmatica (SMB)
: N 13,5 cm
Diameter Biparetal
: N 9,5 cm
Diameter Biteporal
: N 9 cm
Sirkumferensia sub occipito bregmatica (SOB)
: N 32 cm
Sirkumferensia Frontalis occipitalis (FO)
: N 34 cm
Sirkumferensia mento occipitalis (MO)
: N 35 cm

ANALISA (A)

Analisa merupakan data analisa atau penyampaian yang sesuai dengan subjektif dan
objektif

PENATALAKSANAAN (P)
Penatalaksanaan merupakan perencanaan tindakan yang di tujukan untuk bayi dan
anjuran untuk ibu.

TINJAUAN KASUS
Tanggal : 24 April 2013
Tempat : RSUD Karanganyar
Pukul : 11.00
Identitas
I. Data Bayi
Nama

: Bayi Ny S.

Tanggal lahir

: 23 April 2013

Jenis kelamin

: Laki-laki

II. Data Orangtua


Nama Ibu

: Ny. S

Nama Ayah

: Tn. A

Umur

: 23 tahun

Umur

: 26 tahun

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Jl. Semarang Surabaya

Alamat

: Jl. Semarang Surabaya

S : Ibu mengatakan anaknya yang ketiga lahir pada tanggal 23 April 2013, pukul 10.55 WIB
dan jenis kelaminnya laki-laki

O:
a) Nilai Apgar Score:
A (appearance/warna kulit)

:1

P (pulse/denyut nadi)

:1

G (grimace/reflex)

:1

A (activity/tonus otot)

:1

R (respiration/tangisan)

:1

Total

=5

Kriteria
: Asfiksia Sedang
b) Pemeriksaan Fisik
Kepala
:
Normal, ubun-ubun besar belum menutup, tidak ada moulage, tidak terdapat cephal

hematoma
Muka
:
pucat, simetris, tidak ada odema
Mata:
Simetris, konjungtiva kemerahan, sklera putih
Kulit:
sianosis
Hidung:
Terdapat napas cuping hidung, terdapat sekret, tidak ada benjolan
Mulut:
Kebiruan, tidak ada labioskisis atau labiopalatoskisis
Telinga:
Bersih, simetris, tidak ada serumen
Leher:
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Dada :
Gerakan dada sesuai pola bernafas, terdapat retraksi
Abdomen:
Normal, tidak ada pembesaran
Umbilikus:
Tali pusat tidak ada perdarahan, terbungkus kassa steril
Genitalia:
Testis sudah turun dalam skrotum
Anus:
Berlubang, ditandai dengan keluarnya mekonium
Ekstremitas:
Kebiruan, tidak ada oedema akral dingin, kuku sudah melebihi jari
Refleks:
a. Moro
: kuat, jika bayi dikagetkan dengan cara menyentuh tangan bayi maka
tangan bayi akan terkejut

b. Rooting

: lemah, jika bayi diberi rangsangan dengan cara menyentuh sisi mulut

bayi maka bayi akan menoleh.


c. Sucking : lemah, bayi belum bisa menyusu dengan benar
d. Swallowing : lemah, bayi belum bisa menelan dengan kuat
c) Vital Sign
Suhu : 36 C
Nadi : 100x/menit
Pernafasan : 28x/menit
A : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 hari dengan asfiksia sedang.
P:

- Meletakkan bayi di atas perut ibu.


- Menyelimuti bayi.
- Memberitahu ibu dan keluarga bahwa bayinya memerlukan bantuan untuk memulai
bernapas.
- Meminta keluarga mendampingi ibu (memberi dukungan moral, menjaga, dan
melaporkan pada bidan apabila terjadi perdarahan).
- Memindahkan bayi ke tempat resusitasi.
- Menjaga bayi agar tetap hangat.
- Mengatur posisi posisi bayi, yaitu dengan membaringkan bayi terlentang dengan
kepala di dekat penolong. Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi.
- Mengisap lendir dengan menggunakan alat pengisap lendir DeLee atau bola karet :
1. Memasukkan selang pengisap lendir ke dalam mulut tidak lebih dari 5 cm.
2. Mengisap lendir di dalam mulut sambil menarik keluar pengisap.
3. Memasukkan selang pengisap lendir ke dalam hidung tidak lebih dari 3 cm.
4. Mengisap lendir di dalam hidung sambil menarik keluar pengisap.
- Mengeringkan bayi mulai dari wajah, kepala, dan bagian lainnya dengan sedikit
tekanan dan melakukan rangsangan taktil dengan menggosok punggung bayi.
- Mengubah posisi bayi seperti semula (sedikit ekstensi).
- melakukan penilaian pada bayi.
- Memasang sungkup neonatal sampai menutupi mulut dan hidung bayi.
- Melakukan ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cmH2O, mengamati gerakan dada
bayi.
- Melakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cmH2O dalam 30 detik.
- Melakukan penilaian kembali pada bayi.

Anda mungkin juga menyukai

  • Peningkatan Mutu Pelayanan Kebidanan
    Peningkatan Mutu Pelayanan Kebidanan
    Dokumen16 halaman
    Peningkatan Mutu Pelayanan Kebidanan
    fiatul istiqoomah adhom
    100% (1)
  • Makalah Peningkatan Mutu
    Makalah Peningkatan Mutu
    Dokumen19 halaman
    Makalah Peningkatan Mutu
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • Makalah Peningkatan Mutu
    Makalah Peningkatan Mutu
    Dokumen19 halaman
    Makalah Peningkatan Mutu
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • DM Gangren
    DM Gangren
    Dokumen81 halaman
    DM Gangren
    fiatul istiqoomah adhom
    100% (1)
  • DM Gangren
    DM Gangren
    Dokumen81 halaman
    DM Gangren
    fiatul istiqoomah adhom
    100% (1)
  • Manajemen Perawatan Luka Gangren Unusa
    Manajemen Perawatan Luka Gangren Unusa
    Dokumen18 halaman
    Manajemen Perawatan Luka Gangren Unusa
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • Stroke B.puji
    Stroke B.puji
    Dokumen30 halaman
    Stroke B.puji
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • BAB I Sistem Pernafasan
    BAB I Sistem Pernafasan
    Dokumen1 halaman
    BAB I Sistem Pernafasan
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • GiziKBdukun
    GiziKBdukun
    Dokumen11 halaman
    GiziKBdukun
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • Teknologi Kebidanan Tepat Guna
    Teknologi Kebidanan Tepat Guna
    Dokumen13 halaman
    Teknologi Kebidanan Tepat Guna
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • SAP Anc Keluhan TM 1
    SAP Anc Keluhan TM 1
    Dokumen1 halaman
    SAP Anc Keluhan TM 1
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Gizi Dan KB
    Penyuluhan Gizi Dan KB
    Dokumen3 halaman
    Penyuluhan Gizi Dan KB
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • Akupuntur HT
    Akupuntur HT
    Dokumen22 halaman
    Akupuntur HT
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • MTBS40
    MTBS40
    Dokumen18 halaman
    MTBS40
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • Tinjauan Kasus Anc
    Tinjauan Kasus Anc
    Dokumen4 halaman
    Tinjauan Kasus Anc
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • Kerangka Konsep
    Kerangka Konsep
    Dokumen1 halaman
    Kerangka Konsep
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • Soap Teori Bu Hinda BBL
    Soap Teori Bu Hinda BBL
    Dokumen5 halaman
    Soap Teori Bu Hinda BBL
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • Bagan2 Sop Anak
    Bagan2 Sop Anak
    Dokumen5 halaman
    Bagan2 Sop Anak
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • Episiotomi
    Episiotomi
    Dokumen3 halaman
    Episiotomi
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • Empat Macam Ukhuwah
    Empat Macam Ukhuwah
    Dokumen6 halaman
    Empat Macam Ukhuwah
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • POLUSI CA
    POLUSI CA
    Dokumen7 halaman
    POLUSI CA
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • Cahaya 2
    Cahaya 2
    Dokumen5 halaman
    Cahaya 2
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • SOP ANAK Di BPS
    SOP ANAK Di BPS
    Dokumen16 halaman
    SOP ANAK Di BPS
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • Anc Revisi
    Anc Revisi
    Dokumen25 halaman
    Anc Revisi
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Missed Abortion
    Pengertian Missed Abortion
    Dokumen2 halaman
    Pengertian Missed Abortion
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • Adaptasi
    Adaptasi
    Dokumen3 halaman
    Adaptasi
    Helnida Zaini Kaderi
    Belum ada peringkat
  • Adaptasi
    Adaptasi
    Dokumen3 halaman
    Adaptasi
    Helnida Zaini Kaderi
    Belum ada peringkat
  • Ukhuwah
    Ukhuwah
    Dokumen1 halaman
    Ukhuwah
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat
  • SOAP Teori Kehamilan Ekstragandus
    SOAP Teori Kehamilan Ekstragandus
    Dokumen3 halaman
    SOAP Teori Kehamilan Ekstragandus
    fiatul istiqoomah adhom
    Belum ada peringkat