Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penanganan partus yang lama dapat menimbulkan konsekuensi
serius bagi ibu, janin, atau keduanya sekaligus, dampak yang ditimbukan
oleh partus lama salah satunya adalah pembentukan Fistula. Fistula
merupakan saluran tidak normal yang menghubungkan organ-organ bagian
dalam tubuh yang secara normal tidak berhubungan, atau menghubungkan
organ-organ bagian dalam dengan permukaan tubuh bagian luar.
Kasus Fistulla Obstetri seringkali dialami oleh para wanita dari
kalangan sosio ekonomi yang rendah dimana pada saat kehamilan dan
persalinan tidak mendapat pelayanan yang memadai sehingga persalinan
berlangsung lama dan terjebak pada persalinan kasip.
Kompresi kepala janin pada jalan lahir akan menyebabkan dinding
vagina, kandung kemih serta urethra mengalami nekrosis dan selanjutnya
akan terjadi fistula. Kehidupan masyarakat dengan tingkat sosio ekonomi
yang rendah akan menyebabkan gangguan kekurangan gizi yang menahun,
akibatnya pada saat usia reproduksi dan melahirkan kelak akan mengalami
gangguan imbang janin dan jalan lahir. 3
B. Rumusan Masalah
Bagaimana upaya penangulangan serta mengetahui peyebabab dan tipe
fistula, bagaimana gejala-gejala fistula dan penanganannya.
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dan penyebab dari fistula recto_vaginal dan
fistula vesiko_vaginal.
2. Mengetahui gejala dan penanganan recto_vaginal dan fistula
vesiko_vaginal pada organ reproduksi wanita.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fistula

Fistula ialah saluran tidak normal yang menghubungkan organorgan bagian dalam tubuh yang secara normal tidak berhubungan, atau
menghubungkan organ-organ bagian dalam dengan permukaan tubuh
bagian luar.
Fistula Vesikovaginal yaitu terbentuknya fistel atau lubang pada
dinding vagina yang menghubungkan kandung kemih dengan vagina,
akibatnya urine keluar melalui saluran vagina tanpa disadari. (Sarwono,
2010)
Fistula Rectovaginal merupakan kondisi abnormal pada saluran
antara bagian bawah usus besar atau rektum dengan vagina. Fistula
Rektovagina adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan hubungan
yang abnormal antara rektum (bagian bawah dari usus besar) dan vagina
yang menyebabkan terjadinya kebocoran isi usus dari rektum ke vagina.
Oleh

karena

itu,

orang-orang

dengan

fistula

rektovagina

akan

mengeluarkan gas atau feses melalui vagina. Juga dapat terjadi sekret
vagina yang berbau feses.
B. Etiologi
1. Fistula Vesiko Vagina
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Fistula Vesiko
Vagina antara lain :
a. Komplikasi Obstetrik, yaitu terjadi karena persalinan.
1) Karena robekan oleh forceps, alat-alat yang meleset atau karena
sectio sesare.
2) Karena nekrosis tekanan, dimana jaringan tertekan lama antara
kepala anak dan sympisis seperti pada persalinan dengan
panggul sempit, hydrocepalus atau kelainan letak. Kalau
pembukaan belum lengkap dapat terjadi fistula cervicalis atau
fistel ureter, sedangkan pada pembukaan lengkap biasanya
terjadi fistula vesico vaginalis. Pengawasan kehamilan yang
baik disertai pimpinan dan penanganan persalinan yang baik
pula akan mengurangi jumlah fistel akibat persalinan.

Fistel karena perlukaan atau robekan terjadi segera setelah


partus, sedangkan fistel karena nekrosis (partus lama) terjadi 47 hari post partum.
b. Operasi Ginekologi, terjadi pada :
- Karsinoma, terutama karsinoma servisis uteri
- Karena penyinaran : baru timbul 2-5 tahun setelah penyinaran
- Karena operasi ginekologis : pada histerektomi abdominal dan
vaginal atau operasi untuk prolaps dapat terjadi perlukaan
vesika urinaria. Pada histerektomi totalis dapat terjadi lesi dari
ureter atau kandung kemih.
c. Fistula Traumatik, terjadi pada:
- Pada abortus kriminalis
- Perlukaan oleh benda-benda runcing, misalnya karena terjatuh
pada benda yang runcing.
- Karena alat-alat : kateter, sonde, kuret
d. Penyebab lain yang jarang ditemukan seperti kondisi peradangan
saluran pencernaan, penyakit chronis, trauma yang berasal dari
benda asing dan kelainan kongenital
2. Fistula Recto Vaginal
a. Cedera selama proses melahirkan
b. Penyakit Crohn atau penyakit peradangan usus lainnya.
c. Pengobatan kanker atau radiasi di daerah pinggul.
d. Operasi yang melibatkan vagina, perineum, rektum dan anus
berikut komplikasinya
e. Penyebab lainnya seperti infeksi anus atau rektum; diverkulitis;
ulcerative colitis; atau cedera vagina lain yang tidak disebabkan
proses melahirkan.
C. Tanda Dan Gejala Fistula
1. Fistula Vesiko Vaginal
Secara klinis gejala Fistula Vesiko Vagina mengalami inkontinen
urine dan tidak ada rasa nyeri. Komplikasi yang sering terjadi yaitu
adanya iritasi pada daerah perineum dan paha atas, dermatitis kronis,
infeksi saluran kemih serta penumpukkan kristal (Calculi pada bulibuli), amenorrhoe sekunder sebagai akibat sentral oleh karena depresi
berat dan endometritis. Juga dapat terjadi striktura / stenosis vagina
yang merupakan gejala yang sering bersamaan dengan fistula.

Fistula sebagai akibat trauma obstetrik dapat timbul segera setelah


persalinan atau beberapa lama setelah persalinan, sedangkan fistula
akibat tindakan operasi ginekologi 5 - 14 hari pasca bedah.
Pada fistula yang kecil urine dapat merembes sedikit. Gejala paling
sering dari Fistula Vesiko Vagina adalah inkontinensia total involunter
yaitu adanya iritasi daerah vulva dan seringnya terjadi ISK. Trias
gejala yang timbul setelah tindakan pembedahan : sekret air kencing,
nyeri perut dan kenaikan suhu badan dapat dipastikan adanya Fistula
Vesiko Vagina.
2. Fistula Recto Vaginal
Gejala dari fistula recto vaginal antara lain yaitu :
- Keluarnya gas, tinja atau nanah dari vagina.
- Segala sesuatu yang keluar dari vagina berbau tajam.
- Infeksi saluran kemih atau vagina kambuhan.
- Iritasi atau nyeri pada vulva, vagina serta area diantara vagina
-

dan anus (perineum).


Terasa nyeri ketika berhubungan seksual

D. Klasifikasi Fistula
1. Fistula VesikoVaginal
Terdapat 2 jenis fistula vesikovaginalis, yaitu :
a. Simple vesicovaginal fistulae
- Ukuran fistula < 2-3 cm dan terletak supratrigonal.
- Tidak ada riwayat radiasi atau keganasan
- Panjang vagina normal
b. Complicated vesicovaginal fistulae
- Mempunyai riwayat radiasi sebelumnya
- Terdapat keganasan pelvis
- Vagina pendek.
- Ukuran fistula > 3 cm.
- Mengenai trigonum vesika urinaria
2. Fistula Recto Vaginal
Sejumlah faktor yang berhubungan dengan fistula rektovaginal
dapat digunakan untuk mengklasifikasikan fistula termasuk ukuran,
lokasi,

dan

penyebab

fistula.

Faktor-faktor

yang

untuk

mengklasifikasikan fistula ke fistula simple atau kompleks.


a. Simple rektovaginal fistula
- Rendah atau pertengahan vagina septum<2,5 cm dengan
-

diameter
Karena trauma atau infeksi.

b. Kompleks rektovaginal fistula


- Tinggi rektovaginal septum> 2,5 cm dengan diameter
- Karena penyakit radang usus, radiasi, atau neoplasma
Sebelumnya gagal perbaikan.
E. Diagnosis Fistula
Pada Fistula yang besar untuk membuat diagnosis tidaklah sulit oleh
karena dengan mudah dapat dilihat dan diraba, akan tetapi Fistula yang
kecil sangat sulit. Untuk itu diperlukan pemeriksaan tambahan antara lain :
1. Tes pewarnaan Urine (Test Metilen Biru)
Dilakukan jika dengan pemeriksaan Spekulum lokasi Fistel sukar
ditentukan. Beberapa kasa diletakkan dalam vagina, kemudian
kandung kemih diisi dengan metilen biru melalui kateter sebanyak 3050 cc. Setelah 3 5 menit kasa dalam vagina dikeluarkan satu per satu
dengan mudah dapat terlihat adanya cairan metilen biru dan sekaligus
dapat mengetahui lokasi Fistula Vesiko Vagina.
2. Cara lain yang hampir sama yaitu ( Test Tampon Moir )
Disini digunakan untuk membedakan antara Fistula Utero Vagina
yang kecil dan Fistula Vesiko Vagina.
Caranya : 150 200 cc larutan metilen biru dimasukkan dalam
kandung kemih, sebelumnya sudah dimasukkan 3 tampon dalam
vagina. Pasien kemudian disuruh jalan-jalan selama 10-15 menit,
kemudian tampon dikeluarkan. Jika tampon bagian bawah basah dan
berwarna biru maka kebocoran dari urethra. Jika bagian tengah basah
dan berwarna kebiruan berarti dari Fistula Vesiko Vagina. Jika bagian
atas yang basah tetapi tidak berwarna biru berarti dari ureter.
3. Endoskopi ( Cystoscopy )
Dapat membedakan lokasi dan ukuran Fistel serta derajat reaksi
radang sekitar Fistel. Banyak Fistel yang terjadi sesudah tindakan
histerektomi dan lokasi biasanya dibelakang cela intra uterin dan
berhubungan dengan dinding anterior vagina.
4. Pemeriksaan Radiologis
IVP dilakukan untuk membedakan Fistula Vesiko Vagina atau
Obstruksi Ureter dengan retrograde Pyelogram paling bermakna untuk
menentukan adanya Fistula Vesiko Vagina. Retrograde Pyelogram

dilakukan jika pada IVP ditemukan keadaan yang abnormal atau lokasi
Fistula sukar ditentukan.

F. Penanganan/ Pengobatan Fistula


1. Fistula Vesiko Vaginal
Suatu fistula yang diketahui 3 7 hari sesudah operasi dapat
diperbaiki segera secara transabdominal atau transvaginal. Tetapi
fistula yang diketahui sesudah 7 10 hari postoperasi akan diobservasi
sampai proses radang dan indurasi hilang.
Suatu fistula postoperasi yang kecil dalam keadaan yang tenang
dapat sembuh, dengan drainase buli-buli selama 2-3 minggu. Ketika
didiagnosis adanya fistula vesikovaginal postoperasi, stent ureter
segera dimasukkan dan dipasang selama 2 minggu. Karena oedema,
pemasangan ini bisa gagal dan diulangi minggu berikutnya.
Penyembuhan spontan fistula ureterovaginal dapat terjadi dimana
kontinuitas lumen ureter dan infralesi ureter normal .
Fistula yang kecil, berukuran < 2 mm, dahulu dilakukan fulgurasi
atau kauterisasi kimia dengan drainase buli-buli. Cara ini memiliki
angka kegagalan tinggi dengan tambahan perlukaan serta kerusakan
pada jaringan sekitar. Penanganan modern fistula persisten dengan
pembedahan meskipun fistula tersebut berukuran sangat kecil.
Tidak ada penanganan medikal yang dapat mengkoreksi fistula
vesikovaginal

dan

fistula

ureterovaginal

dengan

memuaskan.

Meskipun estrogen conjugated (oral atau transvaginal) dapat


memperbaiki jaringan vagina menjadi lebih lunak dan lembut untuk
persiapan reparasi fistula. Hal ini penting untuk wanita postmenopause
dan wanita dengan vaginitis atropik. Dapat juga diberikan estrogen
vaginal cream pada pasien hipoestrogenik. Estrogen vaginal cream
diberikan selama 4 6 minggu, dosis 2 4 gr saat tidur sekali per
minggu.
Untuk mengurangi risiko cystitis, produksi mukus yang banyak,
dan terbentuknya batu buli-buli, maka urine diasamkan dengan

diberikan Vitamin C oral 3 x 500 mg per hari. Untuk higiene pribadi


dan perawatan kulit, maka rendam duduk dengan kalium permanganat.
Untuk fistula yang kecil, dapat dilakukan pemasangan katheter selama
4 6 minggu. Meskipun drainase dengan katheter atau fulgurasi pada
pinggir fistula jarang berhasil sebagai pengobatan fistula.
Penanganan fistula vesiko vaginalis
a. Penutupan spontan
b. Kauterisasi saluran fistula
c. Pembedahan
1) Vagina :
- Penutupan primer
- Pembuatan flap
2) Abdominal
- Penutupan primer
- Pembuatan flap
3) Kombinasi keduanya
- Diversi urine
- Blokade ureter dengan tehnik perkutaneus
Prinsip Perbaikan dengan Pembedahan 7,10 :
a) Waktu. Dianjurkan menunggu selama 3-6 bulan sampai infeksi dan udem
hilang. Penutupan dini saat diagnosis ditegakkan merupakan alternatif,
bilamana jaringan sekitar kering dan bebas infeksi. Fistula akibat radiasi
penutupan dilakukan sesudah 12 bulan.
b) Posisi yang tepat sangat diperlukan, dengan pasien biasa pada posisi
litotomi dorsal sedikit Trendelenburgs. Sebagian besar fistula nampak
pada posisi ini. Pada beberapa kasus dengan posisi knee-chest, terutama
untuk lesi vaginal anterior dengan tarikan pada bagian belakang pubis.
Asisten pada kedua sisi diperlukan, dan paparan yang bagus didapat
dengan menggunakan retraktor Sims, Breisky, atau Wertheim .
c) Mobilisasi dan diseksi saluran fistula dan jaringan sekitar sangat penting.
Dianjurkan mengeksisi seluruh mukosa vagina untuk menutup saluran
fistula.
d) Penutupan dengan pembedahan dilakukan tanpa tekanan dan sebaiknya
diperhatikan kedua sisinya agar tidak terjadi tumpang tindih. Jika

kemudian tidak bisa dilakukan, interposisi jaringan flap mungkin dapat


dikerjakan. Penutupan buli-buli harus kuat, dan ini bisa diuji dengan
memasukkan larutan metilen biru atau susu steril ke dalam buli-buli.
e) Drainase buli-buli postoperasi lebih baik dipasang katheter suprapubis
selama 10-14 hari, dan keuntungan pemasangan katheter suprapubis
dibanding katheter uretra terutama pada penurunan risiko infeksi saluran
kencing, pasien lebih nyaman, dan pengosongan dini
f) Materi dan instrumen : Penggunaan lampu penerang, instrumen dan materi
yang memadai sangat dianjurkan. Instrumen yang diperlukan gunting
Kelly, Allis forsep, pengait, retraktor Sims, alat penghisap ukuran kecil
dan bisturi dengan pegangan panjang. Benang yang dipakai ukuran 3-0
atau 4-0 yang diserap tubuh dengan jarum atraumatik. Gunakan jahitan
interupted karena lebih hemostatik, dan dijahit 2 lapis.
Operasi Transvaginal
Reparasi transvaginal

memberikan

keuntungan,

perdarahan

minimal, morbiditas dan mortalitas rendah, waktu operasi lebih pendek,


dan waktu pemulihan post operasi lebih pendek. Pendekatan pervaginal
mengurangi manipulasi saluran pencernaan, mengurangi morbiditas
khususnya pada pasien dengan fistula karena radiasi 5
Sebelum memulai operasi transvaginal harus terlebih dulu
dilakukan seleksi terhadap jenis fistula urogenital yang akan dioperasi .
Jenis fistula urogenital :
- fistula urethrovaginal
- fistula vesikovaginal
- fistula vesikoservikal
- fistula ureterovaginal
Penanganan dengan pendekatan transvaginal hanya dikerjakan pada jenis
fistula urethrovaginal , fistula vesikovaginal , fistula vesikoservikal dan
tidak dilakukan pada fistula ureterovaginal yang biasanya terjadi sebagai
komplikasi histerektomi.
Macam-macam Teknik operasi untuk fistula
Tehnik Fth-Mayo.

Indikasi teknik ini jika fistula mempunyai ukuran kecil sampai sedang.
Angka keberhasilan : 97% - 100%
Teknik operasi

7,15

a. Dipasang 4 jahitan tegel 2 cm dari tepi fistula secara simetris pada dinding
depan vagina. Dengan tegel ini fistula dapat ditampilkan lebih ke depan
dan dinding vagina dapat ditegangkan untuk memudahkan sirkumsisi
b. Dilakukan insisi sirkuler 0,5 cm 1 cm dari pinggir fistula, sayatan
dimulai dari belakang dan dilanjutkan ke depan
c. Dinding vagina yang diinsisi sirkuler dimobilisasi secukupnya ke segala
arah dengan melakukan preparasi yang luas dari lubang fistula.
d. Dengan cara menjepit dan menarik portio ke bawah dengan tenakulum
maka pole belakang buli-buli lebih mudah dipreparasi dari dinding depan
serviks hingga mendekati plika vesiko uterina. Sehingga didapatkan
permukaan buli-buli yang bebas dan luas sehingga memudahkan jahitan
penutupan fistula lapis demi lapis
e. Rangkaian pertama adalah jahitan melintang satu-satu dengan jarum
atraumatik dan benang halus tetapi lama diabsorbsi (Vicryl/Dexon No. 00)
untuk melibatkan lubang menembus dinding fistula. Sesudah jahitan
selesai dilakukan tes dengan metilen biru 100 ml dimasukkan kedalam
bulu-buli untuk menguji apakah sudah kedap air sehingga tidak bocor
f. Rangkaian kedua adalah jahitan melintang dengan cara dan benang yang
sama seperti jahitan pertama. Jahitan kedua harus cukup jauh ke lateral
dan melewati jauh jahitan pertama sehingga jahitan pertama ditutupi
dengan baik oleh jahitan kedua
g. Semua jahitan tersebut seperti jahitan pertama dipasang dahulu seluruhnya
baru disimpulkan satu-satu
9

h. Terakhir adalah rangkaian jahitan ketiga pada mukosa vagina yang dijahit
memanjang dengan jahitan satu-satu memakai benang lebih besar
(Vicryl/Dexon No.0 )
Kesalahan teknik operasi

15

a. Sayatan sirkuler melingkari fistula berantakan, compang-camping tidak


rata.
b. Dinding vagina tidak adequat di preparasi dan dibebaskan dari buli-buli
c. Pada preparasi buli-buli tetrjadi perdarahan sebab fascia buli-buli
pembuluh darahnya tersayat. Fascia buli-buli harus ditinggalkan melekat
pada buli-buli, jahitan kedua lebih baik pada fascia buli-buli daripada otot
buli-buli
d. Cedera buli-buli, sehingga menambah tebentuknya fistula .
e. Jahitan sudut kiri-kanan tidak cukup ke lateral
f. Jahitan pada fascia buli-buli terlalu dekat sehingga terdapat gangguan
vaskularisasi yang menyebabkan nekrosis dan terjadi fistula baru
g. Dinding depan vagina menjadi lebih pendek, lumen vagina lebih sempit
pada daerah operasi fistula tersebut.
Tehnik Latzkos ( Kolpoklesis Tinggi)
Indikasi : fistula vesikovaginal pada puncak vagina yang terjadi sebagai
komplikasi operasi histerektomi totalis
Angka kebehasilan dengan teknik ini 93 100%
Teknik operasi

15

10

a. Dipasang 4 jahitan tegel dengan benang sutera pada dinding vagina sekitar
lubang fistula dalam jarak simetris yaitu 2 tegel dinding depan dan 2 tegel
dinding belakang vagina. Dengan tarikan pada keempat benang tegel maka
fistula dapat lebih ditarik ke depan dan dinding vagina menjadi tegang dan
tidak terlipat sehingga memudahkan sayatan sirkuler melingkari lubang
fistula.
b. Dilakukan sayatan sirkuler yang dangkal sejauh 2 cm dari pinggir fistula
dengan mempergunakan pisau yang kecil dan bertangkai panjang.
Kedalaman sayatan hanya sampai epitel vagina saja tidak sampai fascia
vagina. Kemudian sayatan dibagi 4 sektor dengan insisi silang sehingga 2
sektor pada dinding depan dan 2 sektor pada dinding belakang vagina
c. Epitel vagina dipreparasi secara hati-hati. Secara teknis lebih mudah
dimulai preparasi epitel vagina pada 2 sektor dinding belakang vagina dari
luar menuju lubang vagina
d. Penutupan fistula. Dipasang jahitan satu-satu pada fascia vaginalis secara
melintang dengan benang vicryl/dexon No. 00 atau 000 dengan jarum
atraumatis. Setelah jahitan tersusun baik dari sudut ke sudut barulah
benang disimpul. Rangkaian jahitan fascia vaginalis sebaiknya 2 lapis
kemudian dinding vagina depan dan belakang dijahit melintang.
Penutupan dinding vagina ini jahitan tersebut meliputi epitel dan fascia
vaginalis, sebab kalau yang dijahit epitel vagina saja akan robek dan luka
dinding vagina terbuka
Kesalahan teknik operasi :
a. Sayatan sirkumsisi terlalu dalam
b. Sayatan sirkumsisi di lateral terlalu dekat pada pinggir fistula.
Tehnik Martiuss Bulbocavernous Flap

11

Jika

suatu

fistula,

dengan

jaringan

sekitar

yang

miskin

vaskularisasi dan kurang sehat. Perbaikan dapat didukung dengan


penggunaan pedikel grafts interposed antara buli-buli dan vagina. Fistula
di bagian bawah vagina sangat cocok memakai tehnik Martius flap. Defek
yang besar atau defek di bagian atas vagina diperbaiki dengan bantuan
pedikel abdominis gracilis atau rectus
13

Angka keberhasilan : 72% - 82%


Teknik operasi

15

a. Fistula Vesikovaginal dilipatkan kedalam buli-buli dan ditutup dengan 2


rangkaian jahitan pada fascia buli-buli seperti cara Futh Mayo. Pole bawah
buli-buli dibebaskan hingga mendekati plika vesikouterina. Untuk
menutupi

dan

melindungi

jahitan

tersebut

diambil

jaringan

bulbokavernosus sebagai bantalan


b. Dilakukan insisi memanjang + 8 cm pada kulit labium kiri dengan ujung
kranial insisi setinggi klitoris. Pinggir sayatan kulit tersebut dipegang dan
direntangkan satu sama lain dengan klem Allis atau klem Pean. Lapisan
otot lemak bulbokavernosus 2/3 kranial dilepaskan dari fascia, pembuluh
darah yang terbuka dihemostasis dengan ikatan. Pada ujung kranial yang
bebas dubuat 2 tegel dengan benang kromik
c. Dengan klem yang ujung tumpul dan agak besar dibuat terowongan dari
luka di labia kearah vagina dan keluar di daerah operasi fistula sambil
menjepit 2 benang tegel yang dijahit pada ujung bulbokavernosus yang
bebas.

Dengan

menarik

kedua

tegel

secara

hati-hati

bulbokavernosus ditarik ke vagina


d. Luka pada labium mayus ditutup dan ditinggalkan drain

12

jaringan

e. Jaringan bulbokavernosus dibentangkan sehingga menutupi seluruh luka


operasi dan dijahitkan pada fascia buli-buli dengan kedua benang tegel
f. Dinding vagina dijahit satu-satu arah memanjang dengan benang yang
agak lama diabsorbsi (Vicryl/Dexon no.0)
Kesalahan teknik operasi :
Pembentukan terowongan terlalu sempit, sehingga terjadi nekrosis
jaringan karena penekanan.

Teknik Myokutaneous Bulbokavernosus flap (cara Symonds-Knapstein)


Indikasi : Fistula Vesikovaginal dengan defek dinding vagina yang luas
sehingga pinggir

dinding vagina tidak dapat ketemu karena jaraknya

terlalu jauh.
Angka keberhasilan : 53%
Teknik operasi

15

5,13,15

a. Fistula vesikovagina direparasi seperti teknik Futh Mayo sampai


penutupan fistula dengan 2 rangkaian jahitan pada fascia buli-buli
b. Dibuat sayatan pada kulit perivulva dengan bentuk dan ukuran yang sesuai
dengan besarnya defek pada dinding vagina minimal 4x2 cm
c. Insisi longitudinal lateral sepanjang 1/3 distal labium mayus kemudian m.
bulbokavernosus dibebaskan kekaudal sampai sebatas perineum. Untuk
menjaga vaskularisasi terhadap kulit yang akan dijadikan tambalan maka
preparasi tadi langsung di lapisan bawah kulit labium mayus jangan terlalu
dalam. Pada ujung kranial lempengan kulit dipasang tegel benang

13

d. Dibuat terowongan subkutan dari luka labia ke vagina untuk


memindahkan lempengan kulit tadi menutupi luka jahitan fistula untuk
menambal dinding vagina yang defek dengan menarik benang tegel tadi.
Perdarahan dirawat sebaik-baiknya.
e. Lempengan kulit tadi pinggirnya dijahit satu-satu pada dinding vagina
memakai benang yang diabsorbsi no. 3-0 atau 4-0
f. Luka kulit perivulva dijahit satu-satu memakai benang monofilamen no.30 aatu 4-0. subkutis tidak dijahit tetapi dipasang drain selama 3-4 hari.
Teknik G. Doderlain ( gulungan plastik)
Indikasi : - Penutupan lubang fistula yang besar
-

Reparasi fistula residif

Teknik operasi :
a. Dilakukan sondase uretra ke buli-buli
b. Dipasang balon katheter no. 24 dalam buli-buli untuk menarik fistula ke
depan dan menegangkan dinding vagina
c. Dibuat insisi setengah lingkaran di depan fistula sejauh 1,5 cm dari
pinggirnya dan dilanjutkan ke lateral kiri dan kanan. Dinding vagina
dipreparasi dan dibebaskan dari fascia buli-buli. Posisi balon katheter
ditarik ke depan dan bawah
d. Kemudian sayatan dilanjutkan ke belakang dalam bentuk lidah sepatu
sepanjang 7 cm. Dilakukan preparasi dinding belakang vagina sampai 0,5
cm dari pinggir fistula. Posisi balon katheter ditarik ke depan dan ke atas.
Balon katheter dilepas setelah preparasi.

14

e. Dinding belakang vagina yang berbentuk lidah sepatu digulung dan diikat
agar tetap dalam gulungan dan dipakai untuk menutupi lubang fistula
f. Penutupan fistula dimulai dari jahitan sudut, kemudian dilanjutkan dengan
pemasangan benang jahitan pada fascia buli-buli di belakang fistula.
Setelah semua jahitan terpasang baru disimpul satu-satu sehingga lubang
fistula tertutup sempurna
g. Dilakukan tes dengan metilen biru. Jika terbukti tidak bocor dilanjutkan
jahitan lapisan kedua
h. Jahitan memanjang pada dinding vagina bekas pengambilan gulungan
polster dan terakhir jahitan melintang terhadap dinding vagina penutup
Fistula Vesikovaginal.
Kesalahan teknik operasi :
a. Pembuatan gulungan polster terlalu kecil atau terlalu pendek
b. Saat preparasi dinding vagina untuk membuat polster terlalu tipis.
Gulungan polster terdidri dari kulit vagina dan fascia vaginalis
c. Gulungan polster terlepas karena tidak dijahit sempurna
Operasi Transabdominal
Pendekatan yang biasa dipakai oleh ahli ginekologi adalah melalui
vagina. Terdapat beberapa fistula yang tidak bisa melalui perbaikan
vagina. Jika pasien dirujuk ke ahli urologi, pendekatan abdominal menjadi
pilihan utama kecuali fistula terletak di bagian yang sangat rendah dari
vagina. Ada beberapa situasi yang oleh seorang ahli ginekologi disarankan
untuk dilakukan pendekatan abdominal 7,11,13 :
a. Kegagalan perbaikan berulang kali.
b. Diameter fistula lebih dari 4 cm
c. Daerah operasi sangat sempit, ada scar vagina.

15

d. Jika lubang fistula berdekatan dengan muara ureter, diperlukan


e.
f.
g.
h.

pemasangan ureter katheter, mobilisasi buli-buli.


Lubang ureter menutup puncak fistula.
Jika memerlukan ureteroneocystostomy
Pasien menginginkan untuk perabdominal
Kontraktur vesika sehingga diperlukan operasi

tambahan

membesar kapasitas vesika dengan penambahan dari sigmoid,


colon, atau ileum.
Prinsip pendekatan abdominal untuk penutupan fistula sama seperti
pada pendekatan vagina. Dinding buli-buli harus dapat bergerak bebas,
dan jahitan penutup harus dua lapis dengan jahitan jelujur 3-0 poliglikolik
atau kromik. Bila lubang ureter menutup puncak fistula, dipasang stent
ureter untuk mencegah perlukaan pada ureter. Pada keadaan dimana ureter
tepat di atas fistula, dilakukan pemotongan dan pemasangan kembali jauh
dari daerah penutupan. Pada kasus dengan peradangan hebat atau
minimalnya vaskularisasi perlu dilakukan pembersihan sebelumnya,
omental flap atau paravesical peritoneal flap dapat membantu proses
penyembuhan.

Diversi Saluran Kencing


Dengan adanya kemajuan terapi kanker genital wanita, fistula yang
besar dapat diterapi lanjut, terutama dalam menghindari komplikasi
radioterapi atau berulangnya penyakit. Seringkali, jaringan sekitar daerah
penutupan fistula mengalami perubahan. Penyempitan saluran kencing
yang tidak dapat ditanggulangi membuat hidup pasien sangat menderita,
dan diversi saluran kencing dapat mengurangi hal ini. Tehnik yang
digunakan pada prosedur ini tergantung dari kemampuan dan pengalaman
ahli bedah untuk membuat hidup pasien lebih baik. Jika fistula disebabkan
oleh nekrosis maka harapan hidupnya lebih baik daripada karena
keganasan, dan saluran ileum atau kolon kemungkinan lebih cocok.
Bagian dari usus yang dipakai sebagai saluran sebaiknya berasal dari

16

daerah yang bersih. Banyak ahli onkologi ginekologi menggunakan kolon


transversum sebagai tempat penampungan yang cocok 7,14.
Pada kasus persisten atau penyakit berulang, dapat dipakai
pendekatan yang sama, meskipun paliatif kutaneus ureterostomi lebih
minimal trauma operasinya dan kemungkinan lebih disukai. Stenosis yang

biasa timbul bukan masalah, walau harapan hidup lebih pendek.


Komplikasi pasca operasi :
Ureter obstruksi, dapat berupa obstruksi karena terjahit atau terlipat akibat
jahitan di sekitar ureter. Dapat diketahui dengan evaluasi cystoskopi

Perdarahan vesika, dapat terjadi akibat perlukaan mukosa vesika. Bekuan


dapat menyumbat katheter sehingga distensi vesika yang berlebihan
mengakibatkan jaringan yang baru dijahit terbuka. Bekuan ini dapat
dibersihkan dengan penghisap melalui uretra

Infeksi , terjadi karena invasi kuman daerah genital, umumnya gram


negatip. Antibiotika profilaksis diberikan sebelum operasi

Fistula terbuka, kegagalan penutupan fistula biasanya diketahui hari 7


10, penderita mengeluh ngompol kembali. Ganti katheter dengan ukuran
lebih besar memastikan urine dapat keluar dengan lancar, penutupan
spontan diharapkan dapat terjadi. Jika tetap bocor, dilakukan operasi ulang
setelah 3 bulan.

Inkontinensia , pada vesika yang kontraktur terjadi gangguan pada


sfingter, meskipun fistula sudah tertutup baik, penderita tidak dapat
menahan kencing, urine keluar spontan.
2. Fistula Recto Vaginal
Pengobatan
Satu-satunya pengobatan

yang

efektif

adalah

pembedahan

(fistulotomi), dimana otot melingkarnya bisa ikut terpotong. Bila


terlalu banyak otot melingkar yang terpotong, penderita bisa

17

mengalami

kesulitan

mengendalikan

buang

air

besarnya.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Fistula ialah saluran tidak normal yang menghubungkan organorgan bagian dalam tubuh yang secara normal tidak berhubungan, atau
menghubungkan organ-organ bagian dalam dengan permukaan tubuh
bagian luar,

dapat pula diartikan sebagai abnormal connection atau

passageway antara 2 organ epithelium-lined atau vessel yang secara


normal tidak berhubungan. Penyebab fistula sebagian besar karena infeksi,

18

trauma atau tindakan bedah medis oleh dokter, Fistula disebabkan cacat
bawaan (kongenital) sangat jarang ditemukan, daerah anorektal merupakan
tempat yang paling sering ditemukannya fistula. Fiatula pada organ
reproduksi wanita diantaranya fistula vesikovaginal, fistula ectovaginal,
dan Fistula urethrovaginal.
B. Saran
Fistula dapat kenali sehingga dapat diobati dengan cara yang
paling efektif adalah pembedahan. Memberi penanganan persalian yang
sehat tepat dan cepat sehingga tidak terjadi persalinan lama yang
merupakan resiko untuk terjadinya fistula setelah melahirkan.

DAFTAR PUSTAKA
Fistula vesikovaginal. 2011. { fistula-vesikovaginal-.htm (23 agustus 2011}
http://doktersehat.com/rectovaginal-fistula/#ixzz36udnldeu

19

Anda mungkin juga menyukai