Anda di halaman 1dari 3

Fungsi Jantung ( Fisiologi Jantung )

Dalam mekanisme kontraksi otot jantung terdapat istilah Excitation-Contraction Coupling.


Mekanisme ini adalah keadaan dimana potensial aksi menyebabkan myofibril otot berkontraksi.
Seperti halnya pada otot rangka, bila potensial aksi menjalar sepanjang membrane otot jantung,
potensial aksinya juga akan menyebar ke bagian dalam serabut otot jantung sepanjang membrane
tubulus T. Potensial aksi tubulus T akan segera menyebabkan pelepasan ion-ion kalsium kedalam
sarkoplasma otot dari bagian sisterna reticulum sarkoplasma. Kemudian dalam waktu seper
beberapa ribu detik ion kalsium akan berdifusi ke dalam myofibril dimana ion kalsium ini akan
mengkatalisa reaksi kimiawi yang mempermudah pergeseran dari filament akitn dan myosin
terhadap satun dengan yang lainnya, hal ini akan menimbulkan kontraksi otot. Disamping ion
kalsium yang dilepaskan dari sisterna reticulum sarkoplasma ke dalam sarkoplasma otot, pada
saat terjadi potensial aksi ada sebagian besar ion-ion kalsium juga berdifusi ke dalam
sarkoplasma pada tubulus T.
Kekuatan kontraksi otot jantung tergantung pada konsentrasi ion kalsium tinggi didalam cairan
ekstraseluler. Alasannya ialah bahwa ujung tubulus T langsung terbuka ke bagian luar serabutserabut otot jantung, sehingga cairan ekstraseluluer yang sama yang terdapat didalam interstitium
otot jantung melalui tubulus T. Akibatnya, jumlah ion kalsium yang ada di tubulus T, juga
tersedianya ion kalsium untuk menimbulkan kontraksi otot jantung tergantung langsung pad
konsentrasi ion kalsium didalam cairan ekstraseluler.
Otot jantung mulai berkontraksi beberapa milidetik sesudah dimulainya potensial aksi dan akan
terus berkontraksi selama beberapa milidetik sesudah potensial aksi itu berakhir. Oleh karena itu,
lama kontraksi otot jantung sebenarnya merupakan suatu fungsi dari lamanya potensial aksi
yakni kira-kira 0,2 detik pada otot atrium dan 0,3 detik pada otot ventrikel.
Bila kecepatan denyutan jantung meningkat, maka lamanya tiap siklus jantung total. Termasuk
fase kontraksi dan fase relaksasi, jelas akan turun. Lamanya potensial aksi dan periode kontraksi
( systole ) juga akan menurun namum tak akan sebesar fase relaksasi ( diastole ). Pada kecepatan
normal yaitu denyutan jantung sebesar 72 denyutan setiap menitnya, periode kontraksi ini kirakira sebesar 0,40 dari seluruh siklus jantung. Bila kecepatan denyutan jantung tiga kali dari
kecepatan denyutan normal, periode ini kira-kira sebesar 0,65 dari seluruh siklus jantung, yang
berarti bahwa jantung dalam beberapa keadaan tertentu tidak dalam keadaan relaksasi yang
cukup lama, dengan demikian tak akan tersedia cukup waktu untuk terjadinya pengisian seluruh
ruang-ruang jantung sebelumnya terjadi kontraksi yang berikutnya.

Hasil Kerja Jantung


Hasil kerja jantung adalah jumlah energy yang diubah oleh jantung menjadi suatu kerja sewaktu
memompa darah kedalam arteri-arteri. Hasil kerja jantung dibagi kedalam dua bentuk, yaitu :
Pertama, selama ini sebagian besar energy dipakai untuk mengalirkan darah dari vena-vena
bertekanan rendah ke arteri-arteri yang bertekanan tinggi. Keadaan ini disebut energy potensial
untuk tekanan. Kedua, sebagian kecil energy dipakai untuk mempercepat kecepatan ejeksi darah
untuk melewati katup aorta dan pulmonalis. Hal ini disebut energy kinetic dari aliran darah.
Selama setiap denyutan jantung yang dilakukan oleh ventrikel kiri untuk meningkatkan tekanan
darah disebut sebagai hasil kerja sekuncup ventrikel kiri dan ini sama dengan isi curah sekuncup
( stroke volume output ) demikian juga dengan ventrikel kanan. Hasil kerja ventrikel kanan
biasanya sekitar seperenam hasil kerja ventrikel kiri karena adanya perbedaan tekanan sistolik
yang harus dilawan oleh daya pompa kedua ventrikel. Hasil kerja dari tiap ventrikel yang
dibutuhkan untuk menghasilkan energy kinetic aliran darah itu adalah sama dengan massa darah
yang diejeksikan dikali dengan kuadrat kecepatan ejeksi ;
Energi kinetik =

mv
2

Faktor-faktor yang Memengaruhi Fungsi Jantung


1. Pengaruh Ion Kalium
Kelebihan ion kalium dalam cairan ekstra seluler akan menyebabkan jantung menjadi
sangat mengembang dan lemas ( flaccid ) dan frekuensi denyut jantung menjadi lambat.
Jumlah ion kalium yang terlalu besar juga akan menghambat penjalaran impuls jantung
yang berasal dari natrium menuju ke ventrikel melalui berkas A-V, terjadinya penurunan
potensial membrane istirahat dalam serabut otot jantung sehingga kontraksi otot jantung
melemah. Peningkatan konsentrasi ion kalium hanya dari 8 sampai 12 mEq/liter
menyebabkan kelemahan jantung dan timbulnya irama abnormal dimana hal ini dapat
menimbulkan kematian.
2. Pengaruh Ion Kalsium
Kelebihan ion kalsium akan menimbulkan akibat yang hamper berlawanan dengan akibat
yang ditimbulkan oleh ion kalium, yakni menyebabkan jantung jatuh dalam kontraksi
yang bersifat spastic. Hal ini disebabkan oleh pengaruh langsung dari ion-ion kalsium
dalam membangkitkan proses kontraksi jantung. Sebaliknya, keadaan kekurangan ion
kalsium akan menyebabkan jantung lemah ( cardiac flaccidity )

3. Pengaruh Ion Natrium


Bila ada kelebihan ion natrium maka akan menekan fungsi jantung. Ion natrium ini
bersaing dengan ion kalsium dalam suatu poin tertentu dalam proses perangsangan atau
proses kontraksi otot jantung sehingga makin besar konsentrasi ion natrium dalam cairan
ekstraseluler, makin rendah pula efektivitas ion kalsium dalam menimbulkan kontraksi
sewaktu terjadi potensial aksi. Biarpun seperti itu, secara praktis, konsentrasi ion natrium
didalam cairan ekstra seluler mungkin saja tak pernah terjadi cukup tinggi bahkan dalam
keadaan patologis yang serius, karena adanya mekanisme pengaturan konsentrasi ion
natrium yang sangat efektif. Sebaliknya, keadaan dengan konsentrasi natirum yang sangat
rendah, seperti yang terjadi pada keracunan air, sering menimbulkan kematian karena
terjadi fibrilasi jantung.
4. Pengaruh Suhu Terhadap Jantung
Kenaikan suhu akan sangat meningkatkan frekuensi denyut jantung dan penurunan suhu
akan sangat menurunkan denyut jantung. Pengaruh ini disebabkan oleh reaksi panas yang
meningkatkan permeabilitas membrane otot terhadap ion-ion, sehingga menghasilkan
percepatan proses perangsangan diri sendiri ( self-excitation precess ). Bila ada kenaikan
suhu yang cukup maka kekuatan kontraktil jantung sering kali untuk sementara
meningkat ; namun bila kenaikan suhu ini cukup lama maka akan melemahkan system
metabolic pada jantung dan menimbulkan kelemahan.

Anda mungkin juga menyukai