Anda di halaman 1dari 25

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Payudara
2.1.1 Pengertian Payudara dan Anatomi Payudara
Payudara adalah organ yang berperan dalam proses laktasi, sedangkan pada pria
organ ini tidak berkembang dan tidak memiliki fungsi dalam proses laktasi seperti pada
wanita (rudimeter). Payudara terletak antara iga ketiga dan ketujuh serta terbentang

lebarnya dari linea parasternalis sampai axillaris anterior dan mediana. Berat dan
ukuran payudara bervariasi sesuai pertambahan umur, pada masa pubertas membesar, dan
bertambah besar selama kehamilan dan sesudah melahirkan, dan menjadi atropi pada usia
lanjut.13
Setiap payudara terdiri atas 15 sampai 25 lobus kelenjar yang masing-masing
mempunyai saluran ke papilla mamma yang disebut duktus laktiferus dan dipisahkan oleh
jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya.16 Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis,
juga di antara kulit dan kelenjar tersebut terdapat jaringan lemak. Di antara lobus tersebut
terdapat jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang merupakan tonjolan jaringan
payudara, yang bersatu dengan lapisan luar fasia superfisialis yang berfungsi sebagai
struktur penyokong dan memberi rangka untuk payudara.14 Jaringan ikat memisahkan
payudara dari otot-otot dinding dada, otot pektoralis dan anterior.16
Pembuluh darah mammae berasal dari arteri mamaria interna dan arteri torakalis
lateralis. Vena supervisialis mamae mempunyai banyak anastomosa yang bermuara ke
vena mamaria interna dan vena torakalis interna/epigastrika, sebagian besar bermuara ke
vena torakalis lateralis.15 Aliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian

Universitas Sumatera Utara

lagi ke kelenjar terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula aliran ke
kelenjar interpektoralis.14
Untuk lebih jelas dari anatomi payudara dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1. Anatomi Payudara

2.1.2. Fisiologi Payudara


Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Esterogen
diketahui

merangsang

perkembangan

duktus

mamilaris.

Progesteron

memulai

perkembangan lobulus-lobulus payudara juga diferensiasi sel epitelial.19


Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon,
antara lain:14

Universitas Sumatera Utara

a. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa hidup
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas
pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon
hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
b. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8
haid, payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang
nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi
tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin
dilakukan. Begitu haid dimulai, semuanya berkurang.
c. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada masa kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis
anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus mengisi asinus,
kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
2.2. Definisi Fibroadenoma Mammae
Fibroadenoma mammae merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada
wanita muda, dan jarang ditemukan setelah menopause.14 Fibroadenoma adalah kelainan
pada perkembangan payudara normal dimana ada pertumbuhan berlebih dan tidak normal
pada jaringan payudara dan pertumbuhan yang berlebih dari sel-sel yang melapisi saluran
air susu di payudara.3

Universitas Sumatera Utara

Fibroadenoma merupakan jenis tumor jinak mamma yang paling banyak


ditemukan, dan merupakan tumor primer yang paling banyak ditemukan pada kelompok
umur muda.21

2.3. Patofisiologi
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada
masa reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas
jaringan setempat yang berlebihan terhadap hormon estrogen sehingga kelainan ini sering
digolongkan dalam mamary displasia. Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran
luar atas, merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di
sekitarnya.2 Fibroadenoma mammae biasanya tidak menimbulkan gejala dan ditemukan
secara kebetulan.20 Fibroadenoma biasanya ditemukan sebagai benjolan tunggal, tetapi
sekitar 10%-15% wanita yang menderita fibroadenoma memiliki beberapa benjolan pada
kedua payudara.38
Penyebab munculnya beberapa fibroadenoma pada payudara belum diketahui
secara jelas dan pasti. Hubungan antara munculnya beberapa fibroadenoma dengan
penggunaan kontrasepsi oral belum dapat dilaporkan dengan pasti. Selain itu adanya
kemungkinan patogenesis yang berhubungan dengan hipersensitivitas jaringan payudara
lokal terhadap estrogen, faktor makanan dan faktor riwayat keluarga atau keturunan.
Kemungkinan lain adalah bahwa tingkat fisiologi estrogen penderita tidak meningkat
tetapi sebaliknya jumlah reseptor estrogen meningkat. Peningkatan kepekaan terhadap
estrogen dapat menyebabkan hyperplasia kelenjar susu dan akan berkembang menjadi
karsinoma.43

Universitas Sumatera Utara

Fibroadenoma sensitif terhadap perubahan hormon. Fibroadenoma bervariasi


selama siklus menstruasi, kadang dapat terlihat menonjol, dan dapat membesar selama
masa kehamilan dan menyusui. Akan tetapi tidak menggangu kemampuan seorang
wanita untuk menyusui. Diperkirakan bahwa sepertiga dari kasus fibroadenoma jika
dibiarkan ukurannya akan berkurang bahkan hilang sepenuhnya.3 Namun yang paling
sering terjadi, jika dibiarkan ukuran fibroadenoma akan tetap. Tumor ini biasanya bersifat
kenyal dan berbatas tegas dan tidak sulit untuk diraba. Apabila benjolan didorong atau
diraba akan terasa seperti bergerak-gerak sehingga beberapa orang menyebut
fibroadenoma sebagai breast mouse. Biasanya fibroadenoma tidak terasa sakit, namun
kadang kala akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan sangat sensitif apabila disentuh.4

2.4. Klasifikasi Fibroadenoma Mammae


Secara sederhana fibroadenoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam:
2.4.1. Common Fibroadenoma
Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-3 cm, disebut juga dengan simpel
fibroadenoma.33 Sering ditemukan pada wanita kelompok umur muda antara 21-25 tahun.
Ketika fibroadenoma dapat dirasakan sebagai benjolan, benjolan itu biasanya berbentuk
oval atau bulat, halus, tegas, dan bergerak sangat bebas. Sekitar 80% dari seluruh kasus
fibroadenoma yang terjadi adalah fibroadenoma tunggal.3
2.4.2. Giant Fibroadenoma
Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran dengan
diameter lebih dari 5 cm.33 Secara keseluruhan insiden giant fibroadenoma sekitar 4%
dari seluruh kasus fibroadenoma. Giant fibroadenoma biasanya ditemui pada wanita
hamil dan menyusui.18 Giant fibroadenoma ditandai dengan ukuran yang besar dan

Universitas Sumatera Utara

pembesaran massa enkapsulasi payudara yang cepat. Giant fibroadenoma dapat merusak
bentuk payudara dan menyebabkan tidak simetris karena ukurannya yang besar, sehingga
perlu dilakukan pemotongan dan pengangkatan terhadap tumor ini.17
2.4.3. Juvenile Fibroadenoma
Juvenile fibroadenoma biasa terjadi pada remaja perempuan,33 dengan insiden
0,5-2% dari seluruh kasus fibroadenoma. Sekitar 10-25% pasien dengan juvenile
fibroadenoma memiliki lesi yang multiple atau bilateral.18 Tumor jenis ini lebih banyak
ditemukan pada orang Afrika dan India Barat dibandingkan pada orang Kaukasia.21
Fibroadenoma mammae juga dapat dibedakan secara histologi antara lain:2
a. Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa
lapis.
b. Fibroadenoma intracanaliculare
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar
berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang.
Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat
menopause terjadi regresi.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2. Fibroadenoma

Gambar 2.3. Common Fibroadenoma


(Massa yang ditunjukkan berbatas tegas )

Gambar 2.4. Giant Fibroadenoma (Massa


yang ditunjukkan berbatas tegas dan
memiliki kapsul yang tebal)

Gambar 2.5. Juvenile Fibroadenoma (Massa


yang ditunjukkan memiliki permukaan yang
berlendir dan multiple celah, berbatas tegas
dan berbentuk bulat)

Universitas Sumatera Utara

2.5. Gejala Klinis


Gejala klinis yang sering terjadi pada fibroadenoma mammae adalah adanya
bagian yang menonjol pada permukaan payudara, benjolan memiliki batas yang tegas
dengan konsistensi padat dan kenyal.16 Ukuran diameter benjolan yang sering terjadi
sekitar 1-4 cm, namun kadang dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat dengan
ukuran benjolan berdiameter lebih dari 5 cm.21 Benjolan yang tumbuh dapat diraba dan
digerakkan dengan bebas.2 Umumnya fibroadenoma tidak menimbulkan rasa nyeri atau
tidak sakit.14
Perubahan fibroadenoma menjadi ganas dalam komponen epitel fibroadenoma
umumnya dianggap langka.18 Fibroadenoma secara signifikan tidak meningkatkan risiko
berkembang menjadi kanker payudara4 Insiden karsinoma berkembang dalam suatu
fibroadenoma dilaporkan hanya 20/10.000 sampai 125/10.000 orang yang berisiko.
Sekitar 50% dari tumor ini adalah lobular carcinoma in situ (LCIS), 20% infiltrasi
karsinoma lobular, 20% adalah karsinoma duktal in situ (DCIS), dan 10% sisanya
infiltrasi karsinoma duktal. Berdasarkan pemeriksaan klinis ultrasonografi dan
mammografi biasanya ditemukan fibroadenoma jinak dan perubahan menjadi ganas
ditemukan hanya jika fibroadenoma tersebut dipotong.18 Fibroadenoma yang dibiarkan
selama bertahun-tahun akan berubah menjadi ganas, dikenal dengan istilah progresi dan
persentase kemungkinannya hanya 0,5% - 1%.35

Universitas Sumatera Utara

2.6. Epidemiologi
2.6.1. Distribusi Frekuensi Penyakit Fibroadenoma Mammae
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak pada payudara yang lebih sering
didiagnosa pada wanita muda.22 Fibroadenoma dilaporkan terjadi pada lebih dari 9%
penduduk wanita. Fibroadenoma sangat dipengaruhi oleh hormon dan bervariasi selama
siklus menstruasi dan masa kehamilan.3
Berdasarkan laporan dari NSW Breast Cancer Institute, fibroadenoma umumnya
terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50
tahun.3 Belum ada data yang pasti mengenai insiden fibroadenoma pada
populasi umum. Dalam suatu studi disebutkan bahwa angka kejadian fibroadenoma
pada wanita yang menjalani pemeriksaan di klinik payudara sekitar 7%-13% sementara
itu pada studi yang lain didapatkan 9% dari otopsi. Fibroadenoma didapatkan dari 50%
semua biopsi payudara dan hal ini meningkat mencapai 75% pada biopsi payudara wanita
yang berumur < 20 tahun (Greenberg, et all, 1998).18 Data dari penelitian di Depatemen
Patologi Rumah Sakit Komofo Anyoke Teaching di Ghana (Bewtra, 2009) dilaporkan
bahwa dari 65 spesimen payudara ditemukan 31 kasus (48%) penderita fibroadenoma,
dan sebanyak 11 kasus (35%) terjadi pada kelompok remaja (<19 tahun).12 Penelitian di
Nigeria Timur, melaporkan 318 kasus fibroadenoma yang terjadi pada usia rata-rata 1632 tahun.6 Berdasarkan hasil Laboratorium Histopatologi di Yaman melaporkan bahwa
dari seluruh kasus tumor jinak (79,9%), FAM merupakan tumor jinak yang paling banyak
terjadi (30,0%) yang terjadi pada usia rata-rata 22,2 tahun (Al Thobhani, 2006).24
Fibroadenoma mammae terutama sering terjadi pada wanita muda di Afrika.12
Sebuah analisis klinikopatologi melaporkan bahwa dari 202 lesi jinak payudara terjadi

Universitas Sumatera Utara

pada wanita kulit hitam. Hasil studi menunjukkan bahwa kejadian puncak fibroadenoma
terjadi pada usia lebih dini yang terjadi pada pasien kulit hitam dibandingkan pada pasien
kulit putih.23

2.6.2. Faktor Risiko Fibroadenoma Mammae


Sampai saat ini penyebab FAM masih belum diketahui secara pasti, namun
berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya
tumor ini antara lain:
a. Umur
Umur merupakan faktor penting yang menentukan insiden atau frekuensi
terjadinya FAM. Fibroadenoma biasanya terjadi pada wanita usia muda < 30 tahun.26
terutama terjadi pada wanita dengan usia antara 15-25 tahun.4 Berdasarkan data dari
penelitian di Depatemen Patologi Rumah Sakit Komofo Anyoke Teaching di Ghana
(Bewtra, 2009) dilaporkan bahwa rata-rata umur pasien yang menderita fibroadenoma
adalah 23 tahun dengan rentang usia 14-49 tahun.12
b. Riwayat Perkawinan
Riwayat perkawinan dihubungkan dengan status perkawinan dan usia
perkawinan, paritas dan riwayat menyusui anak. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all
(2011) di Iran menyatakan bahwa tidak menikah meningkatkan risiko kejadian FAM
(OR=6.64, CI 95% 2.56-16.31) artinya penderita FAM kemungkinan 6,64 kali adalah
wanita yang tidak menikah. Hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa menikah <
21 tahun meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=2.84, CI 95% 1.23-6.53) artinya
penderita FAM kemungkinan 2,84 kali adalah wanita yang menikah pada usia < 21
tahun.27

Universitas Sumatera Utara

c. Paritas dan Riwayat Menyusui Anak


Penurunan paritas meningkatkan insiden terjadinya FAM, terutama meningkat
pada kelompok wanita nullipara. Pengalaman menyusui memiliki peran yang penting
dalam perlindungan terhadap risiko kejadian FAM.27
d. Penggunaan Hormon
Diperkirakan bahwa fibroadenoma mammae terjadi karena kepekaan terhadap
peningkatan hormon estrogen.33 Penggunaan kontrasepsi yang komponen utamanya
adalah estrogen merupakan faktor risiko yang meningkatkan kejadian FAM. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan di Department of Surgery, University of Oklahoma Health
Sciences Center (Organ, 1983), dilaporkan proporsi penderita FAM yang menggunakan
kontrasepsi dengan komponen utama estrogen adalah sekitar 60%.28
e. Obesitas
Berat badan yang berlebihan (obesitas) dan IMT yang lebih dari normal
merupakan faktor risiko terjadinya FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all diketahui
bahwa IMT > 30 kg/m2 meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=2.45,CI 95% 1.04-3.03)
artinya wanita dengan IMT > 30 kg/m2 memiliki risiko 2,45 kali menderita FAM
dibandingkan wanita dengan IMT < 30 kg/m2.27
f. Riwayat Keluarga
Tidak ada faktor genetik diketahui mempengaruhi risiko fibroadenoma. Namun,
riwayat keluarga kanker payudara pada keluarga tingkat pertama dilaporkan oleh
beberapa peneliti berhubungan dengan peningkatan risiko tumor ini.18 Dari beberapa
penelitian menunjukkan adanya risiko menderita FAM pada wanita yang ibu dan saudara
perempuan mengalami penyakit payudara. Dilaporkan 27 % dari penderita FAM

Universitas Sumatera Utara

memiliki riwayat keluarga menderita penyakit pada payudara (Organ, 1983).28 Tidak
seperti penderita dengan fibroadenoma tunggal, penderita multiple fibroadenoma
memiliki riwayat penyakit keluarga yang kuat menderita penyakit pada payudara.18
g. Stress
Stress berat dapat meningkatkan produksi hormon endogen estrogen yang juga
akan meningkatkan insiden FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all diketahui orang
yang mengalami stress memiliki risiko lebih tinggi menderita FAM (OR=1.43 CI
95%1.16-1.76) artinya orang yang mengalami stress memiliki risiko 1,43 kali menderita
FAM dibandingkan dengan orang yang tidak stress.27
h. Faktor Lingkungan
Tinggal di dekat pabrik yang memproduksi Polycyclic aromatic hydrocarbons
(PAHs) juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli,
et all pada tahun 2011 di Iran dilaporkan 38% dari penderita FAM memiliki riwayat
tinggal di dekat pabrik yang memproduksi PAHs. Penelitian tersebut menggunakan
desain case control dimana diketahui OR=3.7,CI95%1.61-7.94 yang artinya orang yang
tinggal didekat pabrik yang memproduksi zat PAHs memiliki risiko 3,7 kali menderita
FAM.27 PAHs adalah salah satu pencemar organik yang paling luas. PAHs dibentuk oleh
pembakaran tidak sempurna dari karbon yang mengandung bahan bakar seperti kayu,
batu bara, diesel, lemak, tembakau, dan dupa.36 Banyak senyawa-senyawa aromatik,
termasuk PAHs, yang bersifat karsinogenik. Hal ini berdasarkan sifatnya yang hidrofobik
(tidak suka akan air), dan tidak memiliki gugus metil atau gugus reaktif lainnya untuk
dapat diubah menjadi senyawa yang lebih polar. Akibatnya senyawa PAHs sangat sulit
diekskresi dari dalam tubuh dan biasanya terakumulasi pada jaringan hati, ginjal, maupun

Universitas Sumatera Utara

adiposa atau lemak tubuh. Dengan struktur molekul yang menyerupai basa nukleat
(adenosin, timin, guanin, dan sitosin), molekul PAHs dapat dengan mudah menyisipkan
diri pada untaian DNA. Akibatnya fungsi DNA akan terganggu dan apabila kerusakan ini
tidak dapat diperbaiki dalam sel, maka akan menimbulkan penyakit kanker.37

2.7. Pencegahan
2.7.1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat
agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Konsep dasar dari
pencegahan primer adalah untuk menurunkan insiden penyakit.25 Cara yang dilakukan
adalah dengan menghindari faktor-faktor tertentu yang dapat merangsang pertumbuhan
sel-sel tumor antara lain:
a. Mencegah terpaparnya dengan zat atau bahan yang dapat memicu berkembangnya
sel-sel tumor fibroadenoma, seperti mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi
dengan bahan atau zat-zat hormonal, menghindari pemakaian pil kontrasepsi
dengan komponen utama estrogen. Penggunaan zat tersebut jika dipakai terus
menerus akan menyebabkan terjadinya perubahan jaringan pada payudara yang
meningkatkan angka kejadian FAM.29 Selain itu menghindari terpapar dengan zat
Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) yang bersifat karsinogenik.27
b. Menggunakan atau mengkonsumsi zat dan bahan yang dapat menurunkan
kejadian FAM antara lain dengan mengkonsumsi buah dan sayuran. Penggunaan
alat kontrasepsi oral juga dapat menurunkan risiko terjadinya FAM.29
c. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)32

Universitas Sumatera Utara

Pemeriksaan terhadap payudara sendiri dilakukan setiap bulan secara teratur.


Dengan melakukan pemeriksaan sendiri secara teratur maka kesempatan untuk
menemukan tumor dalam ukuran kecil lebih besar, sehingga dapat dengan cepat
dilakukan tindakan pengobatan. SADARI dapat dilakukan dengan cara:
c.1. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran
payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran
antara payudara kiri dan kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya tertarik ke
dalam) atau keluarnya cairan dari puting susu. Perhatikan apakah kulit pada puting
susu berkerut.
c.2. Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di belakang
kepala dan kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti ini maka akan
lebih mudah untuk menemukan perubahan kecil akibat tumor. Perhatikan perubahan
bentuk dan kontur payudara, terutama pada payudara bagian bawah.
c.3. Kedua tangan diletakkan di pinggang dan badan agak condong ke arah cermin,
tekan bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan ukuran dan kontur
payudara.
c.4. Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri
payudara kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara memutar (membentuk lingkaran kecil)
di sekeliling payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah dalam
sampai ke puting susu. Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau massa di
bawah kulit. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan cara
mengangkat lengan kanan dan memeriksanya dengan tangan kiri. Perhatikan juga
daerah antara kedua payudara dan ketiak.

Universitas Sumatera Utara

c.5. Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan dari
puting susu. Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan.
c.6. Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu kiri dan
lengan kiri ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari
tangan kanan. Dengan posisi seperti ini, payudara akan mendatar dan memudahkan
pemeriksaan. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan meletakkan
bantal di bawah bahu kanan dan mengangkat lengan kanan, dan penelusuran payudara
dilakukan oleh jari-jari tangan kiri.
c.7. Pemeriksaan no. c.5. dan c.6. akan lebih mudah dilakukan ketika mandi karena
dalam keadaan basah tangan lebih mudah digerakkan dan kulit lebih licin.

SADARI secara visual dapat dilihat pada gambar berikut :

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.6. SADARI

Universitas Sumatera Utara

2.7.2. Pencegahan Sekunder


Pencegahan sekunder merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi
ketidakmampuan. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara medeteksi penyakit secara
dini dan melakukan pengobatan secara cepat dan tepat.25
a. Anamnesa
Anamnesa terpadu harus didapatkan sebelum dilakukan pemeriksaan fisik.
Penyelidikan terperinci tentang faktor risiko harus meliputi riwayat kehamilan dan
ginekologi seperti usia, paritas, serta riwayat menstruasi dan menyusui. Riwayat terapi
hormonal sebelumnya yang mencakup kontrasepsi oral dan estrogen.14
b. Diagnosa
Fibroadenoma dapat didiagnosa dengan tiga cara, yaitu dengan pemeriksaan fisik
(phisycal examination), pemeriksaan radiologi (dengan foto thorax dan mammografi atau
ultrasonografi), dengan Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC).
b.1. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik penderita diperiksa dengan sikap tubuh duduk tegak atau
berbaring atau kedua-duanya. Kemudian diperhatikan bentuk kedua payudara, warna
kulit, tonjolan, lekukan, adanya kulit berbintik, seperti kulit jeruk, ulkus, dan benjolan.
Kemudian dilakukan palpasi dengan telapak jari tangan yang digerakkan perlahan-lahan
tanpa tekanan pada setiap kuadran payudara.14 Palpasi dilakukan untuk mengetahui
ukuran, jumlah, dapat bergerak-gerak, kenyal atau keras dari benjolan yang ditemukan.30
Dilakukan pemijatan halus pada puting susu untuk mengetahui pengeluaran cairan, darah
atau nanah dari kedua puting susu. Cairan yang keluar dari puting susu harus

Universitas Sumatera Utara

dibandingkan. Pengeluaran cairan diluar masa laktasi dapat disebabkan oleh berbagai
kelainan seperti fibroadenoma atau bahkan karsinoma.14
b.2. Mammografi
Pemeriksaan mammografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai
jaringan lemak yang dominan serta jaringan fibroglanduler yang relatif sedikit. Pada
mammografi, keganasan dapat memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda
primer berupa fibrosis reaktif, comet sign (Stelata), adanya perbedaan yang nyata antara
ukuran klinis dan radiologis, adanya mikroklasifikasi, adanya spikulae, dan ditensi pada
struktur payudara. Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya
vaskularisasi, keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur, infiltrasi
dalam jaringan lunak di belakang mamma dan adanya metastatis ke kelenjar (gambaran
ini tidak khas). Mammografi digunakan untuk mendiagnosa wanita dengan usia tua
sekitar 60-70 tahun.31
b.3. Ultrasonografi (USG)
Untuk mendeteksi luka-luka pada daerah padat payudara usia muda karena
fibroadenoma pada wanita muda tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik jika
menggunakan mammografi. Pemeriksaan ini hanya membedakan antara lesi atau tumor
yang solid dan kistik. Pemeriksaan gabungan antara USG dan mammografi memberikan
ketepatan diagnosa yang tinggi.31

Beberapa gambar hasil USG pada payudara :

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.7. Fibroadenoma Kecil (1cm)

Gambar 2.8. Fibroadenoma Besar (3cm)

Gambar 2.9. Fibroadenoma > 5 cm (ukuran 8,5 x 7 x 6 cm)


b.4. Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC)
Dengan FNAC diperoleh diagnosis tumor apakah jinak atau ganas, tanpa harus
melakukan sayatan atau mengiris jaringan. Pada FNAC diambil sel dari fibroadenoma
dengan menggunakan penghisap berupa sebuah jarum yang dimasukkan pada suntikan.
Dari alat tersebut dapat diperoleh sel yang terdapat pada fibroadenoma, lalu hasil

Universitas Sumatera Utara

pengambilan tersebut dikirim ke laboratorium patologi untuk diperiksa di bawah


mikroskop. Di bawah mikroskop tumor tersebut tampak seperti berikut :30
b.4.1. Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat fibrosa) dan
berasal dari epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk lobus-lobus.
b.4.2. Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang berbentuk bular
(perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler).
b.4.3. Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar pendek
uniform.

c. Penatalaksanaan Medis
Terapi untuk fibroadenoma tergantung dari beberapa hal sebagai berikut:3
c.1. Ukuran
c.2. Terdapat rasa nyeri atau tidak
c.3. Usia pasien
c.4. Hasil biopsi
Karena fibroadenoma mammae adalah tumor jinak maka pengobatan yang
dilakukan tidak perlu dengan pengangkatan mammae. Yang perlu diperhatikan adalah
bentuk dan ukurannya saja. Pengangkatan mammae harus memperhatikan beberapa
faktor yaitu faktor fisik dan psikologi pasien. Apabila ukuran dan lokasi tumor tersebut
menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada pasien maka diperlukan pengangkatan.
Terapi pengangkatan tumor ini disebut dengan biopsi eksisi yaitu pembedahan
dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit jaringan sehat disekitarnya
Terapi dengan operasi pengangkatan tumor ini tidak akan merubah bentuk payudara

Universitas Sumatera Utara

tetapi hanya akan meninggalkan jaringan parut yang akan digantikan jaringan normal
secara perlahan.31

2.7.3. Pencegahan Tersier


Pencegahan tersier dilakukan untuk mengurangi ketidakmampuan dan melakukan
rehabilitasi.25 Rehabilitasi dilakukan untuk mengurangi ketidakmampuan penderita agar
dapat melakukan aktivitasnya kembali. Upaya rehabilitasi dilakukan baik secara fisik,
mental, maupun sosial, seperti menghilangkan rasa nyeri, mendapatkan asupan gizi yang
baik, dan dukungan moral dari orang-orang terdekat terhadap penderita pasca operasi.34

2.8. Kerangka Konsep


Karakteristik Penderita Fibroadenoma Mammae
1. Sosiodemografi:
Umur
Suku
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Status Perkawinan
Tempat Tinggal
Riwayat Penyakit Keluarga
Indeks Massa Tubuh
2. Paritas
3. Riwayat pemakaian alat kontrasepsi hormonal
4. Riwayat menyusui
5. Letak fibroadenoma mammae
6. Ukuran diameter fibroadenoma mammae
7. Jumlah fibroadenoma mammae
8. Cara diagnostik
9. Penatalaksanaan medis
10. Lama rawatan
11. Keadaan sewaktu pulang

Universitas Sumatera Utara

2.9. Definisi Operasional


2.9.1. Penderita fibroadenoma mammae adalah pasien yang dinyatakan menderita
fibroadenoma mammae berdasarkan hasil diagnosa dokter RS Santa Elisabeth Medan
sesuai dengan yang tercatat di kartu status.
2.9.2. Sosiodemografi yaitu:
a. Umur adalah usia penderita FAM yang di rawat inap sesuai dengan yang tercatat
di kartu status yang dibedakan atas:
1.
2.
3.
4.
5.

< 15 tahun
15-25 tahun
26-35 tahun
36-45 tahun
> 45 tahun

Untuk analisa statistik, dibedakan atas:


1. 35 tahun
2. > 35 tahun
b. Suku adalah etnik yang melekat pada diri penderita FAM sesuai dengan yang
tercatat di kartu status dibedakan atas:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Batak
Jawa
Melayu
Minang
Aceh
Nias
Lain-lain

c. Agama adalah kepercayaan yang dianut penderita FAM sesuai yang tercatat
dalam kartu status dibedakan atas:
1. Katolik
2. Protestan
3. Islam

Universitas Sumatera Utara

d. Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang ditempuh oleh penderita


FAM sesuai yang tercatat dalam kartu status dibedakan atas:
1.
2.
3.
4.
5.

Tidak sekolah
SD/ sederajat
SLTP/ sederajat
SLTA/sederajat
Akademi/ perguruan tinggi

e. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan penderita FAM sesuai dengan
yang tercatat di kartu status dibedakan atas:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pegawai Negeri (PNS)


Pegawai Swasta
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Pelajar/ mahasiswa
Lain-lain
Tidak bekerja

f. Status perkawinan adalah riwayat perkawinan penderita FAM yang tercatat di


kartu status dibedakan atas:
1. Kawin
2. Tidak Kawin
g. Tempat tinggal adalah tempat dimana penderita FAM tinggal sesuai dengan yang
tercatat di kartu status dibedakan atas:
1. Kota Medan
2. Luar Kota Medan
h. Indeks Massa Tubuh adalah status gizi penderita FAM yang tercatat di kartu
status dibedakan atas:
1. 30 kg/m2
2. > 30 kg/m2

Universitas Sumatera Utara

2.9.3. Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami penderita FAM sesuai yang
tercatat di kartu status dibedakan atas:
1.
2.
3.
4.

Nullipara (belum pernah melahirkan)


Primipara (melahirkan 1 kali)
Multipara (melahirkan 2-4 kali)
Grande multipara (melahirkan 5 kali)

2.9.4. Riwayat pemakaian alat kontrasepsi hormonal adalah metode KB hormonal yang
digunakan oleh penderita FAM sesuai dengan yang tercatat di kartu status dibedakan
atas:
1. Pernah
2. Tidak pernah
2.9.5. Riwayat Menyusui adalah riwayat penderita FAM yang menyusui anaknya sejak
lahir yang tercatat di kartu status dibedakan atas:
1. Pernah
2. Tidak pernah
2.9.6. Letak fibroadenoma adalah lokasi pada payudara penderita dimana FAM
ditemukan berdasarkan hasil pemeriksaan dokter sesuai yang tercatat dalam kartu status
dibedakan atas:
1. Payudara kanan
2. Payudara kiri
3. Payudara kanan dan kiri
2.9.7. Ukuran diameter fibroadenoma adalah besar diameter FAM yang dialami penderita
menurut ukuran fibroadeoma terbesar berdasarkan hasil pemeriksaan dokter sesuai yang
tercatat dalam kartu status dibedakan atas:
1. 5 cm
2. > 5 cm

Universitas Sumatera Utara

2.9.8. Jumlah fibroadenoma adalah banyak fibroadenoma yang diderita penderita


berdasarkan hasil pemeriksaan dokter sesuai yang tercatat dalam kartu status dibedakan
atas:
1. 1 fibroadenoma
2. > 1 fibroadenoma
2.9.9. Cara diagnostik adalah tindakan diagnosa yang dilakukan pihak rumah sakit
terhadap penderita FAM yang tercatat di kartu status dibedakan atas:
1. Pemeriksaan fisik dan radiologi (Thorax PA, Mammografi atau USG)
2. Pemeriksaan fisik dan FNAC
3. Pemeriksaan fisik, radiologi dan FNAC
2.9.10. Penatalaksanaan medis adalah segala usaha medis yang dilakukan kepada
penderita sehubungan dengan tindakan penyembuhan sesuai dengan yang tercatat di kartu
status dibedakan atas:
1. Operasi
2. Tidak Operasi
2.9.11. Lama rawatan rata-rata adalah lamanya penderita dirawat dihitung dari tanggal
mulai dirawat sampai keluar sesuai dengan yang tercatat di kartu status, kemudian
dihitung lama rawatan rata-ratanya.
2.9.12. Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi sewaktu penderita keluar dari rumah
sakit sesuai dengan yang tercatat di kartu status dibedakan atas:
1. Pulang dengan berobat jalan (PBJ)
2. Pulang atas permintaan sendiri (PAPS)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai