Anda di halaman 1dari 7

A.

PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan genetalia
b. Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau
pembesaran pada ginjal
c. Kaji fungsi perkemihan
d. Adanya lekukan pada ujung penis
e. Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
f. Terbukanya uretra pada ventral
2. Mental
a. Sikap pasien sewaktu diperiksa
b. Sikap pasien dengan adanya rencana pembedahan
c. Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan

penis,

perdarahan, dysuria, drinage


3. Keluarga
a. Tingkat kecemasan
b. Tingkat Pengetahuan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pasien pre operasi
a. Manajemen regimen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan
pola perawatan keluarga.
b. Perubahan eliminasi (retensi urin) berhubungan dengan obstruksi
mekanik.
c. Kecemasan berhubungan dengan akan dilakukan tindakan operasi
baik keluarga dan klien.
2. Pasien post operasi
a. Kesiapan dalam peningkatan manajemen regimen terapeutik
berhubungan dengan petunjuk aktivitas adekuat.
b. Nyeri berhubungan dengan post prosedur operasi.
C. INTERVENSI
1. Pre Operasi
a. DX 1
Tujuan

: Manajemen regimen terapeutik tidak efektif


berhubungan dengan pola perawatan keluarga.
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
324 jam diharapkan manajemen regimen
terapeutik kembali efektif.

Indikator

: 1. Status imunisasi anggota kelurga


2. Kesehatan fisik anggota keluarga
3. Asupan makanan yang adekuat

4. Tidak adanya kekerasan anggota kelurga


5. Penggunaan perawatan kesehatan
Keterangan skala : 1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4

= Sering dilakukan

= Selalu dilakukan

NOC

: Family health status

NIC

: Family mobilization

Intervensi

: 1. Jadilah pendengar yang baik untuk anggota


keluarga.
2. Diskusikan

kekuatan

kelurga

sebagai

pendukung.
3. Kaji pengaruh budaya keluarga.
4. Monitor situasi kelurga.
5. Ajarkan perawatan di rumah tentang terapi
pasien.
6. Kaji efek kebiasaan pasien untuk keluarga.
7. Dukung kelurga dalam merencanakan dan
melakukan terapi pasien dan perubahan gaya
hidup.
8. Identifikasi perlindungan yang dapat digunakan
b. DX 2

kelurga dalam menjaga status kesehatan.


: Perubahan eliminasi (retensi urin) berhubungan
dengan obstruksi mekanik.

Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama


324 jam diharapkan retensi urin berkurang.

Indikator

: 1. Mengatakan keinginan untuk BAK


2. Menentukan pola BAK
3. Mengatakan dapat BAK dengan teratur
4. Waktu yang adekuat antara keinginan BAK dan
mengeluarkan BAK ke toilet
5. Bebas dari kebocoran urin sebelum BAK
6. Mampu memulai dan mengakhiri aliran BAK
7. Mengesankan kandung kemih secara komplek

Keterangan skala : 1 = Tidak pernah menunjukan

2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NOC

: Pengawasan Urine

NIC

: Perawatan Retensi Urine

Intervensi

: 1. Melakukan pencapaian secara komperhensif


jalan urin berfokus kepada inkontinensia (ex:
urin output, keinginan BAK yang paten, fungsi
kognitif dan masalah urin).
2. Menjaga privasi untuk eliminasi.
3. Menggunakan kekuatan dari keinginan untuk
BAK di toilet.
4. Menyediakan waktu
5.
6.
7.
8.
9.

yang

untuk

mengosongkan blader (10 menit).


Menyediakan perlak di kasur.
Menggunakan manuver crede, jika dibutuhkan.
Menganjurkan untuk mencegah konstipasi.
Monitor intake dan output.
Monitor distensi kandung kemih dengan

papilasi dan perkusi.


10. Berikan waktu berkemih
c. DX 3

cukup

dengan

interval

reguler, jika diperlukan.


: Kecemasan berhubungan dengan akan dilakukan
tindakan operasi baik keluarga dan klien.

Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama


324 jam diharapkan kecemasan pasien berkurang.

Indikator

: 1. Tingkat kecemasan di batas normal


2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Mengetahui penyebab cemas


Mengetahui stimulus yang menyebabkan cemas
Informasi untuk mengurangi kecemasan
Strategi koping untuk situasi penuh stress
Hubungan sosial
Tidur adekuat
Respon cemas

Keterangan skala : 1 = Tidak pernah menunjukan

2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NOC

: Kontrol ansietas

NIC

: Pengurangan cemas

Intervensi

: 1. Ciptakan suasana yang tenang.


2. Sediakan informasi dengan memperhatikan
diagnosa, tindakan dan prognosa, dampingi
pasien untuk meciptakan suasana aman dan
3.
4.
5.
6.
7.

mengurangi ketakutan.
Dengarkan dengan penuh perhatian.
Kuatkan kebiasaan yang mendukung.
Ciptakan hubungan saling percaya.
Identifikasi perubahan tingkatan kecemasan.
Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang
menimbulkan kecemasan.

2. Post Operasi
a. DX 1

: Kesiapan dalam peningkatan manajemen regimen


terapeutik berhubungan dengan petunjuk aktivitas

Tujuan

adekuat.
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
324 jam diharapkan kesiapan peningkatan

regimen terapeutik baik.


: 1. Ikut serta dalam perencanaan perawatan
2. Ikut serta dalam menyediakan perawatan
3. Menyediakan informasi yang relefan
4. Kolaborasi dalam melakukan latihan
Keterangan Skala : 1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
Indikator

NOC

: Family participation in profesioal care

NIC

: Family process maintenance

Intervensi

: 1. Anjurkan kunjungan anggota keluarga jika


perlu.

2. Bantu keluarga dalam melakukan strategi


menormalkan situasi.
3. Bantu keluarga menemukan perawatan anak
yang tepat.
4. Identifikasi kebutuhan perawatan pasien di
rumah dan bagaimana pengaruh pada keluarga.
5. Buat jadwal aktivitas perawatan pasien di
rumah sesuai kondisi.
6. Ajarkan keluarga untuk menjaga dan selalu
menngawsi perkembangan status kesehatan
b. DX 2
Tujuan
NOC 1
Indikator
NOC 2
Indikator

NOC 3
Indikator

keluarga.
: Nyeri akut berhubungan dengan post prosedur
operasi.
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
324 jam diharapkan nyeri berkurang.
: Level nyeri
: 1. Melaporkan nyeri (frekuensi & lama)
2. Perubahan vital sign dalam batas normal
3. Memposisikan tubuh untuk melindungi nyeri
: Tingkat kenyamanan
: 1. Melaporkan kondisi fisik yang nyaman
2. Menunjukan ekspresi puas terhadap manajemen
nyeri
: Kontrol nyeri
: 1. Mengungkap faktor pencetus nyeri
2. Menggunakan tetapi non farmakologi
3. Dapat menggunakan berbagai sumber untuk

mengontrol nyeri
4. Melaporkan nyeri terkontrol
Keterangan skala : 1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NIC 1
: Manajemen nyeri
Intervensi
: 1. Kaji secara komperhensif mengenai lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas, dan faktor pencetus nyeri.
2. Observasi
keluhan
nonverbal
ketidaknyamanan.

dari

3. Ajarkan teknik nonfarmakologi (ralaksasi).


4. Bantu pasien & keluarga untuk mengontrol
nyeri.
5. Beri informasi tentang nyeri (penyebab, durasi,
NIC 2
Intervensi

prosedur antisipasi nyeri)


: Monitor tanda vital
: 1. Monitor TD, RR, nadi, suhu pasien
2. Monitor keabnormalan pola napas pasien
3. Identifikasi kemungkinan perubahan TTV
4. Monitor toleransi aktivitas pasien
5. Anjurkan untuk menurunkan stress dan banyak
istirahat

D. EVALUASI
Setelah menjalani operasi, perawatan paska operasi adalah
tindakan yang amat sangat penting. Orang tua harus dengan seksama
memperhatikaninstruksi dari dokter bedah yang mengoperasi.
Biasanya pada lubang kencing baru (post uretroplasty) masih
dilindungi dengan kateter sampai luka betul- betul menyembuh dan dapat
dialiri oleh air kencing.
Di bagian supra pubik (bawah perut) dipasang juga kateter yang
langsung menuju kandung kemih untuk mengalirkan air kencing.
Tahapan penyembuhan biasanya kateter diatas di non fungsikan
terlebih

dulu sampai

seorang dokter

yakin betul bahwa hasil

uretroplastinya dapat berfungsi dengan baik. Baru setelah itu kateter dilepas.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hipospadia merupakan kelainan kongenital pada genitalia eksterna
yang relatif sering terjadi, kira-kira pada 3 diantara 1000 kelahiran
anak laki-laki. Hipospadia dapat terjadi sebagai kelainan yang terbatas
pada genitalia externa saja atau sebagai bagian dari kelainan yang lebih
kompleks seperti intersex.

Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak


di dekat ujung penis, yaitu pada glans penis. Bentuk hipospadia yang
lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah batang penis
atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar)
atau di bawah skrotum.
Gejalanya yang paling umum adalah:
1. Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah
atau di dasar penis.
2. Penis melengkung ke bawah.
3. Penis tampak seperti berkerudung karena adanya kelainan pada
kulit depan penis.
4. Jika berkemih, anak harus duduk.
Berbagai teknik dan modifikasi untuk rekonstruksi terhadap
hipospadia telah banyak dilakukan.
B. SARAN
Untuk mencegah terjadinya hipospadia pada neonatus dari segi
faktor lingkungan pada saat ibu hamil, sebaiknya ibu menghindari
atau meminimalisasi paparan polutan dan zat yang bersifat teratogenik
yang dapat mengakibatkan mutasi.

Anda mungkin juga menyukai