Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan suatu seni untuk menyusun dan menyampaikan suatu
pesan dengan cara yang gampang sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima.
Davis (1981) mendefinisikan komunikasi sebagai pemindahan informasi dan
pengertian dari satu orang ke orang lain (hal:399)Oleh karena itu, komunikasi selalu
melibatkan seorang pengirim dan seorang penerima.
Komunikasi keperawatan adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi keperawatan
mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal.
Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan
kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan
kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual,
tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih saying /
cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja
akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya
masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan
meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Achir Yani), tetapi yang
paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap
sesama manusia.
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang bagaimana standar komunikasi secara
legal, professional dan bagaimana nilai diri dan perasaan mempengaruhi komunikasi
terutama dalam keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi dalam keperawatan ?
2. Bagaimana standar legal dalam komunikasi ?

3. Bagaimana standar professional dalam komunikasi ?


4. Bagaimana pengaruh nilai diri dan perasaan terhadap komunikasi ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi komunikasi dalam keperawatan
2. Untuk mengetahui standar legal dalam komunikasi
3. Untuk mengetahui standar professional dalam komunikasi
4. Untuk mengetahui pengaruh nilai diri dan perasaan terhadap komunikasi
1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan tentang definisi komunikasi dalam keperawatan
2. Menambah pengetahuan tentang standar legal dalam komunikasi
3. Menambah wawasan tentang standar professional dalam komunikasi
4. Menambah informasi tentang pengaruh nilai diri dan perasaan terhadap
komunikasi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan


memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu
intrapersonal, interpersonal dan publik. Komunikasi keperawatan adalah komunikasi
yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi keperawatan mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal.
Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua
orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi
interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide,
pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal.
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam
hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi
keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan
pasien.
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien
yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku
pasien. Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama
dan pengalaman dengan menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien
berubah ke arah positif seoptimal mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik
yang efektif perawat harus mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami
tentang dirinya.
Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat
dipenuhi. Di dalam komunikasi terapeutik ini harus ada unsur kepercayaan.

2.2 Standar Legal Komunikasi


Legal adalah sesuatu yang di anggap sah oleh hukum dan undang-undang
(Kamus Besar Bahasa Indonesia). Standar legal dalam komunikasi adalah suatu
3

panduan atau aturan dalam berkomunikasi yang dianggap sah oleh hukum maupun
undang-undang-undang.
Didalam standart legal komunikasi terdapat hukum komunuikasi dan etika
dalam berkomunikasi yang harus dipatuhi dalam proses komunikasi.
a. Hukum Komunikasi
5 Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective
Communication)

yang

dikembangkan

dan

rangkum

dalam

satu

kata

yang

mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti
merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah
upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati,
tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.
1. Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap
menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan.
Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita
berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin
dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi
seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaaan
seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai
dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi
yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara
keseluruhan sebagai sebuah tim.
Bahkan menurut mahaguru komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya How to
Win Friends and Influence People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip
dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang
jujur dan tulus. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William James juga
mengatakan bahwa "Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan
untuk dihargai." Dia mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun
keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), yang harus dipenuhi. Ini adalah
suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan. Lebih jauh Carnegie

mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati ini akan
menggenggam orang dalam telapak tangannya.
Charles Schwabb, salah satu orang pertama dalam sejarah perusahaan Amerika
yang mendapat gaji lebih dari satu juta dolar setahun, mengatakan bahwa aset paling
besar yang dia miliki adalah kemampuannya dalam membangkitkan antusiasme pada
orang lain. Dan cara untuk membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain
melakukan hal-hal terbaik adalah dengan memberi penghargaan yang tulus. Hal ini pula
yang menjadi satu dari tiga rahasia manajer satu menit dalam buku Ken Blanchard dan
Spencer Johnson, The One Minute Manager.
2. Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau
kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap
empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu
sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah
satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti
terlebih

dahulu,

baru

dimengerti

(Seek

First

to

Understand

understand then be understood to build the skills of empathetic listening that inspires
openness and trust). Inilah yang disebutnya dengan Komunikasi Empatik. Dengan
memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun
keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau
sinergi dengan orang lain.
Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan
(message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver)
menerimanya. Oleh karena itu dalam ilmu pemasaran (marketing) memahami perilaku
konsumen (consumer's behavior) merupakan keharusan. Dengan memahami perilaku
konsumen, maka kita dapat empati dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan,
minat, harapan dan kesenangan dari konsumen. Demikian halnya dengan bentuk
komunikasi lainnya, misalnya komunikasi dalam membangun kerjasama tim. Kita perlu
saling memahami dan mengerti keberadaan orang lain dalam tim kita. Rasa empati akan

menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan
yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork.
Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu
mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya
pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari
penerima.
Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif
atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif.
Banyak sekali dari kita yang tidak mau mendengarkan saran, masukan apalagi kritik
dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu
arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan
arus

balik

dari

penerima

pesan.

Oleh

karena itu dalam kegiatan komunikasi pemasaran above the lines (mass media
advertising) diperlukan kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari
audiensi atau penerima pesan.
3. Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan
baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu
menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan
dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus
disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima
dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk
menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang
akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam
komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap
yang dapat diterima oleh penerima pesan.

4. Clarity

Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum
keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak
menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Ketika saya
bekerja di Sekretariat Negara, hal ini merupakan hukum yang paling utama dalam
menyiapkan korespondensi tingkat tinggi.
Karena kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai
penafsiran

akan

menimbulkan

dampak

yang

tidak

sederhana.

Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu
mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga
dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita.
Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan
menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.
5. Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah
hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun
rasa

menghargai

orang

lain,

biasanya

didasari

oleh

sikap

rendah

hati yang kita miliki. Dalam edisi Mandiri 32 Sikap Rendah Hati pernah kita bahas,
yang pada intinya antara lain: sikap yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran
Customer

First

Attitude),

sikap

menghargai,

mau

mendengar

dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani
mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta
mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok
komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal
dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang
penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan
jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.

b. Etika Komunikasi

Etika komunikasi selalu dihadapkan dengan berbagai masalah, yaitu antara


kebebasan berekspresi dan tanggung jawab terhadap pelayanan publik. Etika
komunikasi memiliki tiga dimensi yang terikat satu dengan yang lain, yaitu:
1. Aksi komunikasi
Aksi komunikasi yaitu dimensi yang langsung terikat dengan perilaku aktor
komunikasi (wartawan, editor, agen iklan, atau perawat). Perilaku aktor komunikasi
hanya menjadi salah satu dimensi etika komunikasi, yaitu bagian dari aksi komunikasi.
Aspek etisnya ditunjukkan pada kehendak baik ini diungkapkan dalam etika profesi
dengan maksud agar ada norma intern yang mengatur profesi.
2. Sarana
Dalam masalah komunikasi, keterbukaan akses juga ditentukan oleh hubungan
kekuasaan. Penggunaan kekuasaan dalam komunikasi tergantung pada penerapan
fasilitas baik ekonomi, budaya, politik, atau teknologi (bdk. A. Giddens, 1993:129).
Semakin banyak fasilitas yang dimilki semakin besar akses informasi, semakin mampu
mendominasi dan mempengaruhi perilaku pihak lain atau publik.
3. Tujuan
Dimensi tujuan menyangkut nilai demokrasi, terutama kebebasan untuk
berekspresi dan hak akan informasi yang benar. Dalam negara demokratis, para aktor
komunikasi, peneliti, asosiasi warga negara, dan politis harus mempunyai komitmen
terhadap nilai kebebasan tersebut.
Tujuan Etika Komunikasi
Banyak orang beranggapan bahwa dalam sebuah pembicaraan, kita harus
menggunakan etika untuk menghargai dan menghormati lawan bicara. Ada sebuah teori
yang mendefinisikan etika sebagai, sebuah cabang ilmu filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma, moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.
Dalam teori ini, etika memiliki 3 tujuan, yaitu:
a. Membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat dipertanggung
jawabkan

b. Membantu manusia mengambil sikap dan tindakan secara tepat dalam hidup ini
c. Tujuan akhir untuk menciptakan kebahagiaan.
Etika Dan Etiket Yang Baik Dalam Komunikasi
Berikut di bawah ini adalah beberapa etika dan etiket dalam berkomunikasi antar
manusia dalam kehidupan sehari-hari :
1. Jujur tidak berbohong
2. Bersikap Dewasa tidak kekanak-kanakan
3. Lapang dada dalam berkomunikasi
4. Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik
5. Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien
6. Tidak mudah emosi / emosional
7. Berinisiatif sebagai pembuka dialog
8. Berbahasa yang baik, ramah dan sopan
9. Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan
10. Bertingkahlaku yang baik

2.3 Standar Profesional Komunikasi


Profesional adalah seseorang yang memiliki kompetensi dalam suatu pekerjaan
tertentu. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, profesional bersangkutan dengan
profesi yang memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya. Standar
professional komunikasi dalam keperawatan merupakan standar kompetensi perawaat
dalam berkomunikasi, dalam hal ini adalah komunikasi terapeutik.
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien
yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku
pasien. Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama
dan pengalaman dengan menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien
berubah ke arah positif seoptimal mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik
yang efektif perawat harus mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami
tentang dirinya.
Prinsip komunikasi professional :
1. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi
2. Tingkah laku professional mengatur hubungan terapeutik

3. Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai
4.
5.
6.
7.
8.

tujuan terapeutik
Hubungan sosial dengan klien harus dihindari
Kerahasiaan klien harus dijaga
Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman
Implementasi intervensi berdasarkan teori
Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang

tingkah laku klien dan memberi nasihat


9. Beri petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali pengalamannya secara
rasional
10. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari
perubahan subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang
sangat menarik klien.

Tehnik Komunikasi Terapeutik secara Profesional


1. Mendengar aktif
Adalah konsentrasi aktif dan persepsi terhadap pesan orang lain yang
menggunakan semua indra. Menurut Ellis (1994) mendengarkan orang lain dengan
penuh perhatian akan menunjukkan pada orang lain bahwa apa yang dikatakannya
adalah penting dan dia adalah orang penting.
2. Mendengar pasif
Adalah kegiatan mendengar dengan kegiatan non verbal untuk klien. Misalnya
dengan kontak mata, menganggukkan kepala dan juga keikutsertaan secara verbal,
misalnya uh huuh, mmhumm, yeah.
3. Penerimaan
Adalah mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang
menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan bukan berarti persetujuan.
Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan mendengar tanpa menunjukkan keraguan
atu ketidaksetujuan. Dikarenakan hal tersebut, perawat harus sadar terhadap ekspresi
non verbal.
4. Klarifikasi

10

Klarifikasi sama denga validasi yaitu menanyakan pada klien apa yang tidak
dimengerti perawat terhadap situasi yang ada.
5. Focusing
Adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk membatasi area diskusi
sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti (Stuart & Sundeen, 1995).
6. Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengamati klien, kegiatan ini dilakukan
sedemikian rupa sehingga klien tidak menjadi malu atau marah.
7. Menawarkan informasi
Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon
lebih lanjut. Keuntungan dari tehnik ini adalah akan memfasilitasi komunikasi,
mendorong pendidikan kesehatan dan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.
Perawat sebaiknya menghindari pemberian nasehat pada saat pemberian informasi.
8. Diam (memelihara ketenangan)
Diam dilakukan dengan tujuan untuk mengorganisir pemikiran, memproses
informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk menunggu respon.
9. Assertive
Kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran
dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain.
10. Menyimpulkan
a. Membawa poin poin penting dari diskusi untuk meningkatkan pemahaman
b. Memberi kesempatan untuk mengklarifikasi komunikasi agar sama dengan ide dalam
pikiran (Varcarolis,1990)
Menurur Roger, terdapat beberapa karakteristik dari seorang perawat yang dapat
memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik. Karakteristik tersebut antara
lain:
11

a. Kejujuran (trustworthy)
Kejujuran merupakan modal utama agar dapat melakukan komunikasi yang
bernilai terapeutik, tanpa kejujuran mustahil dapat membina hubungan saling percaya.
Klien hanya akan terbuka dan jujur pula dalam memberikan informasi yang benar hanya
bila yakin bahwa perawat dapat dipercaya.
b. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi hendaknya perawat menggunakan kata-kata yang mudah
dimengerti oleh klien. Komunikasi nonverbal harus mendukung komunikasi verbal
yang disampaikan. Ketidaksesuaian dapat menyebabkan klien menjadi bingung.
c. Bersikap positif
Bersikap positif dapat ditunjukkan dengan sikap yang hangat, penuh perhatian dan
penghargaan terhadap klien. Roger menyatakan inti dari hubungan terapeutik adalah
kehangatan, ketulusan, pemahaman yang empati dan sikap positif.
d. Empati bukan simpati
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap
ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang
dirasakan dan dipikirkan oleh klien. Dengan empati seorang perawat dapat memberikan
alternatif pemecahan masalah bagi klien, karena meskipun dia turut merasakan
permasalahan yang dirasakan kliennya, tetapi tidak larut dalam masalah tersebut
sehingga perawat dapat memikirkan masalah yang dihadapi klien secara objektif. Sikap
simpati membuat perawat tidak mampu melihat permasalahan secara objektif karena dia
terlibat secara emosional dan terlarut didalamnya.
e. Mampu melihat permasalahan klien dari kacamata klien
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus berorientasi pada klien,
(Taylor, dkk ,1997). Untuk itu agar dapat membantu memecahkan masalah klien
perawat harus memandang permasalahan tersebut dari sudut pandang klien. Untuk itu
perawat harus menggunakan terkhnik active listening dan kesabaran dalam
mendengarkan ungkapan klien. Jika perawat menyimpulkan secara tergesa-gesa dengan

12

tidak menyimak secara keseluruhan ungkapan klien akibatnya dapat fatal, karena dapat
saja diagnosa yang dirumuskan perawat tidak sesuai dengan masalah klien dan
akibatnya tindakan yang diberikan dapat tidak membantu bahkan merusak klien.
f. Menerima klien apa adanya;
Jika seseorang diterima dengan tulus, seseorang akan merasa nyaman dan aman
dalam menjalin hubungan intim terapeutik. Memberikan penilaian atau mengkritik klien
berdasarkan nilai-nilai yang diyakini perawat menunjukkan bahwa perawat tidak
menerima klien apa adanya.
b. Sensitif terhadap perasaan klien;
Tanpa kemampuan ini hubungan yang terapeutik sulit terjalin dengan baik,
karena jika tidak sensitif perawat dapat saja melakukan pelanggaran batas, privasi dan
menyinggung perasaan klien.
c. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri
Seseorang yang selalu menyesali tentang apa yang telah terjadi pada masa
lalunya tidak akan mampu berbuat yang terbaik hari ini. Sangat sulit bagi perawat untuk
membantu klien, jika ia sendiri memiliki segudang masalah dan ketidakpuasan dalam
hidupnya.

2.4 Nilai Diri dan Perasaan


1. Nilai Diri
Nilai merupakan kepercayaan seseorang mengenai kebenaran, keindahan dan
makna dari tiap pemikiran benda atau perilaku. Nilai memberikan arahan dan arti bagi
hidup dan membantu proses pengambilan keputusan
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi perawat
untuk menyadari nilai seseorang . Perawat perlu berusaha untuk mengetahui dan

13

mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat
dengan klien. Dalam hubungan profesional perawat diharapkan tidak terpengaruh oleh
nilai pribadi.
Ciri-Ciri Nilai ( Sarilan.M Ali, 2007 : 15 )
1. Terbentuk melalui proses belajar dan melalui interaksi social antarindividu
maupun antar kelompok masyarakat.
2. Memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap setiap individu karena
pernbedaan antara kebudayaan yang satu dengan yang lain.
3. Terseleksi dari berbagai aspek kehidupan.
4. Dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang

dan

dapat

disosilaisasikan melalui komunikasi dan pergaulan di masyarakat.

Nilai Dalam Keperawatan Profesional


a. Nilai Perawatan
Nilai perawat yang paling fundamental adalah perawatan (pemberian asuhan
keperawatan).
b. Nilai advokasi
Mendukung, menjunjung, dan berbicara bagi nilai yang dianut orang lain disebut
advokasi.

Nilai- Nilai yang Sangat Diperlukan Oleh Perawat :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kejujuran
Care
Empati
Ketepatan setiap tindakan
Menghargai orang lain
berbuat baik
keadilan

2. Peranan Perasaan dalam Komunikasi

14

Salah satu segi paling membahagiakan dalam berkomunikasi dengan orang lain
adalah kesempatan untuk perasaan .
Johnson (1981) menggambarkan suatu model lima tahap pengungkapan perasaan
dalam komunikasi. Menurutnya, setiap kali kita berkomunikasi dengan orang lain maka
sebenarnya paling sedikit terjadi lima macam proses , proses tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Kita mengamati (sensing) tingkah laku lawan komunikasi kita. Dengan alat-alat
indra yang kita miliki, kita menumpulkan informasi tentang lawan komunikasi
kita .
2. Kita menafsirkan (interpreting) semua informasi yang kita terima dari lawan
komunikasi kita itu. Kita menentukan makna dari kata-kata dan perbuatannya .
3. Kita mengalami perasaan tertentu (feeling) sebagai reaksi spontan terhadap
penafsiran kita atas informasi yang kita terima dari dan tentang lawan
komunikasi kita.
4. Kita akan terdorong untuk menanggapi (intending) perasaan kita itu .dalam diri
kita terbentuk intense yang

akan mendorong dan mengarahkan kita untuk

berbuat searah dan sejalan dengan perasaan kita .


5. Kita mengungkapkan (expressing) perasaan kita itu .
Akibat yang Timbul bila Perasaan Tidak Diungkapkan
Salah satu faktor yang menjadi penghambat dalam membangun hubungan antar
pribadi yang intim adalah kesulitan mengkomunikasikan perasaan. Aneka masalah
dalam komunikasi muncul terutama bukan karena perasaan yang kita alami itu sendiri,
melainkan karena kita gagal mengkomunikasikannya secara efektif. Perasaan-perasaan
itu justru kita sangkal, kita alihkan, kita sembunyikan atau kita represikan.
Berikut ini adalah beberapa hal yang mungkin timbul bila perasaan-perasaan tidak
kita sadari, tidak kita terima, atau tidak kita ungkapkan secara konstruktif (Johnson,
1981) :

15

1. Menyangkal dan menekan perasaan dapat menciptakan aneka masalah dalam


hubungan antar pribadi.
2. Menyangkal dan menekan perasaan dapat menyulitkan kita dalam memahami
dan mengatasi masalah yang terlanjur timbul dalam hubungan antar pribadi.
3. Menyangkal perasaan dapat meningkatkan kecenderungan kita untuk melakukan
perspeksi secara selektif.
4. Menekan perasaan dapat menimbulkan distorsi atau penyimpangan dalam
penilaian kita.
5. Dalam mengungkapkan perasaan yang tidak lugas-efektif sering justru tersirat
tuntutan-tuntutan tertentu.
Mengungkapkan Perasaan Secara Verbal
Ada dua cara mengungkapkan perasaan, yaitu secara verbal dan nonverbal. Yang
dimaksud secara verbal adalah dengan menggunakan kata-kata, baik yang secara
langsung mendeskripsikan perasaan yang kita alami maupun tidak. Sedangkan yang
dimaksud secara nonverbal adalah dengan menggunakan isyarat lain secara kata-kata,
misalnya sorot mata, raut muka, kepalan tinju, dan sebagainya. Dalam kenyataan seharihari, kedua cara tersebut sebenarnya susah dipisahkan sebab lazimnya hadir bersamasama.
Cara kita mengungkapkan perasaan antara lain tergantung pada kesadaran dan
penerimaan kita terhadap perasaan-perasaan kita tersebut, serta kemampuan kita untuk
mengungkapkannya secara konstruktif. Bila tidak kita insafi atau sengaja kita tolak,
perasaan-perasaan tersebut nantinya akan terungkap juga secara tidak langsung, dalam
bentuk-bentuk sebagai berikut (Johnson, 1981) :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Mencap dan memberikan lebel.


Memerintah.
Bertanya.
Menuduh.
Menyindir (sarkasme).
Memuji.
Mencela.
Memberikan sebutan.

16

Untuk

mengungkapkan

perasaan

secara

jelas,

maka

kita

perlu

mendeskripsikannya. Setidak-tidaknya ada empat cara mendeskripsikan perasaan


(Johnson, 1981) :
1. Mengidentifikasikan atau menyebutkan nama perasaan itu.
2. Menggunakan kiasan perasaan.
3. Menunjukkan bentuk tindakan yang ingin dilakukan terdorong oleh perasaan
yang sedang dialami.
4. Menggunakan kiasan kata-kata.
Mempresepsikan Perasaan Orang Lain
Sebagaimana yang kita ketahui, perasaan adalah reaksi internal. Kita hanya
dapat mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh orang lain berdasarkan pengakuannya
atau berdasarkan bentuk-bentuk tingkah laku tebukanya. Perasaan yang diungkapkan
baik secara langsung maupun secara tidak langsung ini disebut surface feelings dan
mudah dipresepsikan atau di tangkap. Sebaliknya adalah yang disebut underlying
feelings, yakni perasaan-perasaan yang tidak diungkapkan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Dalil umum dalam komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut: sebelum
manggapi perasaan seseorang, terlebih dahulu kita perlu menyelidikinya untuk
memastikan bahwa kita benar-benar tahu apa yang sedang dirasakannya. Inilah yang
disebut perception check atau pengujian presepsi. Pengujian presepsi ini meliputi tiga
unsur, yaitu:
1. Mendeskripsikan dugaan kita tentang perasaan yang sedang dialami oleh lawan
kominikasi kita.
2. Menanyakan kepada yang bersangkutan apakah presepsi kita itu tepat.
3. Menahan diri dari membenarkan atau menyalahkan perasaan-perasaan lawan
komunikasi kita.
4. Kesan-kesan tentang orang lain memang sering keliru akibat ketakutanketakutan, harapan-harapan maupun perasaan-perasaan lain yang sedang
berkecambuk di dalam diri kita sendiri. Itulah sebabnya penting sekali terlebih
dahulu menguji atau memastikan ketepatan presepsi kita sebelum memutusakan
suatu tindakan atau berbuat sesuatu menenggapi perasaan lawan komunikasi
kita.

17

Mengungkapkan Perasaan Secara Nonverbal


Presepsi wajah, jeda ataun tenggang waktu dalam berbicara, gerak tangan, jarak
kontak mata, sikap tubuh, cara berpakaian, volume suara dan intonasi, sentuhan atau
rabaan, cara mengatur kamar, dan sebagainya, semua itu adalah perbuatan dan sekaligus
merupakan modalitas komunikasi nonverbal. Perilaku nonverbal memiliki beberapa ciri
sebagai berikut:
1. Merupakan kebiasaan, maka bersifat otomatis dan jarak kita sadari.
2. Berfungsi mengungkapkan perasaan-perasaan kita yang sebenarnya, kendati
dengan kata-kata kita berusaha menyembunyikannya.
3. Komunikasi nonverbal merupakan sarana utama untuk mengungkapkan emosi.
4. Memiliki makna yang berlainan pada berbagai lingkungan budaya yang berbeda.
5. Memiliki makna yang berbeda dari orang ke orang.
Berikut ini disajikan beberapa contoh pola perilaku nonverbal yang mencerminkan
perasaan konseling terhadap konselor selama wawancara konseling.

Perasaan
Curiga
-

Kepala

Menerima
Mengangguk

Tergantung
-

Memusuhi
Menggeleng

Mulut

Tersenyum

Latah

Tertutup

Mencibir

Kesigapan

Sigap

Pasif

Sigap

Tak acuh

Posisi

Menghadap

Merendah

Mematung

Menantang

Kontak mata

Wajar

Berlebihan

Kurang

Menghindar

Tangan

Terbuka

Menggapai

Resah

Mengepal

Jarak

Wajar

Dekat

Jauh

Contoh panduan komunikasi perawat di Rumah Sakit Annisa

18

19

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi merupakan suatu seni untuk menyusun dan menyampaikan suatu
pesan dengan cara yang gampang sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima.
Komunikasi keperawatan adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi keperawatan mengarah pada
bentuk komunikasi interpersonal.
Dalam berkomunikasi terdapat standar legal, yakni suatu panduan atau aturan
dalam berkomunikasi yang dianggap sah oleh hukum maupun undang-undang-undang.
Didalam standart legal komunikasi terdapat hukum komunuikasi,etika dalam

20

berkomunikasi dan sikap dalam berkomunikasi yang harus dipatuhi

dalam proses

komunikasi. Standar professional komunikasi dalam keperawatan merupakan standar


kompetensi perawaat dalam berkomunikasi, dalam hal ini adalah komunikasi terapeutik.
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien serta
nilai diri dan peran perasaan dalam berkomunikasi.
3.2 Saran
Pemakalah berharap makalah ini dapat menambah wawasan pembaca tentang
panduan standar komunikasi. Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari
kekurangan baik dari segi sumber informasi dan penulisan. Oleh karena itu, kritik dan
saran sangat diharapkan demi kebaikan.

21

Anda mungkin juga menyukai