PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan suatu seni untuk menyusun dan menyampaikan suatu
pesan dengan cara yang gampang sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima.
Davis (1981) mendefinisikan komunikasi sebagai pemindahan informasi dan
pengertian dari satu orang ke orang lain (hal:399)Oleh karena itu, komunikasi selalu
melibatkan seorang pengirim dan seorang penerima.
Komunikasi keperawatan adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi keperawatan
mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal.
Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan
kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan
kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual,
tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih saying /
cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja
akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya
masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan
meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Achir Yani), tetapi yang
paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap
sesama manusia.
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang bagaimana standar komunikasi secara
legal, professional dan bagaimana nilai diri dan perasaan mempengaruhi komunikasi
terutama dalam keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Komunikasi
panduan atau aturan dalam berkomunikasi yang dianggap sah oleh hukum maupun
undang-undang-undang.
Didalam standart legal komunikasi terdapat hukum komunuikasi dan etika
dalam berkomunikasi yang harus dipatuhi dalam proses komunikasi.
a. Hukum Komunikasi
5 Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective
Communication)
yang
dikembangkan
dan
rangkum
dalam
satu
kata
yang
mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti
merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah
upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati,
tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.
1. Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap
menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan.
Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita
berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin
dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi
seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaaan
seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai
dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi
yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara
keseluruhan sebagai sebuah tim.
Bahkan menurut mahaguru komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya How to
Win Friends and Influence People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip
dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang
jujur dan tulus. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William James juga
mengatakan bahwa "Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan
untuk dihargai." Dia mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun
keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), yang harus dipenuhi. Ini adalah
suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan. Lebih jauh Carnegie
mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati ini akan
menggenggam orang dalam telapak tangannya.
Charles Schwabb, salah satu orang pertama dalam sejarah perusahaan Amerika
yang mendapat gaji lebih dari satu juta dolar setahun, mengatakan bahwa aset paling
besar yang dia miliki adalah kemampuannya dalam membangkitkan antusiasme pada
orang lain. Dan cara untuk membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain
melakukan hal-hal terbaik adalah dengan memberi penghargaan yang tulus. Hal ini pula
yang menjadi satu dari tiga rahasia manajer satu menit dalam buku Ken Blanchard dan
Spencer Johnson, The One Minute Manager.
2. Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau
kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap
empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu
sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah
satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti
terlebih
dahulu,
baru
dimengerti
(Seek
First
to
Understand
understand then be understood to build the skills of empathetic listening that inspires
openness and trust). Inilah yang disebutnya dengan Komunikasi Empatik. Dengan
memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun
keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau
sinergi dengan orang lain.
Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan
(message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver)
menerimanya. Oleh karena itu dalam ilmu pemasaran (marketing) memahami perilaku
konsumen (consumer's behavior) merupakan keharusan. Dengan memahami perilaku
konsumen, maka kita dapat empati dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan,
minat, harapan dan kesenangan dari konsumen. Demikian halnya dengan bentuk
komunikasi lainnya, misalnya komunikasi dalam membangun kerjasama tim. Kita perlu
saling memahami dan mengerti keberadaan orang lain dalam tim kita. Rasa empati akan
menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan
yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork.
Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu
mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya
pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari
penerima.
Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif
atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif.
Banyak sekali dari kita yang tidak mau mendengarkan saran, masukan apalagi kritik
dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu
arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan
arus
balik
dari
penerima
pesan.
Oleh
karena itu dalam kegiatan komunikasi pemasaran above the lines (mass media
advertising) diperlukan kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari
audiensi atau penerima pesan.
3. Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan
baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu
menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan
dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus
disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima
dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk
menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang
akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam
komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap
yang dapat diterima oleh penerima pesan.
4. Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum
keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak
menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Ketika saya
bekerja di Sekretariat Negara, hal ini merupakan hukum yang paling utama dalam
menyiapkan korespondensi tingkat tinggi.
Karena kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai
penafsiran
akan
menimbulkan
dampak
yang
tidak
sederhana.
Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu
mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga
dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita.
Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan
menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.
5. Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah
hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun
rasa
menghargai
orang
lain,
biasanya
didasari
oleh
sikap
rendah
hati yang kita miliki. Dalam edisi Mandiri 32 Sikap Rendah Hati pernah kita bahas,
yang pada intinya antara lain: sikap yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran
Customer
First
Attitude),
sikap
menghargai,
mau
mendengar
dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani
mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta
mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok
komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal
dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang
penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan
jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.
b. Etika Komunikasi
b. Membantu manusia mengambil sikap dan tindakan secara tepat dalam hidup ini
c. Tujuan akhir untuk menciptakan kebahagiaan.
Etika Dan Etiket Yang Baik Dalam Komunikasi
Berikut di bawah ini adalah beberapa etika dan etiket dalam berkomunikasi antar
manusia dalam kehidupan sehari-hari :
1. Jujur tidak berbohong
2. Bersikap Dewasa tidak kekanak-kanakan
3. Lapang dada dalam berkomunikasi
4. Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik
5. Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien
6. Tidak mudah emosi / emosional
7. Berinisiatif sebagai pembuka dialog
8. Berbahasa yang baik, ramah dan sopan
9. Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan
10. Bertingkahlaku yang baik
3. Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai
4.
5.
6.
7.
8.
tujuan terapeutik
Hubungan sosial dengan klien harus dihindari
Kerahasiaan klien harus dijaga
Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman
Implementasi intervensi berdasarkan teori
Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang
10
Klarifikasi sama denga validasi yaitu menanyakan pada klien apa yang tidak
dimengerti perawat terhadap situasi yang ada.
5. Focusing
Adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk membatasi area diskusi
sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti (Stuart & Sundeen, 1995).
6. Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengamati klien, kegiatan ini dilakukan
sedemikian rupa sehingga klien tidak menjadi malu atau marah.
7. Menawarkan informasi
Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon
lebih lanjut. Keuntungan dari tehnik ini adalah akan memfasilitasi komunikasi,
mendorong pendidikan kesehatan dan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.
Perawat sebaiknya menghindari pemberian nasehat pada saat pemberian informasi.
8. Diam (memelihara ketenangan)
Diam dilakukan dengan tujuan untuk mengorganisir pemikiran, memproses
informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk menunggu respon.
9. Assertive
Kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran
dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain.
10. Menyimpulkan
a. Membawa poin poin penting dari diskusi untuk meningkatkan pemahaman
b. Memberi kesempatan untuk mengklarifikasi komunikasi agar sama dengan ide dalam
pikiran (Varcarolis,1990)
Menurur Roger, terdapat beberapa karakteristik dari seorang perawat yang dapat
memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik. Karakteristik tersebut antara
lain:
11
a. Kejujuran (trustworthy)
Kejujuran merupakan modal utama agar dapat melakukan komunikasi yang
bernilai terapeutik, tanpa kejujuran mustahil dapat membina hubungan saling percaya.
Klien hanya akan terbuka dan jujur pula dalam memberikan informasi yang benar hanya
bila yakin bahwa perawat dapat dipercaya.
b. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi hendaknya perawat menggunakan kata-kata yang mudah
dimengerti oleh klien. Komunikasi nonverbal harus mendukung komunikasi verbal
yang disampaikan. Ketidaksesuaian dapat menyebabkan klien menjadi bingung.
c. Bersikap positif
Bersikap positif dapat ditunjukkan dengan sikap yang hangat, penuh perhatian dan
penghargaan terhadap klien. Roger menyatakan inti dari hubungan terapeutik adalah
kehangatan, ketulusan, pemahaman yang empati dan sikap positif.
d. Empati bukan simpati
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap
ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang
dirasakan dan dipikirkan oleh klien. Dengan empati seorang perawat dapat memberikan
alternatif pemecahan masalah bagi klien, karena meskipun dia turut merasakan
permasalahan yang dirasakan kliennya, tetapi tidak larut dalam masalah tersebut
sehingga perawat dapat memikirkan masalah yang dihadapi klien secara objektif. Sikap
simpati membuat perawat tidak mampu melihat permasalahan secara objektif karena dia
terlibat secara emosional dan terlarut didalamnya.
e. Mampu melihat permasalahan klien dari kacamata klien
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus berorientasi pada klien,
(Taylor, dkk ,1997). Untuk itu agar dapat membantu memecahkan masalah klien
perawat harus memandang permasalahan tersebut dari sudut pandang klien. Untuk itu
perawat harus menggunakan terkhnik active listening dan kesabaran dalam
mendengarkan ungkapan klien. Jika perawat menyimpulkan secara tergesa-gesa dengan
12
tidak menyimak secara keseluruhan ungkapan klien akibatnya dapat fatal, karena dapat
saja diagnosa yang dirumuskan perawat tidak sesuai dengan masalah klien dan
akibatnya tindakan yang diberikan dapat tidak membantu bahkan merusak klien.
f. Menerima klien apa adanya;
Jika seseorang diterima dengan tulus, seseorang akan merasa nyaman dan aman
dalam menjalin hubungan intim terapeutik. Memberikan penilaian atau mengkritik klien
berdasarkan nilai-nilai yang diyakini perawat menunjukkan bahwa perawat tidak
menerima klien apa adanya.
b. Sensitif terhadap perasaan klien;
Tanpa kemampuan ini hubungan yang terapeutik sulit terjalin dengan baik,
karena jika tidak sensitif perawat dapat saja melakukan pelanggaran batas, privasi dan
menyinggung perasaan klien.
c. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri
Seseorang yang selalu menyesali tentang apa yang telah terjadi pada masa
lalunya tidak akan mampu berbuat yang terbaik hari ini. Sangat sulit bagi perawat untuk
membantu klien, jika ia sendiri memiliki segudang masalah dan ketidakpuasan dalam
hidupnya.
13
mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat
dengan klien. Dalam hubungan profesional perawat diharapkan tidak terpengaruh oleh
nilai pribadi.
Ciri-Ciri Nilai ( Sarilan.M Ali, 2007 : 15 )
1. Terbentuk melalui proses belajar dan melalui interaksi social antarindividu
maupun antar kelompok masyarakat.
2. Memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap setiap individu karena
pernbedaan antara kebudayaan yang satu dengan yang lain.
3. Terseleksi dari berbagai aspek kehidupan.
4. Dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang
dan
dapat
Kejujuran
Care
Empati
Ketepatan setiap tindakan
Menghargai orang lain
berbuat baik
keadilan
14
Salah satu segi paling membahagiakan dalam berkomunikasi dengan orang lain
adalah kesempatan untuk perasaan .
Johnson (1981) menggambarkan suatu model lima tahap pengungkapan perasaan
dalam komunikasi. Menurutnya, setiap kali kita berkomunikasi dengan orang lain maka
sebenarnya paling sedikit terjadi lima macam proses , proses tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Kita mengamati (sensing) tingkah laku lawan komunikasi kita. Dengan alat-alat
indra yang kita miliki, kita menumpulkan informasi tentang lawan komunikasi
kita .
2. Kita menafsirkan (interpreting) semua informasi yang kita terima dari lawan
komunikasi kita itu. Kita menentukan makna dari kata-kata dan perbuatannya .
3. Kita mengalami perasaan tertentu (feeling) sebagai reaksi spontan terhadap
penafsiran kita atas informasi yang kita terima dari dan tentang lawan
komunikasi kita.
4. Kita akan terdorong untuk menanggapi (intending) perasaan kita itu .dalam diri
kita terbentuk intense yang
15
16
Untuk
mengungkapkan
perasaan
secara
jelas,
maka
kita
perlu
17
Perasaan
Curiga
-
Kepala
Menerima
Mengangguk
Tergantung
-
Memusuhi
Menggeleng
Mulut
Tersenyum
Latah
Tertutup
Mencibir
Kesigapan
Sigap
Pasif
Sigap
Tak acuh
Posisi
Menghadap
Merendah
Mematung
Menantang
Kontak mata
Wajar
Berlebihan
Kurang
Menghindar
Tangan
Terbuka
Menggapai
Resah
Mengepal
Jarak
Wajar
Dekat
Jauh
18
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi merupakan suatu seni untuk menyusun dan menyampaikan suatu
pesan dengan cara yang gampang sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima.
Komunikasi keperawatan adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi keperawatan mengarah pada
bentuk komunikasi interpersonal.
Dalam berkomunikasi terdapat standar legal, yakni suatu panduan atau aturan
dalam berkomunikasi yang dianggap sah oleh hukum maupun undang-undang-undang.
Didalam standart legal komunikasi terdapat hukum komunuikasi,etika dalam
20
dalam proses
21