Anda di halaman 1dari 17

BEBAN (EXPENSES)

1. DEFINISI BEBAN
Dalam SFAC no

6, FASB mendefinisikan beban adalah aliran

keluar atau pemakaian aktiva dan timbulnya hutang selama satu periode yang
berasal dari penjualan atau produksi barang, atau penyerahan jasa atau
pelaksanaan kegiatan yang lain yang merupakan kegiatan utama suatu entitas.
Sedangkan menurut IAI mendefinisikan beban adalah penurunan manfaat
ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal (paragraf
70b).
FASB dan IAI

memiliki sudut

mendefinisikan beban. IAI

pandang

yang

berbeda dalam

mendefinisikan biaya dari sudut

pandang

peristiwa moneter seperti penurunan aktiva, kenaikan hutang atau ekuitas.


Sedangkan FASB memiliki sudut pandang sebagai berikut:
1. Tidak menunjukkan dengan jelas peristiwa moneter dan fisik. FASB
lebih menekankan pada peristiwa fisik yaitu penjualan barang atau produk
yang dihasilkan.
2. Pemakaian aktiva harus menunjukkan suatu biaya yang dinyatakan keluar
sebagai biaya.
3. Apabila dilihat dari sudut pandang tradisional definisi yang dikemukakan
FASB menunjukkan bahwa beban hanya dihasilkan dari pemakaian
aktiva untuk tujuan menghasilkan pendapatan pada periode yang berjalan.
IAI dan FASB membedakan biaya menjadi beban dan rugi, sedangkan
IAI tidak. IAI dan FASB memang mempertimbangkan pendapatan dalam
mengklasifikasi apakah biaya tersebut termasuk ke dalam beban ataukah rugi.
Apabila biaya tersebut tidak menghasilkan pendapatan, baik secara langsung
maupun tidak langsung, maka biaya tersebut akan dianggap sebagai rugi
(misalnya pemberian donasi, pembayaran pajak, dan lain-lain). Sedangkan IAI
membedakan biaya hanya dari kadaluarsanya. Biaya yang sudah kadaluarsa akan
Biaya (Expenses)
1

diakui sebagai beban, sedangkan yang belum sebagai aset. Perbedaan tersebut
dijelaskan oleh gambar di bawah ini.
Menurut IAI

Menurut IASB dan FASB


Cost

Beban
(expenses)

Biaya / Biaya

Beban

Rugi
(losses)
(Tidak menghasilkan
pendapatan)

(Ketika sudah kadaluarsa)

(biaya yang sudah kadaluarsa dan


menghasilkan
pendapatan)

Menurut Suwardjono dinyatakan bahwa ada beberapa karakteristik


penting yang melekat pada makna beban:
1.

Aliran keluar/penurunan aset


Untuk menyatakan timbulnya beban, transaksi atau kejadian harus terjadi
dalam penurunan aset / yang menimbulkan aliran keluar aset. Aset yang
dimaksud adalah semua aset perusahaan. Jadi konsumsi atau pemakaiannya
diartikan bahwa manfaat ekonomi aset itu telah habis karena melekat pada
barang atau jasa yang telah diserahkan dari kesatuan aset tersebut, sehingga
perusahaan sudah tidak menguasai lagi manfaat tersebut.

2.

Operasi utama atau sentral


Dinyatakan oleh Suwardjono

dalam Teori Akuntansi Perekayasaan

Pelaporan Keuangan bahwa tidak semua penurunan atau konsumsi aset


membentuk biaya, untuk itu biaya konsumsi harus berkaitan dengan kegiatan
utama. Yang dimaksud kegiatan utama adalah kegiatan penciptaan
pendapatan (laba) yang direpresentasi dalam kegiatan memproduksi barang.
Biaya (Expenses)
2

Sehingga biaya adalah penurunan aset yang berkaitan dengan operasi dan
bukan dengan investasi dan pendanaan

Biaya (Expenses)
3

3.

Kenaikan kewajiban

Terdapat suatu keadaan dimana perusahaan telah memanfaatkan barang dan


jasa

namun

sebelumnya

tidak

mengakuinya

sebagai

aset

atau

belum mengakui kewajiban atas penggunaan barang dan jasa yang dikuasai
pihak lain. Hal tersebut menimbulkan keharusan perusahaan untuk
membayar atau melakukan
sehingga

pengorbanan

ekonomik

di

masa

datang

timbul kewajiban. Misalnya jasa pengiriman barang yang belum

dibayar oleh perusahaan namun jasa pengirimannya telah dinikmat i


perusahaan dan menimbulkan pendapatan. Dengan demikian beban (untuk
pengiriman) harus timbul dengan kenaikan kewajiban.
4.

Penurunan ekuitas
Dalam operasi sentral perusahaan, dengan adanya penurunan aset atau
kenaikan kewajiban akan mengubah ekuitas atau menurunkan ekuitas.
Namun, penurunan ekuitas merupakan karakteristik pendukung karena tidak
setiap

penurunan

aset

mengakibatkan

penurunan ekuitas.

Misalnya

pembagian dividen yang menyebabkan penurunan aset tetapi tidak disebut


sebagai beban.
5.

Diukur atau dikaitkan dengan biaya


Dalam hal ini beban timbul dari adanya biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk memperoleh aset. Beban diukur berdasarkan jumlah
biaya dari aset yang telah dimanfaatkan selama periode berjalan.

6.

Bukan berasal dari transaksi dengan pemilik


Berdasarkan prinsip kesatuan usaha, maka harus ada pemisahan antara beban
yang dihasilkan oleh perusahaan dan pemilik. Beban yang diakui dalam
laporan keuangan merupakan beban yang berasal dari transaksi perusahaan,
bukan pemilik.

7.

Untuk menghasilkan pendapatan


Beban merupakan pengorbanan perusahaan dari barang atau jasa yang telah
dikonsumsi perusahaan untuk memperoleh pendapatan.

1.1 Biaya dan Beban


Untuk memanfaatkan aset entitas memerlukan biaya dan beban
merepresentasikan

perubahan

nilai.

Perubahan

nilai

diartikan

sebagai

perngorbanan yang dilakukan untuk mendapatkan jasa. Jika tidak ada biaya maka
tidak ada beban.
Secara konseptual menurut prinsip keberlangsungan usaha (going
concern), penggunaan akan barang dan jasa (aset) perusahaan ditujukan untuk
jangka panjang sehinggan biaya dari aset tersebut mengalami dua tahap yaitu
pengakuan dan pembebanan. Hal tersebut berarti biaya diakui sebagai aset
kemudian diakui sebagai beban untuk periode manfaat aset tersebut digunakan.
Dengan landasan konsep dasar kontinuitas usaha serta upaya dan hasil,
masalah teoritis dalam tahap pembebanan adalah pemecahan aliran biaya yang
telah diakui sebagai aset menjadi bagian yang merupakan biaya perioda berjalan
dalam rangka penentuan biaya periodik dan bagian yang baru akan menjadi biaya
dalam perioda-perioda berikutnya. (Suwardjono, Edisi Ketiga:397)
Selain itu terdapat pula definisi mengenai hubungan biaya dan
beban menurut American Accounting Association (AAA) pada tahun 1957
sebagai: beban adalah biaya yang telah kadaluarsa, secara langsung maupun
tidak langsung pada periode fiskal, dari aliran barang atau jasa ke pasar dan
operasi yang berhubungan

1.2

Beban dan Rugi


Menurut definisi, yang dimasukkan dalam beban hanya perubahan

perubahan yang tidak menguntungkan saja yang terjadi dalam proses


memperoleh pendapatan. Kebalikannya adalah bahwa aktiva yang habis atau
menurunnya aktiva dimana kejadian ini tidak berkaitan dengan proses penyediaan
barang dan jasa bagi pelanggan atau klien seharusnya dikelompokkan sebagai
kerugian dan tidak dikelompokkan sebagai beban. Kerugian dan beban
merupakan perubahan

yang relevan dalam perhitungan laba bersih bagi pemegang saham


dan perusahaan.
Menurut Suwardjono (Edisi Ketiga, Hlm. 9) terdapat tiga kata kunci pada
pengertian rugi yaitu penurunan ekuitas, bukan merupakan transaksi ke pemilik,
dan transaksi periferal atau insidental. Dalam hal ini yang membedakan biaya
dan rugi adalah mengenai transaksi periferal atau insidental atau di luar kendali
manajemen. Berbeda dengan beban yang timbul akibat dari kendali manajemen
yaitu aktivitas penggunaan aset (barang dan jasa).
Namun, dari definisi yang terdapat dalam Konsep Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan, IAI (1994) tidak memisahkan biaya dengan rugi.
Jadi semua potensi jasa baik yang digunakan secara langsung ataupun tidak
langsung untuk memperoleh pendapatan disebut dengan biaya. IAI (1994)
bahkan secara spesifik menyebutkan hal tersebut seperti yang tertulis pada
paragraf 78 berikut ini : kerugian termasuk dalam kelompok beban. Pada
dasarnya pembedaan antara beban dan rugi hanya untuk kepentingan
pengungkapan seperti pada pendapatan dan untung.

2. PENGAKUAN BEBAN
Berdasarkan KDPPLK paragraf 94, beban diakui dalam laporan laba rugi
kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan
aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.
Ini berarti

pengakuan

kenaikan kewajiban

beban

atau

terjadi

penurunan

bersamaan
aktiva

dengan

(misalnya,

pengakuan
akrual

hak

karyawan atau penyusunan aktiva tetap). Beban diakui dalam laporan laba rugi
atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan
tertentu yang diperoleh (matching of cost with revenue). Misalnya, berbagai
komponen beban yang membentuk beban pokok penjualan (cost or expense of
goods sold) diakui pada saat yang sama sebagai penghasilan yang diperoleh dari
penjualan barang.
Kalau manfaat ekonomi diharapkan timbul selama periode akuntansi dan
hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau
tak langsung, beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi
yang

rasional dan sistematis. Hal ini sering diperlukan dalam pengakuan beban yang
berkaitan dengan penggunaan aktiva seperti aktiva tetap, goodwill, paten, merk
dagang. Dalam kasus semacam itu, beban ini disebut penyusutan atau amortisasi.
Prosedur alokasi ini dimaksudkan untuk mengakui beban dalam periode
akuntansi yang menikmati manfaat ekonomi aktiva yang bersangkutan.
Pengakuan beban menurut kerangka kerja IASB terdiri dari dua kriteria
utama yaitu :
1. Terdapat kemungkinan adanya keuntungan yang akan mengalir ke
perusahaan. Tingkat

kemungkinan tersebut

memang

merupakan

konsep yang tidak mutlak. Hal tersebut tergantung pada ketersediaan


bukti ketika laporan keuangan akan disusun atau dipersiapkan.
2.

Memiliki nilai yang dapat diukur dan reliabel. Dengan demikian


untuk akun-akun yang menggunakan estimasi, diperlukan bukti-bukti
yang mendukung validitas estimasi tersebut.
Beban harus diakui dalam laporan laba rugi ketika penurunan keuntungan

ekonomi di masa depan berhubungan dengan penurunan aset atau peningkatan


kewajiban dapat diukur secara reliabel.
Semua biaya dapat ditangguhkan pembebanannya apabila biaya tersebut
memenuhi kriteria sebagai aktiva yaitu:

Memenuhi

definisi

aktiva

(memiliki

manfaat

ekonomi

masa mendatang, dikuasai oleh perusahaan, dan berasal dari


transaksi masa lalu).

Ada

kemungkinan

yang

cukup

bahwa

manfaat

ekonomi

masa mendatang yang melekat pada aktiva dapat dinikmati oleh


entitas yang menguasai.

Besarnya manfaat dapat diukur dengan cukup andal.

Beban juga dapat timbul dalam laporan laba rugi pada saat timbul
kewajiban tanpa adanya pengakuan aktiva. Misalnya adanya hutang garansi
produk.

3. PENGUKURAN BEBAN
Dalam

mengukur

beban

dalam

satu

periode

akuntansi,

dibutuhkan berbagai keputusan atau pertimbangan untuk menentukan bagaimana


beban tersebut akan dialokasikan pada periode-periode selanjutnya yang
menunjukkan adanya pendapatan. Dalam hal tersebut, terdapat berbagai standar
akuntansi yang dapat digunakan sebagai acuan atau pedoman. Misalnya, IAS
16/AASB 116 yang menyatakan bahwa nilai-nilai aset yang dapat di depresiasi
dapat diukur dengan beberapa cara setelah pengakuannya (seperti model biaya
perolehan atau model penilaian) dan beberapa pilihan alternatif untuk depresiasi
(seperti metode garis lurus, nilai menurun dan jumlah unit).
Sejalan dengan penilaian aktiva,

biaya

dapat

diukur

atas dasar

jumlah rupiah yang digunakan untuk penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena
itu, pengukuran biaya dapat didasarkan pada:

Biaya Historis
Biaya historis merupakan jumlah rupiah kas atau setaranya yang
dikorbankan untuk memperoleh aktiva. Pengukuran beban atas dasar
biaya historis dapat digunakan untuk jenis aktiva seperti gedung,
peralatan, dan sebagainya.

Biaya Pengganti / Biaya Masukan Terkini (Replacement Cost / Curent


Input Cost)
Biaya masukkan terkini menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran
yang harus dikorbankan sekarang oleh suatu entitas untuk memperoleh
aktiva yang sejenis dalam kondisi yang sama. Contohnya, penilaian untuk
persediaan.

Setara Kas (Cash Equivalent)


Setara kas adalah jumlah rupiah kas yang dapat direalisir dengan
cara menjual setiap jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi perusahaan
normal.
Meskipun pada prakteknya metode pengukuran yang masih banyak

digunakan adalah historical cost, namun dengan mulai diadopsinya IFRS di


Indonesia,

maka

menggunakan

pengukuran

yang

sesuai

standar

adalah

dengan

metode fair value. Dengan demikian, untuk pencatatan beban sebagai akibat dari
depresiasi (penyusutan), nilai yang dicantumkan dalam beban adalah nilai selisih
antara nilai wajar dengan nilai buku (apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai
bukunya).
3.1 Alokasi Beban
Salah

satu

cara

untuk

mengukur

beban

adalah

dengan

mengalokasikan beban-beban tersebut ke periode-periode dimana beban tersebut


dinikmati. Hal ini biasanya disebut dengan matching concept. Konsep tersebut
memperlakukan biaya dengan mengalokasikan biaya yang sudah kadaluarsa
(beban) ke periode-periode dimana beban tersebut terjadi. Namun, pengalokasian
tersebut hanya bersifat estimasi. Dalam akuntansi, pencocokan antara beban dan
pendapatan merupakan fungsi utama, namun hal tersebut tetap saja sulit untuk
dilakukan karena berhubungan dengan penilaian akuntan tersebut. Akuntan harus
mengidentifikasi mana aset yang telah digunakan (kadaluarsa) dan jumlah
yang harus ditulis sebagai tandingan pendapatan pada periode tersebut.
Matching Concept adalah hal yang paling penting dalam akuntansi biaya
historis. Biaya yang sudah kadaluarsa akan menjadi beban dan disajikan dalam
laporan laba rugi, sedangkan biaya yang belum kadaluarsa akan dicatat sebagai
aset dan

disajikan

dalam

laporan

posisi

keuangan.

Untuk

mengatasi

masalah penentuan dan pengukuran biaya menjadi beban, terdapat tiga metode
dari matching
biaya yang sering digunakan, yaitu:
Masu
k

Kelu
ar

Biaya
Aktiva

Biay
a

MATCHING

- hub. Sebab akibat


- alokasi sistematis
- pembebanan segera

Konsep Matching

a) Hubungan Sebab dan Akibat


Penggunaan barang dan jasa oleh perusahaan harus menghasilkan
pendapatan pada periode tersebut. Hubungan antara beban dan pendapatan
harus merupakan hubungan sebab akibat pada perusahaan tersebut.
Maksudnya, pendapatan timbul karena adanya outflow berupa beban.
Dengan demikian pendapatan merupakan akibat dari adanya beban.
Sesuai dengan prinsip pengakuan pendapatan, tidak ada biaya penjualan
jika tidak ada pendapatan.
Misalnya, pada perusahaan konstruksi yang menerima kontrak
jangka panjang. Perusahaan tidak akan mengakui biaya yang dikeluarkan
untuk membangun proyek dalam kontrak sebagai biaya ataupun beban
sebelum pendapatan diakui, melainkan diakui sebagai aset. Apabila
pendapatan telah diakui maka biaya atau beban pun akan diakui. Namun
dalam prakteknya hal tersebut susah untuk dilaksanakan. Misalnya,
pendapatan sebesar Rp 100.000 dihasilkan dari beban Rp 60.000. Dari
jumlah beban tersebut, Rp 15.000 merupakan beban gaji. Bila
menggunakan konsep sebab akibat beban berupa gaji sebesar Rp 15.000
tersebut dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp 25.000 dari total
pendapatan tersebut. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak dapat
dinilai dan tidak dapat dibuktikan secara pasti.
b) Alokasi yang Sistematis dan Rasional
Tidak semua beban dapat dialokasikan dengan menggunakan
konsep sebab dan akibat. Sebagai salah satu alternatif, alokasi yang
sistematis dan rasional dapat digunakan. Tujuannya yaitu untuk
mengakui beban dalam periode akuntansi dimana pada periode tersebut
beban itu dimanfaatkan atau telah kadaluarsa. Jadi, beban dialokasikan
pada periode dimana
produk

beban

tersebut

dikonsumsi,

bukan

berdasar

yang dihasilkan. Menurut IAS 16/AASB 116, depresiasi adalah

alokasi yang sistematis dari jumlah yang dapat

didepresiasi dari

sebuah aset selama umur ekonomisnya. Depresiasi merupakan salah satu


contoh dari proses alokasi.

Namun masalahnya, apakah depresiasi merupakan suatu prosedur,


atau kejiadian yang sebenarnya/nyata? Telah diketahui sebelumnya
bahwa depresiasi merupakan kejadian moneter yang disebabkan oleh
kejadian fisik. Jadi depresiasi merupakan fenomena yang terjadi, dan
beban yang dicatat merupakan efek moneternya. Berbagai cara untuk
mengukur depresiasi dapat dipilih oleh akuntans sesuai dengan standar
yang ditentukan, selama cara yang digunakan rasional dan sistematik,
maka cara tersebut
biaya

dapat

diterima.

Satu

kelemahan dari

alokasi

adalah bergantung pada estimasi dan asumsi penyusunnya yang

mungkin bersifat subyektif.


Namun, alasan lain yang mendukung dasar alokasi ini yaitu:

Banyak

jenis

beban

yang

berkaitan

secara

tidak

langsung

dengan pendapatan periode berjalan sehingga akan lebih tepat jika


dialokasikan berdasar periode yang menikmati beban tersebut.

Dalam

banyak

hal,

tidak

mudah

menghubungkan

beban-beban

tertentu dengan pendapatan. Misalnya beban perawatan medis pegawai.

Apabila

terdapat

beban

yang

tidak

dapat

dikaitkan

dengan

manfaat ekonomi di periode berjalan ataupun periode selanjutnya, maka


tidak ada alasan penundaan pencatatan beban tersebut.

Beban untuk kegiatan atau kejadian yang sifatnya normal dan


berulang- ulang serta jumlahnya relatif konstan, maka pengalokasian
beban tersebut tidak menggambarkan penandingan yang sempurna karena
beban tersebut sebenarnya berkaitan dengan periode sebelum atau
sesudahnya.

Namun hal tersebut tidak mempengaruhi laba secara

material.

Seringkali

suatu

beban

terdiri

dari

berbagai

komponen

beban

lainnya (misalnya beban penjualan yang terdiri dari beban angkut,


potongan penjualan, dan lain-lain) dan sulit untuk menelusuri dampak
pendapatan dari masing-masing beban tersebut. Namun pengalokasian
beban tersebut pada periode berjalan tetap harus dicatat

c) Pengakuan Sesegera Mungkin


Merupakan konsep yang mengakui dan mengukur biaya yang
dikeluarkan sesegera mungkin sebagai beban karena tidak adanya
manfaat ekonomi yang dapat diukur secara reliabel. Contohnya yaitu
biaya iklan (advertising expenses) dan biaya penelitian (research
expenditure). Biaya iklan segera diakui sebagai beban karena manfaat
ekonomi dari pengeluaran tersebut tidak dapat diukur secara reliabel.
Meningkatnya konsumen yang membeli produk perusahaan bisa saja
berasal

dari pengaruh iklan pada periode sebelumnya sehingga efek

keuntungan dari adanya iklan pada periode berjalan tidak dapat diukur
dengan andal.
Begitupula dengan biaya penelitian yang manfaat ekonominya
juga tidak dapat diukur secara reliabel. Berbeda dengan biaya
pengembangan (development expenditure) yang dapat diestimasi nilai
manfaat ekonominya sehingga dapat dikapitalisasi sebagai aset, biaya
penelitian belum tentu menghasilkan keuntungan di masa mendatang
sehingga tidak sesuai dengan kritera aset. Oleh karena itu biaya iklan dan
penelitian harus dicatat sebagai beban.
3.2 Kritik untuk Konsep Alokasi
Terdapat kritik pada praktik akuntansi saat ini yang sebagian
besar didasarkan pada alokasi. Menurut Thomas dalam buku Teori Akuntansi
(Godfrey,
1994) alokasi tersebut secara teoritis tidak tepat. Terdapat tiga krtiteria
untuk menyesuaikan alokasi yaitu :

Aditivitas
Apabila alokasi diambil dari total nilai, maka jumlah dari pengalokasian
tersebut harus sama dari total nilai sebelum alokasi, tidak kurang tidak
lebih. Misalnya, alokasi beban penyusutan kendaraan tiap tahun
maka jumlah alokasi untuk setiap tahun tersebut harus sama dengan nilai
kendaraan sebelum alokasi.

Tidak ambigu

Pengalokasian harus dilakukan dengan cara yang jelas sesuai dengan


metode yang dipilih.

Pertahanan
Akuntan yang telah memilih suatu metode akuntansi harus dapat
menyediakan

pernyataan

yang

meyakinkan

pilihannya

dan

mempertahankannya dari kemungkinan adanya metode alternatif lainnya.


Dari ketiga kriteria tersebut

dalam pratik

nyata

hampir

tidak

mungkin metode alokasi yang digunakan oleh perusahaan dapat memenuhi ketiga
kriteria tersebut. Seringkali perusahaan menggunakan metode yang berbeda-beda
sesuai dengan tujuan perusahaan.
Akuntan beranggapan bahwa konsep alokasi sangatlah penting. Hal
tersebut dikarenakan input yang diperoleh perusahaan dapat memberikan manfaat
ekonomi pada periode berjalan dan periode selanjutnya. Jadi, konsep alokasi
dibutuhkan untuk menunjukkan penggunaan input tersebut pada periode berjalan.
Namun, dari alokasi tersebut akuntan tidak dapat menunjukkan aliran kas
atau pendapatan yang didapat oleh perusahaan. Misalnya, untuk alokasi beban
penyusutan kendaraan yang menunjukkan penggunaan kendaraan sebesar alokasi
tersebut selama periode berjalan. Namun, tidak terdapat bukti bahwa perusahaan
mengkonsumsi kendaraan sebesar nilai alokasi tersebut.
Selain itu, akuntan beranggapan laporan keuangan lebih berguna bagi
pembaca dengan adanya alokasi beban. Namun, pada kenyataannya alokasi
tersebut tidak mencerminkan nilai yang sebenarnya pada laporan keuangan.
Pada kenyataannya penggunaan konsep alokasi pada umumnya untuk
menghindari beban yang timbul dari penggunaan jasa appraisal dalam
penyusunan laporan keuangan.
3.3 Dukungan untuk Konsep Alokasi
Salah satu alasan yang sangat kuat yang dapat mendukung metode alokasi
adalah objektifitasnya. Alokasi memang merupakan jalan tengah yang tidak
mutlak benar, namun metode tersebut mengalokasikan nilai yang memang
terjadi (harga
diestimasikan

perolehan)
telah

ke

dalam

periode-periode

yang

mengkonsumsi

biaya

tersebut.

Dengan

demikian

meskipun

prinsip

alokasi cenderung masih menggunakan estimasi, namun yang dialokasikan tetap


berdasarkan transaksi yang memang terjadi dan terdapat bukti transaksi
yang menguatkan objektivitasnya.
Selain itu, metode alokasi juga merupakan salah satu jalan keluar untuk
biaya-biaya

yang

sulit

untuk

dicari

pasarnya

sehingga

sangat

sulit

untuk menggunakan nilai wajar (fair value).

TANTANGAN UNTUK PENYUSUN STANDAR AKUNTANSI

4.1 Penandingan
Tugas untuk pembuat standar adalah membuat aturan agar laporan posisi
keuangan dan laporan laba rugi menyajikan informasi yang relevan dan
representatif. Dalam hal ini, konsep penandingan tidak dapat digunakan untuk
mengakui item-item pada laporan posisi keuangan yang tidak memenuhi kriteria
aset dan kewajiban. Misalnya hal tersebut terjadi pada goodwill, tenaga kerja,
dan kekayaan intelektual
4.2 Konservatisme
Pada konsep kondervatisme, terjadi asimetri informasi mengenai
pengakuan beban dan laba. Konsep ini mengharuskan untuk mengakui adanya
beban sesegera mungkin apabila ada kemungkinan beban tersebut akan terjadi.
Namun dalam prinsip ini pengakuan laba tidak akan dicatat hingga laba
atau pendapatan tersebut benar-benar terjadi. Konsep tersebut didasarkan oleh
asumsi skeptis akuntan atau kehati-hatian. Namun justru akhirnya konsep
tersebut menghasilkan informasi yang tidak relevan. Konsep konservatisme ini
tidak berfokus pada bukti transaksi, tetapi lebih pada ketakutan menyajikan nilai
bersih aset dan laba terlalu tinggi. Dengan demikian informasi yang mengandung
penyimpangan konservatisme bukanlah merupakan informasi yang netral. Oleh
karena itu penyusun standar kini telah merevisi peraturan dan menghilangkan
konsep penandingan (matching concept) dan konsep konservatisme ini.

4.3 Masalah Untuk Auditor


Pengakuan dan pengukuran beban haruslah sesuai dengan definisi dan
kriteria beban itu sendiri. Tidak berlakunya lagi konsep penandingan dan konsep
konservatisme harus dipahami betul oleh auditor. Auditor harus memahami
secara mendalam mengenai definisi dan kriteria beban karena hal tersebut
merupakan pedoman untuk menentukan apakah perusahaan yang diaudit telah
mencatat transaksi sesuai standar yang telah ditentukan atau tidak.
Kapitalisasi biaya perusahaan menjadi aset merupakan masalah yang cukup
rentan dan biasanya material. Apabila perusahaan mengakui biaya sebagai
aset padahal transaksi atau kejadian tersebut tidak memenuhi kriteria aset, maka
bisa terjadi pencatatan aset yang terlalu tinggi. Misalnya perusahaan WorldCom
yang bergerak di bidang penyedia telepon jarak jauh dan jasa internet.
WorldCom bangkrut karena menkapitalisasi beban operasi yang tidak tepat.
WorldCom membayar perusahaan lain untuk mendapatkan hak dalam mengakses
jaringan perusahaan tersebut. Biaya sebesar US$ 3.8 Milyar yang digunakan
sebagai biaya membayar ke perusahaan lain tersebut kemudian dianggap
sebagai investasi modal karena dianggap memiliki manfaat ekonomi yang besar
bagi perusahaan. Pembayaran biaya tersebut
aset

yang

mencerminkan aliran keluar

harus ditandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan dari

penempatan jasa telepon dan internet kepada konsumen di periode yang sama.
Hal tersebut mengakibatkan pencatatan laba yang terlalu tinggi.
Selain itu auditor juga harus teliti dalam menganalisa pencatatan beban
yang terlalu rendah. Hal ini biasanya terjadi agar laba perusahaan terlihat
tinggi. Contoh kasus yang terjadi yaitu pengakuan aset hasil akuisisi oleh
perusahaan yang dicatat terlau rendah. Dengan demikian beban penyusutan untuk
periode- periode selanjutnya pun akan lebih rendah sehingga laba akan terlihat
lebih besar. Praktek pencatatan biaya sekaligus yang terlalu tinggi yang timbul
karena akuisisi atau restrukturisasi dikenal sebagai akuntansi big bath. Selain
itu terdapat pula praktek yang dikenal sebagai cookie-jar yang menghitung
beban masa depan yang diekspektasi perusahaan sekaligus pada saat akuisisi.

Masalah lain yang memerlukan ketelitian auditor adalah pencatatan beban


lainnya

yang

menggunakan

estimasi,

seperti persediaan

yang

usang,

jaminan, kerugian dalam perkara hukum, pembebanan piutang ragu-ragu dan


kontrak pembangunan yang dalam pengerjaan. Auditor harus menganalisa
kewajaran atas estimasi yang digunakan tersebut serta adanya bukti-bukti yang
mendukung.

DAFTAR PUSTAKA

Chairiri, Anis dan Imam Ghozali. 2001. Teori Akuntansi Edisi Pertama.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Godfrey, J., et.al. 1994. Accounting Theory 7th Edition. Sydney: John Wiley and
Sons

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:


Salemba
Empat

Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan.


Yogyakarta: BPFE

Anda mungkin juga menyukai