Anda di halaman 1dari 11

RINGKASAN AWAL

Seorang wanita, usia 32 tahun, mengeluh penglihatan kedua mata kabur dalam 3 tahun terakhir.
Keluhan dirasakan timbul perlahan, semakin lama semakin kabur. Keluhan terasa pada
penglihatan jauh maupun dekat, terutama pada mata kanan. Keluhan lebih dirasakan pada malam
hari. Kedua mata cepat pegal/lelah saat menonton televisi, sering berair. Silau (+). Nyeri (-).
Penglihatan ganda (-). Sakit kepala (+). Pada pemeriksaan mata kanan didapat: visus 6/50, visus
pinhole 6/40, koreksi dengan S+3.00 visus 6/12. Pemeriksaan mata kiri didapat: visus 6/20,
visus pinhole 6/12, koreksi dengan S+1.00 visus 6/6. pemeriksaan segmen anterior pada mata
kanan dan kiri dalam batas normal. TIO mata kanan maupun kiri baik pada palpasi maupun
tonometri Schiotz normal, 20,6 mmHg. Pemeriksaan funduskopi mata kanan didapatkan reflek
fundus (+), terlihat kumpulan bintik-bintik pigmen kehitaman pada daerah perifer retina.
Diagnosis : Retinitis Pigmentosa ODS, hipermetropia ODS. Rencana terapi : koreksi
hipermetropia dengan kacamata, pemberian neurotropik dan vitamin A.

LAPORAN KASUS
Identitas pasien
Nama

: Ny. F

Jenis kelamin

: Perempuan

Umur

: 32 tahun

Alamat

: BTN Babakan, Sweta

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Tanggal pemeriksaan : 9 Mei 2011


Anamnesis
Keluhan utama

: Penglihatan kedua mata kabur

Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke Poli Mata RSUP NTB mengeluh penglihatan
kedua mata kabur dalam 3 tahun terakhir, Keluhan dirasakan timbul perlahan, semakin lama
semakin kabur. Keluhan terasa pada penglihatan jauh maupun dekat, terutama pada mata kanan.
Keluhan lebih dirasakan pada malam hari. Kedua mata cepat pegal/lelah saat menonton televisi
serta sering berair. Terasa silau pada kedua mata (+). Pasien juga mengaku sering sakit kepala.
Adanya keluhan nyeri dan penglihatan ganda disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien tidak pernah memiliki keluhan tersebut sebelumnya, riwayat
DM (-), Hipertensi (-), riwayat infeksi mata (-), riwayat operasi mata (-).
Riwayat Penyakit Keluarga: Bapak pasien memiliki keluhan serupa dengan pasien, riwayat
DM dan hipertensi pada anggota keluarga lainnya disangkal pasien.
Riwayat pengobatan : Pasien mengaku belum pernah mengobati keluhan tersebut. Pasien rutin
mengkonsumsi vitamin A dalam seminggu ini.
Riwayat alergi: Riwayat alergi makanan dan obat-obatan (-)
Pemeriksaan fisik umum:
KU

: Baik

Keadaan sakit

: Sedang

Kesadaran/GCS

: Compos mentis/E4V5M6

Keadaan gizi

: Cukup

Pemeriksaan tanda vital:


TD

: 80/60 mmHg

Nadi

: 80 kali/menit

RR

: 18 kali/menit

Status Lokalis
Pemeriksaan
Visus

visus

Mata kanan
Mata kiri
6/50, visus pinhole visus 6/20, visus pinhole 6/12,

6/40, koreksi dengan S+3.00 koreksi dengan S+1.00 visus


Fotofobia
Kantus medial
Gerakan bola mata
Kedudukan bola mata
Palpebra superior

visus 6/12 F
(+)
Kotoran (-)
Baik ke segala arah

6/6 F
(+)
Kotoran (-)
Baik kesegala arah

Tidak terasa nyeri


Normal

Tidak terasa nyeri


Normal

Edema

Hiperemi

Bulu mata

Trikiasis (-)

Trikiasis (-)

Margo palpebra

Krusta (-)

Krusta (-)

Enteropion (-)

Enteropion (-)

Palpebra inferior
-

Edema

Hiperemi

Bulu mata

Trikiasis (-)

Trikiasis (-)

Margo palpebra

Krusta (-)

Krusta (-)

Enteropion (-)

Enteropion (-)

Hiperemi (-)

Hiperemi (-)

Folikel (-)

Folikel (-)

Corpus alienum (-)

Corpus alienum (-)

Hiperemi (-)
Injeksi konjungtiva (-)

Hiperemi (-)
Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi silier (-)

Injeksi silier (-)

Corpus alienum (-)


Jernih. Edema (-), Ulkus (-).

Corpus alienum (-)


Jernih, edema (-), ulkus (-)

Konjungtiva palpebra
-

superior

- inferior
Konjungtiva bulbi

Kornea

Tes
COA

flourosensi

dilakukan
N

tidak Tes

flourosensi

tidak

dilakukan
N
3

Iris

Pupil

Warna coklat

Warna coklat

Bentuk normal

Bentuk normal

Iris shadow (-)


Bentuk (N)

Iris shadow (-)


Bentuk (N)

Ukuran 3 mm

Ukuran 3 mm

Reflek

Lensa
Palpasi TIO
Pemeriksaan

TIO

dan

tak Reflek

langsung

langsung (+)

langsung (+)

Isokor
Jernih
Kesan normal

Isokor
Jernih
Kesan normal

dengan

Schiozt
Funduskopi

langsung

20,6 mmHg

dan

tak

20,6 mmHg

Reflek fundus (+), terlihat Tidak dilakukan


kumpulan
pigmen

bintik-bintik
kehitaman

pada

daerah perifer retina. Papil


Pemeriksaan Slit lamp
Pemeriksaan lapang pandang
Tes Ishihara

n.optikus dalam batas normal.


Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Gambaran fundus oculi dekstra pada pasien


Diagnosis: Retinitis Pigmentosa ODS, hipermetropia ODS.
Diagnosa banding:
korioretinitis sifilis, defisiensi vitamin A

Usulan Pemeriksaan:

pemeriksaan kampimetri
pemeriksaan ERG
pemeriksaan laboratorium VDRL

Rencana terapi:
koreksi hipermetropia dengan kacamata, pemberian neurotropik dan vitamin A.
KIE pasien dan keluarga:

Penyakit yang diderita oleh pasien adalah kelainan bawaan, dan semakin lama dapat
semakin memburuk dan dapat mengakibatkan kebutaan, akan tetapi hal tersebut

berlangsung lambat.
Pada pasien juga didapatkan kelainan rabun dekat, hal tersebut dapat dikoreksi dengan

penggunaan kacamata.
Pemakaian kacamata gelap
Keluarga sebaiknya tetap memberikan dukungan moral kepada pasien

Prognosis: dubia ad malam


IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan hasil anamnesis, didapatkan keluhan dirasakan dalam 3 tahun terakhir, timbul
perlahan, semakin lama semakin kabur. Keluhan terasa pada penglihatan jauh maupun dekat,
terutama pada mata kanan. Keluhan lebih dirasakan pada malam hari. Kedua mata cepat
pegal/lelah saat menonton televisi serta sering berair. Terasa silau pada kedua mata (+). Pasien
juga mengaku sering sakit kepala. Adanya keluhan nyeri dan penglihatan ganda disangkal oleh
pasien. Diketahui orangtua pasien (ayah) memiliki keluhan serupa. Pada pemeriksaan fisik,
didapatkan pada mata kanan, visus 6/50, koreksi dengan pinhole 6/40, koreksi dengan S+3.00
visus 6/12. Pada mata kiri didapatkan: visus 6/20, koreksi dengan pinhole 6/12, koreksi dengan
S+1.00 visus 6/6. pemeriksaan segmen anterior pada mata kanan maupun kiri dalam batas
normal. TIO pada mata kanan maupun mata kiri baik secara palpasi maupun dengan tonometer
Schiotz didapatkan dalam batas normal, yaitu 20,6 mmHg.

Setelah dilakukan pemberian

midriatikum pada mata kanan, dilakukan pemeriksaan funduskopi, didapatkan reflek fundus (+),
terlihat kumpulan bintik-bintik pigmen kehitaman pada daerah perifer retina, papil n.optikus

dalam batas normal. Berdasarkan data subyektif dan obyektif tersebut, mendekatkan kepada
diagnosis retinitis pigmentosa ODS serta hipermetropia ODS.
Usulan pemeriksaan:

Pemeriksaan kampimetri untuk mengetahui defek lapang pandang, pada retinitis


pigmentosa akan didapatkan lapang pandang menyempit dan lebih lanjut menyebabkan
tunnel vision pada pasien.

Pemeriksaan ERG untuk mengetahui gambaran respons listrik lapisan retina dalam
terhadap stimulus, pada retinitis pigmentosa akan didapatkan respon ERG negatif.

Pemeriksaan laboratorium VDRL tuntuk menyingkirkan diagnosis retinokoroiditis sifilis

Untuk menyingkirkan diagnosis banding defisiensi vitamin A, dapat dilakukan dengan


pemeriksaan fisik (adanya xerosis konjunctiva, bitot spot, dan lain-lain).

Penanganan

Obat yang efektif untuk penyakit ini masih belum diketahui.

Apabila pasien rutin

mengkonsumsi vitamin A, akan dapat menunda terjadinya kebutaan untuk 10 tahun.

Pemberian neurotropik untuk meningkatkan fungsi sel-sel syaraf penglihatan

Pemberian kacamata dengan S+3.00 pada mata kanan, S+1.00 pada mata kiri untuk
mengkoreksi hipermetropia pada pasien

Pada pasien dapat diberikan kacamata gelap untuk menghindari paparan sinar ultaviolet
yang dapat memperburuk penglihatan pasien.
ANALISIS KASUS
Retinitis pigmentosa merupakan suatu kelainan genetik yang dapat diturunkan secara

autosomal resesif, autosoomal dominan, X-linked recessive atau simpleks.

1,3

Retinitis

pigmentosa memiliki karakteristik degenerasi sel epitel retina terutama sel batang dan atrofi saraf
6

optik, menyebar tanpa gejala peradangan. Retina mempunyai bercak dan pita halus yang
berwarna hitam. Merupakan kelainan yang berjalan progresif yang onset bermula sejak masa
kanak-kanak.1
Terdapat lebih dari 35 macam gene atau lokus yang dapat menyebabkan nonsyndromic RP. RP
dapat diturunkan dengan autosomal dominant, autosomal recessive, atau X-linked. X-linked RP
dapat recessive, mengenai terutama laki-laki, atau dominan mengenai laki-laki ataupun
perempuan walaupun perempuan terkena ringan.3
Dari riwayat keluarga, diketahui orangtua pasien memiliki keluhan serupa dengan pasien,
sehingga memungkinkan gangguan yang dialami pasien adalah suatu kelainan yang diturunkan
(bersifat genetik) dan kemungkinan berperan dalam menunjang diagnosis retinitis pogmentosa
pada pasien.
Pada pasien tersebut didapatkan tanda dan gejala dari retinitis pigmentosa, dimana pasien
merasa penglihatan lebih kabur pada malam hari (buta senja). Adanya buta senja pada pasien ini
kemungkinan terjadi akibat adanya degenerasi sel batang . yang terjadi pada retinitis pigmentosa.
Fungsi dari sel batang adalah perseptor stimuli visual dalam suasana gelap. Sel batang banyak
terdapat di daerah perifer. Oleh karena itu, apabila terjadi defek pada daerah perifer retina, maka
akan mengganggu penglihatan malam (night vision).
Pada pemeriksaan mata, tidak didapatkan kelainan pada segmen anterior mata, akan tetapi pada
pemeriksaan funduskopi, didapatkan kumpulan bintik-bintik pigmen kehitaman pada daerah
perifer retina. Adanya kumpulan bintik-bintik pigmen kehitaman tersebut merupakan salah satu
karateristik retinitis pigmentosa. Pada bagian perifer atau ekuator retina tertimbun pigmen
berbentuk susunan tulang (bone corpuscle), dengan pembuluh darah koroid yang dapat
terlihat.1,3,4 Pigmen meluas ke arah sentral dan perifer. Pada atrofi berlanjut maka sel ganglion
retina terkena yang akan menyebabkan atrofi papil saraf optik, dan terdapat beberapa pandangan
pada penyakit ini1 :

Tidak terdapatnya koriokapiler

Merupakan degenerasi neuroepitel yang mengenai sel ganglion

Disertai dengan disfungsi endotel

Pada retinitis pigmentosa dapat terjadi buta senja didahului penglihatan terowong untuk beberapa
tahun atau dekade. Disusul dengan berkurangnya lapang penglihatan perifer yang berakhir
dengan hilangnya penglihatan sentral. Biasanya buta setelah 40 tahun.3
Pada pasien juga didapatkan adanya hipermetropia baik pada mata kanan maupun mata kiri.
Hipermetropia merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh
tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. pada hipermetropia
sinar sejajar difokuskan di belakang makula lutea.2
Pada pasien didapatkan gejala dan tanda hipermetropia yaitu, penglihatan baik jauh maupun
dekat yang kabur, sakit kepala, silau. Pada pasien juga ditemukan adanya mata lelah atau pegal
saat menonton televisi. Hal tesebut kemungkinan disebabkan karena saat menonton televisi
kedua mata terus menerus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang
terletak di belakang makula agar terletak di makula lutea. Keadaan ini dapat disebut astenopia
akomodatif.
Pada pemeriksaan visus didapatkan pada mata kanan, visus 6/50, visus dengan pinhole 6/40. Hal
tersebut menujukkan pada mata kanan pasien telah terjadi moderate low vision. setelah koreksi
dengan Sferis +3.00 visus menjadi 6/12. Pada mata kiri didapatkan: visus 6/20, visus dengan
pinhole 6/12. Setelah dikoreksi dengan Sferis +1.00 visus 6/6. hal tersebut menunjukkan mata
kanan pasien memiliki penurunan penglihatan yang lebih berat dari mata kiri. Koreksi untuk
hipermetropia pada pasien ini adalah menggunakan sferis +3.00 untuk mata kanan dan sferis
+1.00 untuk mata kiri untuk mendapatkan tajam penglihatan yang lebih baik.
Pada pasien dapat diberikan kacamata gelap untuk menghindari paparan sinar ultaviolet yang
dapat memperburuk penglihatan pasien.
Pengobatan yang efektif untuk retinitis pigmentosa masih belum diketahui. Pada pasien
diberikan vitamin A karena vitamin A berperan dalam pembentukan rhodopsin untuk penglihatan
gelap. Dalam literatur dikatakan apabila pasien rutin mengkonsumsi vitamin A, akan dapat
menunda terjadinya kebutaan untuk 10 tahun3. Pada pasien juga diberikan neurotropik untuk
meningkatkan fungsi sel-sel syaraf penglihatan.
8

RINGKASAN AKHIR

Seorang wanita, usia 32 tahun, mengeluh penglihatan kedua mata kabur dalam 3 tahun terakhir.
Keluhan dirasakan timbul perlahan, semakin lama semakin kabur. Keluhan terasa pada
penglihatan jauh maupun dekat, terutama pada mata kanan. Keluhan lebih dirasakan pada malam
hari. Kedua mata cepat pegal/lelah saat menonton televisi, sering berair. Silau (+). Nyeri (-).
Penglihatan ganda (-). Sakit kepala (+). Pada pemeriksaan mata kanan didapat: visus 6/50, visus
pinhole 6/40, koreksi dengan S+3.00 visus 6/12. Pemeriksaan mata kiri didapat: visus 6/20,
visus pinhole 6/12, koreksi dengan S+1.00 visus 6/6. pemeriksaan segmen anterior pada mata
kanan dan kiri dalam batas normal. TIO mata kanan maupun kiri baik pada palpasi maupun
tonometri Schiotz normal, 20,6 mmHg. Pemeriksaan funduskopi mata kanan didapatkan reflek
fundus (+), terlihat kumpulan bintik-bintik pigmen kehitaman pada daerah perifer retina.
Diagnosis : Retinitis Pigmentosa ODS, hipermetropia ODS. Rencana terapi : koreksi
hipermetropia dengan kacamata, pemberian neurotropik dan vitamin A. Penyuluhan kepada
pasien dan keluarga yaitu menjelaskan bahwa:

penyakit yang diderita oleh pasien adalah kelainan bawaan, dan semakin lama dapat
semakin memburuk dan dapat mengakibatkan kebutaan, akan tetapi hal tersebut
berlangsung lambat.

Pada pasien juga didapatkan kelainan rabun dekat, hal tersebut dapat dikoreksi dengan
penggunaan kacamata.

Pemakaian kacamata gelap

Keluarga sebaiknya tetap memberikan dukungan moral kepada pasien

Prognosis pasien ini adalah dubia ad malam dengan progresifitas penyakit yang berjalan lambat.

10

Daftar Pustaka
1) Ilyas, Sidharta. 2008. Penglihatan Turun Perlahan tanpa Mata Merah : Retinitis
Pigmentosa. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Hal. 225-226. Jakarta :Balai Penerbit
FKUI
2) Ilyas, Sidharta. 2008. Tajam Penglihatan dan Kelainan Refraksi Penglihatan Warna:
Ametropia . Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Hal. 78-80. Jakarta :Balai Penerbit FKUI
3) Ilyas Sidharta, 2009. Retina : Retinitis Pigmentosa. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.
4) Nover, Arno. 1991. Penyakit degenerasi Retina : Retinitis Pigmentosa. Fundus Okuli
Gambaran Khas dan Metode-metode Pemeriksaan. Hal 122-124. Jakarta : Hipokrates

11

Anda mungkin juga menyukai