Adakah nyeri perut suprapubic ? biasanya pada kasus abortus akan menjalar ke
Pemeriksaan fisik
Dimulai terlebih dahulu dengan lihat keadaan umum apakah pasien telihat lemah,
lesu, muka pucat, setelah itu di lakukan pemeriksaan dasar TTV, nadi, pernafasan dan suhu.
Kemudian dilakukan pemeriksaan khusus obstetri dan vaginal toucher tentukan besar dan
letak uterus.
dario ostium.
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan.
Pemeriksaan penunjang
1.
2.
3.
Tes kehamilan memberikan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2 3 minggu
setelah abortus. 3,4
Sonogram dapat menunjukan ada atau tidak adanya kantung janin, denyut jantung
janin atau pola badai pada kasus mola hidatidosa. Aktivitas jantung janin harus
4.
5.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi atau nidasi tau
melekatnya buah kehamilan di luar tempat yang normal, yakni di luar rongga rahim.
Sedangkan yang disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan
ektopik yang mengalami abortus ruptur pada dinding tuba. Sebagian besar wanita
yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20 40 tahun dengan umur ratarata 30 tahun. Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur
dari ovarium ke uterus.5
Pada kehamilan ektopik terganggu terdapat rahim yang membesar, pada
pemeriksaan dalam seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uterus kanan dan kiri .
serta di tandai adanya syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas
dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri
tekan dan nyeri lepas dinding abdomen. 5 pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hb,
Leukosit, urine -HCG(+). Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah
merah dapat meningkat. Pemeriksaan dengan USG, tidak ada kantung kehamilan dalam
kavum uterus, adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri , adanya massa komplek di
rongga panggul. 5
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda. Gejala
dan tanda tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau infuse
tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita
sebelum hamil. Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada
kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan
ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan
mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-gejala
yang samar-samar sehingga sulit untuk membuat diagnosanya. 5
2. Mola hidatidosa
Mola Hidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG).
Mola hidatidosa yaitu suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak
berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai dengan
degenerasi hidropik. Mola hidatidosa berasal dari plasenta atau jaringan janin
sehingga hanya mungkin terjadi pada awal kehamilan, massa biasanya terdiri dari
bahan-bahan plasenta yang tumbuh tak terkendali, sering tidak ditemukan janin sama
sekali. Penyebab terjadinya mola belum diketahui. Penyebab yang paling mungkin
adalah kelainan pada sel telur, rahim, status sosial-ekonomi yang rendah, diet rendah
protein, asam folat dan karotin. Resiko yang lebih tinggi ditemukan pada wanita yang
berusia di bawah 20 tahun atau diatas 40 tahun. 6
3
faktor-faktor alamiah. Abortus provokatus adalah abortus yang terjadi akibat tindakan atau
disengaja. 1,2
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa
mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badanya
telah mencapai lebih daripada 500 gram atau umur kehamilan lebih daripada 20 minggu. 1,2
I. Kalsifikasi abortus spontan
1. Abortus Imminens ( Threatened abortion, Abortus mengancam )
Keadaan di mana perdarahan berasal dari intrauteri yang timbul sebelum umur
kehamilan lengkap 20 minggu, dengan atau tanpa kolik uterus, tanpa pengeluaran
basil konsepsi dan tanpa dilatasi serviks. 20% wanita hamil mengalami perdarahan
pervaginam pada trimester I. Pada sebagian besar kasus hal tersebut disebabkan oleh
perdarahan akibat adanya implantasi. Servik tertutup , perdarahan minimal dan dapat
atau tanpa disertai rasa nyeri. 1,2
Penatalaksanaan pada abortus imminens, tidak perlu pengubatan khusus atau tirah
baring total dan pasien dilarang dari melakukan aktivitas fisik berlebihan ataupun
hubungan seksual. 1
2. Abortus Incipien (Inevitable abortion, Abortus sedang berlangsung)
Keadaan perdarahan dari intrauteri yang terjadi dengan dilatasi serviks kontinu dan
progresif, tetapi tanpa pengeluaran hasil konsepsi sebelum umur kehamilan lengkap
20 minggu. Ditandai dengan nyeri abdomen atau nyeri punggung, perdarahan
pervaginam dengan dilatasi servik. Abortus sudah tak mungkin dipertahankan bila
terjadi pendataran dan dilatasi servik dan atau terjadi pecahnya selaput ketuban. 1,2
Penanganan pada usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekspulsi spontan hasil
konsepsi ditunggu, kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika perlu, infus 20
unit oxytoxin dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat)
dengan kecepatan 40 tetes per menit diberikan untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi. 1
3. Abortus Kompletus
Keluarnya seluruh hasil konsepsi sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu.
Ditandai dengan keluarnya seluruh hasil konsepsi. Perdarahan pervaginam ringan
terus berlanjut sampai beberapa waktu lamanya.Umumnya pasien datang dengan rasa
nyeri abdomen yang sudah hilang.Tanda dan Gejala1,2
Serviks menutup.
Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.
Gejala kehamilan tidak ada.
Uji kehamilan negatif.
Pada kasus ini, evakuasi tidak perlu dilakukan lagi. Observasi kondisi apabila terdapat
anemia sedang, tablet sulfas ferrosus 600mg/hari selama 2 minggu diberikan, jika
anemia berat diberikan transfusi darah. Seterusnya lanjutkan dengan konseling asuhan
pasca keguguran dan pemantauan lanjut jika perlu. 1
4. Abortus Inkompletus
Keluarnya sebagian, terapi tidak seluruh basil konsepsi sebelum umur kehamilan
lengkap 20 minggu . Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri. Pada
kehamilan >10 minggu, keluarnya janin dan plasenta tidak terjadi secara bersamaan
dan sebagian masih tertahan didalam uterus.Gejala Klinis : 1,2
Didapati amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas
Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan biasanya berupa stolsel (darah beku).
Sudah ada keluar fetus atau jaringan
Pada pemeriksaan dalam (VT) untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks
terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa jaringan pada kanalis servikalis atau kavum
uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya. 1,2
Jika perdarahan tidak beberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu,
evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan
hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, Ergometrin 0,2
mg IV atau misoprostol 400mcg per oral diberikan. 1
Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung, dan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, hasil konsepsi dievakuasi dengan aspirasi vakum manual. 1
Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, infus oksitosin 20 unit diberikan dalam 500ml
cairan IV (garam fisiologik atau RL) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu Misoprostol 200mcg pervaginam diberikan
setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Hasil konsepsi yang tertinggal
dalam uterus segera dievakuasi. 1
5. Missed Abortion
Abortus yang embrio atau janinnya meninggal dalam uterus sebelum umur kehamilan
lengkap 20 minggu, tetapi basil konsepsi tertahan dalam uterus selama 8 minggu atau
lebih. Retensi kehamilan diperkirakan terjadi oleh karena masih adanya produksi
progesteron plasenta yang terus berlanjut dan produksi estrogen yang turun sehingga
kontraktilitas uterus menurun. 1,2
Gejala Klinis :
Ditandai dengan kehamilan yang normal dengan amenorrhea, dapat disertai
anomali congenital.
BMR dan kadar jodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak
II.
Etiologi
Abortus spontan meiliki banyak etiologi yang satu dan lainnya saling terkait.
Abnormalitas dari kromosom adalah etiologi yang paling sering menyebabkan abortus, 50%
angka kejadian abortus pada trimester I, lalu insiden menurun pada trimester II sekitar 20-30
%, dan 5-10 % pada trimester III. Penyebab yang lain dari aborsi dengan persentasi yang
kecil adalah infeksi, kelainan anatomi, factor endokrin, factor immunologi, dan penyakit
sistemik pada ibu. Dan ada banyak pula penyebab yang belum diketahui hingga sampai saat
ini.1
a.
Abnormalitas kromosom
Kelainan kromosom yang tersering menyebabkan kelainan kromosom seperti
aneuploidy ( kelainan jumlah kromosom ) pada Turners syndrome, Monosomy X,
trisomi 16, dan
Konsepsi poliploid menghasilkan yolk sacs yang kosong atau blighted ovum dengan
b.
Infeksi pada ibu dapat mengakibatkan kematian janin atau abortus. Organisme
yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah Treponema Pallidum, Chlamydia
Trachomatis, Nisseria Gonorrhoeae, Streptococcus agalactiae, herpes simplex virus,
Cytomegalovirus, dan Listeria monocytogenes. Walaupun organisme tersebut sering
ditemukan pada wanita hamil yang mengalami abortus, patofisiologi dari infeksi
c.
tersebut hingga menyebabkan abortus belum dapat diketahui sampai saat ini. 1
Penyakit lain
Gangguaan pada system endokrin seperti hyperthyroid dan diabetes mellitus
yang tidak terkontrol; penyakit cardiovascular seperti hipertensi; dan penyakit
jaringan ikat seperti sistemik lupus erithematosus, mungkin berhubungan dengan
d.
kejadian abortus.1
Immunologic Disorders
Golongan darah ABO, Rh, Kell, atau lainnya mempunyai antigens yang
memiliki hubungan dengan abortus spontan. Pada kejadian abortus yang disebabkan
factor immunologic dapat ditemukan Human Leukocyte Antigens (HLA) ibu pada
e.
f.
janin. 1
Malnutrition
Malnutrisi berat dapat berhubungan dengan abortus spontan. 1
Toxic Factors
Radiasi, obat-obatan anti-kanker, gas anastesi, alcohol, nikotin, adalah zat-zat
embryotoxic. Sehingga jika dipakai pada wanita hamil dapat mengakibatkan kelainan pada
janin bahkan dapat menimbulkan abortus spontan. 1
g.
Trauma
Trauma dibagi menjadi dua yaitu trauma langsung dan tidak langsung. Trauma
langsung seperti terkena tembakan senjata api, dan trauma tidak langsung seperti
oprasi pemindahan corpus luteum kehamilan di ovarium, mungkin dapat
menyebabkan abortus. 1
Epidemiologi
Insiden aborsi dipengarui oleh umur ibu dan riwayat obstetriknya seperti kelahiran
normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan anak memiliki kelainan
genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 % dari semua kehamilan. 80% kejadian
abortus terjadi pada usia kehamilan sebelum 12 minggu. Hal ini banyak disebabkan karena
kelainan pada kromosom. 1
Dari 1.000 kejadian abortus spontan, setengahnya merupakan blighted ovum dan 5060 % dikarenakan abnormalitas kromosom. Disamping kelainan kromosom, abortus spontan
juga disebabkan oleh penggunaan obat dan faktor lingkungan, seperti konsumsi kafein selama
kehamilan. 1
Patofisiologi
Abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian diikuti dengan
perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan-perubahan nekrotik pada daerah
implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan akhirnya perdarahan pervaginam. Buah
kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian yang diintrepertasikan sebagai benda asing
dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dimuali, dan segera setelah itu
terjadi pendorongan benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi). 1
Perlu ditekankan bahwa abortus spontan kematian embrio biasanya terjadi paling lama dua
minggu sebelum perdarahan. Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan janin tidak
layak dilakukan jika telah terjadi perdarah bahnyak karena abortus tidak dapat dihindari.
Sebelum minggu ke 10 hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini
disebabkan sebelum minggu ke 10 vili korialis belum menanamkan diri erat ke dalam desidua
hingga telur mudah terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke 10 hingga minggu ke 12
korion tumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan disedua makin erat hingga
mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus.
Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan 4 cara: 1
1. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan desidua
2. Kantong amnion serta isisnya (fetus) didorong keluar, meninggalkan korion dan
desidua.
3. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan janin ke luar,
tetapi mempertahankan sisa amnion dan korian (hanya janin yang dikeluarkan)
4. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh. Kuretasi
diperlukan untuk membersihkan uterus dan mencegah perdarahan atau infeksi lebih
lanjut.
Manisfestasi klinis1
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
suhu badan normal atau meningkat.
10
tidak
banyak
digunakan
untuk
mengakhiri
didekat serviks.
Diberikan dalam bentuk gel lewat kateter kedalam kanalis
servikalis.
Disuntikkan kedalam kantong ketuban melalui tindakan
amniosintesis.
f. Antiprogesteron RU 486
Telah digunakan dalam beberapa percobaan klinik untuk menimbulkan
abortus pada kehamilan dini manusia. 1
II.
12
bahwa D&X, sebagian dari janin mula-mula diekstraksi melalui serviks yang
telah dibuka untuk mempermudah tindakan. 1
b. Aspirasi haid
Aspirasi rongga endometrium dapat dilakukan dengankanula lentur karman 5
atau 6 mm, yang dihubungkan dengan tabung suntuk (syringe). Aspirasi haid
dapat dilakukan dalam waktu 1-3 minggu setelah terlambat menstruasi. 1
Komplikasi1
Perdarahan
Perforasi
Infeksi
Syok
Prognosis
Prognosis keberhasilan
kehamilan
tergantung
dari
etiologi
aborsi
spontan
sebelumnya. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang rekuren
mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %. Pada wanita keguguran dengan etiologi yang
tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %. Sekitar 77 % angka
kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6
minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.3
Kesimpulan
Masa kehamilan terpenting adalah pada trisemster I, karena pada saat ini fetus masih sangan
rentan oleh karena fetus dalam fase pertumbuhan dan perkembangan organ. Abortus sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 20 minggu atau sebelum janin mencapai berat
500 gram. Kelainan dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus
buatan, dan terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kelainan kromosm, infeksi
13
pada ibu hamil, kelaianan endokrin pada ibu atau bisa saja oleh faktor dari luar seperti
terjadinya traguma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja
sebelum usia kandungan 20 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik
disebut abortus terapeutik. Untuk menginduksi terjadinya abortus terapeutik dilakukan
dengan cara medikasi atau disertai dengan tindakan bedah.
Daftar Pustaka
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri
williams. Edisi 23. Jilid I. Jakarta: EGC; 2013.h. 226-46.
2. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF. Ilmu kesehatan reproduksi
obstetri patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 3004.h.1-9.
3. Benson RC, Martin L, Pernnoll. Buku saku obstetri dan ginekologi. Edisi 9. Jakarta:
EGC;2008.h. 294-305.
4. Morgan G, Hamilton C. Obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2009.h. 303.
5. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri
williams. Edisi 23. Jilid I. Jakarta: EGC; 2013.h. 251-55.
6. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri
williams. Edisi 23. Jilid I. Jakarta: EGC; 2013.h. 271-74.
7. Sanders RC, Winter TC. Clinical sonography. Edition 4. : Lippincott williams &
wilkins; 2007.p. 395.
14