Anda di halaman 1dari 14

Tinjauan Pustaka

Perdarahan pada Kehamilan Kurang dari 20 minggu


Gita Pupitasari
102011327
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
e-mail: gita_puspitasari64@yahoo.com
Pendahuluan
Abortus sering diartikan sebagai terhentinya atau keluarnya hasil konsepsi sebelum
mencapai viabilitas dimana usia kehamilan belum mencapai 20 minggu dengan berat janin
<500 gram. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan sedangkan
abortus yang terjadi dengan disengaja ataupun di induksi dinamakan abortus provokatus.
Abortus dapat terjadi karena berbagai penyebab antara lain karena kelainan ovum, kelainan
genitalia ibu, gangguan sirkulasi plasenta, adanya penyakit penyerta pada ibu, antagonis
rhesus, perangsangan pada ibu yang menyebabkan kontraksi pada ibu.1
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena sebagian besar abotus provokatus
tidak dilaporkan. Diperkirakan di seluruh dunia abortus terjadi pada sekitar 42 juta orang, 20
juta orang di antaranya melakukan aborsi karena terapeutik dan 22 juta orang lagi melakukan
aborsi karena kehamilan tidak diinginkan. Di antara orang yang melakukan aborsi karena
kehamilan yang tidak diinginkan mengalami kematian karena komplikasi yang serius
sebanyak 13 %.2
Di Amerika Serikat, lebih dari setengah 6 juta wanita hamil tidak menginginkan
kehamilannya dan hampir setengahnya pula berakhir dengan mengaborsikan kandungannya.
Sedangkan di Indonesia pada tahun 2000 terjadi abortus pada sekitar 2 juta wanita setiap
tahunnya diperkirakan terjadi 37 kasus aborsi pada setiap 1000 kehamilan. 2
Anamnesis

Adakah nyeri perut suprapubic ? biasanya pada kasus abortus akan menjalar ke

punggung, bokong, dan perineum,


Adakah perdarahan ? disertai demam atau tidak ?
Adakah rasa sakit keram bawah perut ?
Bagaimana riwayat kehamilan sebelumnya, keadaan anak sebelumnya ?
1

Kapan haid terakhir ? bagaimana pola siklus haidnya ?


Ada atau tidak keluhan lain ?
Adakah riwayat trauma ?
Adakah penyakit kronis ?
Dikeluarga adakah yang mengalami kelainan dalam kehamilan ?

Pemeriksaan fisik
Dimulai terlebih dahulu dengan lihat keadaan umum apakah pasien telihat lemah,
lesu, muka pucat, setelah itu di lakukan pemeriksaan dasar TTV, nadi, pernafasan dan suhu.
Kemudian dilakukan pemeriksaan khusus obstetri dan vaginal toucher tentukan besar dan
letak uterus.

Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi,

tercium/tidak bau busuk dari vulva


Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk

dario ostium.
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan.

Pemeriksaan penunjang
1.

Pemeriksaan darah lengkap


Didapatkan hasil kadar Hb menurun oleh karena terjadinya perdarahan sehingga dapat
disertai dengan anemia hemoragik. LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya
infeksi. 3,4

2.

3.

Tes kehamilan memberikan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2 3 minggu
setelah abortus. 3,4
Sonogram dapat menunjukan ada atau tidak adanya kantung janin, denyut jantung
janin atau pola badai pada kasus mola hidatidosa. Aktivitas jantung janin harus

4.

5.

terlihat pada saat 4-6 minggu kehamilan dengan sonogram. 3,4


Kultur serviks untuk mendeteksi gonore, klamidia, dan streptokokus beta bila
diperlukan. 3,4
Uji koagulasi pada pasien yang ,mengalami missed aborsi karena berpotensi
mengalami DIC. Uji ini amat sangat penting bila sudah 5 minggu atau lebih sejak

kematian janin atau 5 bulan setelah HPHT. 3,4


Differential Diagnosis
1. Kehamilan ektopik terganggu
2

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi atau nidasi tau
melekatnya buah kehamilan di luar tempat yang normal, yakni di luar rongga rahim.
Sedangkan yang disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan
ektopik yang mengalami abortus ruptur pada dinding tuba. Sebagian besar wanita
yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20 40 tahun dengan umur ratarata 30 tahun. Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur
dari ovarium ke uterus.5
Pada kehamilan ektopik terganggu terdapat rahim yang membesar, pada
pemeriksaan dalam seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uterus kanan dan kiri .
serta di tandai adanya syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas
dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri
tekan dan nyeri lepas dinding abdomen. 5 pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hb,
Leukosit, urine -HCG(+). Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah
merah dapat meningkat. Pemeriksaan dengan USG, tidak ada kantung kehamilan dalam
kavum uterus, adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri , adanya massa komplek di
rongga panggul. 5
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda. Gejala

dan tanda tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau infuse
tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita
sebelum hamil. Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada
kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan
ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan
mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-gejala
yang samar-samar sehingga sulit untuk membuat diagnosanya. 5
2. Mola hidatidosa
Mola Hidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG).
Mola hidatidosa yaitu suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak
berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai dengan
degenerasi hidropik. Mola hidatidosa berasal dari plasenta atau jaringan janin
sehingga hanya mungkin terjadi pada awal kehamilan, massa biasanya terdiri dari
bahan-bahan plasenta yang tumbuh tak terkendali, sering tidak ditemukan janin sama
sekali. Penyebab terjadinya mola belum diketahui. Penyebab yang paling mungkin
adalah kelainan pada sel telur, rahim, status sosial-ekonomi yang rendah, diet rendah
protein, asam folat dan karotin. Resiko yang lebih tinggi ditemukan pada wanita yang
berusia di bawah 20 tahun atau diatas 40 tahun. 6
3

Gejala pada mola hidatidosa : 6


Perdarahan dari vagina pada wanita hamil pada trisemester I
Mual dan muntah berat
Pembesaran perut melebihi usia kehamilan
Gejala hipertiroidisme : denyut jantung yang cepat, gelisah, cemas, tidak tahan
panas, penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, tinja encer,

tangan gemetar, kulit lebih hangat dan basah


Gejala pre-eklamsi yang terjadi pada trimester I atau awal trimester II : tekanan

darah tinggi, pembengkakan kaki-pergelangan kaki-tungkai, proteinuria.


3. Blighted ovum
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi
tidak ada bayi di dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga
merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah
pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi
pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun
laboratorium hasilnya positif.7
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun
akibat berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat
berkembang sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun
demikian plasenta tersebut tetap tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan
hormon HCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan
sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah
terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan munculnya
gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes
kehamilan menjadi positif. 7
Seorang wanita dikatakan mengalami blighted ovum bila telah melakukan
pemeriksaan USG transvaginal. Namun tindakan tersebut baru bisa dilakukan saat
kehamilan memasuki usia 6-7 minggu. Pada hasilnya akan tampak, adanya kantung
kehamilan yang kosong dan tidak berisi janin. Karena gejalanya yang tidak spesifik,
maka biasanya blighted ovum baru ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan
dimana muncul keluhan perdarahan. 7
Working Diagnosis : Abortus
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu abortus spontan dan abortus provakatus.
Abortus spontan adalah abortusyang terjadi tanpa tindakan mekanis dan disebabkan oleh

faktor-faktor alamiah. Abortus provokatus adalah abortus yang terjadi akibat tindakan atau
disengaja. 1,2
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa
mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badanya
telah mencapai lebih daripada 500 gram atau umur kehamilan lebih daripada 20 minggu. 1,2
I. Kalsifikasi abortus spontan
1. Abortus Imminens ( Threatened abortion, Abortus mengancam )
Keadaan di mana perdarahan berasal dari intrauteri yang timbul sebelum umur
kehamilan lengkap 20 minggu, dengan atau tanpa kolik uterus, tanpa pengeluaran
basil konsepsi dan tanpa dilatasi serviks. 20% wanita hamil mengalami perdarahan
pervaginam pada trimester I. Pada sebagian besar kasus hal tersebut disebabkan oleh
perdarahan akibat adanya implantasi. Servik tertutup , perdarahan minimal dan dapat
atau tanpa disertai rasa nyeri. 1,2
Penatalaksanaan pada abortus imminens, tidak perlu pengubatan khusus atau tirah
baring total dan pasien dilarang dari melakukan aktivitas fisik berlebihan ataupun
hubungan seksual. 1
2. Abortus Incipien (Inevitable abortion, Abortus sedang berlangsung)
Keadaan perdarahan dari intrauteri yang terjadi dengan dilatasi serviks kontinu dan
progresif, tetapi tanpa pengeluaran hasil konsepsi sebelum umur kehamilan lengkap
20 minggu. Ditandai dengan nyeri abdomen atau nyeri punggung, perdarahan
pervaginam dengan dilatasi servik. Abortus sudah tak mungkin dipertahankan bila
terjadi pendataran dan dilatasi servik dan atau terjadi pecahnya selaput ketuban. 1,2
Penanganan pada usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekspulsi spontan hasil
konsepsi ditunggu, kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika perlu, infus 20
unit oxytoxin dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat)
dengan kecepatan 40 tetes per menit diberikan untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi. 1
3. Abortus Kompletus
Keluarnya seluruh hasil konsepsi sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu.
Ditandai dengan keluarnya seluruh hasil konsepsi. Perdarahan pervaginam ringan
terus berlanjut sampai beberapa waktu lamanya.Umumnya pasien datang dengan rasa
nyeri abdomen yang sudah hilang.Tanda dan Gejala1,2
Serviks menutup.
Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.
Gejala kehamilan tidak ada.
Uji kehamilan negatif.

Pada kasus ini, evakuasi tidak perlu dilakukan lagi. Observasi kondisi apabila terdapat
anemia sedang, tablet sulfas ferrosus 600mg/hari selama 2 minggu diberikan, jika
anemia berat diberikan transfusi darah. Seterusnya lanjutkan dengan konseling asuhan
pasca keguguran dan pemantauan lanjut jika perlu. 1
4. Abortus Inkompletus
Keluarnya sebagian, terapi tidak seluruh basil konsepsi sebelum umur kehamilan
lengkap 20 minggu . Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri. Pada
kehamilan >10 minggu, keluarnya janin dan plasenta tidak terjadi secara bersamaan
dan sebagian masih tertahan didalam uterus.Gejala Klinis : 1,2
Didapati amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas
Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan biasanya berupa stolsel (darah beku).
Sudah ada keluar fetus atau jaringan
Pada pemeriksaan dalam (VT) untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks
terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa jaringan pada kanalis servikalis atau kavum
uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya. 1,2
Jika perdarahan tidak beberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu,
evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan
hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, Ergometrin 0,2
mg IV atau misoprostol 400mcg per oral diberikan. 1
Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung, dan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, hasil konsepsi dievakuasi dengan aspirasi vakum manual. 1
Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, infus oksitosin 20 unit diberikan dalam 500ml
cairan IV (garam fisiologik atau RL) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu Misoprostol 200mcg pervaginam diberikan
setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Hasil konsepsi yang tertinggal
dalam uterus segera dievakuasi. 1
5. Missed Abortion
Abortus yang embrio atau janinnya meninggal dalam uterus sebelum umur kehamilan
lengkap 20 minggu, tetapi basil konsepsi tertahan dalam uterus selama 8 minggu atau
lebih. Retensi kehamilan diperkirakan terjadi oleh karena masih adanya produksi
progesteron plasenta yang terus berlanjut dan produksi estrogen yang turun sehingga
kontraktilitas uterus menurun. 1,2
Gejala Klinis :
Ditandai dengan kehamilan yang normal dengan amenorrhea, dapat disertai

mual dan muntah


Pertumbuhan uterus mengecil dengan fundus yang tidak bertambah tinggi.
Mamae menjadi mengecil

Gejala-gejala kehamilan menghilang diiringi reaksi kehamilan menjadi

negative pada 2-3 minggu setelah fetus mati.


Pada pemeriksaan dalam serviks tertutup dan ada darah sedikit
Pasien merasa perutnya dingin dan kosong.
Penanganan Tergantung keluhan utama & kadar fibrinogen serta psikis pasien. Jika
kurang dari 12 minggu lakukan dilatasi dan kuretase. Jika sudah lebih dari 112
minggu berikan infus oksotosin 10 IU/D5 500 cc atau Prostagalndin E.
6. Abortus Habitualis
ialah abortus yang terjadi 3 kali berturut turut atau lebih oleh sebab apapun.
Pemeriksaan : 1,2
Histerosalfingografi, untuk mengetahui adanya mioma uterus submukosa atau

anomali congenital.
BMR dan kadar jodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak

gangguan glandula thyroidea


Pada serviks inkompeten terapinya operatif SHIRODKAR atau MC DONALD
(cervical cerlage). Merokok dan minum alcohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan.1
7. Abortus Infeksious
ialah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi genital1,2
Diagnosis : 1,2
Amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar rumah sakit.
Kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan, dan sebagainya.
Tanda tanda infeksi yakni kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,5C, kenaikan
leukosit dan discharge berbau pervaginam, uterus besar dan lembek disertai
nyeri tekan.
Penanganan Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup.
Berikan antibiotika yang cukup dan tepat sesuai bakteri. Suntikan penisilin 1 juta
satuan tiap 6 jam atau suntikan streptomisin 500mg setiap 12 jam atau antibiotika
spektrum luas lainnya. Bila tetap terjadi perdarahan banyak setelah 1-2 hari lakukan
dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi.1
8. Septic Abortion
Septic abortion adalah abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau
toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Diagnosis septic abortion ditegakan
jika didapatkan tanda tanda sepsis, seperti nadi cepat dan lemah, syok dan
penurunan kesadaran. 1,2
Penatalaksanaan sama dengan abortus infeksious, hanya dosis dan jenis antibiotika
ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji
kepekaan kuman. Perlu di observasi apakah ada tanda perforasi atau akut abdomen.
Pengelolaan pada abortus septik harus mempertimbangkan keseimbangan cairan
tubuh. Untuk tahap pertama dapat diberikan Penisillin 4x 1juta unit atau ampicillin 4x
7

1gram ditambah gentamisin 2x80mg dan metronidazol 2x1gram. Selanjutnya,


antibiotik dilanjutkan dengan hasil kultur. 1

Gambar 1. Kalsifikasi abortus spontan (sumber: www.edukia.org)

II.

Kalsifikasi Abortus Provakatus (induced abortion)


Abrotus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan mengunakan obatobatan ataupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi :2
1. Abortus Terapeutik adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila
kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
2. Abortus Kriminalis atau tidak aman adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakantindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

Etiologi
Abortus spontan meiliki banyak etiologi yang satu dan lainnya saling terkait.
Abnormalitas dari kromosom adalah etiologi yang paling sering menyebabkan abortus, 50%
angka kejadian abortus pada trimester I, lalu insiden menurun pada trimester II sekitar 20-30
%, dan 5-10 % pada trimester III. Penyebab yang lain dari aborsi dengan persentasi yang
kecil adalah infeksi, kelainan anatomi, factor endokrin, factor immunologi, dan penyakit
sistemik pada ibu. Dan ada banyak pula penyebab yang belum diketahui hingga sampai saat
ini.1
a.

Abnormalitas kromosom
Kelainan kromosom yang tersering menyebabkan kelainan kromosom seperti
aneuploidy ( kelainan jumlah kromosom ) pada Turners syndrome, Monosomy X,
trisomi 16, dan

triploidy yang menyebabkan sekitar 20 % dari seluruh abortus.

Konsepsi poliploid menghasilkan yolk sacs yang kosong atau blighted ovum dengan
b.

perubahan ke arah mola hidatidiosa. 1


Maternal infection
8

Infeksi pada ibu dapat mengakibatkan kematian janin atau abortus. Organisme
yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah Treponema Pallidum, Chlamydia
Trachomatis, Nisseria Gonorrhoeae, Streptococcus agalactiae, herpes simplex virus,
Cytomegalovirus, dan Listeria monocytogenes. Walaupun organisme tersebut sering
ditemukan pada wanita hamil yang mengalami abortus, patofisiologi dari infeksi
c.

tersebut hingga menyebabkan abortus belum dapat diketahui sampai saat ini. 1
Penyakit lain
Gangguaan pada system endokrin seperti hyperthyroid dan diabetes mellitus
yang tidak terkontrol; penyakit cardiovascular seperti hipertensi; dan penyakit
jaringan ikat seperti sistemik lupus erithematosus, mungkin berhubungan dengan

d.

kejadian abortus.1
Immunologic Disorders
Golongan darah ABO, Rh, Kell, atau lainnya mempunyai antigens yang
memiliki hubungan dengan abortus spontan. Pada kejadian abortus yang disebabkan
factor immunologic dapat ditemukan Human Leukocyte Antigens (HLA) ibu pada

e.
f.

janin. 1
Malnutrition
Malnutrisi berat dapat berhubungan dengan abortus spontan. 1
Toxic Factors
Radiasi, obat-obatan anti-kanker, gas anastesi, alcohol, nikotin, adalah zat-zat
embryotoxic. Sehingga jika dipakai pada wanita hamil dapat mengakibatkan kelainan pada
janin bahkan dapat menimbulkan abortus spontan. 1

g.

Trauma
Trauma dibagi menjadi dua yaitu trauma langsung dan tidak langsung. Trauma
langsung seperti terkena tembakan senjata api, dan trauma tidak langsung seperti
oprasi pemindahan corpus luteum kehamilan di ovarium, mungkin dapat
menyebabkan abortus. 1

Epidemiologi
Insiden aborsi dipengarui oleh umur ibu dan riwayat obstetriknya seperti kelahiran
normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan anak memiliki kelainan
genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 % dari semua kehamilan. 80% kejadian
abortus terjadi pada usia kehamilan sebelum 12 minggu. Hal ini banyak disebabkan karena
kelainan pada kromosom. 1
Dari 1.000 kejadian abortus spontan, setengahnya merupakan blighted ovum dan 5060 % dikarenakan abnormalitas kromosom. Disamping kelainan kromosom, abortus spontan

juga disebabkan oleh penggunaan obat dan faktor lingkungan, seperti konsumsi kafein selama
kehamilan. 1
Patofisiologi
Abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian diikuti dengan
perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan-perubahan nekrotik pada daerah
implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan akhirnya perdarahan pervaginam. Buah
kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian yang diintrepertasikan sebagai benda asing
dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dimuali, dan segera setelah itu
terjadi pendorongan benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi). 1
Perlu ditekankan bahwa abortus spontan kematian embrio biasanya terjadi paling lama dua
minggu sebelum perdarahan. Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan janin tidak
layak dilakukan jika telah terjadi perdarah bahnyak karena abortus tidak dapat dihindari.
Sebelum minggu ke 10 hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini
disebabkan sebelum minggu ke 10 vili korialis belum menanamkan diri erat ke dalam desidua
hingga telur mudah terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke 10 hingga minggu ke 12
korion tumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan disedua makin erat hingga
mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus.
Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan 4 cara: 1
1. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan desidua
2. Kantong amnion serta isisnya (fetus) didorong keluar, meninggalkan korion dan
desidua.
3. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan janin ke luar,
tetapi mempertahankan sisa amnion dan korian (hanya janin yang dikeluarkan)
4. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh. Kuretasi
diperlukan untuk membersihkan uterus dan mencegah perdarahan atau infeksi lebih
lanjut.

Manisfestasi klinis1
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
suhu badan normal atau meningkat.

10

3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi


4. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi utaerus
Penatalaksanaan
Pengakhiran kehamilan sebelum saatnya janin mampu hidup dengan maksud melindungi
kesehatan ibu. Anatara indikasi untuk melakkukan abortus terapeuitik adalah apabila
kelangsungan kehamilan dapat membahayakan nyawa wanita tersebut seperti pada penyakit
vaskular hipertensif tahap lanjut dan invasive karsinoma pada serviks. Kontraindikasi untuk
abortus terapeutik adalah seperti kehamialan ektopik, insufisiensi adrenal, anemia, ganggaun
pembekuan darah dan penyakit kardiovaskular. 1
I.

Induksi abortus dengan tindakan medis


Obat yang efektif dan juga aman tidak begitu banyak meskipun dalam sejarah telah
dicoba begitu banyak zat oleh wanita dalam menghindari kehamilannya, penyakit
sistemik yang serius atau bahkan kematian, tetapi bukan abortus, sering terjadi akibat
penggunaan zat-zat tersebut. 1
a. Oksitosin
Induksi abortus yang berhasil pada kehamilan trimester II dimungkinkan
dengan pemberian oksitosin dosis tinggi dalam IV dengan volume kecil
dengan menambahkan 10 ampul oksitosin 1 mL ke dalam 1000 mL larutan
Ringer Laktat. 1
Pemberian infus oksitosin dimulai dengan takaran 0,5mL/menit. Kecepatan
infus dinaikkan dengan IV 20-30 menit hingga tercapai kecepatan
maksimal 2mL/menit. Jika kontraksi uterus yang efektif

tidak

timbul dapat diberikan 10 ampul oksitosin ke dalam 500mL larutan


ringer laktat.

b. Larutan hiperosmotik intraamnion


Untuk melaksanakan abortus dalam trimester II kehamilan, larutan salin 2025 % atau larutan urea 30-40 % disuntikkan kedalam kantong ketuban untuk
merangsang kontraksi uterus dan dilatasi serviks. 1
Ketika dimasukkan kedalam kantong ketuban masih belum jelas. Yang
paling sering terjadi janin akan mati dan larutan hipertonik akan
merusak membran janin yang mengakibatkan pembebasan enzim-enzim
fosfolipase. Enzim ini akan memecah asam arakidonat dari tempat
11

penyimpanannya didalam membran janin. Asam arakidonat yang lepas


kemudian bebas untuk berubah menjadi prostaglandin yang akan menyebabkan
kontraksi uterus dan dilatasi serviks. 1
c. Larutan salin hipertonik
Larutan salin hipertonik disuntikkan intra amnion. Cara ini sudah lama
ditinggalkan, karena morbiditas dan mortalitas maternal. 1
d. Larutan urea hiperosmotik
Larutan urea 30-40 % yang larut kedalam kantong ketuban, kemudian
diikuti dengan pemberian oksitosin dengan takaran sekitar 400 mU
permenit. 1
e. Prostaglandin
Penggunaan prostaglandin

banyak

digunakan

untuk

mengakhiri

kehamilan karena kurangnya metode induksi abortus dengan obatobatan


lainnya.Teknik pemberian Prostaglandin dapat bekerja efektif pada
serviks dan uterus dengan cara : 1
Dimasukkan kedalam vagina dalam bentuk supositoria hingga terletak

didekat serviks.
Diberikan dalam bentuk gel lewat kateter kedalam kanalis

servikalis.
Disuntikkan kedalam kantong ketuban melalui tindakan

amniosintesis.
f. Antiprogesteron RU 486
Telah digunakan dalam beberapa percobaan klinik untuk menimbulkan
abortus pada kehamilan dini manusia. 1
II.

Induksi abortus dengan tindakan bedah


Kehamilan dapat diakhiri dengan bedah melalui serviks yang dibuka atau
transabdomen histerektomi atau histerektomi, tanpa penyakit sistemik pada ibu,
tindakan abortus tidak mengharuskan riwayat inap. 1
a. Dilatasi dan kuretase (D & C)
Aborsi bedah sebelum 14 minggu dilakukan mula-mula dengan mebuka
serviks, kemudian mengeluarkan kehamilan dengan secara mekanis mengerok
keluar isi uterus (kuretase tajam) dengan aspirasi vakum (kuretase isap) atau
keduanya. Setelah 16 minggu, dilakukan dengan dilatasi dan evakuasi (D&E).
Tindakan ini berupa pembukaan serviks secara lebar diikuti oleh destruksi
mekanis dan evakuasi bagian janin. Setelah janin dikeluarkan secara lengkap
maka digunakan kuret vakum berlubang besar untuk mengeluarkan plasenta
dan jaringan tersisa. Dilatasi dan ekstraksi (D&X) serupa dengan D&E kecuali

12

bahwa D&X, sebagian dari janin mula-mula diekstraksi melalui serviks yang
telah dibuka untuk mempermudah tindakan. 1

Gambar 2. Dilatasi dan kuretase (sumber: nightray13-kuro.blogspot.com)

b. Aspirasi haid
Aspirasi rongga endometrium dapat dilakukan dengankanula lentur karman 5
atau 6 mm, yang dihubungkan dengan tabung suntuk (syringe). Aspirasi haid
dapat dilakukan dalam waktu 1-3 minggu setelah terlambat menstruasi. 1

Komplikasi1
Perdarahan
Perforasi
Infeksi
Syok
Prognosis
Prognosis keberhasilan

kehamilan

tergantung

dari

etiologi

aborsi

spontan

sebelumnya. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang rekuren
mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %. Pada wanita keguguran dengan etiologi yang
tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %. Sekitar 77 % angka
kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6
minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.3
Kesimpulan
Masa kehamilan terpenting adalah pada trisemster I, karena pada saat ini fetus masih sangan
rentan oleh karena fetus dalam fase pertumbuhan dan perkembangan organ. Abortus sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 20 minggu atau sebelum janin mencapai berat
500 gram. Kelainan dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus
buatan, dan terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kelainan kromosm, infeksi
13

pada ibu hamil, kelaianan endokrin pada ibu atau bisa saja oleh faktor dari luar seperti
terjadinya traguma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja
sebelum usia kandungan 20 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik
disebut abortus terapeutik. Untuk menginduksi terjadinya abortus terapeutik dilakukan
dengan cara medikasi atau disertai dengan tindakan bedah.
Daftar Pustaka
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri
williams. Edisi 23. Jilid I. Jakarta: EGC; 2013.h. 226-46.
2. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF. Ilmu kesehatan reproduksi
obstetri patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 3004.h.1-9.
3. Benson RC, Martin L, Pernnoll. Buku saku obstetri dan ginekologi. Edisi 9. Jakarta:
EGC;2008.h. 294-305.
4. Morgan G, Hamilton C. Obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2009.h. 303.
5. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri
williams. Edisi 23. Jilid I. Jakarta: EGC; 2013.h. 251-55.
6. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri
williams. Edisi 23. Jilid I. Jakarta: EGC; 2013.h. 271-74.
7. Sanders RC, Winter TC. Clinical sonography. Edition 4. : Lippincott williams &
wilkins; 2007.p. 395.

14

Anda mungkin juga menyukai