LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
FEBRUARI 2015
UNIVERSITAS HASANUDDIN
DISUSUN OLEH :
St. Hardiyanti. S. Malik
C111 10 257
SUPERVISOR :
dr. Abdul Hakim Alkatiri, Sp.JP, FIHA
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN KARDIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :
Nama : St. Hardiyanti. S. Malik
NIM
: C111 10 257
Makassar,
Februari 2015
Mengetahui :
Supervisor,
LAPORAN KASUS
: Tn. M
Umur
: 66 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
Masuk
: 30 Januari 2015
Bangsal/Ruang
: CVCU RSWS
Keluhan Utama
Anamnesis Terpimpin
lebih sehari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dada dirasakan tembus ke
belakang dan menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada dirasakan hilang timbul. Nyeri
dada disertai sesak. Riwayat sesak saat beraktivitas tidak ada, tidak ada sesak
saat berbaring, tidak pernah terbangun karena sesak. Demam tidak ada. Mual
tidak ada, muntah tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada. Riwayat merokok 1
bungkus per hari.
BAB : Biasa, kesan cukup
BAK : Kesan lancar, warna kekuningan, nyeri tidak ada.
Riwayat Penyakit Sebelumnya : Riwayat hipertensi disangkal. Riwayat
menderita penyakit DM disangkal. Riwayat keluarga menderita penyakit jantung
tidak ada.
I.
Faktor Risiko
Dapat dimodifikasi :
Riwayat merokok 1 bungkus per hari
OBJEKTIF
a) Keadaan Umum : Sakit sedang/Gizi cukup/Compos mentis
b) Tanda vital
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 78 kali/menit
Pernafasan
: 24 kali/menit
Suhu
: 36,7oC
c) Pemeriksaan Fisis
1. Kepala
Mata
: Anemis (-), ikterus (-)
Bibir
: Sianosis (-)
Leher
: Limfadenopati (-), DVS R+2 cmH2O
2. Dada
Inspeksi : Simetris kiri=kanan, normochest
Palpasi
: Nyeri tekan (-), massa (-), vokal fremitus kiri=kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : BP: Vesikuler; BT: Ronkhi-/-, Wheezing -/3. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Interpretasi EKG :
-
Irama dasar
P wave
Heart Rate
PR Interval
Axis
QRS Kompleks
ST Segmen
T Wave
Kesimpulan
: Rythm
: Sinus
: 70 x/ menit
: 0,08 s
: Normoaxis
: QRS duration 0,08 s
: ST depresi pada I, aVL, V3, V4, V5
: T inverted I, aVL, V3, V4, V5, V6
: Iskemik Miokard dinding Anterolateral
HASIL
NORMAL
WBC
9,0x 103/mm3
4.0-10.0 x 103
RBC
4,71 x 106/mm3
4.0-6.0 x 106
HGB
14,5 gr/dL
12-16
HCT
40,9%
37-48
PLT
339 x 103/mm3
150-400 x 103
Ureum
15
10-50 mg/dl
Creatinin
0,9
0.5-1.2 mg/dl
SGOT
22
<35 U/L
SGPT
36
<45 U/L
Na
141
136-145 mmol/l
4,1
3.5-5.1 mmol/l
Cl
107
97-111 mmol/l
CK
54
L(<190U/L) P(<167U/L)
CK-MB
27,3
<25U/L
Troponin T
1,6
<0,02
Kolesterol total
237
200 mg/dl
Asam urat
6,8
L 3,4-7,0 ; P 2,4-5,7
HDL
31
L>55; P>65
LDL
172
<130 mg/dl
Trigliserida
194
200 mg/dl
f) Diagnosis Kerja
- Non ST Elevation Myocardial Infraction
g) Penatalaksanaan
O2 2-4 lpm via nasal kanul
Anti Angina:
-
Anti Coagulant:
-
Simvastatin 1x40 mg
anti-trombotikdan
anti-proliferasi.Sebaliknya,
disfungsi
endotel
justru
10
11
12
13
5. Diagnosis
Diagnosis IMA dengan elevasi segmen ST ditegakkan berdasarkan
anamnesis nyeri dada yang khas dan gambaran EKG dengan tanda-tanda iskemik
yaitu ST depresi atau inversi T.2
5.1. Anamnesis
Nyeri dada :
Sifat nyeri dada (angina) merupakan gejala cardinal pasien IMA:
Lokasi: substernal, retrosternal, dan perikordial.
Sifat nyeri: rasa sakit ditekan, terbakar, ditindih benda berat, ditusuk,
1.
diperas, dipelintir.
Penjalaran: lengan kiri, leher, punggung, interskapula, perut, lengan kanan
bawah.
Nyeri membaik/menghilang dengan istirahat/nitrat.
Faktor pencetus: latihan fisik, stres emosi, udara dingin, dan sesudah
makan.
Gejala yang menyertai: mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin,
cemas, lemas.
Sesak napas (Dispneu):
Dispneu adalah pernapasan yang disadari dan abnormal dengan ciri napas
2.
dari:
Penyakit jantung: koroner, valvular, dan miokardial
Penyakit paru: limitasi aliran udara masuk ke paru (gangguan ventilasi) dan
keadaan hipoksia pada keadaan restriktif, terjadi stimulasi napas karna
hipoksia.
Penyakit deformitas dinding toraks
Sakit otot pernapasan
Obesitas
Anemia, dll.
Riwayat sesak napas sangat penting untuk memperkirakan
penyebab yang mendasari.Kemungkinan penyebabnya adalah emboli paru,
pneumotoraks, udema pulmonal akut, pneumonia, atau obstruksi jalan
14
secara
kontinyu
harus
dilakukan
untuk
mendeteksi
potensi
15
16
Cardiac specific
troponin T (cTnT)
Cardiac specific
Troponin I
4-6 jam
18-24 jam
10 hari
4-6 jam
18-24 jam
10 hari
6. Terapi2,7
Penatalaksanaan pada angina pectoris tidak stabil difokuskan pada tiga hal berikut:
a.
Stabilisasi
plak.
Mencegah
perluasan
atau
perkembangan
trombus
17
hipotensi, maka dosis nitrat harus diturunkan. Apabila nitrat IV masih belum
berhasil menghilangkan nyeri dada, dapat diberi morfin (2,5-5mg)secara IV.
Apabila tidak ada kontraindikasi segera diberikan -blocker. -blocker short
acting lebih diproritaskan sebab jika terjadi efek samping lebih cepat akan
teratasi. Propranolol 10 mg dua kali sehari cukup efektif. Pada pasien yang
memiliki penyakit obstruksi paru kronis, DM atau dyslipidemia dapat diganti
atenolol (50 mg/tablet) atau dganti CCB seperti verapamil atau diltiazem.
Apabila angina amasih takstabil dapat diveri triple theraphy yaitu Nitrat,blocker, dan CCB. -blocker long acting seperti bisoprolol sebaiknya
diberikan sesudah kondisi stabil.
Mencegah perluasan atau perkembangan thrombus intrakoroner
Dosis aspirin menurut berbagai penelitian adalah 160-300 mg.hari (dosis
tunggal). Clopidogrel loading dose 300 mg (4 tablet) juga dianjurkan pada
pasien AP tak stabil diikuti 75 mg/ hari. LMWH lebih disukai daripada
heparin karena cara pembriannya mudah dan dosis tidak perlu disesuaikan
dengan pemeriksaan aPTT 6 jam. LMWH diberikan satu atau dua kali sehari
tergantung preparat selama 5 hari.
Koreksi gangguan hemodinamik dan control factor presipitasi
Koreksi semua factor penyebab disfungsi jantung, misalnya aritmia dengan
obat anti aritmia, gagal jantung dengan kardiogenik atau diuretic, anemia
diberi trasfusi darah, dan seterusnya.
Tindak Lanjut
Berhubung karena angina tak stabil memiliki resiko tinggi terjadi infark miokard
akut (IMA), setelah angina terkontrol, semua penderita dianjurkan untuk
dilakukan angiografi coroner selektif. Mobilisasi bertahap diikuti treadmill tes
untuk menentukan perlunya angiografi kororner merupakan pilihan lain. Bagi
18
penderita yang keadaannya tidak dapat distabilkan dengan obat, maka dianjurkan
intervensi
yang
lebih
agresif
seperti
pemasangan
intraaortic
balloon
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton AC. Hall, JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 2007
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
Edisi V. Jakarta: Interna Publishing. 2010.
3. Santoso M, Setiawan T. Penyakit Jantung Koroner. Cermin Dunia Kedokteran.
2005; 147: 6-9
4. Robbins SL, Cotran RS, Kumar V. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta: EGC.
2007.
5. Libby P, Bonow RO, Mann DL, Zipes DP. Braunwalds Heart Diseases: A
Textbook of Cardiovascular Medicine. Philadelphia: Elsevier. 2008
6. Price, A. Sylvia, Wilson M. Lorraine. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit edisi ke-6. Jakrta: EGC. 2010
7. American Heart Association. Management of Patients with Unstable Angina/ Non
ST Elevation Myocardial Infarction. For a copy of the executive summary (J Am
Coll Cardiol 2007;50:652726; Circulation 2007;116:803877)
20