PENDAHULUAN
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas
dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase
syok) sampai fase lanjut. Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik
secara langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang
banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar Luka
yang disebabkan oleh panas api atau cairan yang dapat membakar merupakan
jenis yang lazim kita jumpai dari luka bakar yang parah. Luka bakar merupakan
jenis trauma dengan angka morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan
suatu penatalaksanaan sebaik-baiknya sejak fase awal hingga fase lanjut. . Luka
bakar dapat terjadi pada setiap orang muda maupun orang tua dan baik laki-laki
maupun perempuan. Luka bakar dapat bervariasi dari cedera ringan yang dapat
dengan mudah dikelola di klinik rawat jalan, untuk luka yang luas dapat
mengakibatkan kegagalan sistem organ dan perawatan yang berkepanjangan di
rumah sakit.1-4
Luka bakar, yang telah mencapai proporsi epidemi dalam beberapa tahun
terakhir, dianggap sebagai masalah kesehatan yang lebih serius daripada epidemi
polio. Dalam beberapa tahun terakhir profesi medis telah mulai mengenal dan
memahami masalah yang terkait dengan luka bakar. Pada 1950-an terdapat kurang
dari 10 rumah sakit di Amerika Serikat yang khusus luka bakar. Sejak saat itu,
telah ada kemajuan yang signifikan dalam memahami masalah luka bakar dan kini
ada sekitar 200 pusat perawatan khusus luka bakar di Amerika Serikat.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan fisiologi kulit
2.1.1 Anatomi kulit
Kulit adalah organ yang terletak paling luar. Luas kulit orang dewasa 2 m2
dengan berat kira-kira 16% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan
vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat
kompleks, elastis dan sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis
kelamin, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh.2
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu
lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada
garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan
adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak. 2
1. Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum
granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale. Stratum korneum adalah
lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang
mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat
menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian
tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit
akan mengendur serta makin kehilangan kontur. 3
2.1.2 Fungsi Kulit
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut2 :
1. Pelindung atau proteksi
Epidermis
terutama
lapisan
tanduk
berguna
untuk
menutupi
5. Penyimpanan.
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
6. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam
lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim muka dapat
masuk melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang sangat
tipis. Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan masuk ke dalam
saluran kelenjar palit, merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam
peredaran darah kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya.
7. Penunjang penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak
halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilanFungsi lain dari kulit
yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah, pucat
maupun konstraksi otot penegak rambut.
2.2.2 Epidemiologi4-5
Menurut The National Institutes of General Medical Sciences, sekitar 1,1
juta luka-luka bakar yang membutuhkan perawatan medis setiap tahun di Amerika
Serikat. Di antara mereka terluka, sekitar 50.000 memerlukan rawat inap dan
sekitar 4.500 meninggal setiap tahun dari luka bakar. Ketahanan hidup setelah
cedera luka bakar telah meningkat pesat selama abad kedua puluh. Perbaikan
resusitasi, pengenalan agen antimikroba topikal dan, yang lebih penting, praktek
eksisi dini luka bakar memberikan kontribusi terhadap hasil yang lebih baik.
Namun, cedera tetap mengancam jiwa.4
Di Amerika Serikat, sekitar 1,1 juta luka bakar dilaporkan per tahun. Ratarata seseorang meninggal akibat luka bakar setiap 2 jam , dan setiap 23 menit
kasus baru dilaporkan. Sekitar 50.000 orang dirawat di rumah sakit. Dari mereka
yang dirawat di rumah sakit, 20.000 yang mengalami luka bakar besar telah
melibatkan paling sedikit 25% dari total permukaan tubuh mereka dan kurang
kebih 4500 pasien dengan luka bakar meninggal, dan sekitar satu juta akan
mempertahankan cacat substansial atau permanen yang dihasilkan dari luka bakar
mereka.5
Insiden puncak luka bakar pada orang dewasa muda terdapat pada umur
20-29 tahun. Diikuti oleh anak umur 9 tahun atau lebih mudah, luka bakar jarang
terjadi pada umur 80 tahun ke atas. 6
Sekitar 80% luka bakar dapat terjadi di rumah. Pada anak umur 3-14 tahun,
penyebab luka bakar paling sering karena nyala api yang membakar baju. Pada
orang dewasa, luka bakar paling sering disebabkan oleh kecelakaan industri
ataupun kebakaran yang terjadi di rumah akibat rokok. 6
2.2.3 Etiologi
Sumber dari luka bakar harus ditentukan terlebih dahulu sebelum dilakukan
evaluasi dan penanganan. Luka bakar dapat dibedakan atas : 4,6
1.
Luka bakar karena suhu, seperti api, radiasi matahari, atau panas dari api
itu sendiri, uap panas, cairan panas, dan benda-benda panas, serta terpapar
oleh suhu rendah yang sangat ekstrim. Kedalaman luka bakar karena suhu
viskositas cairan (biasanya ada kontak lama dengan cairan lebih kental).
Luka bakar karena bahan kimia, seperti berbagai macam zat asam, basa,
dan bahan tajam lainnya. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan
banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat
kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan
zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah
tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri,
3.
2.2.4 Klasifikasi
Luka bakar dibedakan menjadi 2 berdasarkan:
1. Dalamnya luka bakar.
a. Klasifikasi luka bakar menurut Dupuytren
Klasifikasi lama yang diperkenalkan oleh Dupuytren adalah pembagian
derajat luka bakar dalam 6 derajat :
- Luka bakar derajat 1
Luka akibat terkena panas dari api, benda panas dan cairan panas yang
suhunya tidak mencapai titik didih, atau akibat cairan kimia. Biasanya
10
kefatalan.
Luka bakar derajat dua ( derajat tiga dan empat, Dupuytren)
Terjadi destruksi dari seluruh ketebalan kulit. Epidermis dapat
mengalami koagulasi, pengerutan, berupa daerah yang dibatasi oleh
zona yang berwarna kemerahan, dan blister kulit. Dalam beberapa hari,
biasanya dalam beberapa minggu jaringan yang nekrosis akan
mengelupas dan meninggalkan ulcus yang lambat menyembuh. Luka
bakar derajat dua sering memerlukan koreksi bedah plastik untuk
yang
berjalan
lambat.
Bila
eksposurenya
12
13
gambar. Klasifikasi luka bakar Saad M. AlQahtani et al. JBJS Reviews 2014;2:e4
14
Pada anak-anak, kepala dan leher memiliki daerah permukaan yang jauh
lebih besar dari pada orang dewasa dan anggota gerak bawah yang lebih kecil.
Untuk menghindari kesulitan ini bagan seperti bagan lund and browder dapat
digunakan untuk menentukan TBSA luka bakar pada tiap umur. Pada pemeriksaan
ringkas luka bakar yang kecil, satu permukaan tangan pasien dapat digunakan
sebagai penentuan 1% daerah permukaan tubuh. 8
Perlu diingat bahwa satu telapak tangan seseorang adalah 1% dari
permukaan tubuhnya. Pada anak-anak, Bagan menurut Lund dan Browder
membagi lebih akurat tetapi untuk di hafal agak sukar. Oleh karenanya orang
membuat modifikasi saja dari Rule of Nine, modifikasi ini bermacam-macam
namun yang dipilih di sini adalah yang mirip dengan bagan dari Lund dan
Browder. Ditekankan disini umur patokan adalah 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.
14
9
18
18
Umur 15 thn
9
18
18
1
18
18
18
16
9
18
16
umur 5 thn
18
14
14
Antara umur 15 tahun dan 5 tahun, untuk tiap tahun, tiap tungkai berselisih
0,2%. Antara umur 5 tahun dan 1 tahun, untuk tiap tungkai berselisih 0,4%. 7
Derajat dan luas luka bakar tergantung pada banyak faktor seperti jarak
korban dengan api, lamanya eksposure, bahkan pakaian yang digunakan korban
pada waktu terjadinya kebakaran. Komposisi pakaian dapat menentukan derajat
15
keparahan dan luasnya luka bakar. Kain katun murni akan mentransmisi lebih
banyak energi thermal ke kulit dibandingkan dengan bahan katun polyester. Bahan
katun terbakar lebih cepat dan dapat menghasilkan luka bakar yang besar dan
dalam. Bila bahan yang dipakai kandungan poliesternya lebih banyak akan
menyebabkan luka bakar yang relatif ringan atau kurang berat. Bahan rajutan akan
menghasilkan daerah luka bakar yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan
bahan pintalan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bila bahan yang dipakai
bertambah berat maka daerah yang terbakar akan berkurang. Selain itu derajat
luka bakar akan berkurang bila pakaian yang dipakai korban ketat dan
mengelilingi tubuh.
2.2.5
Patogenesis
16
berupa parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi karena
kerapuhan jaringan organ-organ strukturil.
Cedera panas menyebabkan kerusakan pada jaringan dapat dibedakan atas 3
zona, masing-masing yaitu:
1.
panas.
2. Zona statis, daerah dimana terjadi no flow phenomena oleh karena adanya
kerusakan pada endotel, trombosit dan leukosit di pembuluh kapiler, yang
3.
gangguan
17
fungsinya sebagai alat pernafasan, khususnya pertukaran oksigen dengan karbondioksida, kadar oksigen dalam darah sangat rendah dan jaringan hipoksik
mengalami degenerasi yang bersifat irreversibel. Sel-sel otak adalah organ yang
paling sensitif, bila dalam waktu lebih dari 4 menit terjadi kondisi hipoksia, maka
sel-sel otak mengalami kerusakan dan kematian yang menyebabkan kegagalan
fungsi pengaturan di tingkat sentral. Sementara edema paru juga merupakan beban
bagi jantung sebagai suatu pompa. Pada mulanya jantung mampu menjalankan
mekanisme kompensasi namun akhirnya terjadi dekompensasi.
Kegagalan fungsi organ-organ (multi system organ failure/mof) yang
diuraikan diatas tidak terjadi begitu saja dan tidak terlepas dari peran mediatormediator inflamasi seperti sitokin, ekosanoids (prostaglandin, tromboksan dan
radikal bebas,dsb) yang dilepas ke dalam sirkulasi menyusul suatu cedera
jaringan.
Reaksi dari mediator-mediator inflamasi ini dikenal dengan sebutan
systemic inflammation response syndrome/sirs yang merupakan fenomena yang
rumit terjadi dalam beberapa fase. Kondisi klinis yang terlihat adalah suatu
keadaan yang disebut multisystem organ dysfunction/mod akan berakhir dengan
multisystem organ failure, mof ( yang sebelumnya diduga / dikenal sebagai
kondisi sepsis). Dengan kegagalan fungsi organ-organ penting, proses berakhir
dengan kematian. 4
2.2.6
Ada beberapa faktor yang meyebabkan kematian pada kejadian luka bakar,
yaitu:
1. CO Poisoning dan smoke inhalation.
Kebanyakan kematian pada luka bakar biasanya terjadi pada kebakaran
yang hebat yang terjadi pada gedung-gedung atau rumah-rumah bila
dibandingkan dengan kebakaran yang terjadi pada kecelakaan pesawat terbang
atau mobil. Pada kasus-kasus kebakaran yang terjadi secara bertahap maka
CO poisoning dan smoke inhalation lebih sering bertanggung jawab dalam
penyebab kematian korban dibanding dengan luka bakar itu sendiri. CO
poisoning merupakan aspek yang penting dari penyebab kematian pada luka
18
bakar, biasanya korban menjadi tidak sadar dan meninggal sebelum api
membakarnya, ini dapat menjawab pertanyaan mengapa korban tidak
melarikan diri pada waktu terjadi kebakaran. Sehingga dalam menentukan
penyebab dari kematian, maka luas dan derajat luka bakar serta saturasi darah
yang mengandung CO harus dinilai secara hati hati.
Gas CO ini dibentuk dari pembakaran yang tidak sempurna, misalnya
kayu yang terbakar, kertas, kain katun, batu bara yang terbakar akan
menghasilkan gas CO. CO dalam darah merupakan indikator yang paling
berharga yang dapat menunjukkan bahwa korban masih hidup pada waktu
terjadi kebakaran. Oleh karena gas ini hanya dapat masuk melalui absorbsi
pada paru-paru.
Bila CO merupakan penyebab mati yang utama, maka saturasi dalam
darah paling sedikitnya dibutuhkan 40% COHb, kecuali pada orang tua, anakanak dan debilitas dimana pernah dilaporkan mati dengan kadar 25%.
Sebenarnya kadar COHb pada korban yang sekarat selama kebakaran, sering
tidak cukup tinggi untuk menyebabkan kematian. Banyak kasus-kasus fatal
menunjukan 50 60% saturasi, walaupun kadarnya secara umum kurang dari
kadar yang terdapat dalam darah pada keracunan CO murni, seperti
pembunuhan
dengan
gas
mobil
atau
industrial
exposure,
dimana
19
Sianida adalah salah satu gas yang dihasilkan dalam kebakaran, akan
tetapi pada kenyataannya, jumlah sianida yang diproduksi dalam kebakaran
adalah relatif kecil dengan konsentrasi yang sebenarnya tidak membahayakan
dalam kehidupan. Bahkan dalam ruangan yang tertutup yang diberikan gas
sianida murni dengan konsentrasi tinggi, seperti yang terjadi pada kamp-kamp
kematian NAZI ternyata tidak dapat menyebabkan kematian dalam waktu
yang cepat dan kematian tidak terjadi dalam beberapa menit. Deteksi sianida
dalam darah sulit dilakukan apalagi gas ini juga diproduksi postmortem pada
waktu pembusukan.
2. Trauma mekanik.
Kematian oleh karena trauma mekanik biasanya disebabkan karena runtuhnya
bangunan disekitar korban, atau merupakan bukti bahwa korban mencoba
untuk melarikan diri seperti memecahkan kaca jendela dengan tangan. Lukaluka ini harus dicari pada waktu melakukan pemeriksaan luar jenasah untuk
memastikan apakah luka-luka tersebut signifikan dalam menyebabkan
kematian. Trauma tumpul yang mematikan tanpa keterangan antemortem
sebaiknya harus dicurigai sebagai suatu pembunuhan.
3. Anoxia dan Hypoxia.
Kekurangan oksigen dengan akibat hipoksia dan anoksia sangat jarang sebagai
penyebab kematian. Bila oksigen masih cukup untuk menyalakan api maka
masih cukup untuk mempertahankan kehidupan. Sebagai contoh tikus dan lilin
yang diletakkan dalam tabung yang terbatas kadar oksigennya ternyata
walaupun lilin padam lebih dahulu tikus masih aktif berlari disekitarnya.
Radikal bebas dapat diajukan sebagai salah satu kemungkinan dari penyebab
kematian, oleh karena radikal bebas ini dapat menyebabkan surfaktan menjadi
inaktif, jadi mencegah pertukaran oksigen dari alveoli masuk kedalam darah.
4. Luka bakar itu sendiri.
Secara general dapat dikatakan bahwa luka bakar seluas 30 50 % dapat
menyebabkan kematian. Pada orang tua dapat meninggal dengan presentasi
yang jauh lebih rendah dari ini, sedangkan pada anak-anak biasanya lebih
resisten. Selain oleh derajat dan luas luka bakar prognosis juga dipengaruhi
oleh lokasi daerah yang terbakar, keadaan kesehatan korban pada waktu
terbakar. Luka bakar pada daerah perineum, ketiak, leher, dan tangan
20
bakar,
terjadi
perubahan-perubahan
yang
bertahap
yang
dinding alveoli, bronchiolar dan bronchus oleh karena inhalasi asap dan
gas. Kematian terjadi oleh karena korban drowning pada sekresi lendir
yang berlebihan yang diproduksi oleh saluran nafasnya. Mekanisme
kematian ini biasanya timbul dalam beberapa jam, dapat dalam satu atau
dua hari setelah broncho-pulmonary terjadi.
Smoke inhalation ini dapat diikuti oleh fase laten. Dimana pada
fase ini tidak ada gejala-gejala dari obstruksi jalan nafas seperti refleks
bronchospasme dan hipersekresi. Setelah 6 sampai 48 jam kemudian fase
kedua dapat terjadi, yang karakteristik dari fase ini adalah onset dari
edema paru yang terjadi secara tiba-tiba, yang diikuti oleh obstruksi
tracheobronchial yang hebat dan reflek batuk yang tidak efektif yang
kemudian
diikuti
oleh
retensi
dari
sekresi,
atelektase
dan
sirkulasi.
- Kongesti visceral dan melena.
7. Sepsis
Dengan kehilangan kulit yang memiliki fungsi sebagai barier (sawar), luka
sangat mudah terinfeksi. Selain itu, dengan kehilangan kulit yang luas,
terjadi penguapan cairan tubuh yang berlebihan. Penguapan ini disertai
pengeluaran protein dan energi, sehingga terjadi gangguan metabolisme.
Jaringan nekrosis yang ada melepas toksin (burn toxin, suatu lipid protein
kompleks) yang dapat menimbulkan SIRS bahkan sepsis yang
menyebabkan disfungsi dan kegagalan fungsi organ-organ tubuh seperti
hepar dan paru (ARDS), yang berakhir dengan kematian.
8. Curling`s ulcer.
Erosi gaster superficial sering terjadi, bahkan duodenum sering mangalami
ulkus, ini yang pertama kali digambarkan oleh Curling. Post burn ulcer ini
juga terjadi pada esophagus, ileum dan caecum. Insidence ulcus duodenum
yang tercatat di Amerika Serikat adalah lebih dari 5%, sedangkan di
United Kingdom Muir dan Johnes menemukan 18 contoh kasus dari
32.500 kasus yang diobati. Curling`s ulcer ini biasanya berbentuk tegas
punched-out, dengan kedalaman yang bervariasi dari yang hanya di lamina
propria sampai seluruh ketebalan dinding visceral. Secra histology ulcus
ini digambarkan sebagai progresi yang akut tanpa fibroplasia seperti yang
terdapat pada lesi ulkus peptic yang kronik. Sering terjadi perdarahan
submukosa, dan sering terlihat tanpa ulserasi. Sering dijumpai koloni
bakteri, jamur pada kerusakan mukosa ini.
Teori lain dari Curling`s ulcer ini adalah teori yang melibatkan
kerusakan pada endotel kapiler oleh karena toksin yang beredar pada
sirkulasi darah yang diproduksi oleh protein jaringan ikat yang breakdown.
23
dapat
mengakibatkan
korban
terlambat
dalam
penyembuhannya.
2.2.7
pada kecelakaan mobil yang terbakar, sering terlihat bahwa keadaan tubuh korban
yang terbakar sering tidak mencerminkan kondisi saat matinya.
Artefak artefak yang ditemukan pada mayat oleh karena luka bakar:
1. Skin Split.
Kontraksi dari jaringan ikat yang terbakar menyebabkan terbelahnya kulit
dari epidermis dan korium yang sering menyebabkan artefak yang
menyerupai luka sayat dan sering disalah-artikan sebagai kekerasan tajam.
Artefak postmortem ini dapat mudah dibedakan dengan kekerasan tajam
antemortem oleh karena tidak adanya perdarahan dan lokasinya yang
bervariasi disembarang tempat. Kadang-kadang dapat terlihat pembuluh
darah yang intak yang menyilang pada kulit yang terbelah.
2. Abdominal Wall Destruction.
Kebakaran parsial dari dinding abdomen bagian depan akan menyebabkan
keluarnya sebagian dari jaringan usus melalui defek yang terjadi ini.
Biasanya ini terjadi tanpa perdarahan, apakah perdarahan yang terletak
diluar atau didalam rongga abdomen.
3. Skull Fractures.
Bila kepala terpapar cukup lama dengan panas dapat menyebabkan
pembentukan uap didalam rongga kepala yang lama kelamaan akan
mengakibatkan kenaikan tekanan intra cranial yang dapat menyebabkan
terpisahnya sutura-sutura dari tulang tengkorak. Pada luka bakar yang
hebat dan kepala sudah menjadi arang atau hangus terbakar dapat terlihat
24
artefak fraktur tulang tengkorak yang berupa fraktur linear. Disini tidak
penah diikuti oleh kontusio serebri, subdural atau subarachnoid.
4. Pseudo Epidural Hemorrhage.
Artefak umum yang biasanya terdapat pada korban yang hangus terbakar
dan kepala yang sudah menjadi arang adalah pseudo epidural hemorrhage
atau epidural hematom postmortem. Untuk membedakan dengan epidural
hematom antemortem tidak sulit oleh karena pseudo epidural hematom
biasanya berwarna coklat, mempunyai bentukan seperti honey comb
appearance, rapuh tipis dan secara tipikal terletak pada daerah frontal,
parietal, temporal dan beberapa kasus dapat meluas sampai ke oksipital.
5. Non-Cranial Fractures.
Artefak berupa fraktur pada tulang-tulang ekstremitas juga sering
ditemukan pada korban yang mengalami karbonisasi oleh karena terekspos
terlalu lama dengan api dan asap. Tulang tulang yang terbakar
mempunyai warna abu-abu keputihan dan sering menunjukkan fraktur
kortikal pada permukaannya. Tulang ini biasanya hancur bila dipegang
sehingga memudahkan trauma postmortem pada waktu transportasi ke
kamar mayatatau selama usaha memadamkan api. Mayat sering dibawa
tanpa tangan dan kaki, dan mereka sudah tidak dikenali lagi di TKP karena
sudah mengalami fragmentasi.
6. Pugilistic Posture
Pada mayat yang hangus terbakar, tubuh akan mengambil posisi
pugilistic. Koagulasi dari otot-otot oleh karena panas akan menyebabkan
kontraksi serabut otot otot fleksor dan mengakibatkan ekstremitas atas
mengambil sikap seperti posisi seorang boxer dengan tangan terangkat
didepannya, paha dan lutut yang juga fleksi sebagian atau seluruhnya.
Posisi pugilistic ini tidak berhubungan apakah individu itu terbakar pada
waktu hidup atau sesudah kematian. pugilistic attitude atau heat rigor ini
akan hilang bersama dengan timbulnya pembusukan.
2.2.8
26
luka bakar tidak banyak menolong kecuali bila korban dapat bertahan
hidup cukup lama sampai terjadi respon respon radang. Kurangnya
respon tidak merupakan indikasi bahwa luka bakar terjadi postmortem.
Pemeriksaan slide secara mikroskopis dari korban luka bakar
derajad tiga yang meninggal tiga hari kemudian tidak ditemukan reaksi
radang, ini diperkirakan oleh karena panas menyebabkan trombosis dari
pembuluh darah pada lapisan dermis sehinggga sel-sel radang tidak
dapat mencapai area luka bakar dan tidak menyebabkan reaksi radang.
Blister juga bukan merupakan indikasi bahwa korban masih hidup
pada waktu terjadi kebakaran, oleh karena blister ini dapat terjadi secara
postmortem.Blister yang terjadi postmortem berwarna kuning pucat,
kecuali pada kulit yang hangus terbakar.Agak jarang dengan dasar merah
atau areola yang erythematous, walaupun ini bukan merupakan tanda
pasti.
Secara tradisionil banyak penulis mengatakan bahwa untuk dapat
membedakan blister yang terjadi antemortem dengan blister yangterjadi
postmortem adalah dengan menganalisa protein dan chlorida dari cairan
itu. Blister yang dibentuk pada ante mortem dikatakan mengandung
lebih banyak protein dan chloride, tetapi inipun tidak merupakan angka
yang absolute
4. Subendocardial left ventricular hemorrhages.
Perdarahan subendokardial pada ventrikel kiri dapat terjadi oleh karena
efek panas. Akan tetapi perdarahan ini bukan sesuatu yang spesifik
karena dapat disebabkan oleh berbagai mekanisme kematian. Pada
korban kebakaran perdarahan ini merupakan indikasi bahwa sirkulasi
aktif sedang berjalan ketika tereksposure oleh panas tinggi yang tidak
dapat ditolerasi oleh tubuh dan ini merupakan bukti bahwa korban masih
hidup saat terjadi kebakaran.
DAFTAR PUSTAKA
27
1. Moenadjat Y.
7.
28