Anda di halaman 1dari 28

Refarat Ulkus Kornea

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest


ULKUS KORNEA
PENDAHULUAN
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea sampai lapisan stroma
akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak
ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang.
Dikenal dua bentuk ulkus pada kornea yaitu ulkus kornea sentral dan ulkus kornea marginal
atau perifer. 1,2
Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan gangguan
penglihatan di seluruh dunia dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.
Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis
penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. Penyebab ulkus kornea
adalah bakteri, jamur, akantamuba dan herpes simpleks. 1,2
Ulkus kornea biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma yang merusak epitel kornea.
riwayat trauma bisa saja hanya berupa trauma kecil seperti abrasi oleh karena benda asing,
atau akibat insufisiensi air mata, malnutrisi, ataupun oleh karena penggunaan lensa kontak.
Peningkatan penggunaan lensa kontak beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan
yang dramatis terhadap angka kejadian ulkus kornea, terutama oleh Pseudomonas
Aeroginosa. Sebagai tambahan, penggunaan obat kortikosteroid topikal yang mula
diperkenalkan dalam pengobatan penyakit mata penyebabkan kasus ulkus kornea lebih
sering ditemukan. .Perjalanan penyakit ulkus kornea dapat progresif, regresi atau
membentuk jaringan parut. 1,2
Ulkus kornea akan memberikan gejala mata merah, sakit mata ringan hingga berat,
fotofobia, penglihatan menurun dan kadang kotor. Diagnosis dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan klinis yang baik dibantu slit lamp. Pemeriksaan laboratorium seperti
mikroskopik dan kultur sangat berguna untuk membantu membuat diagnosis kausa.
Pemeriksaan jamur dilakukan dengan sediaan hapus yang memakai larutan KOH. 1,
EPIDEMIOLOGI
Insidensi ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia,
sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma,
pemakaian lensa kontak terutama yang dipakai hingga keesokan harinya, dan kadangkadang tidak diketahui penyebabnya. 4
Penelitian di United Kingdom melaporkan beberapa faktor yang berkaitan dengan
meningkatnya resiko terjadinya invasi pada kornea; penggunaan lensa kontak yang lama,
laki-laki, merokok dan akhir musim sejuk (Maret-Juli). Dari penelitian juga didapatkan
insidens terjadinya ulkus kornea meningkat sehingga 8 kali ganda pada mereka yang tidur
sambil memakai lensa kontak berbanding dengan mereka yang memakai lensa kontak
ketika jaga. 4,5,6,7
Ulkus kornea dapat mengenai semua umur. Kelompok dengan prevalensi penyakit yang
lebih tinggi adalah mereka dengan faktor resiko. Kelompok pertama yang berusia di bawah
30 tahun adalah mereka yang memakai lensa ontak dan/atau dengan trauma okuler,

manakala kelompok kedua yang berusia di atas 50 tahun adalah mereka yang mungkin
menjalani operasi mata. 4,5
ANATOMI DAN FISIOLOGI 1,5,6,7
Gambar 3. Anatomi mata
Secara garis besar mata di bagi tiga bagian:

Tunika fibrosa

Tunika fibrosa terdiri dari sklera dan kornea. Sklera berwarna putih merupakan lapisan luar
yang sangat kuat dengan ketebalan 0,3-0,6 mm. Sklera juga merupakan tempat insersi
otot-otot akstraocular. Sementara itu, kornea adalah lapisan yang berwarna bening dan
berfungsi untuk menerima cahaya masuk dan sebagai media refrakta. Pada bagian tengah,
ketebalan kornea 0,52 mm dan pada bagian perifer 0,65 mm. Diameter horizontal kornea
berukuran 11,75 mm dan diameter vertikalnya 10,6 mm. Dari anterior ke posterior tersusun
atas lapisan epitel, membrana Bowmans, stroma, membrana Descements, dan endothel.
Untuk melindungi kornea ini, maka disekresikan air mata sehingga keadaannya selalu basah
dan dapat membersihkan dari debu.4

Tunika Vaskulosa

Tunika vaskulosa merupakan bagian tengah bola mata, urutan dari tengah kebelakang
terdiri dari iris, corpus siliaris, dan koroid. Koroid merupakan lapisan tengah yang kaya akan
pembuluh darah, lapisan ini juga kaya akan pigmen warna. Daerah ini disebut iris. Bagian
depan dari iris ini disebut pupil yang terletak di belakang kornea tengah. Pengaruh kerja
dari otot iris adalah untuk melebarkan atau menyempitkan bagian pupil. Ini diibaratkan
diafragma yang dapat mengatur jumlah cahaya yang masuk pada sebuah kamera.
Disebelah dalam pupil terdapat lensa yang berbentuk cakram dan terdapat otot siliaris. Otot
ini sangat kuat dalam mendukung fungsi lensa mata, yang selalu berkerja untuk
memfokuskan penglihatan. Seseorang yang melihat benda dengan jarak yang jauh tidak
mengakibatkan otot lensa mata berkerja, tetapi apabila seseorang melihat benda dengan
jarak yang dekat maka akan memaksa otot lensa bekerja lebih berat karena otot lensa
harus menegang untuk membuat lensa mata lebih tebal sehingga dapat memfokuskan
penglihatan pada benda-benda tersebut. Pada bagian belakang dan depan lensa ini terdapat
rongga yang terisi cairan bening yang masing-masing disebut Aqueous Humor dan Vitreous
Humor. Adanya cairan ini dapat memperkokoh kedudukan bola mata.4

Tunika Nervosa

Tunika nervosa (retina) merupakan bagian dari mata yang terletak pada bagian depan
koroid. Bagian ini merupakan bagian terdalam dari mata. Lapisan ini lunak namun tipis.
Merupakan suatu struktur sangat kompleks yang terbagi menjadi 10 lapisan terpisah, tediri
dari fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) dan neuron, diantaranya adalah sel ganglion
yang bersatu membentuk serabut saraf optik. Retina tersusun dari 103 juta sel-sel yang
berfungsi untuk menerima cahaya, dan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik. Sel kerucut
bertanggung jawab untuk penglihatan siang hari. Sel kerucut responsive terhadap panjang
gelombang pendek, menengah, dan panjang (biru, hijau, merah). Sel-sel ini terkonsentrasi
di fovea yang bertanggung jawab untuk penglihatan detail seperti membaca huruf kecil.
Sedangkan sel batang berfungsi untuk penglihatan malam. Sel-sel ini sensitif terhadap
cahaya redup dan tidak memberikan sinyal informasi panjang gelombang (warna). Sel
batang menyusun sebagian besar fotoreseptor di retina daerah perifer.4

Kornea (latin cornum=seperti tanduk) adalah sela put bening mata, bagian selaput mata
yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan.
Kornea ini disisipkan ke sklera dilimbus, lekuk melingkar pada persambungan ini disebut
sulkus skleralis. Kornea memiliki diameter horizontal 11-12 mm dan berkurang menjadi 911 mm secara vertikal oleh adanya limbus. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54
mm di tengah, sekitar 0,65 mm di tepi. Kornea memiliki tiga fungsi utama: 1,6
Sebagai media refraksi cahaya terutama antara udara dengan lapisan air mata
prekornea.
Transmisi cahaya dengan minimal distorsi, penghamburan dan absorbsi.
Sebagai struktur penyokong dan proteksi bola mata tanpa mengganggu penampilan
optikal.
Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang terdiri atas: 1
1.

Epitel

- Tebalnya 50 um, terdiri atas lima lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat
mitosis sel, dan sel muda mi terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju
ke depan menjadi sel gepeng. Sel basal berkaitan erat dengan sel basal di sampingnya dan
sel polygonal di depannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.
- Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
2.

Epitel berasal dari ectoderm permukaan.


Membrana Bowman

- Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun
tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
3.

Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.


Stroma

- Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya,
pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen ini
bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang
sampai 15 bulan. keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast
terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat
kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4.

Membrana Descemet

- Membrane aselular; merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel
dan merupakan membran basalnya.

5.

Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, tebal 40 um.
Endotel

- Berasal dari mesotehum, berlapis satu, bentuk heksagonal, tebal 20-40 um. Endotel
melekat pada membran descemet melalui hemidesmosom dan zonula okluden.
Gambar 4. Anatomi koraea
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf
nasosiliar, saraf V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea,
menembus membrana Bowman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel
dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk
sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di
daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.
Kornea bersifat avaskuler, mendapat nutrisi secara difus dari humor aqous dan dari tepi
kapiler. Bagian sentral dari kornea menerima oksigen secara tidak langsung dari udara,
melalui oksigen yang larut dalam lapisan air mata, sedangkan bagian perifer menerima
oksigen secara difus dari pembuluh darah siliaris anterior. 1,5
Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel
terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak
mempunyai daya regenerasi.
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah
depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, di mana 40 dioptri dari 50 dioptri
pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea. Transparansi kornea disebabkan oleh
strukturnya yang seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.4,5,6 Secara klinis, kornea
dibagi dalam beberapa zona yang mengelilingi dan menyatu satu dengan yang lain, seperti
pada gambar di bawah ini: 7
Figure 2-16 Topographic zones of the cornea, (Illustration Christine Gralapp.)
Gambar 5. Topografi dari komea7
ETIOPATOGENESIS
Ulkus kornea terjadi akibat organisme yang memproduksi toksin yang menyebabkan
nekrosis dan pembentukan pus di jaringan kornea. Ulkus kornea biasanya terbentuk akibat
Infeksi oleh bakteri (misalnya stafilokokus, pseudomonas atau pneumokokus), jamur, virus
(misalnya herpes) atau protozoa akantamuba. Penyebab lain adalah aberasi atau benda
asing, penutupan kelopak mata yang tidak cukup, mata yang sangat kering, defisiensi
vitamin A, penyakit alergi mata yang berat atau pelbagai kelainan inflamasi yang
lain.1,2,6,8
Pengguna lensa kontak, terutamanya mereka yang memakainya waktu tidur, bisa
menyebabkan ulkus kornea. Infeksi oleh Protozoa, infeksi dengan Achanthamoeba berkaitan
dengan kebiasaan kebersihan lensa kontak yang buruk (menggunakan air yang tidak steril),
berenang atau berendam di air panas dengan menggunakan lensa kontak. Organisme ini
menyebabkan peradangan yang serius dan seringkali di salah diagnosis dengan virus herpes
simpleks. Keratitis herpes simpleks merupakan infeksi viral yang serius. Ia bisa
menyebabkan serangan berulang yang dipicu oleh stress, paparan kepada sinar matahari,

atau keadaan yang menurunkan sistem imun. 4,7. Pengguna lensa kontak dapat memiliki
komplikasi baik secara langsung atau akibat dari permasalahan yang ada yang diperburuk
dengan pemakaian lensa kontak. Lensa kontak secara langsung bersentuhan dengan mata
dan memicu komplikasi melalui: trauma, mengganggu kelembaban kornea dan
konjungtiva, penurunan oksigenasi kornea, stimulasi respon alergi dan inflamasi, dan
infeksi.12
Hipoksia Dan Hiperkapnia
Akibat kondisi kornea yang avaskular, untuk metabolisme aerobik kornea bergantung pada
pertukaran gas pada air mata. Mata tiap individu memiliki kondisi oksigenasi yang bervariasi
untuk menghindari komplikasi hipoksia. Baik dengan menutup mata maupun memakai lensa
kontak keduanya dapat mengurangi proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida pada
permukaan kornea. Transmisibilitas oksigen (dK / L), yaitu permeabilitas bahan lensa (dK)
dibagi dengan ketebalan lensa (L), merupakan variabel yang paling penting dalam
menentukan pengantaran relatif oksigen terhadap permukaan kornea pada penggunaan
lensa kontak. Pertukaran air mata di bawah lensa kontak juga mempengaruhi tekanan
oksigen kornea. Pada lensa kontak kaku dengan diameter yang lebih kecil dengan
transmissibilitas oksigen yang sama atau lebih rendah dapat mengakibatkan edema kornea
lebih sedikit jika dibandingkan dengan lensa kontak lunak yang diameternya lebih besar
karena pertukaran air mata yang lebih baik. Hipoksia dan hiperkapnia sedikit pengaruhnya
pada lapisan stroma bagian dalam dan endotelium, dimana mereka memperoleh oksigen
dan menghasilkan karbon dioksida ke dalam humor aquous.12
Akibat oksigenasi yang tidak memadai, proses mitosis epitel kornea yang menurun,
menyebabkan ketebalannya berkurang, mikrosis, dan peningkatan fragilitas. Akibat pada
sel-sel epitel ini dapat menyebabkan keratopati pungtat epitel, abrasi epitel, dan
meningkatkan resiko keratitis mikroba. Akumulasi asam laktat pada stroma akibat
metabolisme anaerob menyebabkan meningkatnya ketebalan stroma dan mengganggu pola
teratur dari lamellae kolagen, menyebabkan striae, lipatan pada posterior stroma, dan
meningkatnya hamburan balik cahaya. Hipoksia dan hiperkapnia stroma yang lama
mengakibatkan asidosis stroma, yang dalam waktu singkat akan menimbulkan edema
endotel dan blebs dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan polymegethism sel
endotel. Efek lebih lanjut dari hipoksia adalah hypoesthesia kornea dan neovaskularisasi
baik pada epitel dan stroma. Vaskularisasi stroma dapat berevolusi menjadi keratitis
interstisial, kekeruhan yang dalam, atau kadang-kadang perdarahan intrastromal. Pada
beberapa kasus pemakaian lensa kontak yang lama, kornea menjadi terbiasa dengan
tegangan oksigen baru, dan edema stroma berubah menjadi lapisan stroma yang tipis.12
Alergi Dan Toksisitas
Para pemakai lensa kontak menghadapi berbagai potensial alergen. Lensa kontak
mendorong adhesi dari debris, sehingga tetap bersentuhan dengan jaringan okular. Larutan
lensa kontak dan terutama pengawet di dalamnya menginduksi respon alergi pada individuindividu yang sensitif. Hipersensitifitas thimerosal khususnya dapat menyebabkan
konjungtivitis, infiltrat epitel kornea, dan superior limbus keratokonjunktivitis. Reaksi
terhadap deposit protein pada lensa kontak ini dapat mengakibatkan konjungtivitis giant
papiler. Toksisitas yang dicetus oleh lensa kontak yang tidak bergerak berhubungan dengan
akumulasi yang cepat dari metabolik pada lapisan kornea anterior, yang dapat
mengakibatkan hiperemis pada limbus, infiltrat kornea perifer, dan keratik presipitat.
Komplikasi yang lebih berat akibat toksisitas larutan mengakibatkan keratopati pungtat
epitel.12

Kekuatan Mekanik
Kekuatan mekanik memicu komplikasi pada pengguna lensa kontak termasuk abrasi akibat
pemakaian atau pelepasan lensa yang tidak tepat, atau akibat fitting dan pemakaian lensa
kontak. Lensa kontak kaku yang tajam dapat menyebabkan distorsi kornea atau abrasi.
Pada kasus yang berat, permukaan kornea menjadi bengkok. Keratokonus dapat timbul
akibat kekuatan mekanik kronis dari pemakaian lensa kontak. Permukaan yang terlipat
dapat diakibatkan oleh lensa kontak lunak yang terlalu ketat. Kerusakan epitel dapat terjadi
secara sekunder akibat debris yang terperangkap di bawah lensa. Komplikasi ini sangat
penting mengingat dominannya pemakaian lensa kontak kosmetik pada perempuan.12
Efek Osmotik
Lensa kontak meningkatkan penguapan air mata dan menurunkan refleks air mata,
sehingga kejadian keratopati pungtat epitel meningkat. Permukaan yang kering akibat
rusaknya lubrikasi mata oleh lapisan air mata, sehingga epitel beresiko terjadi cedera
mekanis seperti abrasi dan erosi. 12
Keratitis jamur bisa terjadi setelah trauma kornea yang disebabkan oleh tumbuh-tumbuhan
atau pada mereka dengan imunosuppressi. Keratitis acanthamoeba terjadi pada pengguna
lensa kontak, terutama pada mereka yang coba membuat solusi pembersih sendiri. 12
Faktor resiko terjadinya ulkus kornea adalah mata kering, alergi berat, riwayat kelainan
inflamasi, penggunaan lensa kontak, immunosuppresi, trauma dan infeksi umum. 4,7
Dikenal dua bentuk ulkus pada kornea, yaitu sentral dan perifer. Ulkus biasanya disebabkan
oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi. Beratnya penyakit juga ditentukan oleh
keadaan fisik pasien, besar, dan virulensi inokulum. Infeksi biasanya disebabkan oleh
bakteri, jamur, amuba dan virus. 1,2,5
Ulkus Kornea Tipe Sentral
Ulkus kornea tipe sentral biasanya merupakan ulkus infeksi akibat kerusakan pada epitel.
Lesi terletak di sentral, jauh dari limbus vaskuler. Etiologi ulkus kornea sentral biasanya
bakteri (pseudomonas, pneumokok, moraxela liquefaciens, streptokok beta hemolitik,
klebsiela pneumoni, e.coli, proteous), virus (herpes simpleks, herpes zoster), jamur
(Candida albican, fusarium solani, spesies nokardia, sefalosporium dan aspergilus). 1,2
Mikroorganisme ini tidak mudah masuk ke dalam kornea dengan epitel yang sehat. Terdapat
faktor predisposisi untuk terjadinya ulkus kornea seperti erosi pada kornea, keratitis
neurotrofik, pemakaian kortikosteroid atau imunosupresif, pemakaian obat anestetika lokal,
pemakaian Idoxyuridine (IDU), pasien diabetes melitus dan ketuaan. 1
Hipopion biasanya (tidak selalu menyertai ulkus). Hipopion adalah penggumpalan sel-sel
radang yang tampak sebagai lapisan pucat di bagian bawah kamera anterior dan khas untuk
ulkus kornea bakteri dan jamur. Meskipun hipopion itu steril pada ulkus kornea bakteri,
kecuali terjadi robekan pada membrane Descemet, pada ulkus fungi lesi ini mungkin
mengandung unsur fungus.2
Gambar 6. Ulkus kornea sentral pneumococcal dengan hipopion (pus di bilik mata depan) 9
Ulkus Kornea Tipe Perifer (marginal)

Kebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat sakit. Ulkus ini timbul akibat
konjungtivitis bakteri akut atau menahun, khususnya blefarokonjungtivitis stafilokok dan
lebih jarang konjungtivitis Koch-Weeks. Ulkus ini timbul akibat sensitisasi terhadap produk
bakteri; antibodi dari pembuluh limbus bereaksi dengan antigen yang telah berdifusi melalui
epitel kornea. 2
Ulkus kornea marginal merupakan peradangan kornea bagian perifer berbentuk khas yang
biasanya terdapat daerah jernih antara limbus kornea dengan tempat kelainannya. Sumbu
memanjang daerah peradangan biasanya sejajar dengan limbus kornea. Diduga dasar
kelainannya ialah suatu reaksi hipersensitivitas terhadap eksotoksin Stqfilokokus. Ulkus
yang terdapat terutama di bagian perifer kornea, yang biasanya terjadi akibat alergi, toksik,
infeksi dan penyakit kolagen vaskuler. Infiltrat dan ulkus marginal mulai berupa infiltrat
linear atau lonjong, terpisah dari limbus oleh interval bening, dan hanya pada akhirnya
menjadi ulkus dan mengalami vaskularisasi. Biasanya bersifat rekuren, dengan
kemungkinan terdapatnya Streptococcus pneumonic, Hemophilus aegepty, Moraxella
lacunata dan Esrichia. l,2
Gambar 7. Ulkus kornea perifer
Penyebab dari ulkus kornea adalah: 7,13
Ulkus kornea akibat jamur, yang pernah banyak dijumpai pada para pekerja petanian,
kini makin banyak dijumpai di antara penduduk perkotaan, dengan dipakainya obat
kortikosteroid dalam pengobatan mata. Kebanyakan ulkus jamur disebabkan organisme
oportunis seperti Candida, Fusarium, Aspergillus, Penicillium, Cephalosporium dan lain-lain.
Tidak ada ciri khas yang membedakan macam-macam ulkus jamur ini. Ulkus fungi ini
indolen, dengan infiltrate kelabu, sering dengan hipopion, peradangan nyata pada bola
mata, ulserasi superficial dan lesi-lesi satelit (umumnya infiltrate di tempat-tempat yang
lebih jauh dari daerah utama ulserasi). Lesi utama, dan sering juga lesi satelit, merupakan
plak endotel dengan tepian tidak teratur di bawah lesi komea utama, disertai reaksi kamera
anterior yang hebat dan abses kornea. Terdapat juga kongesti siliaris dan konjungtiva yang
nyata, tetapi gejala nyeri, mata berair dan fotofobia biasanya lebih ringan dibandingkan
dengan ulkus kornea akibat bakteri. Kerokan dari ulkus kornea jamur, kecuali yang
disebabkan Candida, mengandung unsur-unsur hifa; kerokan dari ulkus Candida umumnya
mengandung pseudohifa atau bentuk ragi, yang menampakkan kuncup-kuncup khas.
2,6,7
Bakteri merupakan penyebab paling banyak ulkus kornea. Organisme yang biasanya
terlibat yaitu Pseudomonas aeroginosa, staphylococcus aureus, S. epidermidis.
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza dan Moraxella catarrhalis. Neiseria
species, Corynebacterium dhiptheriae, K. aegyptus dan Listeria merupakan agen berbahaya
oleh karena dapat berpenetrasi ke dalam epitel kornea yang intak. Karakteritik klinik ulkus
kornea oleh karena bakteri sulit untuk menentukan jenis bakteri sebagai penyebabnya,
walaupun demikian sekret yang berwarna kehijauan dan bersifat mukopurulen khas untuk
infeksi oleh karena P aerogenosa. Kebanyakan ulkus kornea terletak di sentral, namun
beberapa terjadi di perifer. Meskipun awalmnya superficial, ulkus ini dapat mengenai seluruh
kornea terutama jenis Pseudomonas aeroginosa. Batas yang maju menampakkan ulserasi
aktif dan infiltrasi, sementara batas yang ditinggalkan mulai sembuh. Biasanya kokus gram
positif, Staphylococcus aureus, S. epidermidis. Streptococcus pneumonia akan memberikan
gambaran tukak yang terbatas, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih abu-abu pada
anak tukak yang supuratif, daerah kornea yang terkena yang tidak terkena akan tetap
berwarna jernih dan tidak terlihat infiltrasi sel radang. Bila tukak disebabkan oleh
Pseudomonas aeroginosa maka tukak akan terlihat melebar secara cepat, bahan purulen

berwarna kuning hijau terlihat melekat pada permukaan tukak. 1,2,7,9,10


Gambar 8. Ulkus kornea bakteri 6,10
KET:

(a)

(b)

Ulkus Kornea Pneumococcus

Ulkus kornea Pseudomonas aeroginosa

(c) Ulkus kornea yang kecil yang disebabkan oleh infeksi Staphylococcus, akibat
penggunaan kontak lensa.
(d)

Ulkus kornea berat yang disebabkan oleh infeksi Pseudomonas Pyocyaneus

Oleh virus, ulkus lebih sering disebabkan oleh virus Herpes simpleks, Herpes Zoster,
Adenovirus. Herpes virus menyebabkan ulkus dendritik, yang bersifat rekuren pada tiap
individu, akibat reaktivasi virus laten di ganglion Gasserian, serta unilateral. Pada virus
Hepes simpleks, biasanya gejala dini dimulai dengan injeksi siliar yang kuat disertai
terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea, kemudian keadaan ini disusul
dengan bentuk dendritik serta terjadi penurunan sensitivitas dari kornea. Biasanya juga
disertai dengan pembesaran kelenjar preaurikuler.1'2'9'10

Gambar 9. Tukak kornea disebabkan oleh infeksi herpes simplex (ulkus dendritik) 9,10
Infeksi oleh Protozoa, infeksi dengan Achanthamoeba berkaitan dengan kebiasaan
kebersihan lensa kontak yang buruk (menggunakan air yang tidak steril), berenang atau
berendam di air panas dengan menggunakan lensa kontak. Organisme ini menyebabkan
peradangan yang serius dan seringkali di salah diagnosis dengan virus herpes simpleks.
Pasien umumnya mengeluh nyeri. Mulanya berupa keratopati pungtata atau pseudodendrit.
Tanda klasik berupa infiltrat cincin dan perineural timbul kemudian.
Gambar 10. Infiltrat berbentuk ring pada ulkus kornea oleh infeksi Achanthamoeba 9,10
Kornea perifer memilki karakteristik morfologi dan imunologi yang berbeda yang
memungkinkan terjadinya suatu reaksi inflamasi. Tidak seperti bagian sentral kornea yang
avaskuler, kornea perifer sangat dekat dengan konjungtiva limbal sebagai sumber nutrisi
melalui kapilernya, sumber sel imunokompeten seperti makrofag, sel Langerhans, limfosit
dan sel plasma. Beberapa stimulus inflamasi pada kornea perifer yang disebabkan oleh
invasi organisme mikroba (bakteri, virus, jamur, parasit), deposit imun kompleks (penyakit
imun sistemik), trauma, keganasan, atau kondisi dermatologi yang menghasilkan respon
imun lokal maupun sistemik, mengakibatkan pengerahan neutropil dan aktivasi komplemen
(baik klasik maupun jalur alternatif) pada jaringan maupun pembuluh darah. Aktivasi
komponen komplemen dapat meningkatkan permeabilitas vaskuler dan menggerakan faktor
kemotaktik untuk neutrofil (C3a, C5a). Neutrofil, menginfiltrasi kornea perifer dan
melepaskan enzim proteolitik dan kolagenolitik, metabolit oksigen reaktif, dan substansi
proinflamasi (platelet-activating-faktor, leukotrin, prostaglandin), menyebabkan disolusi dan
degradasi stroma kornea. Di samping itu, konjungtiva limbal yang mengalami inflamasi
memproduksi kolagenase yang memperberat terjadinya degradasi stroma. Penyakit sistemik
dapat menyebabkan deposit kompleks imun terjadi oleh karena enzim degradatif yang
dilepaskan terutama oleh neutrofil.
GEJALA KLINIS 1,2,6,7,10,11

Gejala klinis pada pasien dengan ulkus kornea sangat bervariasi, tergantung dari penyebab
dari ulkus itu sendiri. Gejala dari ulkus kornea yaitu nyeri yang ekstrirn oleh karena paparan
terhadap nervus, oleh karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, kebanyakan lesi kornea
menimbulkan rasa sakit dan fotopobia. Rasa sakit mi diperhebat oleh gesekan palpebra
(terutama palpebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Karena kornea
berfungsi sebagai jendela bagi mata dan membiaskan berkas cahaya, lesi kornea umumnya
agak mengaburkan penglihatan terutama jika letaknya di pusat. Fotopobia pada penyakit
kornea adalah akibat kontraksi iris beradang yang sakit. Dilatasi pembuluh darah Ms adalah
fenomena refleks yang disebabkan iritasi pada ujung saraf kornea. Fotopobia yang berat
pada kebanyakan penyakit kornea, minimal pada keratitis herpes karena hipestesi terjadi
pada penyakit ini, yang juga merupakan tanda diagnostik berharga. Meskipun berairmata
dan fotopobia umunnya menyertai penyakit kornea, umumnya tidak ada tahi mata kecuali
pada ulkus bakteri purulen. 2
Tanda penting ulkus kornea yaitu penipisan kornea dengan defek pada epitel yang nampak
pada pewarnaan fluoresen. Biasanya juga terdapat tanda-tanda uveitis anterior seperti
miosis, aqueus flare (protein pada humor aqueus) dan kemerahan pada mata. Refleks axon
berperan terhadap pembentukan uveitis, stimulasi reseptor nyeri pada kornea menyebabkan
pelepasan mediator inflamasi seperti prostaglandin, histamine dan asetilkolin. Pemeriksaan
terhadap bola mata biasanya eritema, dan tanda-tanda inflamasi pada kelopak mata dan
konjungtiva, injeksi siliaris biasanya juga ada. Eksudat purulen dapat terlihat pada sakus
konjungtiva dan pada permukaan ulkus, dan infiltrasi stroma dapat menunjukkan opasitas
kornea berwarna krem. Ulkus biasanya berbentuk bulat atau oval, dengan batas yang tegas.
Pemeriksaan dengan slit lamp dapat ditemukan tanda-tanda iritis dan hipopion. 1,2,6,10
DIAGNOSIS 7,11
Diagnosis ulkus kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan
pemeriksaan penunjang. Keberhasilan penanganan ulkus kornea tergantung pada ketepatan
diagnosis, penyebab infeksi, dan besarnya kerusakan yang terjadi. Adapun jenis
pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis adalah:
Anamnesis
Dari riwayat anamnesis, didapatkan adanya gejala subjektif yang dikeluhkan oleh pasien,
dapat berupa mata nyeri, kemerahan, penglihatan kabur, silau jika melihat cahaya, kelopak
terasa berat. Yang juga harus digali ialah adanya riwayat trauma, kemasukan benda asing,
pemakaian lensa kontak, adanya penyakit vaskulitis atau autoimun, dan penggunaan
kortikosteroid jangka panjang.
Pemeriksaan fisis
-

Visus

Didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang mengalami infeksi oleh karena
adanya defek pada kornea sehingga menghalangi refleksi cahaya yang masuk ke dalam
media refrakta.
-

Slit lamp

Seringkali iris, pupil, dan lensa sulit dinilai oleh karena adanya kekeruhan pada kornea.

Hiperemis didapatkan oleh karena adanya injeksi konjungtiva ataupun perikornea.


Pemeriksaan penunjang

Tes fluoresein

Pada ulkus kornea, didapatkan hilangnya sebagian permukaan kornea. Untuk melihat
adanya daerah yang defek pada kornea. (warna hijau menunjukkan daerah yang defek pada
kornea, sedangkan warna biru menunjukkan daerah yang intak).
-

Pewarnaan gram dan KOH

Untuk menentukan mikroorganisme penyebab ulkus, oleh jamur.


-

Kultur

Kadangkala dibutuhkan untuk mengisolasi organisme kausatif pada beberapa kasus.


DIAGNOSIS BANDING 1
Konjungtitivitis
Sakit
Kotoran
Fotofobia
Kornea
Iris
Penglihatan
Sekret
Tekanan
Injeksi
Uji

Kesat

Sering purulen
Ringan
Jernih
Normal
N
(+)

Keratitis/ulkus kornea

Iritis akut

Glaukoma akut

N
Konjungtival
Bakteri

Sedang

Hanya reflex epifora


Flouresein (+++)
(-)
N
Siliar
Sensibilitas
Sedang sampai hebat
Ringan
Hebat
Presipitat
Muddy
(-)
Siliar
Infeksi local

Hebat dan menyebar

tidak ada
Sedang
Edema
Abu-abu kehijauan
(-)
Episkelara
Tonometri
PENATALAKSANAAN 7,11
Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan menghalangi hidupnya bakteri dengan antibiotika,
dan mengurangi reaksi radang dengan steroid. Sampai saat ini pengobatan dengan steroid
masih kontroversi.6 Secara umum ulkus diobati sebagai berikut :
Bila terdapat ulkus yang disertai dengan pembentukan secret yang banyak, jangan
dibalut karena dapat menghalangi pengaliran secret infeksi dan memberikan media yang
baik untuk perkembangbiakan kuman penyebabnya.
Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali sehari
Antisipasi kemungkinan terjadinya glaucoma sekunder
Diberi antibiotika yang sesuai dengan kausa. Biasanya cukup diberi lokal kecuali pada

kasus yang berat.


Terapi kortikosteroid pada peradangan kornea masih kontroversi. Telah diketahui bahwa
pada keratitis telah terjadi kerusakan jaringan baik oleh karena efek langsung enzim litik
dan toksin yang dihasilkan oleh organisme pathogen serta kerusakan yang disebabkan oleh
reaksi inflamasi oleh karena mikroorganisme. Reaksi inflamasi supuratif terutama banyak
sel polimorfonuklear leukosit. Neutrofil mampu menyebabkan destruksi jaringan oleh
metabolit radikal bebasnya maupun enzim proteolitiknya. Alasan yang masuk akal
penggunaan kortikosteroid yaitu untuk mencegah destruksi jaringan yang disebabkan oleh
neutrofil tersebut. Berikut adalah kriteria pemberian kortikosteroid yang direkomendasikan :
3,7,8
Kortikosteroid tidak boleh diberikan pada fase awal pengobatan hingga organisme
penyebab diketahui dan organisme tersebut secara in vitro sensitif terhadap antibiotik yang
telah digunakan.
Pasien harus sanggup datang kembali untuk kontrol untuk melihat respon pengobatan.
Tidak ada kesulitan untuk eradikasi kuman dan tidak berkaitan dengan virulensi lain.
Di samping itu, adanya respon yang memuaskan terhadap pemberian antibiotik sangat
dianjurkan sebelum memulai pemberian kortikosteroid. Kortikosteroid tetes dapat dimulai
dengan dosis sedang (prednisolon asetat atau fosfat 1% setiap 4-6 jam), dan pasien harus
dimonitor selama 24-48 jam setelah terapi awal. Jika pasien tidak menunjukkan efek
samping, frekuensi pemberian dapat ditingkatkan dengan periode waktu yang pendek
kemudian dapat di tapering sesuai dengan gejala klinik. 3,8
Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat tenang, kecuali bila
penyebabnya pseudomonas yang memerlukan pengobatan tambahan 1-2 minggu. Pada
tukak kornea dilakukan pembedahan atau keratoplasti apabila dengan pengobatan tidak
sembuh atau terjadinya jaringan parut yang mengganggu penglihatan. l
KOMPLIKASI
Ulkus kornea dapat berkomplikasi dengan terjadinya perforasi kornea walaupun jarang. Hal
ini dikarenakan lapisan kornea semakin tipis dibanding dengan normal sehingga dapat
mencetuskan terjadinya peningkatan tekanan intraokuler. Jaringan parut kornea dapat
berkembang yang pada akhirnya menyebabkan penurunan parsial maupun kompleks juga
dapat terjadi, glaukoma dan katarak. Terjadinya neovaskularisasi dan endoftalmitis11,
penipisan kornea yang akan menjadi perforasi, uveitis, sinekia anterior, sinekia posterior,
glaucoma dan katarak juga bisa menjadi salah satu komplikasi dari penyakit ini.2,3,6
PROGNOSIS
Prognosis dari ulkus kornea tergantung dari cepat lambannya pasien mendapat pengobatan,
jenis mikroorganisme penyebab, dan adanya penyulit maupun komplikasi. Ulkus kornea
biasanya mengalami perbaikan tiap hari dan sembuh dengan terapi yang sesuai. Jika
penyembuhan tidak terjadi atau ulkus bertambah berat, disgnosis dan terapi alternatif harus
dipertimbangkan. 3,4
DAFTAR PUSTAKA
1. Biswell R. Cornea In Vaughn D, Asbury T, Eva PR, eds. General Ophtalmology 17th ed.
USA Appleton Lange; 2008. p. 126-49
2. Mills TJ, Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis in Emergency Medicine.
Citied on August 9, 2011. Avaible from: http://www.emedicine.com/emerg/topic
115.htm.
3. Netter Atlas of Human Anatomy.
4. Ilyas S. Anatomi dan Fisiologi Mata. Dalam : Ilyas S. Ilmu Penyakit mata Edisi ketiga.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI ; 2008. H.l-13.
5. Riordan P. Anatomy & Embriology of the Eye. In: Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eve P.
General Ophtalmology. 17th ed. USA: Appleton & Lange; 2008. P.8-10

6. Lange Gerhard K.Ophtalmology. 2000. New York: Thieme. P. 117-44


7. Basic and Clinical Science Course. External Disease and Cornea, part 1, Section 8,
American Academy of Ophthalmology, USA 2008-2009 P.38-9
8. Basic and Clinical Science Course. External Disease and Cornea, part 1, Section 8,
American Academy of Ophthalmology, USA 2008-2009 P.179-92
9. Basic and Clinical Science Course. Fundamental and principles of ophthalmology,
section 2, American Academy of Ophthalmology, USA 2008-2009. P. 45-9
10. Ilyas S. Mata Merah dengan penglihatan Turun Mendadak. In: Ilyas S. Ilmu Penyakit
Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2004. P.147-67
11.
Farouqui SZ, Central Sterile Co rnea Ulceration. Citied on August 9 th, 2011.
Available from: www.emedicine.com
12. Boles, SF, MD. Lens Complication & Management QEI Winter 2009 Newsletter. Citied on
August 9 th, 2011.

SKYDRUGZ: Refarat Ulkus Kornea http://skydrugz.blogspot.com/2011/09/ulkuskornea.html#ixzz3SM6j7qWY

Ulkus Kornea, Referat.


TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Definisi
Ulkus Kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai
defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma.
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea.
Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat uuntuk mencegah perluasan
ulkus dan timbulnya komplikasi seperti desmetokel, perforasi, endoftalmitis.
III.2 Etiologi
Penyakit kornea adalah penyakit mata yang serius karena menyebabkan gangguan tajam penglihatan,
bahkan dapat menyebabkan kebutaan. Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan
kornea akibat kematian jaringan kornea.
Ulkus biasanya terbentuk akibat; infeksi oleh bakteri (misalnya stafilokokus, pseudomonas, atau
pneumokokus), jamur virus (misalnya herpes) atau protozoa akantamuba, selain itu ulkus kornea
disebabkan reaksi toksik, degenerasi, alergi dan penyakit kolagen vaskuler. Kekurangan vitamin A atau
protein, mata kering (karena kelopak mata tidak menutup secara sempurna dan melembabkan
kornea).
Faktor resiko terbentuknya antara lain adalah cedera mata, ada benda asing di mata, dan iritasi akibat
lensa kontak.

1.
2.
3.

4.
5.

Ulkus kornea merupakan kematian jaringan kornea yang dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri, jamur, virus atau suatu proses alergi-imunologi yang mengakibatkan hilangnya
sebagian permukaan korneaTerjadinya ulkus kornea biasanya didahului oleh faktor
pencetus yaitu rusaknya sistem barier epitel kornea oleh penyebab-penyebab seperti :
Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata,
sumbatan saluran lakrimal)
Oleh faktor-faktor eksternal yaitu : luka pada kornea (erosi kornea) karena
trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada muka
Kelainan lokal pada kornea, meliputi edema kornea kronik, keratitis exposure
(pada lagoftalmos, anestesi umum, koma), keratitis karena defisiensi vitamin A,
keratitis neuroparalitik, keratitis superficialis virus
Kelainan sistemik, meliputi malnutrisi, alkoholisme, sindrom Steven-Johnson,
sindrom defisiensi imun (AIDS, SLE)
Obat-obatan penurun sistem imun, seperti kortikosteroid, obat anestesi lokal

Patofisiologi Ulkus Kornea


Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan
seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di
permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea,
segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya
kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang
hebat terutama bila letaknya di daerah pupil.
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera
datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan
kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera
bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah
yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru
terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear
(PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna
kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian
dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik
superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit
juga diperberat dengan adanya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada
kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang
meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung
saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi
pada pembuluh iris.

Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel
leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua
arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka
akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika
lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan
ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.

Berdasarkan lokasinya, dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea, yaitu:


Ulkus kornea sentral
Ulkus kornea bakterialis
Ulkus kornea fungi
Ulkus kornea virus
Ulkus kornea acanthamoeba

Ulkus kornea perifer


Ulkus marginal
Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)
Ulkus cincin (ring ulcer)

Ulkus Kornea Bakterialis


Ulkus Streptokokus
Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea
(serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi
ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan
perforasikornea, k arena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.
Ulkus Stafilokokus
Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik k e kuningan disertai infiltrat
berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan
terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun
terdapat hipopion, u lkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.
Ulkus Pseudomonas
Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. Ulkus sentral ini dapat
menyebar ke samping dan ke dalamkornea.Penyerbukan ke dalam dapat
mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. Gambaran berupa ulkus yang
berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadangkadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion
yang banyak.
Ulkus Pneumokokus

Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat
menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik yang
disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna
kekuning-kuningan.Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang
menggaung dan di daerah ini terdapat banyak k uman. Ulkus ini selalu di temukan
hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.
Diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.

Manifestasi Klinis
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa gejala subjektif dan gejala
objektif.
Gejala subjektif berupa eritema kelopak mata dan konjungtiva, sekret mukopurulen,
merasa ada benda asing di mata, pandangan kabur, bintik putih pada kornea pada
lokasi ulkus, mata berair, silau, nyeri. Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit
nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan
lapisan epitel kornea.
Gejala objektif berupa injeksi siliar, hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya
infiltrat, adanya hipopion

Diagnosis

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Pemeriksaan


diagnostik yang biasa dilakukan adalah:
Ketajaman penglihatan
Tes refraksi
Tes air mata
Pemeriksaan slit-lamp
Keratometri (pengukuran kornea)
Respon refleks pupil
Goresan ulkus untuk analisa atau kultur
Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.

Komplikasi

Komplikasi dari ulkus kornea adalah perforasi kornea, uveitis, endoftalmitis.

Pengobatan

Pengobatan umumnya untuk ulkus adalah dengan siklopegik, antibiotik yang sesuai
topical dan subkonjungtiva, dan pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien
tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat, dan perlunya obat
sistemik. Secara umum tukak diobati:
Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi
sebagai incubator
Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali satu hari
Diperhatikan kemungkinan terjadinya glaucoma sekunder
Debridement sangat membantu penyembuhan
Diberi antibiotik yang sesuai dengan kausa. Biasanya diberi local kecuali dalam
keadaan berat.
Prinsip terapi ulkus kornea adalah sebagai berikut:
Benda asing dan bahan yang merangsang harus lekas dihilangkan. Erosi kornea
yang sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.
Pemberian sikloplegika Sikloplegika yang sering digunakan adalah sulfas atropin
karena bekerjannya lama 1-2 minggu. Efek kerja atropin adalah sebagai berikut:
Sedatif, menghilangkan rasa sakit
Dekongestif, menurunkan tanda radang
Menyebabkan paralise m.siliaris dan m.konstriktor pupil. Dengan lumpuhnya
m.siliaris mata tidak mempunyai daya akomodasi sehingga mata dalam keadaan
istirahat. Dengan lumpuhnya m.konstriktor pupil, terjadi midriasis, sehingga
sinekia posterior yang telah terjadi dapat dilepaskan dan dicegah pembentukan
sinekia posterior yang baru

Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas dapat
diberikan sebagai salep, tetes, atau suntikan subkonjunctiva.

Bedah
Tindakan bedah meliputi
Keratektomi superficial tanpa membuat perlukaan pada membran Bowman
Keratektomi superficial hingga membrane Bowman atau stroma anterior
Tissue adhesive atau graft amnion multilayer
Flap konjungtiva
Patch graft dengan flap konjungtiva
Keratoplasti tembus
Fascia lata graft
efinisi Ulkus Kornea

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan
kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya
kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang.2

1.3

Epidemiologi

Menurut Suharjo dan Fatah Widodo, penelitian di RS Sardjito, Yogyakarta, terhadap 57


kasus ulkus kornea dengan tingkat keparahan ringan (43,9%), sedang (31,6%), dan
berat (24,7%). Faktor predisposisi terbanyak adalah trauma (68,4%). Gambaran
mikroskopik dan kultur dari hasil scraping didapatkan basil gram (26,8%), coccus
gram (16,7%), jamur (13,6%), coccus gram + (7,8%), basil gram + (3%), dan yang tidak
terdeteksi (33,4%). Komplikasi yang terjadi perforasi 6 kasus, desmetocel 2 kasus, dan
endopthalmitis 1 kasus. Keberhasilan terapi yang dinilai dari visus didapatkan visus
baik > 6/18 (21,1%), visus rendah <6/18 (17,5%), buta < 3/60 (33,3%), dan
tidak terdeteksi 16 (28,1%).3

1.4

Patofisiologi

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan
seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di
permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea,
segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya
kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang
hebat terutama bila letaknya di daerah pupil.

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera
datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan
kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera
bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang
terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi
infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang
mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh
dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi
kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.3
Kornea mempunyai banyak serabut saraf, maka kebanyakan lesi pada kornea baik
superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit
juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada

kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang
meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf
kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada
pembuluh iris.1

1.5

Etiologi

Infeksi
Infeksi Bakteri

P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella merupakan


penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala klinis
yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen
yang bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.

Infeksi Jamur

Disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan


spesies mikosis fungoides.

Infeksi Virus

Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas
dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah
akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila
mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster,
variola, vacinia (jarang).

Acanthamoeba

Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang
tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh
acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa
kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi
juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air
atau tanah yang tercemar.

Noninfeksi
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.

Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik
dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi
pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi
maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial
saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang
mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi
penghancuran kolagen kornea.

Radiasi atau suhu

Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan
merusak epitel kornea.

Defisiensi vitamin A

Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A


dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun
pemanfaatan oleh tubuh.

Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.


Pajanan (exposure)
Neurotropik
Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)

Granulomatosa wagener

Rheumathoid arthritis

1.6

Klasifikasi

Ulkus kornea dibagi atas :


1. Ulkus kornea sentral
2. Ulkus kornea perifer

1.

Ulkus kornea sentral


Ulkus sentral biasanya merupakan ulkus infeksi akibat kerusakan pada epitel.
Lesi terletak disentral, jauh dari limbus vascular. Hipopion biasanya

menyertai ulkus (tidak selalu). Hipopion adalah pengumpulan sel-sel radang


yang tampak sebagai lapis pucat dibawah kamera anterior dan khas untuk
ulkus kornea bakteri dan fungi. Meskipun hipopion itu steril pada ulkus kornea
bakteri, kecuali terjadi robekan pada membrane descement, pada ulkus fungi
lesi ini mungkin mengandung unsur fungus.
Etiologi ulkus kornea sentral biasanya bakteri (pseudomonas, pneumokok,
moraxela liquefaciens, streptokok beta hemolitik, klebsiella pneumoni, e.coli,
proteus), virus (herpes simpleks, herpes zoster), jamur (kandida albican,
fusarium solani, species nokardia, sefalosforium dan aspergillus),
acanthamoeba.

1.

Ulkus Serpens Akut


Ulkus serpens atau ulkus serpenginosa akut menjalar dengan bentuk
khusus seperti binatang melata pada kornea yang kebanyakan
disebabkan oleh kuman pneumokokkus. Penyakit ini biasa didapatkan
pada petani, buruh tambang, orang-orang dengan hygiene buruk,
orang jompo, penderita glaucoma, pecandu alkohol dan obat bius.
Biasanya ulkus ini didahului oleh trauma yang merusak epitel kornea
dan akibat cacat kornea maka mudah terjadi invasi ke dalam kornea.

2.

Ulkus kornea pseudomonas aerugenosa


Infeksi pseudomonas merupakan infeksi yang paling sering terjadi dan
paling berat dari infeksi kuman patogen gram negatif pada kornea.
Kuman ini mengeluarkan endotoksin dan sejumlah enzik ekstraseluler.
Lesi ulkus yang disebkan pseudomonas aerugenosa mulai di daerah
central kornea. Ulkus central ini dapat menyebar ke samping dan ke
dalam kornea.

3.

Keratomikosis

Keratomikosis adalah suatu infeksi kornea oleh jamur. Biasanya dimulai


dengan rudapaksa pada kornea oleh ranting pohon, daun, dan bagian
tumbuh-tumbuhan. Pada masa sekarang infeksi jamur bertambah
dengan pesat dan dianggap sebagai akibat sampingan pemakaian
antibiotik dan kortikosteroid yang tidak tepat.
Pasien akan merasa sakit hebat pada mata dan silau. Ulkus terlihat
menonjol di tengah kornea dan bercabang-cabang dengan
endothelium plaque. Pada kornea terdapat lesi gambaran satelit dan
lipatan descement disertai hipopion.

4.

Ulkus ateromatosis
Ulkus ateromatosis adalah ulkus yang terjadi pada jaringan parut
kornea. Jaringan parut kornea atau sikatrik pada kornea sangat rentan
terhadap serangan infeksi. Ulkus ateromatosis berkembang secara
cepat kesegala arah. Pada ulkus ateromatosis sering terjadi perforasi
dan diikuti panoftalmitis.
Ulkus ateromatosis biasanya terjadi pada orang yang telah menderita
leukoma sebelumnya. Oleh karena itu kornea menjadi lemah dan tidak
sensitif lagi, inilah yang nanti rentan menjadi infeksi.
Keratoplasty merupakan tindakan yang
pengelihatan masih dapat diselamatkan.

5.

tepat

bila

mata

dan

Kertitis Herpes Simpleks

Keratitis adalah ulkus kornea paling umum dan penyebab kebutaan kornea paling
umum di Amerika. Bentuk keratitis epitelialnya merupakan kelainan mata yang
sebanding dengan herpes labialis, yang memiliki ciri-ciri imunologik dan patologik
yang samainfeksi okular Herpes Simplex Virus (HSV) pada pejamu imunokompeten
biasanya sembuh sendiri, pada pejamu yang lemah imun, termasuk pasien yang
diobati dengan kortikosteroid topikal, perjalannannya dapat kronik dan merusak.

1.

Ulkus kornea perifer

Ulkus perifer merupakan peradangan kornea bagian perifer berbentuk khas yang
biasanya terdapat daerah jernih antara limbus kornea dengan tempat
kelainannya. Diduga dasar kelainannya adalah suatu reaksi hipersensitifitas
terhadap eksotoksin bakteri. Ulkus yang terutama terdapat pada bagian perifer
kornea, biasanya terjadi akibat alergi, toksik, infeksi dan penyakit kolagen
vascular. Biasanya bersifat rekuren, dengan kemungkinan terdapatnya
Streptococcus pneumoniae, Hemophillus aegepty, Moraxella lacunata dan
Esrichia.
Ulkus kornea perifer antara lain berupa:

1.

Ulkus dan infiltrate marginal


Ulkus marginal merupakan peradangan kornea bagian perifer
berbentuk khas yang biasanya terdapat daerah jernih antara limbus
kornea dengan tempat kelainannya. Sumbu memenjang daerah
peradangan biasanya sejajar dengan limbus kornea. Diduga dasar
kelainanya adalah suatu reaksi hipersensitivitas terhadap eksotoksin
stafilokokkus. Penyakit infeksi lokal dapat menyebabkan keratitis
kataral atau keratitis marginal ini. Keratitis marginal kataral biasanya
pada pasien setengah umur dengan adanya blefarokonjungtivitis.
Ulkus yang terdapat terutama dibagian perifer kornea, yang biasanya
terjadi akibat alergi, toksik, infeksi, dan penyakit kolagen vaskuler.
Ulkus marginal merupakan ulkus kornea yang didapatkan pada orang
tua yang sering dihubungkan dengan reumatik dan debilitas. Hampir
50% kelainan ini berhubungan dengan infeksi stafilokokkus.

1. Ulkus Mooren

Ulkus Mooren adalah suatu ulkus menahun superfisial yang dimulai dari
tepi kornea dengan bagian tepinya bergaung dan berjalan progresif tanpa
kecenderungan perforasi. Lambat laun ulkus ini mengenai seluruh kornea.
Penyebab ulkus Mooren sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori
yang diajukan dan diduga penyebabnya hipersensitivitas terhadap protein
tuberkulosis, virus, autoimun, dan alergi terhadap toksin ankilostoma.

1.

Manifestasi Klinis

Gejala Subjektif

Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva


Sekret mukopurulen
Merasa ada benda asing di mata
Pandangan kabur
Mata berair
Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
Fotofobia
Nyeri

Gejala Objektif

1.8

Injeksi siliar
Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
Hipopion

Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium.
Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea. Sering dapat diungkapkan adanya

riwayat trauma, benda asing, abrasi. Adanya riwayat penyakit kornea yang
sebelumnya, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering
kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien
seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi,
virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat
penyakit sistemik, seperti: diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi
imunosupresi khusus.1

Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :


Ketajaman penglihatan
Tes refraksi
Tes air mata
Pemeriksaan slit-lamp
Keratometri (pengukuran kornea)
Respon reflek pupil
Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)

Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura


dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH,
gram atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea dan
diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan
agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.

1.9

Penatalaksanaan

Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata
agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea
tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti
virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid.
Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri,
tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.

Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi kornea
sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik - baiknya. Konjungtuvitis,
dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok,
gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan.
Infeksi pada mata harus diberikan :

Sulfas atropine sebagai salap atau larutan,

Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.


Efek kerja sulfas atropine :

Sedatif, menghilangkan rasa sakit.


Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.
Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.

Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi sehingga mata
dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi midriasis
sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan mencegah
pembentukan sinekia posterior yang baru

Skopolamin sebagai midriatika.


Analgetik.

Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau tetrakain tetapi
jangan sering-sering.

Antibiotik

Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas
diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus
sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan
juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali.

Anti jamur

Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat komersial


yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi :
1.
Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal amphotericin B 1, 2, 5 mg /
ml, Thiomerosal 10 mg / ml, Natamycin > 10 mg / ml, golongan Imidazole
2.

Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin, Imidazol

3.

Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol

4.

Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis anti biotic

Anti Viral

Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal untuk
mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi sekunder
analgetik bila terdapat indikasi.
Untuk herpes simplex diberikan pengobatan IDU, ARA-A, PAA, interferon inducer.
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak
berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan,
kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi
beberapa kriteria yaitu :
1.

Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita

2.

Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.

3.

Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.

1.10

Komplikasi

Komplikasi yang paling sering timbul berupa:

1.11

Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat


Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis
Prolaps iris
Sikatrik kornea
Katarak
Glaukoma sekunder

Prognosis

Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya
mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya
komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang
lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan

lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya


menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan
penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi
pada penggunaan antibiotika, maka dapat menimbulkan resistensi

Anda mungkin juga menyukai