Anda di halaman 1dari 1

4

GAGASAN

Sabtu
29 MEI 2010

PERSPEKTIF

Nasib Century

limaks penyelidikan kasus pemberian dana talangan Bank Century terjadi saat awal Maret lalu, ketika
rapat paripurna yang dipantau jutaan rakyat melalui tayangan siaran televisi akhirnya memberikan kemenangan untuk Opsi C. Opsi yang dipilih mayoritas anggota
yang berasal dari Fraksi Golkar, Fraksi PKS, Fraksi PPP,
Fraksi PDIP, Fraksi Hanura, dan Fraksi Gerindra tersebut
intinya menyatakan bahwa telah terjadi kesalahan dalam
pemberian dana talangan atau bailout Bank Century sebesar 6,7 triliun rupiah.
Setelah klimaks yang menghasilkan putusan politis itu,
kasus Bank Century seperti hilang ditelan isu-isu besar yang
muncul silih berganti. Tetapi, ketika soal ini ditanyakan kepada institusi penegak hukum, baik kepolisian, kejaksaan,
maupun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), jawabannya pasti, yakni kasus tersebut masih terus diselidiki dan
ditindaklanjuti.
Perkembangan
dan
dinamika poliMasyarakat menanti
tik ikut memengaruhi
keseriusan penanganan
pandangan Dewan
kasus yang telah menyita
Perwakilan
Rakyat
(DPR) dalam meninenergi ini.
daklanjuti hasil penyelidikan hak angket
Century. Perdebatan panjang antara membentuk sebuah
tim pengawas atas kelanjutan hasil opsi C dan mengusung
pengajuan hak menyatakan pendapat berakhir dengan disetujuinya pembentukan tim pengawas. Adapun pengajuan
hak menyatakan pendapat ditolak. Maklum, hak terakhir
itu bisa berimplikasi politik sangat jauh bila diteruskan.
Tim pengawas inilah yang masih melanjutkan pantauan
atas kinerja aparat penegak hukum terhadap rekomendasi
Pansus Hak Angket sesuai dengan opsi yang dimenangkan
dalam pemungutan suara di Paripurna DPR 3 Maret 2010.
Tim pengawas seolah-olah tidak ingin mendapat sorotan
masyarakat yang pada awalnya sangat memberi dukungan
terhadap proses dan kinerja Pansus Century.
Pemanggilan Kapolri dan Jaksa Agung pun dilakukan
tim pengawas. Pada Rabu (26/5), Jaksa Agung Hendarman
diminta memaparkan perkembangan penanganan kasus
Bank Century. Sebelumnya, pada Rabu (19/5), Kapolri juga
memberikan informasi sekitar tugas kepolisian melanjutkan rekomendasi DPR tersebut.
Tetapi, dua institusi penegak hukum tersebut, oleh tim
pengawas, dinilai sangat mengecewakan. Sebab, baik Kapolri Bambang Hendarso Danuri maupun Jaksa Agung
Hendarman Supandji tidak mendasarkan pada opsi C yang
diputuskan DPR itu.
Bahkan saat Kapolri melaporkan perkembangan penanganan Century, banyak interupsi. Pasalnya, paparan Kapolri, oleh kalangan anggota tim pengawas, disimpulkan
berdasarkan opsi A yang intinya tidak ada kesalahan dalam
pemberian dana talangan ke Century. Rapat dengan Kapolri akhirnya ditunda hingga pekan depan.
Akan halnya dengan Jaksa Agung Herdarman, sudah
sangat ditegaskan bahwa pihak Kejagung tidak akan memanggil mantan Gubernur Bank Indonesia Boediono dan
mantan Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan Sri Mulyani. Alasan Kejagung, hal itu sudah dilakukan KPK. Apabila KPK menyerahkan hasil penyidikan, barulah Kejagung
melanjutkan. Hal itu didasarkan atas UU No 30 Tahun 2002,
yakni kejaksaan tidak bisa masuk karena kasusnya sama.
Dengan perkembangan terakhir penanganan kasus Bank
Century ini, kita tinggal berharap kepada KPK. Komisi yang
diharapkan bisa menjelaskan kasus ini dengan jernih siapa
saja yang sesungguhnya bersalah mestinya bisa lebih cepat
menanganinya. Masyarakat menanti keseriusan penanganan kasus yang telah menyita energi ini.
Jika hasil kerja Pansus Hak Angket Century yang telah
menghabiskan anggaran, energi, dan emosi publik ternyata kemudian secara hukum tidak membuktikan adanya kesalahan sebagaimana tercantum dalam Opsi A, penyelidikan politik melalui pengajuan hak angket itu bisa
dibilang sia-sia.
Kita harus memberi kepastian sekaligus memberi pendidikan politik kepada masyarakat bahwa sepanjang terjadi kesalahan dalam pengambilan suatu kebijakan, atau
sebaliknya kebijakan itu sudah benar, namun karena adanya berbagai kepentingan politik membuat kebijakan tersebut dipertanyakan, ranah hukumlah yang paling berhak
memutuskannya. Jadi, kita tunggu saja bagaimana KPK bekerja menangani kasus Century tersebut. 

RUANG PEMBACA
Pentingnya Hutan bagi Indonesia
Kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono BY
ke Norwegia dalam rangka mewakili Indonesia pada Oslo
Planet and Forest Conference 25-28 Mei 2010.
Hutan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan. Dengan adanya hutan, alam terjaga dengan baik. Bisa
kita bayangkan jika hutan Indonesia gundul dan tandus.
Tak diragukan lagi, bencana akan terus-menerus mendera
Indonesia.
Presiden sebagai panglima tertinggi TNI memberikan
arahan agar siapa pun yang terlibat pembalakan liar harus
ditindak tegas.
Melalui surat pembaca ini, setidaknya saya secara pribadi memberikan sebuah pandangan dan ajakan tentang
arti pentingnya sebuah pelestariaan alam yang menjadi
tanggung jawab bersama. Kunjungan Presiden ke Norwegia rencananya untuk menghadiri konferensi yang membahas pengelolaan hutan dan perubahan iklim.
Akankah kita terus-menerus membiarkan hutan hilang?
Sebuah kebanggaan bagi Indonesia karena Presiden Yudhoyono ditunjuk sebagai co-chairman dalam konferensi
itu.
Jamaludin
Jalan Manggis III No. 27
Tanjung Duren Jakarta Barat

Setiap tulisan Gagasan/Perada yang dikirim


ke Koran Jakarta merupakan karya sendiri dan
ditandatangani. Panjang tulisan maksimal enam ribu
karakter dengan spasi ganda dilampiri foto, nomor
telepon, fotokopi identitas, dan nomor rekening bank.
Penulis berhak mengirim tulisan ke media lain jika dua
minggu tidak dimuat. Untuk tulisan Ruang Pembaca
maksimal seribu karakter, ditandatangani, dan dikirim
melalui email atau faksimile redaksi. Semua naskah
yang masuk menjadi milik Koran Jakarta dan tidak
dikembalikan. Redaksi tidak bertanggung jawab terhadap
semua isi tulisan.

KORAN JAKARTA

Bahasa sebagai Praktik Sosial


Oleh: Juneman

agi para ilsuf dan


psikolog bahasa,
banyak permasalahan manusia
timbul mulai dari persoalan
linguistik, baik salah menggunakan maupun penyalahgunaan bahasa. Bahasa bukan hanya merupakan
sarana pasif pengekspresi pikiran dan
emosi kita, melainkan juga praktik sosial.
Tampak sederhana. Namun, Aldhous (2009) menyebutnya Psychiatrys
Civil War. Beragam kepentingan politik-sosial-ekonomi bermain di balik
perang ini. Disadari bahwa bahasa
memiliki implikasi praktis. Deinisi suatu gangguan jiwa memiliki kekuatan
yang dapat melegitimasi banyak pihak
untuk memperlakukan sekelompok
orang yang disebut mengalami gangguan jiwa tertentu. Ironisnya, di Indonesia, banyak contoh yang menunjukkan
masalah terkait bahasa.
Pada tingkat makro, misalnya, perubahan visi Kementerian Pendidikan
Nasional dari Membentuk Insan Indonesia Cerdas Kompetitif (2005-2009)
menjadi Cerdas Komprehensif (20102014) ternyata belum dapat dikenali
perbedaan dan sekuens logisnya oleh
para guru yang tergabung dalam mailing list klubguruindonesia@yahoogroups.com (lihat, arsip diskusi nomor
26539, April 2010, dst).
Hal itu berpotensi menimbulkan masalah praktis. Pada tingkat mikro, misalnya, para ahli psikologi telah bersepakat
bahwa makna inteligensi (kecerdasan)
tidak memuat gagasan mengenai pengetahuan faktual ataupun motivasi.
Artinya, bila orang sedikit mengetahui
atau bahkan tidak tahu sedikit pun tentang suatu topik (atau, tidak meminati
topik tersebut), kita tidak dapat serta
merta mengatakan ia kurang atau tidak
cerdas. Namun, percakapan sehari-hari
masyarakat mengandaikan bahwa cerdas sama dengan lulus ujian SMP/SMU
favorit, masuk PTN, sehingga dimanfaatkan oleh pihak yang pandai melihat
peluang kekacauan penggunaan bahasa ini dengan menghadirkan solusi
yang disebut Kapsul Kecerdasan.
Semakin rumit lagi saat unsur budaya dimasukkan. Kita mengikutkan

anak-anak kita dalam pelatihan


peningkatan harga diri (self-esteem) suatu konsep dari Barat.
Silakan membuka Google.com,
masukkan kata kunci pelatihan
harga diri. Kita menggebu-gebu mengadakan seminar/pelatihan tentang harga diri , barangkali tanpa pula memahami secara
persis harga diri yang bagaimanakah
yang kita maksudkan. Heine (2001)
hwa ketimbang
bahkan menyatakan bahwa
emandang diriharga diri (individu memandang
ang Asia Timur
nya secara positif ), orang
ng lain memanlebih konsen bahwa orang

Penulis berharap bahwa

penjernihan bahasa dan


modifikasi diskursus sebagai
praktik sosial sungguh-sungguh
diperhatikan oleh segenap
pemangku kepentingan terkait
pendidikan nasional.

merupakan cara-cara orang berada di


dunia, atau bentuk-bentuk kehidupan
seseorang yang mengintegrasikan bahasa dengan praktik-praktik sosial lain
(perilaku, nilai, cara pandang, identitas
sosial, posisi badan, pakaian).
Ada diskursus primer dan sekunder.
Diskursus primer menyusun pengertian awal kita mengenai siapa kita, dan
umumnya tersusun di rumah/keluarga/komunitas terdekat. Diskursus sekunder dipraktikkan
seseorang sebagai
bagian dari sosialisasinya dalam berbagai
kelompok di
luar sosialisasi
awal;
primer
seperti akuisisi
dan pembela-

dang dirinya secara positif.


itif. Ini
fakta psikokultural. Istilah
stilah
ajah/
other-esteem dan wajah/
cok
muka (face) lebih cocok
bagi mind orang Asia dariaripada self-esteem. Bagi Philips
Hwang (2000), other-esteem
eem jusns kreatif
tru merupakan respons
ang terterhadap masyarakat yang
obsesi dengan promosi diri.
Ia berhasil menunjukkan
kan
bahwa akar dari banyak
ak
nmasalah bukanlah rendahnya harga diri.
ga
Belakangan ini juga
marak dikabarkan innsiden bunuh diri siswa seeya
kolah karena keluarganya
yar
tidak mampu membayar
na
uang sekolah atau karena
ulis
gagal lulus ujian. Penulis
anak
mengibaratkan anak-anak
eperti
yang bunuh diri ini seperti
seorang Indonesia yangg belajar suatu bahasa asing (misal,
da suatu
bahasa Inggris), lalu pada
titik ia tidak mau lagi menggunakan bahasa Indonesia-nya.
Dalam membuat analogi tersebut,
penulis terilhami oleh teori JP Gee
(1996, 2001) tentang diskursus. Gee
adalah ahli psiko/sosiolinguistik lulusan Universitas Stanford. Diskursus

KORAN JAKARTA/GANDJAR DEWA

jaran di masjid/gereja, geng, sekolah,


kantor.
Ketika seseorang belajar bahasa
asing, ia menyerahkan dirinya (aktif ),
seperti orang magang, pada berbagai
diskursus sekunder terkait (pelajaran
bahasa Inggris di sekolah, klub toastmaster, kursus bahasa Inggris, atau

bermukim di negara native speakers).


Umumnya, orang tua pelajar ikut memotivasi sehingga diskursus primer
dikatakan mendukung diskursus sekunder.
Yang terjadi pada orang bunuh diri
adalah ketegangan antara diskursus
sekunder dan primer. Diskursus sekunder dapat berupa budaya instan yang
dipelajari melalui tayangan televisi,
semangat kompetitif berlebihan yang
ditanamka sekolah, dan sebagaiditanamkan
nya. Da
Dapat dipahami, misalnya,
anak yang keluarganya tidak
mam
mampu
membayar uang
sek
sekolah
atau gagal menjad bintang lalu bunuh
jadi
dir langsung atau tak
diri,
la
langsung.
Inti tindakann dilatarbelakangi satu
nya
h berhenti/runtuhnya
hal:
d
diskursus
sekunder (vital) sang anak. Ini terjadi karena, pertama,
anak
memenangkan
diskursus sekundernya.
Diskursus
sekunder seD
demikian memborbardir
d
d
dan
membadan pada
an
anak (misalnya, keyakinan bahwa ji
jika tidak lulus ujian nasional berarti iia bodoh atau tidak berguna). Dalam keadaan konliktual ini,
anak mengorbankan
mengorba
diskursus primer.
Orang tua lam
lama tidak menyadari dan
seketika tidak mampu mengimbangi
keadaan ini. P
Persis ketika seseorang
memutuskan u
untuk tidak lagi menggunakan bahasa
bahas ibunya karena bahasa
asingnya telah mendarah daging tanpa
bisa diubah lagi.
lag
Kedua, diskursus
disku
sekunder mencaplok diskursus primer. Hal ini terjadi,
misalnya, ketik
ketika orang tua malah ikut
habis-habisan (sampai berutang sanasini) mendukung
mendukun anaknya dengan SMS
sebanyak-bany
sebanyak-banyaknya dengan harapan
anaknya menja
menjadi idola Indonesia dalam waktu singkat.
singk
Akhirnya, p
penulis berharap bahwa
penjernihan bahasa
ba
dan modiikasi diskursus sebagai praktik sosial sungguhsungguh diper
diperhatikan oleh segenap
pemangku kepentingan terkait pendidikan nasional. Semoga. 
Penulis adalah Pengurus
Himpunan Psikologi Indonesia
Wilayah DKI Jakarta.

PERADA

INFO BUKU

Kegigihan Seorang Single Parent


: Tuhan, Buatkan Ayah untuk Aku, Ya
Penulis : Emmy Kuswandari
Penerbit : Kanisius Yogyakarta
Tahun : I, Maret 2010
Tebal
: 184 halaman
Harga : Rp35.000

Judul

anyak faktor yang mendorong


seorang perempuan akhirnya
memutuskan untuk menjadi
orang tua tunggal alias single parent.
Keputusan itu pasti diambil dengan
pertimbangan yang sangat berat,
mengingat beban yang mengadang
pastilah tidak ringan, apalagi jika kondisi ekonomi kurang mendukung.
Emmy Kuswandari, penulis buku
yang berisi pengalaman hidupnya ini,
menyadari kebimbangan atas situasi
yang dihadapi. Namun, kekuatan untuk mengasuh buah cintanya semata
wayang, Benaeng Ulunati Bhumy,
yang lahir di RP Panti Rapih, Yogyakarta, melalui operasi caesar, 20 April
2004, itu mengalahkan segalanya.
Karena buah hati Benaeng Ulunati
Bhumy yang berarti beningnya kalbu
atau jiwa, sang bunda, Emmy, punya
kekuatan untuk memutuskan menjadi
single parent. Sebuah permintaan
maaf dan janji diucapkan, ketika
permata penguat hidup masih dalam
kandungan. Maafkan bunda dengan
keputusan ini. Maafkan bunda bila
dalam pertumbuhanmu nanti tidak
ada belaian kasih sayang dari ayah.
Bunda tahu itu akan berat buat kamu
dan bunda. Tapi bunda berjanji akan
menjadi ibu dan ayah buat kamu.
Bunda berjanji akan jadi teman dan
pengasuhmu. Biarkan aku menjadi
bunda yang hebat, seperti janjiku
dulu. (hal 29)
Siapa ayah Bhumy? Emmy tidak
menyebutkan nama jelasnya. Sang

Pelajaran berharga yang

terkandung dalam buku


ini sangat bermanfaat bagi
kita, terutama kaum wanita.
Meski tidak menyesali,
penulis mengungkapkan kata
hatinya bahwa kekasihnya
berbohong.

ayah hanya disebut berada di negeri


unta yang kaya real (mungkin Arab
Saudi atau negara Arab lain). Tetapi
sebagai seorang ibu, ia menasihati
sang anak, Jangan mendendam pada
ayah. Bagaimanapun dia ayah yang
baik buat kita. Dia sudah menyayangi
kita dengan caranya sendiri. Bunda
tidak melarangmu untuk berkomunikasi, karena bagaimanapun dia ayah
kandungmu. Benih, darah, keringat,
dan air matanyalah yang membuat
kamu ada di rahim bunda. Kamu
adalah wujud cinta kami, nak. Kamu
jangan hujat, jangan kamu berontaki.
Penulis buku ini adalah mantan
wartawati koran sore, Sinar Harapan. Sebelumnya, dia meniti karier
di bidang jurnalistik melalui radio
Bikima Yogyakarta sebagai penyiar.
Radio yang kemudian berubah nama
menjadi Radio Sonora inilah yang
mengantar penulis ke Amerika Serikat

(2000) untuk belajar rule of law and


independent press yang difasilitasi
Deplu AS. Kini, penulis bekerja sebagai Corporate Communication and
Public Relation Sinar Mas.
Membaca buku ini, ibarat membuka lembar-lembar kehidupan
seorang manusia yang gigih mempertahankan suatu kehidupan, dan
berharap kehidupan itu akan lebih
baik dan lebih baik. Suka duka pengalaman cinta, susah senang memelihara buah hati, mulai dari kandungan,
hingga tumbuh menjadi putra yang
mengilhami, mendorong, menguatkan, dan tumpuan harapan sang
bunda, diceritakan dengan jujur, terbuka, dan bahasa yang enak dibaca.
Ketika sang permata hati suatu
ketika berdoa, Tuhan, buatkan ayah
untuk aku, ya, pasti pembaca akan
terenyuh. Beribu kata bisa lahir untuk
mengungkapkan suasana batin sang
bunda mendengar kata-kata seperti
itu.
Buku ini tidak bertele-tele, juga
tidak membawa misi yang berat. Tapi,
kandungan pesannya sangat mendalam. Ketabahan, kegigihan, keikhlasan, dan konsistensi sikap atas keputusan yang diambil membuka jalan
bagi penulis sebagai seorang single
parent untuk mampu membesarkan
buah cintanya.
Pelajaran berharga yang terkandung dalam buku ini sangat bermanfaat bagi kita, terutama kaum wanita. Meski tidak menyesali, penulis
mengungkapkan kata hatinya bahwa
kekasihnya berbohong. Tapi, cinta
mengalahkan keraguan itu. Buahnya,
catatan harian yang sungguh menarik
untuk dibaca dan direnungi bersama
ini. Jangan sia-siakan hidup. 
Peresensi adalah Suradi, SS,
wartawan Koran Jakarta

: Great Motivation
Smart Communication
Penulis : Andrew Ho, Ponjian
Liaw
Penerbit : Gramedia Pustaka
Utama
Tahun : I Juni 2010
Tebal
: 256 halaman
Harga
: Rp58.0000

Judul

Motivasi dan komunikasi


adalah dua faktor elementer dan
fundamental kesuksesan yang
saling melengkapi. Motivasi yang
tepat akan mendorong lahirnya
gaya komunikasi yang penuh
semangat, santun, indah, dan
terarah menuju tujuan yang ingin
dicapai.
Andrew Ho dan Ponijan Liaw,
melalui buku ini, bertutur secara
terstruktur dan terukur lewat
beragam kisah dan pengamatan yang inspiratif, stimulatif,
kontemplatif, dan atraktif untuk
membantu setiap orang menginternalisasikan kedua unsur
tersebut, bukan hanya di ruang
kognisi berupa teori belaka
melainkan juga di ruang praktik
sehari-hari.
Aktivitas aktif ini, dalam jangka
waktu tertentu, akan mengkristalkan dan mengintegrasikan hawa
motivasi dan gaya komunikasi itu
secara lebih permanen dalam diri
seseorang. 

Pemimpin Redaksi: M Selamet Susanto Wakil Pemimpin Redaksi: Adi Murtoyo Asisten Redaktur Pelaksana: Suradi SS. Redaktur: Adiyanto, Alian, Alfred Ginting, Antonius Supriyanto, Dhany R Bagja,
Diapari Sibatang Kayu, Khairil Huda, Lili Hermawan, M Husen Hamidy, Sriyono Faqoth, Suli H Murwani, Yoyok B Pracahyo, Yuniawan Wahyu Nugroho. Asisten Redaktur: Ade Rachmawati Devi, Ahmad
Puriyono, Mas Edwin Fajar, Nala Dipa Alamsyah, Ricky Dastu Anderson, Sidik Sukandar, Susiyanti, Syarif Fadilah, Tri Subhki R. Reporter: Agung Wredho, Agus Supriyatna, Anzar Rasyid, Benedictus Irdiya

Setiawan, Bram Selo, Budi, Citra Larasati, Dini Daniswari, Didik Kristanto, Donald Banjarnahor, Doni Ismanto, Eko Nugroho, Hansen HT Sinaga, Haryo Brono, Haryo Sudrajat, Hendra Jamal, Henry Agrahadi,
Houtmand P Saragih, Hyacintha Bonafacia, Im Suryani, Irianto Indah Susilo, Irwin Azhari, Merta Anduri, Muchammad Ismail, Muhammad Fachri, Muhammad Rinaldi, Muslim Ambari, Nanik Ismawati,
Rahman Indra, Setiyawan Ananto, Tya Atiyah Marenka, Vicky Rachman, Wachyu AP, Xaveria Yunita Melindasari, Yusti Nurul Agustin Koresponden: Budi Alimuddin (Medan), Noverta Salyadi (Palembang),
Agus Salim (Batam), Henri Pelupessy (Semarang), Eko Sugiarto Putro (Yogjakarta), Selo Cahyo Basuki (Surabaya) Kepala Sekretariat Redaksi: Debora Awuy Bahasa: Yanuarita Puji Hastuti Desain Grafis:
Yadi Dahlan.
Penerbit: PT Berita Nusantara Direktur Utama: M Selamet Susanto Direktur: Adi Murtoyo.
CEO: T. Marx Tobing Managing Director: Fiter Bagus Cahyono Associate Director: Woeryadi Kentoyo Manajer Akuntansi & Keuangan: Djono Manajer Iklan: Diapari Sibatangkayu Manajer IT: Parman
Suparman Asisten Manajer Sirkulasi: Turino Sakti Asisten Manajer Distribusi: Firman Istiadi Alamat Redaksi/Iklan/Sirkulasi: Jalan Wahid Hasyim 125 Jakarta Pusat 10240 Telepon: (021) 3152550 (hunting)

Faksimile: (021) 3155106. Website: www.koran-jakarta.com E-mail: redaksi@koran-jakarta.com


Tarif Iklan: Display BW Rp 28.000/mmk FC Rp 38.000/mmk, Advertorial BW Rp 32.000/mmk FC Rp 40.000/mmk, Laporan Keuangan BW Rp 17.000/mmk FC Rp 32.000/mmk, Pengumuman/Lelang
BW Rp 9.000/mmk, Eksposure BW Rp 2.000.000/kavling FC Rp 3.000.000/kavling, Banner Halaman 1 FC Rp 52.000/mmk, Center Spread BW Rp 35.000/mmk FC Rp 40.000/mmk, Kuping (Cover Ekonomi
& Cover Rona) FC Rp 9.000.000/Kav/Ins Island Ad BW Rp 34.000/mmk FC Rp 52.000 Obituari BW Rp 10.000/mmk FC Rp 15.000/mmk, Baris BW Rp 21.000/baris, Kolom BW Rp 25.000/mmk, Baris Foto
(Khusus Properti & Otomotif ) BW Rp 100.000/kavling

Wartawan Koran Jakarta tidak menerima uang atau imbalan apa pun dari narasumber dalam menjalankan tugas jurnalistik

Anda mungkin juga menyukai