ABSTRAC
Hasan Muhammad di Tiros political idea about Nation State Conception constitute ideas that interposed by
Hasan Muhammad di Tiro how to form an ideal state of same basis. On basically Acheh constitutes ex Acheh
Darussalam Monarchy that have sovereign and avowed by International. This one wants to be rendered by Hasan
Muhammad di Tiro in a Succecor State of Acheh Darussalam. Hasan Muhammad di Tiros idea then gives
importance of Acheh national history and develops nationalism taste of Achenese. This research intent for
analizing of Hasan Muhammad di Tiros political idea about nation state conception, and knows political idea
influence of Hasan Muhammad di Tiro about nation state conception to Independent Acheh Movements
struggle. Datas collecting in observational it is done through library research and field research. Library
Research to get secondary data, by studies and analize figure opus, opinion a great hand at book forms, journal,
via another scientist's conception and Internet media. Meanwhile field research to get primary data by interviews
respondent and informan. Result observationaling to point out of Hasan Muhammad di Tiros political idea is
that Acheh constitutes a sovereign nation state and avowed international world since on 15th century. Hasan
Muhammad di Tiro litigates Hindia's power hand over Dutch to RIS by inserts Acheh in it, then strengthened by
United Nations resolution number 1514-XV was resulted on 14th December 1960 . Then Hasan Muhammad di
Tiro places Islam as ideology of state. Impact of Hasan Muhammad di Tiros idea that was influential on arouses
it Acheh nationalism consciousness and arises it Acheh people contradiction to Indonesian. Expected to Acheh
Government can actualize Hasan Muhammad di Tiros idea spirit to build Acheh gets dignity then ever, safe and
fair. Then respect of to high local life society in history derivation perspective and socio cultural's wealth of each
aught region in Indonesian.
Keyword: Political Idea, Hasan Muhammad di Tiro, Nation State.
1.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Hasan Muhammad di Tiro merupakan
deklarator Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 4
Desember 1976 di kawasan gunung Halimon Pidie.
Hasan Muhammad di Tiro ikut keluar-masuk hutan
bersama
pasukannya
sejak
1976
untuk
memperjuangkan pemisahan Aceh dari Indonesia.
Perjuangannya secara bergerilya dalam belantara
hutan Aceh itu hanya berlangsung tiga tahun.
Kemudian pada 28 Maret 1979 Hasan Muhammad
di Tiro hijrah ke Malaysia melalui Batee Iliek
menggunakan perahu nelayan. Bermuara pada
permintaan suaka politik pada Swedia sebelum
akhirnya menetap di Stockholm, ibukota Swedia.
Dari perjalanannya itu kemudian memulai
membangun jaringan GAM di luar negeri, mencari
dukungan
internasional
dan
juga
untuk
menyelamatkan perjuangan GAM secara ideologis.
Bahkan Hasan Muhammad di Tiro juga pernah
mengirimkan surat Gerakan Aceh Merdeka kepada
Sekretaris Jenderal Kofi Annan PBB pada 25 Januari
1999 (Mukhlis, 2011: 14).
Sejak mendeklarasikan Gerakan Aceh
Merdeka (GAM), pengakuan orang Aceh terhadap
Hasan Muhammad di Tiro bukan hanya karena
perjuangannya. Dalam tubuhnya mengalir darah biru
para pejuang Aceh. Hasan Muhammad Di Tiro lahir
di Pidie, Aceh, pada 25 September 1925 tepatnya di
Kampung Tanjong Bungong Lameulo, sekitar 20 km
dari Sigli. Hasan Muhammad di Tiro adalah
keturunan ketiga dari Tengku Syik Muhammad
Saman di Tiro. Hasan Muhammad di Tiro
merupakan anak kedua pasangan Tengku Pocut
Fatimah dan Tengku Muhammad Hasan. Tengku
Pocut inilah cucu perempuan Tengku Muhammad
Saman di Tiro. Karena posisinya sebagai keturunan
Tengku Saman di Tiro itulah Hasan Muhammad di
Tiro dihormati oleh pejuang Gerakan Aceh Merdeka
dan memegang kendali Gerakan Aceh Merdeka
(Munawwar A. Djalil, 2009: 3). Darah biru itu
kemudian diperkaya dengan ilmu hukum
internasional yang ditimbanya di Universitas
Colombia, Amerika Serikat, hingga meraih gelar
Doktor.
Sikap keras Hasan Muhammad di Tiro
menolak Indonesia merupakan perubahan besar
dibanding era sebelumnya. Sebelum berangkat ke
Amerika pada 1950, Hasan Muhammad di Tiro
terlibat aktif dalam berbagai organisasi keIndonesiaan. Bersama abangnya, Zainul Abidin di
Tiro, Hasan Muhammad di Tiro aktif dalam Pemuda
Republik Indonesia (PRI). Hasan Muhammad di
Tiro bahkan pernah menjabat Ketua Muda PRI di
Pidie pada 1945. Ketika Wakil Perdana Menteri II
dijabat
Syafruddin
Prawiranegara,
Hasan
Muhammad Di Tiro pernah menjadi stafnya. Atas
jasa Syafruddin jugalah melalui rekomendasi Tgk
Daud Beureueh Hasan Muhammad di Tiro kuliah
pada Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
maka memunculkan beberapa pokok permasalahan
antara lain adalah:
1. Bagaimana
pemikiran
politik
Hasan
Muhammad Di Tiro tentang konsep negara
bangsa?
2. Bagaimana pengaruh pemikiran konsep
negara bangsa Hasan Muhammad Di Tiro
terhadap perjuangan Gerakan Aceh Merdeka?
1.3.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
menjelaskan pemikiran politik Hasan Muhammad Di
Tiro tentang konsepsi negara bangsa dan untuk
menganalisis
pengaruh
pemikiran
Hasan
Muhammad di Tiro terhadap perjuangan Gerakan
Aceh Merdeka (GAM) di Aceh.
1.4.
Tinjauan Teori
Negara bangsa adalah suatu gagasan tentang
negara yang didirikan untuk seluruh bangsa atau
untuk seluruh umat, berdasarkan kesepakatan
bersama yang menghasilkan hubungan kontraktual
dan transaksional terbuka antara pihak-pihak yang
mengadakan kesepakatan itu, di dalamnya terdapat
sebuah prinsip kerohanian, dengan landasan
nasionalisme yang merupakan suatu paham yang
berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi harus
diserahkan kepada negara kebangsaan yang di
dalamnya terdapat unsur etnisitas, bahasa dan agama
sebagai identitas bersama (common identity)
(Nurcholis Madjid, 2004: hal. 42-43). Negara
Bangsa merupakan hasil sejarah alamiah yang semi
kontraktual di mana nasionalisme merupakan
landasan
bangunannya
yang paling
kuat.
Nasionalisme dapat dikatakakan sebagai sebuah
situasi kejiwaan di mana kesetiaan seseorang secara
total diabdikan langsung kepada negara bangsa atas
nama sebuah bangsa. Dalam situasi perjuangan
kemerdekaan, dibutuhkan suatu konsep sebagai
dasar pembenaran rasional dari tuntunan terhadap
penentuan nasib sendiri yang dapat mengikat
keikutsertaan semua orang atas nama sebuah bangsa.
Dasar pembenaran tersebut, selanjutnya mengkristal
dalam konsep paham ideologi kebangsaan yang
biasa disebut dengan nasionalisme. Dari sinilah
kemudian lahir konsep-konsep turunannya seperti
bangsa (nation), negara (state) dan gabungan
keduanya menjadi konsep negara bangsa (nation
state)
sebagai
komponen-komponen
yang
membentuk identitas nasional atau kebangsaan
(Rasyid, 1999: 3).
2.
METODE PENELITIAN
2.1.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai sejak bulan Juli 2012
sampai dengan Desember 2012. Dalam rentang
waktu tersebut dilakukan penelitian berupa
penelaahan buku dan karya lain dari Hasan
Muhammad di Tiro sendiri, buku-buku lainnya serta
artikel para pengamat dan referensi lainnya yang
mendukung penelitian tersebut. Kemudian juga
dilakukan penelitian berupa wawancara dengan
responden dan informan untuk memperkuat hasil
penelitian tersebut.
2.2.
Jenis Penelitian
Salah satu jenis penelitian pemikiran politik
adalah (penelitian biografi atau studi tokoh) yaitu
penelitian terhadap kehidupan seseorang tokoh
dalam hubungannya dengan masyarakat, sifat-sifat,
watak, pemikiran dan ide serta pengaruh
pemikirannya dan idenya dalam perkembangan
sejarah. Penelitian studi tokoh dikategorikan ke
dalam jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu
penelitian yang membahas tentang konsep-konsep,
ide dan pemikiran dari suatu masalah yang akan di
bahas (Arief Furchan dan Agus Maimun, 2005: 16).
Metode kualitatif adalah suatu proses
penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada
metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial
dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti
membuat suatu gambaran kompleks, meneliti katakata, laporan terinci dari pandangan responden, dan
melakukan studi pada situasi yang alami (John W.
Creswell, 2008:15). Strauss dan Corbin mengatakan
bahwa penelitian kualitatif yaitu jenis penelitian
yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui
prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya
(Anselm Strauss and Juliet Corbin, 1990: 27). Data
kualitatif terdiri dari kutipan-kutipan orang dan
deskripsi keadaan, kejadian, interaksi, dan kegiatan.
Dengan menggunakan jenis data kualitatif,
memungkinkan peneliti mendekati data sehingga
mampu mengembangkan komponen-komponen
keterangan yang analitis, konseptual dan kategoris
dari data itu sendiri. Selanjutnya, penyusunan hasil
penelitian dilakukan dengan menggunakan metode
deskriptif; yaitu berusaha memberikan gambaran
secara jelas tentang kenyataan-kenyataan yang di
temukan dalam praktek dan memaparkan hasil
penelitian lapangan disertai dengan uraian dasar
teori yang ada dan mengaitkannya dengan data
kepustakaan.
1.5.
Sistematika Penulisan
Penulisan jurnal ini secara keseluruhan
disusun berdasarkan per bagian. Jurnal ini akan
dibagi dalam lima bagian.
Bagian I, berisikan pendahuluan yang
menjelaskan latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, teori dan sistematika
penulisan.
Bagian II, berisikan metode penelitian yang
menjelaskan waktu penelitian, jenis penelitian,
teknik pengumpulan data dan analisis data.
Bagian III, berisikan hasil penelitian dan
pembahasan yang membahas pemikiran politik
Hasan Muhammad Di Tiro tentang konsep negara
bangsa dan pengaruh pemikiran Hasan Muhammad
Di Tiro tentang negara bangsa terhadap perjuangan
Gerakan Aceh Merdeka.
Bagian IV, berisikan penutup yang
menjelaskan kesimpulan.
2.3.
2.4.
3.
3.1.
3.2.
10
11
Internasional
dan
Organisasi-organisasi
Internasional.
Pada 1980-an, pergerakan Aceh Merdeka
mulai menyusut karena tekanan militer yang
dilancarkan oleh serdadu Indonesia, lalu Hasan
Muhammad
membangun
kembali
gerakan
bersenjatanya di luar Aceh. Hasan Muhammad
sendiri yang pada 1970-an menjadi pengusaha
sukses di New York. Hubungannya yang dekat
dengan pemimpin timur tengah ikut memperlancar
bisnisnya. Berkat hubungannya dengan Khadafy,
Pada 1986 Hasan Muhammad di Tiro dapat
mendatangkan pemuda Aceh mengikuti latihan
militer dan pendidikan peradaban di Libya. Dalam
prosesi pelatihan, Hasan Muhammad mengontrol
semuanya, kemudian menulis, membaca, dan
memberi ceramah. Kebanyakan pelajaran adalah
tentang sejarah Aceh dan segala ideologi yang
berkaitan dengan Aceh. Hasilnya, kesadaran politik
yang disuntikkannya berkembang hebat di Aceh.
Mereka yang dilatih di Libya pulang, dan
membangun unit-unit gerilya pada akhir 1989
(wawancara dengan Muzakkir Manaf pada 13
September 2012).
Hasan Muhammad di Tiro berbekal
pendidikan modern membangun GAM dengan
organisasi yang lebih disiplin. Memperketat
rekruitmen, merancang strategi gerilya yang modern,
mendoktrin pasukan dan platform tempur yang jelas,
serta desentralisasi kepemimpinan dalam struktur
GAM. Pada halaman 219 dalam buku Transformasi
Aceh Merdeka Dari Kotak Senjata Ke Kotak
Peluru, Linda Crishtanty menambahkan bahwa
terdapat dua hal yang menarik dari Hasan
Muhammad di Tiro, pertama, dia membagi GAM
dalam dua struktur, yakni GAM sebagai kekuatan
politik negara, hal ini dipimpinnya sendiri sebagai
Wali Nanggroe (pemimpin negara). Dalam konteks
ini, perjuangan politik Aceh sebagai negara
dikontrol melalui struktur pemerintahan sipil yang
dikendalikan dari Swedia. Kedua, GAM sebagai
kekuatan militer yang dikenal dengan nama TNA
(Teuntra Neugara Aceh) yang dipimpin oleh
panglima perang dengan rantai komando militer
modern. TNA mendapat kepercayaan penuh untuk
melakukan pertempuran di Aceh, namun keputusankeputusan politik hanya bisa dilakukan oleh Wali
Neugara di Swedia.
Strategi ini memberi energi perjuangan yang
besar terhadap GAM, kemungkinan untuk
pembelotan dan pengkhianatan pasukan sangat
minim, kalaupun ada tidak akan mempengaruhi
posisi politik GAM. Menurut Jurnalis Amerika yang
pernah meliput gerilya GAM Willian Nessen,
desentralisasi kepemimpinan membuat pasukan
GAM tidak mudah dipukul mundur hanya dengan
menangkap atau membunuh pimpinan pasukannya,
sebagaimana beberapa kali terjadi ketika DI/TII
dibawah Tgk. Daud Beurueh. Dalam beberapa
insiden penembakan terhadap panglima GAM, hal
12
4.
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Ryas Rasyid. 1999. Nasionalisme dan Demokrasi
Indonesia. Jakarta. Bumi Aksara
14