Bab I II Edit by o Deal Wor
Bab I II Edit by o Deal Wor
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus atau yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis
telah menjadi masalah kesehatan yang bersifat global. Periode ini merupakan
era penyakit degeneratif seperti hipertensi, penyakit kardiovaskuler dan
diabetes mellitus yang salah satunya disebabkan oleh adopsi terhadap cara
kehidupan barat sehingga angka epidemiologi meningkat. Diabetes mellitus
adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat
jumlahnya dimasa yang akan datang. Diabetes Mellitus adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena
adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif (Tjokronegoro, 2002).
Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam
jumlah penderita diabetes mellitus di dunia. Pada tahun 2000, terdapat sekitar
5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Namun, pada tahun
2006, jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14
juta orang, dimana 50% telah sadar mengidapnya dan diantara itu hanya
sekitar 30% yang datang berobat teratur. Jumlah penderita DM di dunia dan
Indonesia diperkirakan akan meningkat. Khusus di Indonesia, atas dasar
prevalensi + 1,5%, diperkirakan jumlah penderita DM pada tahun 2010 = 5
juta dan 2020 = 6,5 juta (Riyadi, 2008).
Pola
penyakit
meyakinkan.
di
Indonesia
mengalami
pergeseran
yang
cukup
tingginya
angka
kejadian
penyakit
diabetes
mellitus
(Atikawati, 2009).
Jumlah pasien Diabetes Mellitus dalam kurun waktu 25-30 tahun yang
akan datang akan sangat meningkat. Dalam rangka mengantisipasi ledakan
jumlah pasien Diabetes Mellitus, maka upaya yang paling tepat adalah
pencegahan baik secara primer, sekunder maupun tersier. Peran profesi seperti
dokter, perawat, ahli gizi sangat ditantang untuk menekan jumlah pasien
Diabetes Mellitus baik yang sudah terdiagnosis maupun yang belum. Selain
itu, peran perawat sangat penting sebab perawat harus selalu mengkaji setiap
respon klinis yang timbul pada pasien Diabetes Mellitus untuk menentukan
Asuhan Keperawatan yang tepat bagi pasien Diabetes Mellitus (PPI Jepang,
2006).
RSUP Dr. M. Djamil merupakan rumah sakit rujukan untuk pasien
dengan berbagai masalah kesehatan, salah satunya adalah pasien dengan
diabetes melitus. Komplikasi diabetes melitus yang paling banyak ditemui
adalah ulkus diabetikum. Selama bulan September di Irna Non Bedah
Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil, dirawat sebanyak 34 orang pasien
dengan ulkus diabetikum. Berdasarkan pengamatan, pasien ulkus diabetikum
rata-rata dirawat dalam waktu lebih dari 2 minggu. Hal ini memerlukan
kerjasama tenaga kesehatan, pasien dan keluarga untuk mendapatkan
penyembuhan yang optimal. Oleh karena itu, kelompok tertarik untuk
melakukan studi kasus Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Diabetes
Mellitus Di Irna Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.
B. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
memahami tentang Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Diabetes
Mellitus dengan mengacu pada aplikasi 11 Pendekatan Fungsional Gordon,
NANDA, NOC, dan NIC.
2.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus
1. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda- tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai
dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat
dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak
pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan
metabolisme lemak dan protein (Tjokronegoro, 2002).
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Tjokronegoro, 2002).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
(Smelzert, 2002).
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir
dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman
saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau,ulkus
diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan
penyakit DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010).
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus
sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita
Diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk
terjadinya Ulkus Uiabetik untuk terjadinya Ulkus Diabetik melalui
pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah
2005).
Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena
adanya komplikasi makroangiopati sehinggaterjadi vaskuler insusifiensi
dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering
tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh
bakteri aerob maupun anaerob (Misnadiarly, 2006).
2.
DM TIPE 1:
1) Kasus 5-10 %
2) Mudah terjadi ketoasidosis
3) Pengobatan tergantung insulin
4) Biasanya kurus
5) Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
6) Didapatkan Islet Cell Antibody (ICA)
7) Riwayat keluarga DM positif 10 %
8) 30-50 % kembar identik terkena
9) Biasanya pada semua umur, < 30 tahun (umur muda)
b. DM TIPE 2:
1)
Kasus 90-95 %
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
5.
Gambar I
Anatomi Pankreas
b.
c.
Gambar II
Sebuah Pulau Langerhans
10
Masing - masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat
pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau- pulau langerhans ini nampak berwarna
pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Pada penderita DM, sel
beta sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang normal dimana sel beta tidak
menunjukkan reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi
(Corwin, 2007).
Fungsi kelenjar pankreas:
a. Menghasilkan hormon (fungsi endokrin):
1) Hormon insulin yang berfungsi untuk mengubah glukosa menjadi
glukogen di hepar
2) Hormon glukogen yang berfungsi untuk mengubah kembali glikogen
menjadi glukosa darah di hepar
b. Menghasilkan enzim- enzim pencernaan (fungsi eksokrin):
1) Amilase, berfungsi mengubah karbohidrat menjadi glukosa
2) Tripsin, berfungsi mencerna protein menjadi asam amino
3) Lipase, berfungsi mengubah lipid menjadi asam lemak (Corwin, 2007
dan Robert, 2002).
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin
manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu
rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan (perangkai),
11
yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri
dari 30 asam amino. Insulin dapat larut pada pH 4-7 dengan titik isoelektrik pada
5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor
yang besar di dalam membran sel (Corwin, 2007).
Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam
butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin
dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar
glukosa darah meningkat diatas 100 mg/ 100ml darah, sekresi insulin meningkat
cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun
(Corwin, 2007).
Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan
hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda- beda.
Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport
glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel- sel otot, fibroblas dan sel
lemak (Corwin, 2007).
6.
Patofisiologi
Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang kita
makan sehari- hari, yang terdiri dari karbohidrat (gula dan tepung- tepungan),
protein (asam amino), dan lemak (asam lemak). Pengolahan bahan makanan
dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya ke usus. Di dalam
saluran pencernaan itu makanan dipecah menjadi bahan dasar dari makanan
itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak
menjadi asam lemak (Corwin, 2007).
Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus kemudian masuk ke dalam
pembuluh darah dan diedarkan keseluruh tubuh untuk dipergunakan oleh
organ- organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya dapat berfungsi
sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus masuk dulu ke dalam sel supaya
dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui
proses kimia yang rumit, yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses
ini disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme itu insulin memegang
12
peran yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa dalam sel,
untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah
salah suatu zat atau hormone yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas
(Corwin, 2007).
Pada diabetes yang jenis diabetes mellitus tipe 2 jumlah insulin normal,
malah mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat
pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan
sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah
lubang kuncinya yang kurang, sehingga meskipun anak kuncinya (insulin)
banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang
masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan bakar (glukosa)
dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat. Dengan demikian keadaan
ini sama dengan pada diabetes mellitus tipe 1 (Corwin, 2007).
Penyebab resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe 2 disamping tidak
begitu jelas, tetapi faktor- faktor di bawah ini banyak berperan :
1.
2.
Obesitas/ kegemukan
13
ginjal menjadi penyakit ginjal kronik sampai gagal ginjal tahap akhir
sehingga harus cuci darah atau transplantasi. Bila pada kaki timbul luka yang
sukar sembuh sampai menjadi busuk (gangren). Selain itu bila saraf yang
terkena timbul neuropati diabetik, sehingga ada bagian yang tidak berasa apaapa/ mati rasa, sekalipun tertusuk jarum/ paku atau terkena benda panas
(Corwin, 2007).
Kelainan tungkai bawah karena diabetes disebabkan adanya gangguan
pembuluh darah, gangguan saraf, dan adanya infeksi. Pada gangguan
pembuluh darah, kaki bisa terasa sakit, jika diraba terasa dingin, jika ada luka
sukar sembuh karena aliran darah ke bagian tersebut sudah berkurang.
Pemeriksaan nadi pada kaki sukar diraba, kulit tampak pucat atau kebirubiruan, kemudian pada akhirnya dapat menjadi gangren/ jaringan busuk,
kemudian terinfeksi dan kuman tumbuh subur, hal ini akan membahayakan
pasien karena infeksi bisa menjalar ke seluruh tubuh (sepsis). Bila terjadi
gangguan saraf, disebut neuropati diabetik dapat timbul gangguan rasa
(sensorik) baal, kurang berasa sampai mati rasa. Selain itu gangguan motorik,
timbul kelemahan otot, otot mengecil, kram otot, mudah lelah. Kaki yang
tidak berasa akan berbahaya karena bila menginjak benda tajam tidak akan
dirasa padahal telah timbul luka, ditambah dengan mudahnya terjadi infeksi.
Kalau sudah gangren, kaki harus dipotong di atas bagian yang membusuk
tersebut (Corwin, 2007).
Gangren diabetik merupakan dampak jangka lama arteriosklerosis dan
emboli trombus kecil. Angiopati diabetik hampir selalu juga mengakibatkan
neuropati perifer. Neuropati diabetik ini berupa gangguan motorik, sensorik
dan autonom yang masing- masing memegang peranan pada terjadinya luka
kaki. Paralisis otot kaki menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan di
sendi kaki, perubahan cara berjalan, dan akan menimbulkan titik tekan baru
pada telapak kaki sehingga terjadi kalus pada tempat itu (Corwin, 2007).
Gangren diabetik akibat mikroangiopatik disebut juga gangren panas karena
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
peradangan, dan biasanya teraba pulsasi arteri di bagian distal. Biasanya terdapat
14
Pain (nyeri)
Paleness (kepucatan)
Paresthesia (parestesia dan kesemutan)
Pulselessness (denyut nadi hilang)
Paralysis (lumpuh), (Price, 2005).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari
Fontaine, yaitu 4 :
a.
b.
c.
d.
15
Glikosuria menyebabkan kehilangan kalori yang cukup besar (4.'1 kal bagi
setiap gram karbohidrat yang diekskresikan keluar), kehilangan ini, kalau
ditambah lagi dengan deplesi jaringan otot dan adiposa, akan mengakibatkan
penurunan berat badan yang hebat kendati terdapat peningkatan selera makan
(polifagia) dan asupan-kalori yang normal atau meningkat. Sintesis protein akan
menurun dalam keadaan tanpa insulin dan keadaan ini sebagian terjadi akibat
berkurangnya pengangkutan asam amino ke dalam otot (asam amino berfungsi
sebagai substrat glukoneogenik), (Lewis, 2011 dan Noer, 2004).
Jadi, orang yang kekurangan insulin berada dalam keseimbangan nitrogen
yang negatif. Kerja antilipolisi insulin hilang seperti halnya efek lipogenik yang
dimiliknya, dengan demikian, kadar asam lemak plasma akan meninggi. Kalau
kemampuan hati untuk mengakosidasi asam lemak terlampaui, maka senyawa
asam hidroksibutirat dan asam asetoasetat akan bertumpuk (ketosis). Mula mula
penderita dapat mengimbangi pengumpulan asam organik ini dengan meningkatan
pengeluaran CO2 lewat sistem respirasi, namun bila keadaan ini tidak
dikendalikan dengan pemberian insulin, maka akan terjadi asidosis metabolik dan
pasien akan meninggal dalam keadaan koma diabetik.
7.
Manifestasi Klinis
a.
Poliuria
Hal ini disebabkan karna kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula
darah sampai diatas 160-180 mg/ dL, maka glukosa akan sampai ke air
kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air
tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang.
Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan,
maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuria),
(Smelzert, 2002).
b.
Polidipsi
Hal ini disebabkan karena pembakaran terlalu banyak dan kehilangan
cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih
banyak minum (Smelzert, 2002).
16
c.
Polifagi
Hal ini disebabkan karena sejumlah besar kalori hilang ke dalam air
kemih, sehingga penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang
luar biasa sehingga banyak makan (polifagi), (Smelzert, 2002).
d.
17
dalam waktu hanya beberapa jam. Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin,
penderita diabetes tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan
satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakann atau
penyakit yang serius (Lewis, 2011 dan Price, 2005).
Penderita diabetes tipe II, bisa tidak menunjukkan gejala- gejala selama
beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, maka akan timbul gejala
yang berupa sering berkemih dan sering merasa haus. Jarang terjadi ketoasidosis.
Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/ dL, biasanya
terjadi akibat stres, misalnya infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan
mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing,
kejang dan suatu keadaan yang disebut koma hiperglikemik- hiperosmolar nonketotik (Lewis, 2011 dan Price, 2005).
8.
Komplikasi
a.
Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan syaraf yang
disebabkan penurunan kadar glukosa darah. Hipoglikemia terjadi
karena pemakaian obat- obatan diabetik yang melebihi dosis yang
dianjurkan sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah (Lewis,
2011 dan Price, 2005).
18
3) Ketoasidosis
Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari
sumber alternatif untuk dapat memperoleh energi sel. Kalau tidak
ada glukosa maka benda- benda keton akan dipakai sel. Kondisi ini
akan mengakibatkan penumpukan residu pembongkaran bendabenda keton yang berlebihan yang mengakibatkan asidosis. Pada
pasien yang dalam keadaan ketoasidosis akan mengalami
pernafasan kusmaul, dehidrasi (turgor kulit jelek, lidah dan bibir
kering), kadang- kadang disertai tekanan darah rendah
sampai
pada
pembuluh
darah
besar
dapat
mengalami
permeabilitas
glomerulus.
Peningkatan
19
makro
molekul,
immunoglobulin
pada
dinding
lain
adalah
hipotensi,
adanya
keluhan
gangguan
perubahan
pada
ekstremitas
bawah.
b.
c.
d.
Elektrolit :
Natrium
Kalium
Fosfor
: menurun
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Insulin darah : menurun sampai tidak ada (pada tipe I) dan meninggi
pada tipe II
k.
l.
Urine : gula dan aseton positif, peningkatan berat jenis dan osmolalita
(Tjokronegoro, 2002).
untuk
mendidik
pengidap/
keluarganya
mengenai
Olahraga
1) Keuntungan: peningkatan kepekaan insulin, pengurangan resistensi
insulin, pencegahan kegemukan, perbaikan aliran darah, peningkatan
21
Golongan sulfoniluria
Cara kerja golongan ini adalah: merangsang sel beta
pankreas untuk mengeluarkan insulin, jadi golongan sulfonuria
hanya bekerja bila sel-sel beta utuh, menghalangi pengikatan
insulin, mempertinggi kepekatan jaringan terhadap insulin dan
menekan pengeluaran glukagon. Indikasi pemberian obat
golongan sulfoniluria adalah: bila berat badan sekitar ideal
kurang lebih 10% dari berat badan ideal, bila kebutuhan insulin
22
kurang dari 40 u/hari, bila tidak ada stress akut, seperti infeksi
berat/perasi (Tjokronegoro, 2002).
b) Golongan biguanid
Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin.
Golongan biguanid dapat menurunkan kadar gula darah menjadi
normal
dan
istimewanya
tidak
pernah
menyebabkan
23
24
Umur
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan sering BAK, banyak
minum, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar
sembuh, kulit kering, merah, sakit kepala, menyatakan seperti mau
muntah, lemah otot, disorientasi, letargi, koma.
2) Riwayat kesehatan dahulu :
Biasanya klien DM mempunyai riwayat hipertensi, penyakit
jantung seperti infark miokard. Memiliki kebiasaan mengkonsumsi
makanan berlemak, kurang olah raga. Berapa lama klien menderita
DM, bagaimana penanganannya, apa terapinya, apakah klien
teratur dalam minum obat.
3) Riwayat kesehatan keluarga :
Biasanya ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
d. Pengkajian berdasarkan 11 pendekatan fungsional Gordon
1) Pola Persepsi Kesehatan atau Penanganan Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan
kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehatan, dan penatalaksanaan
kesehatan, kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang
praktek kesehatan.
Pada pasien diabetes mellitus terjadi perubahan persepsi
dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan
tentang dampak dari penyakit diabetes mellitus, sehingga
menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan
kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan karena
perawatan yang lama.
2) Pola Nutrisi Metabolik
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi
insulin maka kadar gula darah dalam sel tidak ada/ tidak dapat
dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan banyak makan,
banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan
25
menyebabkan
pasien
sering
kencing
(poliuri)
dan
sehingga
menyebabkan
gangguan
potensi
sek,
26
27
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa
terasa baal
Pemeriksaan Neurologi
GCS :15
Kesadaran Compos mentis Cooperative(CMC)
10)
2)
3)
4)
Elektrolit :
Natrium
Kalium
Fosfor
: menurun
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
28
29
2.
30
Indikator :
Intake nutrisi adekuat
Intake makanan adekuat
Intake cairan dalam batas normal
Energi cukup
Indeks masa tubuh dalam batas normal
2) Status nutrisi : asupan makanan dan cairan
Definisi : jumlah makanan dan cairan dalam tubuh selama waktu 24 jam.
Indikator :
Intake makanan melalui oral adekuat
Intake cairan melalui oral adekuat
Intake cairan melalaui intravena dalam batas normal
3) Status nutrisi : intake nutrisi
Definisi : intake nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi proses metabolic
Indikator :
Intake kalori dalam batas normal
Intake protein dalam batas normal
Intake lemak dalam batas normal
Intake karbohidrat dalam batas normal
31
32
Mengajari kepada keluarga dan pasien secara tertulis contoh diet yang dianjurkan
3) Monitor Gizi
Aktivitas :
Memantau berat badan pasien
Memantau turgor kulit
Memantau mual dan muntah
Memantau albumin, total protein, Hb, hematokrit, dan elektrolit
Memantau tingkat energi, lemah, letih, rasa tidak enak
Memantau apakah konjungtiva pucat, kemerahan, atau kering
Memantau intake nutrisi dan kalori
b. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan Volume Cairan Secara Aktif
1) NANDA : Kekurangan Volume Cairan
Definisi : penurunan cairan Intravaskuler, Interstisial, dan atau Intrasel. Diagnosis ini mengacu pada dehidrasi yang
merupakan kehilangan cairan saja tanpa perubahan dalam natrium.
Batasan Karakteristik :
33
34
35
36
37
1)
2)
3)
4)
Status sirkulasi
Kontrol resiko : proses infeksi
Status nutrisi
Perfusi jaringan : perifer
38
Menggunakan unit TENS (Transcutaneous Elektrikal Nerve Stimulation) untuk peningkatan penyembuhan
luka yang sesuai
Menggunakan salep yang cocok pada kulit/ lesi, yang sesuai
Membalut dengan perban yang cocok
Mempertahankan teknik pensterilan perban ketika merawat luka
Memeriksa luka setiap mengganti perban
Membandingkan dan mencatat secara teratur perubahan-perubahan pada luka
Menjauhkan tekanan pada luka
Mengajarkan pasien dan anggota keluarga prosedur perawatan luka
d) Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah berhubungan dengan Asupan Makanan, Ketidakadekuatan
Monitor Glukosa Darah, Kurangan Ketaatan Dalam Manajemen Diabetes
1) NANDA : Resiko Ketidastabilan Kadar Glukosa Darah
Definisi : resiko variasi dari glukosa darah atau tingkat gula dari rentang normal
2) NURSING OUTCOMES (NOC)
Hasil yang diharapkan :
1) Tingkat glukosa darah
Defenisi : keadaan dimana tingkat glukosa di plasma dan urin dalam rentang normal
Indikator :
Glukosa darah dalam batas normal
Glukosa urin dalam batas normal
Urin keton
2) Manajemen Diabetes secara mandiri
39
Definisi : melakukan manajemen Diabetes secara mandiri, pengobatan dan pencegahan tehadap perjalanan
penyakit
Indikator :
Memantau glukosa darah dalam batas normal
Mengobati gejala dari hiperglikemia
Mengobati gejala dari hipoglikemia
3) Kurangnya pengetahuan tentang manajemen diabetes
4) Ketidakadekuatan dalam memantau gula darah
5) Pengetahuan tentang diet
3) NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION (NIC)
a) Managemen Hiperglikemia
Aktifitas ;
Memantau peningkatan gula darah
Memantau gejala hiperglikemia, poliuria, polidipsi, poliphagi, dan kelelahan.
Memantau urin keton
Memberikan insulin yang sesuai
Memantau status cairan
Antisipasi situasi dalam persyaratan pemberian insulin
Membatasi gerakan ketika gula darah diatas 250 mg/dl, terutama apabila terdapat urin keton
Mendorong pasien untuk memantau gula darah
b) Manajemen hipoglikemia (2130)
40
Aktivitas :
Mengenali pasien dengan resiko hipoglikemia
Memantau gula darah
Memantau gejala hipoglikemia seperti:tremor, berkeringat, gugup, tacikardi, palpitasi, mengigil, perubahan
perilaku, coma.
Memberikan karbohidrat sederhana yang sesuai
Memberikan glukosa yang sesuai
Melaporkan segera pada dokter
Memberikan glukosa melalui IV
Memperhatikan jalan nafas
Mempertahankan akses IV
Lindungi jangan sampai cedera
Meninjau peristiwa terjadinya hipoglikemia dan faktor penyebabnya
Memberikan umpan balik mengenai manajemen hipoglikemia
Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai gejala, faktor resiko, pencegahan hipoglikemia
Menganjurkan pasien memakan karbohidrat yang simple setiap waktu
41
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Studi Kasus
42
Bp. S.(41 th) masuk RS dengan keluhan luka pada telapak kaki kanan yang tidak sembuh sejak 4 bulan yang lalu.
Pasien mengatakan luka itu timbul karena tertusuk paku. Luka semakin lama
berbau.Klien sebelumnya pernah di rawat di RS kemudian diperbolehkan pulang dan masuk RS kembali dengan keluhan yang
sama.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Demografi
Identitas Klien
Nama Pasien
: Tn.S
Jenis Kelamin
: laki-laki
Umur
: 41 tahun
Alamat
: Pariaman
Status Perkawinan
: Duda
Agama
: Islam
Suku
: Minang, Indonesia
Pekerjaan
: Wiraswasta
Tanggal masuk RS
: 12 September 2013
Diagnposa Medis
Alasan masuk
No.MR
43
Cara bayar
: Jamkemas
Tanggal pengkajian
: 18 September 2013
Catatan kedatangan
:37.50C
Nadi
: 88 x/ i
Tekanan Darah
: 130/ 90 mmHg
Pernafasan
: 20 x/ I
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien masuk RS dengan keluhan luka pada kaki kanan yang tidak sembuh + 4 bulan sebelum masuk RS luka
bernanah dan berbau. Klien sudah pernah dirawat karena lika yang sama dan boleh pulang, 2 minggu setelah keluar rumah
sakit timbul jaringan nekrotik baru ditumit berwarna hitam sehingga klien memutuskan membawa kembali kerumah sakit.
Klien memiliki riwayat DM sejak 20 tahun yang lalu. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 18 September 2013
didapatkan klien mengatakan luka pada kaki kanan terasa nyeri,luka berbau dan bernanah.Klien juga mengatakan gula
darah belum stabil,badan terasa lemah letih, serta rasa haus lapar-lapar dan sering BAK juga di keluhkan klien. Klien
mengatakan luka pada kaki terasa nyeri terutama pada malam hari dan pada saat redresing luka. Klien tampak meringis dan
bergerak denga hati-hati.
b. Riwayat kesehatan dahulu
44
Pasien memiliki riwayat DM sejak 20 tahun yang lalu.Pasien pernah dirawat dirumah sakit 2 minggu yang lalu karena
Dm dan ulkus pada kaki yang sama.
OBAT-OBATAN
Dosis
Dosis terakhir
Frekuensi
1x sehari
1x sehari
Rutin
(resep/obat bebas)
Glibenclamit
45
Keterangan:
Perempuan
Laki-laki
Perempuan penderita DM
Laki-laki penderita DM
Pasien
3. Pengkajian Fungsional Gordon
a. Pola Persepsi dan penanganan kesehatan
Persepsi terhadap penyakit :
Klien mengatakan menyerahkan sepenuhnya keputusan pengobatan dan perawatannya kepada dokter.Klien mematuhi semua
program pengobatan. Klien merasa optimis akan penyembuhan penyakitnya.
b.
Rokok
: < bungkus perhari
Alkohol
: Klien tidak pernah mengkonsumsi alkohol
Obat Bebas : Tidak ada.
Alergi Penggunaan (Obat-obat), makanan, plester,zat warna : Tidak ada
Pola
Nutrisi
dan
Diet/Suplemen
Instruksi
Diet
Khusus
Sebelumnya
Nafsu makan
Perubahan BB 6 Bulan Terakhir :
Metabolik
DD
:
2100
Diit
kkal
DM
ada
46
Gigi
Riwayat
Tidak
ada
Masalah
kering,
Turgor
kulit
baik
nasi+lauk+sayur
Makan Siang
nasi+lauk+sayur
Makan
Kien
Malam
menghabiskan
porsi
dari
diet
Nasi+lauk+sayur
yang
disediakan
Pola
:
Kebiasaan Berkemih
Inkontinensi
Alat bantu
defekasi/
hari,
tanggal
BAK
:
: Pispot
d.Pola Aktifitas/Olahraga
47
Eliminasi
18
September
sering
6-8
2013
x,
defekasi
terutama
Tidak
terakhir
malam
hari
ada
Kemampuan
Perawatan
Diri:
Mandiri
Dengan
Alat
Bantuan
Orang
Bantuan
Peralatan
dan
4 = Tergantung/tidak mampu
Aktifitas
Makan/minum
Mandi
Berpakaian/berdandan
Toileting
Mobilisasi di tempat
tidur
Berpindah
Berjalan
Menaiki tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan rumah
Bantu
0
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
: Kursi roda
Keluhan saat beraktivitas : Klien tidak beraktifitas sepertinya karena adanya luka pada kaki
48
Bantu
lain
orang
lain
: Sadar
: normal
: Daerah
: Ya
: Ya
: Ya
: Ringan
: Baik
: Dalam batas normal
: Terjadi penurunan ketajaman penglihatan pasien memakai kacamata
: mengeluh nyeri pada kaki nya yang luka nyeri derajat 8, nyeri seperti
berdenyut, nyeri dirasakan selama 10 menit sampai setengah jam, terkadang dirasakan sepanjang waktu, nyeri dirasakan sejak
ulkus muncul dikaki.
6. Pola Peran Hubungan
Pekerjaan
:Wiraswasta
Status Pekerjaan
: tidak bekerja
System pendukung : keluarga serumah
Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan dirumah sakit : Tidak ada anggota keluarga yang menunggu pasien selama di
RS hanya anak laki-laki klien yang berumur 10 tahun.
Kegiatan sosial
: di RS klien tidak mengikuti kegiatan social
49
8. Pola Seksualitas
Tanggal Menstruasi terakhir : Masalah Menstruasi
:Masalah seksual B/D seksual : Klien seorang duda ,sudah bercerai dengan istrinya 5 tahun yang lalu
9. Pola Koping Toleransi Stres
Perhatian utama tentang perawatan di rumah sakit atau penyakit ( financial, Perawatan diri ) : tidak ada masalah
Kehilangan/perubahan besar di masa lalu : perceraian dengan istrinya
Hal yang dilakukan saat ada masalah : Bila ada masalah klien akan mencoba membicarakan dengan keluarga dan
memutuskan secara bersama-sama
10.Pola Keyakinan-Nilai
Agama : Islam
Pantangan keagamaan: Tidak ada
Pengaruh agama dalam kehidupan: Menurut klien agama merupakan tonggak dalam kehidupaan, dan klien terus berdoa untuk
kesembuhannya.
Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini
: tidak ada
C.Pemeriksaan Fisik
1.Vital Signs
Blood Pressure
Pulse Rate
Temperature
Respirate Rate
2.Kulit
Warna kulit
:
:
:
:
130/90 mmHg.
88 x/menit
37.5 0C
20 x/menit
: Kuning langsat
50
7.Leher
51
Inspeksi
: tidak ada pembesaran
Palpasi
: Kelenjar Tiroid dan Kelenjar Getah Bening Tidak teraba
JVP 5-2 cm H2O, tiroid di tengah, serta vena jugularis tidak ada kelainan
8.Thorak
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
9.Cardiovaskuler
Inspeksi
: Ictus tidak terlihat
Palpasi
: Ictus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi
: Batas jantung normal, batas jantung kanan RIC II, linea staralis kanan, batas jantung kiri RIC V, 1 jari media
linea
Auskultasi
10.Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
11.Genito urianaria
Penggunaan kateter : Tidak Ada
Warna Urine
: Kuning jernih
Hematuria
:Tidak ada
12.Ekstremitas
Inspeksi
52
Ekstremitas superior : Terpasang IVFD NaCL 12 jam/kolf pada tangan sebelah kanan pasien.
Ekstremitas inferior : Pada telapak kaki kanan pasien terdapat luka bernanah dengan ukuran 15x5 cm, pada punggung kaki
terdapat luka dengan ukuran 5 x 5cm tidak bernanah, pada tumit terdapat jaringan nekrotik berwarna hitam ukuran 3 x 5cm.
13.Pemeriksaan Sistem Neurologi
Tingkat Kesadaran : Kesadaran klien CMC dengan GCS 15
D.Data Laboratorium
Hasil Pemeriksaan Labor Lengkap
Tanggal 16 September 2013 :
Hematologi
Hb : 9,9 gr/dl
Ht : 30,3 %
Leukosit : 9800 gr/dl
Trombosit : 550.000 gr/dl
Gula darah sewaktu : 250 gr/dl
Tanggal 19 September 2013 :
Hb : 10 gr/dl
Ht : 30 %
Leukosit : 9000 gr/dl
Trombosit : 550.000 gr/dl
Gula darah puasa : 100 gr/dl
Gula darah 2 jam PP : 100 gr/dl
Tanggal 23 September 2013 :
53
Hb : 10 gr/dl
Ht : 30 %
Leukosit : 7000 gr/dl
Trombosit : 450.000 gr/dl
Gula darah puasa : 100 gr/dl
Gula darah 2 jam PP : 100 gr/dl
Tanggal 25 September 2013 :
Protein Total: 6,5 gr/dl
Albumin
: 3,1 gr/dl
Globulin
: gr/dl
Hb
: 10,5 gr/dl
Ht
: 32,5 %
Leukosit
: 7560 mm3
Trombosit
: 660.000/mm3
APTT
: 42,3 detik
PT
: 13,1 detik
F. Therapy
Metronidazol 3x 500mg
IVFD Nacl 0,9 % 12 jam/kolf
Tramadol 3x 1amp
Cetriaxone 1x 2 gr
Novorapid 3 x 6 U
Levemir 1 x4U
G. Diit : DD 2100 kkal
54
ANALISA DATA
Nama
N0.MR
No
1
:Tn S
:
Data
Ds:
Masalah
Etiologi
Resiko ketidak stabilan Kurangan ketaatan Dalam manajemen
Pasien sering mengeluh gula darah
BAK
terutama
malam hari
Klien
Diabetes
pada
mengeluh
dan letih
Pasien mengeluh sering
kehausan
Do:
55
DS :
Resiko infeksi
DO :
Pada telapak kaki kanan pasien
terdapat luka bernanah dengan
ukuran 15x5 cm, pada punggung
kaki
terdapat
luka
dengan
56
3 x 5cm.
Hb : 9,9 gr %
Agen cidera
nyeri
berdenyut
selama
setengah
dirasakan
dirasakan
,
nyeri
10
menit
jam,
sepanjang
sepeti
dirasakan
sampai
terkadang
waktu,
57
Hari/Tanggal
Rabu
Diagnosa
Criteria
Keperawatan
(NOCs
/18 Resiko Ketidakstabilan Tingkat
Hasil/outcomes Interventions
glukosa
(NICs)
darah Managemen
september
Hiperglikemia
2013
berhubungan
(3500)
Asupan
dengan
Makanan, Indikator :
58
Aktifitas
1.Manajemen Hiperhlikemia
Aktivitas:
Ketidakadekuatan
darah Managemen
Glukosa
Kurangan
(3500)
(230001)
Glukosa urin dalam
Dalam
Ketaatan
Manajemen
batas
Diabetes
normal
(230007)
Urin
keton
poliuria,
Diabetes
dan
pemberian insulin
Membatasi gerakan ketika gula darah
diatas 250 mg/dl, terutama apabila
Indikator :
poliphagi,
polidipsi,
kelelahan.
Memantau urin keton
Memberikan insulin yang sesuai
Memantau status cairan
Antisipasi situasi dalam persyaratan
(230008)
Manajemen
Memantau
glukosa
3.Manajemen Hiperglikemia
Aktivitas:
normal (161911)
Mengobati gejala dari
Mengenali
pasien
dengan
resiko
hipoglikemia
hiperglikemia
(161912)
Mengobati gejala dari
59
Memantau
gejala
hipoglikemia
hipoglikemia
seperti:tremor,
(161913)
tacikardi,
Kurangnya
yang sesuai
Memberikan glukosa yang sesuai
Melaporkan segera pada dokter
Memberikan glukosa melalui IV
Memperhatikan jalan nafas
Mempertahankan akses IV
Lindungi jangan sampai cedera
Meninjau
peristiwa
terjadinya
manajemen hipoglikemia
Mengajarkan pasien dan keluarga
pengetahuan tentang
manajemen diabetes
Ketidakadekuatan
dalam
memantau
gula darah
Pengetahuan diet
mengenai
berkeringat,
palpitasi,
gejala,
faktor
pencegahan hipoglikemia
Menganjurkan
pasien
gugup,
mengigil,
resiko,
memakan
60
1. Keseimbangan
cairan
Aktifitas :
Mempertahankan
(0601)
Kekurangan
Volume
Cairan
berhubungan
dengan
Kehilangan
Indikator :
intake
Manajemen
Cairan
(4120)
Monitor
Cairan
jam
(4130)
mukosa
lembab
Hematokrit
dalam
batas normal
keakuratan
catatan
retensi
cairan
(BUN,
Ht,
osmolalitas urin)
Memonitor masukan makanan/ cairan
dan hitung intake kalori harian
Berkolaborasi untuk pemberian cairan IV
2. Monitor Cairan (4130)
Aktivitas :
2. Hidrasi (0602)
Indikator :
Turgor kulit baik
Membran
mukosa
61
Menentukan
faktor
ketidakseimbangan
resiko
cairan
muntah, hipertermi)
Memonitor intake dan output
dari
(polyuria,
lembab
Intake cairan dalam batas
normal
Pengeluaran Urin dalam
infeksi
berhubungan
dengan
3. Vital Sign
Resiko
dalam urin
protein total
batas normal
Mempertahankan
Indikator :
Suhu tubuh dalam batas
normal
Denyut nadi dalam batas
normal
Frekuensi
62
catatan
pernafasan
keakuratan
1. Kontrol infeksi
Aktivitas :
5) Status Nutrisi : makanan
dan cairan
6) Mual dan muntah
7) Jaringan integritas kulit
dan mukosa
8) Eliminasi urin
Integritas
jalan masuk.
Status imun
Status nutrisi
Bersihkan
lingkungan
sekitar
setelah
digunakan pasien.
diameter
Indikator:
diameter
jalan masuk.
o Volume aliran dari
Ajarkan
Integritas
skala
yang
diharapkan
o Tempat
pembentukkan
63
mencuci
tangan
untuk
Kontrol
Infeksi
Perlindungan
Ajarkan
pengunjung
untuk
mencuci
infeksi
Menentikan
kamar pasien.
pengobatan
Gunakan
sabun
anti
mikroba
untuk
batas normal
o Sensasi
o Tidak
adanya
tempat hematoma
o Tidak
adanya
tempat pendarahan
o Urat nadi periferal
o Suhu periferal kulit
o Warna
periferal
kulit
o Tidak
Status imun
o Tidak
sebelum
dan
sesudah
untuk
prosedur
infasi/pembedahan.
adanya
64
tangan
yang umum.
infeksi berulang
3
Cuci
adanya
periferal edema
o Penempatan pipa
terhadap
pemeriksaan
invasive
hemodynamic.
Ganti
peripheral
IV
dan
balutan
Gunakan
kateter
untuk
mengurangi
Tingkatkan
pemasukkan
nutrisi
yang
tepat.
65
Banyak istirahat.
sesuai resep.
Mengikuti
pencegahan
dengan
neutropenic.
66
hangat dan
mengelupas.
Mendapatkan
pemeliharaan
sesuai
kebutuhan.
67
Meningkatkan istirahat.
latihan.
Mengajarkan
mengenai
pasien
dan
gejala-gejala
keluarga
infeksi
dan
Mengajarkan
pasien
dan
keluarga
Menyediakan
ruangan
khusus
sesuai
kebutuhan.
68
Meningkatkan
keamanan
air
dengan
3. Menetukan pengobatan
Aktivitas :
Memutuskan
riwayat
kesehatan
Mengidentifikasi
pengetahuan
tentang
alergi.
Memutuskan
pasien/keluarga
69
kemampuan
dalam
melakukan
pengobatan.
Mengidentifikasi
indikasi
pengobatan
Konsultasikan
pada
dokter/apoteker
dengan tepat.
Konsultasikan
referensi
dokter
dab
Konsultasi
dengan
anggota
dari
70
Mengajarkan
pasien
dan
keluarga
pengaruh-pengaruh
dari
segi
pengobatan.
Menyediakan alternative/pilhan-pilihan
untuk waktu dan pemberian pengobatan.
Menyediakan
alternative
bagaimana
Memelihara
yang
pengetahuan
digunakan
dalam
pengobatan
kebiasaan
merugikan,
pengaruh-pengaruh
71
72
73
2.
3.
74
75