Anda di halaman 1dari 28

MERAWAT JENAZAH

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka


mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun (QS. Al
Baqoroh : 256 )

PERAWATAN JENAZAH
A.

MENGHADAPI SAKARATUL MAUT


1. Mentalqin dengan kalimat syahadat




Dari Yahya bin Amarah ia berkata aku mendengar abu said al-Khudriy
berkata Rasulullah SAW bersabda Talqinkan orang yang hendak mati di
antara kalian dengan ucapan la ilaaha illallooh.[1]
Hal itu diharapkan agar akhir ucapannya adalah tahlil sebagaimana Sabda
Rasulullah :


Dari Muadz bin Jabal berkata Rasulullah SAW bersabda barangsiapa yang
akhir ucapannya adalah laa ilaaha illallooh maka ia akan masuk surga.
[2]
CATATAN : Sebagian ahli fiqih menganjurkan membaca surah yasin di sisi
orang yang akan mati, karena bersandar dengan riwayat yang marfu :
Bacalah surah Yasin atas orang yang akan mati dari kalian , Tetapi
hadits ini dloif. Jadi tidak disyariatkan.
[1] HR. Muslim (916), Abu Dawud (3117)
[2] HR. Abu Dawud (2709)

lanjutan

2. Menghadapkan ke arah kiblat


Menghadapkan ke arah kiblat hukumnya mustahab
(dianjurkan), menurut jumhur ulama. Bahkan anNawawi menukilkan adanya ijma atas hal tersebut.
B. MENGHADAPI ORANG MENINGGAL
1. Memejamkan matanya





Dari Ummu Salamah berkata Rasulullah menjenguk
Abu Salamah sementara matanya terbuka dan
Rasulullah memejamkannya seraya berkata
Sesungguhnya ketika ruh dicabut maka mata
mengikutinya.[1]
[1] HR. Muslim (1527), Abu Dawud (3102)

Lanjutan
2. Hal-hal yang banyak disebutkan oleh para
ulama fiqh :

Mengikat di bawah dagunya dengan kain atau


pita panjang yang diikat dari atas kepalanya agar
dagu sebelah bawahnya tidak menurun dan
mulutnya terbuka.
Melemaskan persendian dan jari-jemarinya.
Melepas pakaiannya
Meletakkan mayit di atas tempat tidur atau sejenisnya
agar lebih terpelihara.
Tidak diletakkan di atas lantai sehingga akan
mempercepat kerusakannya.
Meletakkan suatu benda yang berat di atas perutnya agar
tidak menggelembung.

Lanjutan

3. Mendoakannya




Kemudian Rasulullah berkata Janganlah berdoa di
atas diri kalian kecuali dengan kebaikan. Karena
sesungguhnya malaikat mengaminkan apa yang
kalian katakana, kemudian beliau berdoa : Ya Allah
ampunilah Abu Salamah dan angkatlah derajatnya di
kalangan orang-orang yang mendapatkan petunjuk
serta harumkanlah namanya sepeninggalnya di
tengah orang-orang yang masih hidup. Ampunilah
kami dan ampunilah dia wahai Rabb semesta alam.
Luaskanlah ia di dalam kuburnya dan terangilah ia di
dalamnya[1].

[1] HR. Muslim (1527), Abu Dawud (3102)

Lanjutan

4. Menutup seluruh tubuhnya dengan kain


Diriwayatkan dari Aisyah, ketika Rasulullah
SAW wafat beliau ditutup dengan kain
]hibarah.[1




[1] HR. Muttafaq Alaih

Lanjutan
5. Menyegerakan pengurusan jenazahnya dan
mengantarkannya ke pemakaman.
Diriwayatkan dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah
SAW bersabda :





Bersegeralah membawa jenazah. Jika ia adalah
orang yang baik, maka itu adalah kebaikan yang
kalian segerakan dan jika ia adalah sebaliknya,
maka ia adalah keburukan yang kalian turunkan dari
leher-leher kalian.[1]
[1] HR. Muttafaq Alaih

Lanjutan

6. Bersegara melunasi hutang-hutangnya


Diriwayatkan dari Abu Hurairoh bahwa
Rasulullah SAW bersabda :




Nabi Saw bersabda jiwa seorang mukmin itu
bergantung pada hutang-hutangnya hingga
dilunasi.[1]
[1] HR. at-Tirmidzi (1078)

Lanjutan
7. Diperbolehkan mencium dan menangisi
jenazah, sepanjang tidak sampai menjerit dan
meratap
8. Diletakkan membujur ke utara dan badannya
diselubungi dengan kain

lanjutan
C. APA YANG BOLEH DILAKUKAN TERHADAP
MAYIT
1. Membuka penutup wajahnya dan
menciumnya
Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah
SAW melayat Usman bin Mazhun yang
sudah wafat, maka beliau menyingkap
penutup wajahnya dan kemudian bersimpuh
di hadapannya lalu menciumnya hingga aku
melihat air matanya mengalir di pipi beliau.

Lanjutan
2.

Menangisi mayit selama tidak disertai dengan teriakan,


jeritan, gerutuan, menampar-nampar pipi dan sebagainya.
Diriwayatkan dari hadits Anas tentang kisah kematian Ibrahim
putra Nabi SAW : Rasulullah SAW meraiih Ibrahim lalu
memeluk dan menciumnya. Kemudian kami masuk menemui
beliau setelah itu, sementara Ibarhim sedang sekarat,
ternyata mata beliau meneteskan air mata. Melihat kejadian
itu Abdurrahman bin Auf berkata kepada beliau, Apakah
engkau juga menangis wahai rasulullah ? Beliau menjawab
wahai Ibnu Auf, Sesungguhnya ini adalah rahmat. kemudian
diikuti dengan yang lainnya, lalu beliau bersabda :





Sesungguhnya mata ini meneteskan air mata dan hati ini
bersedih, tetapi kami tidak mengucapkan kecuali apa yang
diridhoi oleh Rabb kami dan sesungguhnya kami merasa
sedih atas kepergianmu, wahai Ibrohim.[1]
[1] HR. Bukhori (1303)

Lanjutan
D. HAL-HAL YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN
TERHADAP MAYIT
1. Meratapi
Diriwayatkan dari Abu Malik al-Asyari bahwa Nabi
SAW bersabda :
Ada empat perkara di tengah umatku dari perkara
jahiliyah yang tidak mereka tinggalkan, berbanggabangga dengan keturunan, mencela nasab, meminta
hujan kepada bintang-bintang, dan meratapi mayit.
Dan Rasulullah SAW bersabda : wanita yang
meratap jika tidak bertaubat sebelum matinya, maka
ia dibangkitkan pada hari Kiamat dengan
mengenakan pakaian yang terbuat dari cairan timah
(yang sangat panas) dan pakaian yang terbuat dari
penyakit kulit.

Lanjutan
2. Memukul-mukul pipi dan merobek-robek
pakaian
Nabi SAW bersabda :

Bukan termasuk golongan kami orang yang
menampar-nampar pipi, merobek-robek
pakaian dan memanggil dengan panggilam
jahiliyyah.[1]
.
[1] HR. Bukhori & Muslim

Lanjutan
3. Mencukur rambut dan membiarkannya acak-acakan.
Diriwayatkan dari Abu Burdah bin Abu Musa, ia
berkata : Abu Musa menderita sakit lalu ia pingsan,
sementara kepalanya di pangkuan salah seorang
istrinya. Namun, Abu Musa tidak mampu untuk
membalas ucapannya. Ketika Abu Musa siuman, ia
berkata : Aku berlepas diri dari perkara yang mana
Rasulullah berlepas diri darinya. Sesungguhnya
Rasulullah SAW berlepas diri dari Ash-Sholiqoh, AlHaliqah, dan Asy-Syaqqah. Ash-Shaliqah adalah
wanita yang mengeraskan suaranya ketika tertimpa
musibah. Al-Haliqah adalah wanita yang mencukur
kepalanya ketika tertimpa musibah. Asy-Syaqqah
adalah wanita yang mencabik-cabik pakaiannya
ketika tertimpa musibah.

E. MEMANDIKAN JENAZAH
1. Orang yang memandikan memakai alat pelindung diri (masker,
kaos tangan, dll-jika ada).
2. Jenazah laki-laki dimandikan oleh laki-laki atau istrinya. Jenazah
perempuan dimandikan oleh perempuan atau suaminya.
3. Meletakkan jenazah di dipan atau meja, diusahakan kepala
lebih tinggi dari kaki.
4. Tempat jenazah harus tertutup, baik dinding maupun atapnya
agar aurat dan cela jenazah tidak terlihat.
5. Menutup aurat jenazah dengan handuk besar atau kain. Untuk
jenazah putra dari pusar sampai lutut sedangkan untuk jenazah
perempuan dari dada sampai mata kaki.
6. Bersihkan kotoran dengan cara mengangkat pundak dan kepala
sambil menekan perut dan dada, miringkan ke kanan dan ke
kiri sambil ditekan bagian perut dan dada dengan
mempergunakan sarung tangan atau kain perca dan disiram
berkali-kali agar kotoran hilang.

Lanjutan

7. Siram mulai dari yang kanan anggota wudlu dengan


bilangan gasal dengan mempergunakan air dan daun
bidara, kemudian seluruh tubuh jenazah di beri sabun
termasuk pada lipatan-lipatan yang ada.[1]
8. Bersihkan tubuhnya dengan air dan dimiringkan ke
kanan dan ke kiri.
9. Selama memandikan aurat harus senantiasa terjaga
agar tidak terlihat.[2]
10. Kemudian rambut jenazah di shampoo dan di siram
agar bersih. Dan jika jenazahnya wanita, maka
rambutnya diurai dan di shampoo kemudian di pintal
(kepang) menjadi tiga pintal.[3]
11. Siramkan pada siraman yang terakhir dengan air
kapur barus dan miringkan ke kanan dan ke kiri agar
air keluar dari mulutnya dan lubang yang lain.[4]

Lanjutan
12. Setelah selesai, badannya dikeringkan dengan handuk,
kemudian di tutup dengan kain yang kering agar auratnya
tetap tertutup.
13. Selesailah proses memandikan jenazah. Setelah itu,
jenazah siap diangkat untuk di kafani.
CATATAN :
Apabila jenazah berusia tujuh tahun ke bawah maka tidak ada
batasan auratnya

Janin yang berusia di bawah empat bulan tidak perlu


dimandikan, di kafani dan disholatkan. Cukup di gali lubang
dan dikebumikan. Adapun janin yang berusia di atas
[1] Shahih Bukhori (1254), Muslim (939), Abu Dawud (3142),
Ibnu Majah (1458)
[2] Shahih Muslim (338)
[3] Shahih Bukhori (1260)
[4] Shahih Bukhori (1254)

CATATAN
Orang yang gugur, syahid dalam peperangan
membela agama Allah cukup dimakamkan
dengan pakaiannya yang melekat ditubuhnya
(tanpa dimandikan, dikafani dan disholatkan)
Orang yang wafat dalam keadaan berikhram
dirawat seperti biasa tanpa diberi wewangian
Syahid selain dalam peperangan membela
agama Allah spt melahirkan, tenggelam,
terbakar dirawat spt biasa.

lanjutan
Jenazah janin yang telah berusia 4 bulan
dirawat spt biasa
Apabila terdapat halangan untuk memandikan
jenazah, maka cukup diganti dengan
bertayamum
Bagi orang yang memandikan jenazah
disunnahkan untuk mandi

Mengafani Jenazah
Kain untuk mengafani secukupnya
diutamakan yang berwarna putih
Kain kafan untuk laki-laki terdiri dari 3 lembar,
untuk perempuan 5 lembar, terdiri dari : kain
basahan, baju kurung, kerudung, dua lembar
kain penutup
Sebaiknya disediakan perlengkapan sbb : tali
sejumlah 3,5,7 atau 9. untuk mengikat ujung
kepala, leher, pinggang, perut, lutut,
pergelangan kaki dan ujung kaki

Pelaksanaan Mengafani
Jenazah

Jenazah diletakkan membujur diatas kain


kafan, dalam keadaan tertutup selubung kain
Lepaskan kain selubung dalam keadaan aurat
telah tertutup
Bilamana diperlukan, tutuplah dengan kapas
lubang-lubang yang mengeluarkan cairan
Jenazah laki ditutup dengan 3 lapis kain
Bagi perempuan yang berambut panjang
hendaklah dikepang

MENSHOLATKAN JENAZAH
Orang yang mensholatkan jenazah harus memenuhi syarat sah sholat
Tidak ketentuan jenazah harus membujur ke utara atau ke selatan
Berdiri menghadap kiblat dengan jenazah disebelah arah kiblat, jenazah
didepan imam
Sebaiknya dilakukan dengan berjamaah
Ketentuan shof harus 3 bukan suatu keharusan
Imam menempatkan diri pada arah kepala jenazah laki-laki, dan pada arah
tengah badan (pinggang) jenazah perempuan
Shof laki-laki dibelakang dan perempuan di belakang

TATA CARA SHOLAT JENAZAH

1.Mengikhlaskan niat karena Allah


2.Membaca takbir petama : membaca al fatihah
dan shalawat
3.Membaca takbir kedua : membaca doa
4.Membaca takbir ketiga : membaca doa
5.Membaca takbir ke empat : membaca doa
ringkas dan salam

PENGUBURAN JENAZAH
Doa masuk kubur :
: semoga kedamaian tercurah kepadamu, wahai
perumahan orang-orang mukmin. Dan insya Allah kami akan menyusul kamu
sekalian. Ya Allah ..janganlah Engkau menjauhkan kami dari pahala mereka
dan janganlah Engkau timbulkan fitnah kepada kami sepeninggal mereka.
Assalamu `alaikum ahladdiyar minal mukminin wal muslimin wa inna insya
Allah bikumullahiqun
Kaum wanita, walau keluarga dekatsebaiknya tidak ikut ke kuburan dalam
proses penguburan

CARA MENGUBUR JENAZAH

Dua atau tiga orang dari keluarga terdekat jenazah dan diutamakan yang tidak junub pada
malam hari sebelumnya, masuk ke liang kubur denghan berdiri untuk menerima jenazah

Jenazah dimasukkan dari arah kaki kubur dengan mendahulukan kepala sambil membaca :
: dengan nama Allah dan atas agama rasulullah

Khusus ketika memasukkan jenazah perempuan hendaklah dibentangkan kain diatas liang
kuburnya

Miringkan jenazah ke sisi kanan, menghadap kiblat

Adapun melepas tali-talinya dan membuka kain yang menutupi pipi dan jari-jari kakinya
sehingga menempel ke tanah , serta memasang bantalan tidak ada tuntunan dari nabi

Menutup dengan papan, bambu, atau batu lempeng dengan memberi rongga secukupnya

Menimbun liang kubur dengan tanah dan boleh ditinggikan kurang lebih satu jengkal

Memasang dengan asebuah batu, kayu, atau bambu pada arah kepala saja tanpa diberi
identitas apapun

LANJUTAN
Bagi penggiring jenazah dan menyaksikan
penguburtannya seyogyanya menaburkan tanah ke atas
kuburannya 3 kali
Bagi pengiring jenazah yang tiba dikuburan ketika kubur
belum selesai digali hendaklah duduk dan menghadap ke
kiblat
Memintakan ampunan dan keteguhan dalam jawaban
bagi jenazah dan mendoakannya sambil berdiri.

CATATAN
Jenazah boleh dimasukkan ke dalam peti bila tanahnya berair atau jenazah
dalam kondisi rusak
Pada prinsipnya satu jenazah dikubur dalam satu liang kubur, tetapi tidak ada
larangan untuk mengubur beberapa jenazah dalam satu liang kubur dengan
posisi berjajar
Memindahkan kuburan diperbolehkan denagan alasan darurat atau demi
kemaslahatan, dengan hati-hati dan memuliakan jenazah
Autopsi (pembedahan) pada jenazah diperbolehkan atas dasar keperluan
mendesak ( kesehatan, penyelidikan, dll ) hingga terpenuhinya tujuan
pembedahan, kemudian jenazah diperlakukan sebagaimana mestinya,
menurut aturan sunnah
Penguburan di laut ( dari kapal ) dilakukan dengan memberi pemberat di
bagian kaki jenazah supaya tenggelam sebagai pengganti penguburan.
Sebelumnya jenazah dirawat seperti biasa.

LARANGAN YANG BERKAITAN DENGAN KUBURAN

Meninggikan timbunan kuburan lebih dari satu jengkal

Menembok kuburan sehingga menjadi bangunan

Menulisi kuburan dengan berbagai tulisan seperti nama, keluarga dll

Duduk diatas kuburannya

Menjadikan kuburan sebagai bangunan masjid

Berjalan diatas kuburan dengan menggunakan alas kaki

Semua hal yang menjurus kepada syirik dan tahayul

Perempuan yang selalu /sering berziarah kubur

Anda mungkin juga menyukai