Anda di halaman 1dari 4

TUGAS ETIKA 1

OBSERVASI TERHADAP KELOMPOK MARGINAL


Pengamatan saya terhadap tugas ini adalah pada pekerja nasi kucing di dekat
Universitas Diponegoro Semarang. Yang bernama Keli (25 tahun), Pak Keli sudah
berjualan sebagai PKL (Pedagang Kaki Lima) selama 8 tahun. Sekarang ini Pak Keli
mempunyai 1 istri (23 tahun) dan 1 anak (3 tahun). Pak Keli tinggal di kos-kosan
yang berada di jalan Tlogosari, Semarang namun sebenarnya Pak Keli tinggal di
Purwodadi. Walaupun rumah tinggal dengan tempat kerjanya jauh, beliau tetap
dengan semangat bekerja karena istrinya tidak mempunyai pekerjaan selain menjaga
anaknya dan dengan membuka warung kucingan bisa untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Pak Keli biasanya membuka warung sekitar jam 12.00-22.00 tetapi
setiap hari Sabtu Pak Keli buka dari jam 11.00-02.00 itu diperuntukkan bagi
mahasiswa UnDip (Universitas Diponegoro) yang sering nongkrong atau hanya
sekedar mencari makan karena biasanya tempat makan diatas jam 10 malam sudah
tutup. Warung Pak Keli terletak strategis jadi banyak yang sudah menjadi pelanggan
disana. Apalagi di dekat warung Pak Keli ada bengkel jadi semakin ramai warungnya.
Pak Keli terkenal sebagai orang yang ramah kepada pembelinya jadi tidak
heran kalau banyak yang makan disana. Bahkan ada mahasiswa-mahasiswa yang
membantu Pak Keli karena kadang kalau ramai Pak Keli tidak bisa melayani pembeli
yang lain. Tetapi mahasiswa-mahasiswa tersebut tidak meminta imbalan, mereka
melakukannya dengan sukarela. Dengan kerendahan hati dan keramahannya Pak Keli
semakin memperbanyak kenalan dan memperbesar peluang untuk mencapai
keuntungan dalam membuka warung. Sebelum bekerja disana, Pak Keli membuka
warung di depan rumahnya di Purwodadi tetapi karena disitu jarang pembeli yang
datang maka Pak Keli diajak temannya untuk bekerja di Semarang. Hal ini sangat
sulit untuk Pak Keli karena harus meninggalkan istrinya (saat itu Pak Keli masih
belum punya anak). Tetapi istrinya mendukung Pak Keli untuk bekerja di Semarang
sebab keuntungannya lebih besar daripada bekerja di Purwodadi. Akhirnya Pak Keli
mau untuk bekerja di Semarang dan setiap seminggu sekali Pak Keli pulang untuk
menengok istrinya. Istrinya juga bekerja di Purwodadi menjadi pembantu di warung
makan dekat rumahnya. Terkadang istrinya yang datang untuk menengok Pak Keli.
Kira-kira setelah 2 tahun bekerja di Semarang, istri Pak Keli pun pindah ke Semarang.

Istrinya yang membantu Pak Keli berjualan di warungnya. Kadang kalau warungnya
Pak Keli sepi, bos yang mempunyai bengkel di dekat warung Pak Keli memborong
semua jualan Pak Keli dan membagikannya ke para pekerja di bengkel tersebut.
Betapa beruntungnya Pak Keli karena tidak semua bengkel mau di halaman depannya
dipakai untuk berjualan warung nasi kucing. Pak Keli juga sudah lama kenal pemilik
bengkel tersebut. Pemilik bengkel itu memang terkenal baik terhadap para pekerjanya.
Ketika lebaran pasti semua pekerjanya diberi THR yang cukup lumayan banyak, Pak
Keli dan istrinya juga diberi. Menurut pemilik bengkel tersebut warung nasi kucing
Pak Keli sangat membawa keberuntungan bagi bengkelnya karena banyak orang
menunggu motornya di service dapat membeli makan ataupun minuman di warung
Pak Keli dengan begitu mereka tidak akan cepat merasa bosan dan meminta cepat
service motornya. Selain itu pelanggan Pak Keli yang rata-rata mahasiswa juga sering
membawa motornya ke bengkel tersebut dan menjadi pelanggan di bengkel tersebut.
Suatu hari ketika musim pancaroba istri Pak Keli jatuh sakit lalu masuk ke rumah
sakit karena terkena demam berdarah. Pak Keli yang hanya berpenghasilan pas-pasan
terpaksa meminjam uang kepada pemilik bengkel di dekat tempatnya bekerja. Dengan
senang hati pemilik bengkel tersebut mau membantu tanpa Pak Keli harus
mengembalikan uangnya. Pak Keli berpikir bahwa suatu hari dengan semua
kemampuannya harus membantu pemilik bengkel tersebut apapun kesulitannya.
Harapan yang besar tersebut dipenuhi Pak Keli ketika pemilik bengkel itu
mengadakan hajatan untuk anaknya. Dengan ikhlas Pak Keli mau untuk memasakkan
tanpa perlu dibayar. Pak Keli bersama istrinya sangat berterima kasih kepada pemilik
bengkel tersebut dan sudah mengganggap sebagai saudara sendiri.
Setelah 5 tahun bekerja, Pak Keli dikaruniai seorang anak. Sejak saat itu
istrinya hanya tinggal di rumah karena Pak Keli tidak mau ada hal-hal yang tidak
diinginkan terjadi. Dan Pak Keli berjualan seorang diri namun tidak masalah baginya.
Ada seorang anak ABG di kosnya itu pengangguran lalu Pak Keli mengajaknya untuk
bekerja bersama. Ternyata anak tersebut telah lama ditinggal oleh kedua orangtuanya
dan sekarang ia hanya mengganggur dan ikut tidur di kos temannya. Pak Keli ingin
membantunya dengan mengajak bekerja bersama tetapi tidak disangka anak tersebut
sangat rajin bekerja. Ketika anak Pak Keli lahir, anak tersebut yang menjaga warung
Pak Keli dan Pak Keli sangat percaya pada anak tersebut. Istri Pak Keli harus
melahirkan melalui operasi Caesar karena ada masalah dengan bayinya. Operasinya

pun berjalan dengan lancar. Pak Keli dianugerahi anak laki-laki. Dengan lahirnya
anak tersebut, Pak Keli meminta istrinya untuk kembali ke Purwodadi karena disana
ada orangtua Pak Keli yang dapat membantu istrinya menjaga anak semata
wayangnya. Pak Keli semakin giat bekerja untuk membiayai istri dan anaknya. Setiap
libur Pak Keli selalu pulang ke Purworejo untuk menengok keadaan istri dan anaknya.
Dari pengalaman hidup Pak Keli, saya menyadari bahwa setiap orang punya
liku-liki kehidupan yang berbeda. Tuhan mempunyai rencana yang berbeda dari setiap
anak-anakNya. Ada yang hanya pasrah dengan hidupnya tanpa mau berjuang untuk
hidup lebih baik tetapi banyak juga yang berusaha dengan semua kemampuannya
untuk dapat mencapai apa yang Tuhan inginkan dalam hidupnya. Saya bersyukur
karena saya dilahirkan dari keluarga yang terhitung mampu dalam masalah ekonomi.
Saya bersyukur mempunyai orangtua yang sangat saying terhadap saya dan ingin
selalu mencukupi kebutuhan-kebutuhan saya. Entah itu kebutuhan secara primer atau
sekunder. Melalui pengalaman Pak Keli saya sadar bahwa setiap orangtua pasti telah
banyak berjuang sebelum saya lahir. Dari mencari pekerjaan tetap untuk dapat
menghidupi anak-anaknya tanpa melihat betapa beratnya pekerjaan yang harus
dilakukannya. Menurut wawancara saya dengan Pak Keli, beliau tidak dapat
melanjutkan sekolah sejak SMA. Jadi beliau hanya sampai tamat SMP. Beliau tidak
ingin merepotkan orangtuanya maka dari tamat SMP beliau sudah bekerja membantu
orangtuanya. Ingin sekali bagi Pak Keli untuk dapat melanjutkan sekolah sampai
sarjana namun karena keterbatasan biaya, beliau tidak dapat memenuhi mimpinya.
Kesamaan saya dengan Pak Keli adalah dapat menjadi seorang saarjana yang bisa
membanggakan orangtua tetapi perbedaan kami yaitu dari segi ekonomi. Walaupun
Pak Keli tidak dapat mewujudkan mimpinya, ia berusaha untuk membuat anaknya
kelak mewujudkan mimpi oramgtuanya yang tertunda. Semangat kerja Pak Keli
dengan tantangan kehidupan yang ada semakin menjadikan penyemangat bagi orangorang di sekitarnya termasuk saya. Perbedaan lainnya adalah terkadang sebagai
mahasiswa saya selalu lupa akan tanggung jawab untuk belajar, selalu menyepelekan
tugas-tugas padahal orangtua mencari uang untuk dapat membiayai saya agar saya
dapat menjadi seorang yang berhasil tetapi saya malas untuk bersemangat belajar.
Banyak orang-orang diluar / anak-anak jalanan yang tidak dapat sekolah padahal
mereka ingin sekali untuk sekolah. Mungkin bila mereka dibiayai untuk dapat

menuntut ilmu, mereka akan lebih bersemangat daripada saya. Mereka lebih
menghargai sekolah.
Kehidupan sebagai mahasiswa dan siswa sangat berbeda jauh. Mahasiswa
dituntut lebih untuk bekerja sendiri tanpa harus diatur oleh oragtua maupun gurunya.
Ini yang membuat beberapa orang lebih menyukai sekolah daripada kuliah. Tetapi
setelah mendengar kisah hidup seorang Pak Keli, saya seharusnya bersyukur karena
dapat melanjutkan sekolah sampai kuliah. Saya tersentuh dengan cerita Pak Keli
karena beliau tidak pernah mengeluh akan jalan hidupnya melainkan beliau terus
berusaha untuk dapat mewujudkan impiannya untuk menjadi seorang suami dan ayah
yang baik bagi anaknya. Dalam keadaan susah sekalipun beliau tidak akan mengeluh
karena menurut beliau kehidupan ini sudah diatur dan sudah mempunyai jalan
penyelesain sendiri. Walaupun Pak Keli seorang islami tetapi beliau juga menganggap
bahwa Tuhan itu ada. Beliau tidak pernah membedakan agama. Sifat beliau yang
selalu ramah dan menyenangkan menjadikan beliau disegani di tempatnya bekerja dan
dijadikan panutan banyak orang karena jarang ada orang yang menerima hidupnya
yang bisa dibilang kekurangan seperti Pak Keli. Tetapi beliau mau terus berusaha agar
hidupnya dapat bermanfaat bagi sesamanya. Dari segi ekonomi juga tidak
dipermasalahkan oleh Pak Keli, tetapi menjadikannya lebih semangat untuk hidup
karena ia tidak ingin nanti kelak anak-anaknya seperti beliau. Ia ingin anaknya dapat
sukses dari Pak Keli. Pengalaman hidup yang sangat berkesan buat saya dan saya
berharap saya dapat selalu menjadikan pengalaman Pak Keli menjadai panutan dalam
hidup saya.

LILIANI
22411119

Anda mungkin juga menyukai