PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta mahluk
hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara
bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi mendatang. Aspek
penghematan dan pelestarian sumber daya air harus di tanamkan pada segenap
pengguna air (Effendi, 2003).
Air merupakan sumberdaya alam yang sangat dibutuhkan bagi semua siklus
kehidupan. Semua orang berharap bahwa seharusnya air diperlakukan sebagai bahan
yang sangat bernilai, dimanfaatkan secara bijak, dan dijaga terhadap pencemaran.
Namun kenyataannya air selalu dihamburkan, dicemari, dan disia-siakan. Air juga
merupakan sumberdaya alam yang sifatnya dapat diperbarui, karena air selalu
mengalir dalam satu siklus yang disebut daur hidrologi. Meskipun air dapat
diperbarui, akan tetapi air juga mengalami perubahan, baik dari segi jumlah
(kuantitas) maupun mutu (kualitas) (Riyadi, 2006 ).
Perairan umum adalah perairan di permukaan bumi yang secara permanen
atau berkala digenangi oleh air, baik air tawar, air payau, maupun air laut, mulai dari
garis pasang terendah ke arah daratan dan air tersebut terbentuk secara alami maupun
buatan. Perairan umum tersebut diantaranya adalah perairan sungai, danau, waduk,
rawa dan genangan air lainnya (UU No.7/2004 tentang Sumberdaya Air). Sekitar 75%
dari permukaan bumi ditutupi perairan, terutama perairan asin. Sedangkan sisanya
adalah perairan tawar dan perairan payau. Ekologi perairan adalah hubungan timbal
balik antara makhluk hidup yang ada dalam perairan dengan lingkungan perairan
tersebut. Air merupakan kebutuhan mutlak bagi makhluk hidup, termasuk plankton,
benthos dan nekton (Kasry dan Nur, 2012).
Kondisi suatu perairan dapat dinilai dengan berbagai metode dan berbagai
sudut pandang. Sifat-sifat ini akan saling berinteraksi dan saling pengaruh
mempengaruhi satu salam lain secara kompleks; sehingga kondisi fisik dan kimiawi
akan mempengaruhi kondisi biotik; demikian juga sebaliknya, bahwa kondisi biotik
juga dapat mempengaruhi kondisi fisik dan kimiawi suatu perairan (Tobing, 2009).
Kualitas air mempunyai peranan penting dalam meningkatkan laju
pertumbuhan dan kehidupan ekosistem perikanan. Air mempunyai fungsi
memudahkan manusia untuk keperluan pertanian, perikanan, rumah tangga maupun
untuk pembuangan limbah. Masalah utama yang dihadapi oleh sumberdaya air adalah
kualitas air yang tidak mampu memenuhi kebutuhan secara terus menerus. Hal ini
terjadi karena adanya kegiatan industri, domestik dan kegiatan lain, seperti
pembuangan limbah yang menyebabkan dampak negatif terhadap sumberdaya air
terutama terhadap tingkat kualitas air (Rokhim dkk., 2009).
Sumber daya air sangat diperlukan untuk mendukung kehidupan manusia,
flora dan fauna, oleh sebab itu sumber daya air perlu dikelola secara baik, sehingga
dapat memenuhi kebutuhan pembangunan. Kekurangan air dapat menimbulkan
kekeringan dan berdampak pada kehidupan spesies yang semakin rentan pada
kesehatan, panen dan kepunahan. Di sisi lain, kelebihan air yang ekstrim dapat juga
berdampak buruk pada kehidupan manusia, pertanian dan spesies tertentu
(Bonita, 2014).
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumberdaya air meliputi kuantitas
air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus menerus meningkat dan
kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri,
domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumberdaya air, antara lain
menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan,
kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumberdaya
air. Oleh Karena itu diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumberdaya air secara
seksama (Effendi, 2003).
Selain itu, pembuangan berbagai jenis limbah secara langsung yang berasal
dari pemukiman (domestik), industri, pertanian, peternakan dan sebagainya ke badan
sungai, tanpa terlebih dahulu di olah dalam instalasi pengolahan limbah, akan
berakibat buruk bagi kehidupan jasad hidup di dalam air. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan parameter lingkungan didalam air yang tidak sesuai lagi bagi
kehidupan jasad hidup. Apabila perubahan yang terjadi melewati ambang batas yang
masih dapat di tenggang oleh jasad hidup dalam air, maka akibatnya akan fatal bagi
kelangsungan kehidupannya (Barus, 2004).
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum Fisika dan Kimia Air ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk ke dalam parameter fisika air
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk kedalam parameter kimia air.
3. Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan dalam mengukur parameter kualitas
air.
4. Untuk mengetahui pentingnya kualitas perairan.
Manfaat Praktikum
Adapun manfaat praktikum Fisika dan Kimia Air ini adalah dapat
membedakan antara parameter fisika dengan parameter kimia, mengetahui alat yang
digunakan dalam pengukuran parameter fisika dan kimia dan memahami cara
pengukuran dan menggunakan alatnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kualitas Air
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energy atau
komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu
parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia
(pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebaginya) dan parameter biologi
(keberadaan plankton, bakteri dan sebagainya) (Effendi, 2003).
Kualitas air merupakan suatu syarat penting dan dapat mempengaruhi
pengelolaan, kelangsungan hidup, perkembangan, pertumbuhan dan produksi ikan.
Kualitas suatu perairan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap survival
dan pertumbuhan makhluk hidup di perairan itu sendiri. Lingkungan yang baik
(hiegienis bagi hewan diperlukan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya)
(Minggawati dan Lukas, 2012).
Kualitas air dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi di mana nilai-nilai
variabel kualitas dan kuantitas air tidak berubah dengan waktu atau valuasi fenomena
seperti limpasan badai spils dari polutan. Model ini biasanya sederhana dan
memerlukan sedikit usaha competitional dari model dinamis atau sementara dan lebih
relevan dengan perencanaan yang panjang daripada mengontrol dan mengaturnya
(Biswas, 1981).
Parameter Fisika Air
Temperatur
Menurut hukum Vant Hoffs, kenaikan temperatur sebesar 10o C akan
meningkatkan laju metabolisme dari organisme sebesar 2-3 kali lipat. Akibat
meningkatnya laju metabolisme, akan menyebabkan konsumsi oksigen meningkat,
sementara dilain pihak dengan naiknya temperatur akan menyebabkan DO dalam air
menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan organisme air kesulitan untuk melakukan
respirasi. Pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara
sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh
vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh ditepi (Barus, 2004).
Peningkatan temperatur mengakibatkan peningkatan visikositas, reaksi kimia,
evaporasi dan volatilisasi. Peningkatan temperatur juga menyebabkan penurunan
kelarutan gas dalam air misalnya, gas oksigen, karbondioksida, nitrogen dan
sebagainya. Kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air dan selanjutnya
mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen (Effendi, 2003).
Temperature merupakan salah satu factor abiotik yang keberadaannya sangan
memengaruhi pertumbuhan fitoplankton. Peningkatan temperature pada kisaran
toleransi akan meningkatkan laju metabolisme dan aktivitas fotosintesis fitoplankton.
Reaksi kimia enzimatik dalam prose fotosintesis akan dipengaruhi secara langsung
oleh temperature. Peningkatan suhu sebesar 10C akan meningkatkan laju fotosintesis
maksimum lebih kurang dua kali lipat. Setiap jenis fitoplankton memiliki temperatur
yang optimum tersendiri dan sanga bergantung kepada faktor lain seperti cahaya.
Kisaran temperatur yang optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah
20-30C. alga dalam filum chlorophyta tumbuh dengan baik pada kisaan temperatur
30-35C dan diatom pada temperatur 20-30C (Asriyana dan Yuliana, 2012).
Cahaya
Ketersediaan cahaya dalam badan air baik secara kuantitatif maupun kualitatif sangat
bergantung pada waktu (harian, musiman, tahunan), tempat (letak geografis,
kedalaman), kondisi prevalen diatas permukaan air (penutupan awan, inklinasi
matahari) atau dalam perairan (refleksi, absobsi oleh air dan materi-materi terlarut,
serta penghamburan oleh pertikal-pertikal tersuspensi) (Asriyana dan Yuliana, 2012).
Faktor cahaya matahari yang masuk ke dalam air akan mempengaruhi sifatsifat optis dari air. Sebagian cahaya matahari tersebut akan diabsorbsi dan sebagian
lagi akan dipantulkan ke luar dari permukaan air. Dengan bertambahnya kedalaman
lapisan air intensitas cahaya tersebut akan mengalami perubahan yang signifikan baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Bagi organisme air, intensitas cahaya berfungsi
sebagai alat orientasi yang aka mendukung kehidupan organisme tersebut dalam
habitatnya (Barus, 2004).
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah :
1. Parameter fisika air terdiri dari temperatur, cahaya, kecerahan, dan kekeruhan.
2. Parameter kimia air terdiri dari pH, oksigen terlarut (DO), dan salinitas.
3. Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran parameter kualitas air baik fisika
maupun kimia diantaranya secchi disk, thermometer, turbidimeter, pH-meter, DOmeter, refraktometer dan lain-lain.
4. Kualitas perairan merupakan indikator penting dalam mengetahui tingkat
kesuburan suatu perairan dan juga digunakan sebagai indikator pencemaran
perairan.
Saran
Adapun saran dari makalah ini yaitu agar semua materi dalam praktikum ini
bisa di praktekkan langsung ke lapangan sehingga para praktikan bisa lebih
memahaminya.