Isi Tugas Proposal Penelitian Dan Penulisan Hukum
Isi Tugas Proposal Penelitian Dan Penulisan Hukum
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi perekonomian yang terpuruk telah memaksa pemerintah dan
dunia usaha untuk lebih kretif dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif agar
mampu membuka peluang investasi baru atau mempertahankan/ memajukan
usaha yang telah ada.
Melaui berbagai regulasi, pemerintah telah menciptakan perangkat hukum
bagi berkembangnya investasi melalui dunia usaha. Di sisi lain, pengusaha juga
berupaya untuk menangkap setiap puluang bisnis yang ada, baik melalui
pemanfaatan berbagai kemudahan usaha yang diberikan pemerintah maupun
melalui upaya-upaya internal, misalnya melakukan efesiensi untuk menghemat
biaya operasional.
Perkembangan ekonomi global dan kemajuan yang
begitu cepat
memembawa dampak timbulnya persaingan usaha yang begitu ketat dan terjadi di
semua lini. Lingkungan yang sangat kompetitif ini menuntut dunia usaha untuk
menyesuaikan dengan tuntutan pasar yang memerlukan respons yang cepat dan
fleksibel dalam peningkatan pelayanan terhadap pelanggan. Untuk itu diperlukan
suatu perubahan struktural dalam pengelolaan usaha dengan memperkecil rentang
kendali menejemen, memangkas sedemikian rupa sehingga dapat menjadi lebih
efektif, efisien dan produktif.
2 Libertus Jehani, Hak-hak Karyawan Kontrak, Forum Sahabat, Jakarta, 2008, hlm. 3.
3 Muzni Tambusai. Pelaksanaan outsourcing Ditinjau Dari Aspek Hukum Ketenegakerian Tidak
mengaburkan Hubungan Industrial, www.nakertrans.go.id, 10 Oktober 2005.
terutama keamanan kerja yang menjadi faktor pemicu timbulnya persoalan hukum
dalam penerapan outsourcing, anatara lain perbedaan kepentingan para pihak.4
Melihat hubungan kerja segitiga, yaitu antara perusahaan perekrut tenaga
kerja dengan perusahaan tempat bekerja tenaga kerja, maka telah terjadi
pergeseran definisi hubungan kerja. Hubungan kerja yang semula diartikan
sebagai hubungan antara perusahaan/majikan, yaitu orang atau perusahaan yang
mempekerjakan orang lain untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dengan
memberikan upah dan pekerja, yaitu sebagai orang yang memberikan tenaganya
untuk mengerjakan pekerjaan tertentu dengan menerima upah.
Dalam hubungan kerja biasa, pekerja mempunyai hubungan dengan
pengusaha yang mempekerjakannya. Dalam hubungan langsung tersebut,
pengusaha akan membayarkan segala hak pekerja secara langsung, demikian juga
sebaliknya, pekerja memberikan tenaganya secara langsung kepada perusahaan
yang merekrutnya. Hal ini tidak berlaku pada hubungan kerja outsourcing, karena
pembayaran dilakukan antara perusahaan pemakai tenaga kerja kepada
perusahaan penyalur tenagakerja kemudian kepada tenagakerja.
Akan tetapi dari sisi tenagakerja, kondisi demikian sering menimbulkan
persoalan, khususnya masalah ketidak pastian hubungan kerja. Perusahaan
outsourcing, biasanya membuat perjanjian dengan pekerja apabila ada perusahaan
yang membutuhkan tenaga kerja. Perjanjian tersebut biasanya hanya berlaku
selama pekerjaan masih tersedia, dan apabila perjanjian atas pekerjaan tersebut
4 Sehat Damanik, Outsourcing dan Perjanjian Kerja, DSS Publiser, 2007,Hlm. 95.
telah berakhir, maka hubungan kerja antara pekerja dan perusahaan outsourcing
juga berakhir. Dalam kondisi demikian
melakukan prinsip no work no pay, yaitu pekerja tidak akan digaji selama tidak
bekerja, sekalipun hubungan kerja di antara pekerja dengan perusahaan telah
berlangsung bertahun-tahun.
Ketentuan mengenai perjanjian kerja diatur dalam Undang-Undang No 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (Selanjutnya disebut Undang-undang
ketenagakerjaan). Menurut Pasal 1 angka 14 UU Ketenagakerjaan pengertian
perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau
pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja,serta hak dan kewajiban para
pihak. Selanjutnya pada pasal 1 angka 15 UU ketenagakerjaan disebutkan bahwa
hubungan kerja adalah hubungan antara pekerja dengan pengusaha berdasarkan
perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan upah dan perintah.
Pada asasnya , semua aturan yang dituangkan dalam perjanjian kerja harus
dibuat berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Namun dalam praktiknya isi
perjanjian kerja tersebut selalu dibuat/ditetapkan oleh pengusaha secara sepihak,
sehingga isinya juga cenderung memberatkan pekerja. Melihat adanya keterkaitan
yang sangat erat antara bisnis outsourcing dengan perjanjian kerja tersebut
menjadi latar belakang permasalahan yang timbul sehubungan dengan pekerja
yang di pekerjakan berdasarkan outsourcing yang hanya diberikan kompensasi
minimal baik itu dalam hal gaji maupun tunjangan lainnya dan tidak adanya job
security serta tidak adanya jaminan pengembangan karir, intinya adalah karena
HUKUM
TERHADAP
JAMINAN
HAK
PEKERJA
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan
permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap perjanjian antara pekerja dengan
perusahaan penyedia jasa tenaga kerja melindungi pekerja dalam praktik
outsourching.
2. Bagaimankah Jaminan atas hak-hak pekerja pada perusahaan outsourcing
yang diberikan oleh perusahaan penyedia jasa tenaga kerja dalam praktik
outsourcing.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai Tujuan Sebagai Berikut :
1. Untuk menganalisan dan menetapkan mengenai perlindungan hukum
terhadap perjanjian antara pekerja dan perusahaan penyedia jasa tenaga
kerja dalam rangka melindungi pekerja pada praktik outsourcing.
sebagai
bahan
referensi
dalam
ketenagakerjaan
dalam
hal
ini
dilaksanakan
oleh
DISNAKERTRANS.
b. Diharapkan dapat menjadibahan masukan dan informasi bagi yang
berkepentingan, dalam usahanya untuk meningkatkan jaminan
ketenaga kerjaan bagi tenaga kerja dan keluarganya.
E. Kerangka Pemikiran
Pembangunan Nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan
yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa
dan negara dalam rangka mewujudkan tujuan nasional negara Indonesia seperti
yang
tertuang
dalam pembukaan
10
dimana tindakan pemerintah maupun rakyat tidak boleh dilakukan secara semenamenan melainkan berdasarkan atas hukum menurut Rukmana Amanwinata:7
negara hukum di Eropa Barat di kenal dengan istilkah rechisstaat.
Pemukanya antara lain Imanuel kant,Frederik Julus Stahl dan paul
scholten. Sedangkan di negara-negara anglo saxo, khususnya di Inggris,
dipergunakan istilah rule of law dengan pemukanya antara lain Albert
Venn Dicey.
dalam
melaksanakan
tugas
dan
kewajibannya
harus
7 Rukmana Amanwinata, Kemerdekaan Mengeluarkan Pikiran Dengan Tulisan Dalam Pasal 28 UUD 1945
(Suatu Ponelitian Tentang Implementasi Kemerdekaan Mongeluarkan Pikiran-Pikiran Dengan Tulisan
Dalam Media Massa Cetak Pada Masa Orde Baru, Tesis. Fakuttas Pascasajana Universitas Padjadjaran
Bandung. 1988. him 60
8 Sri Soemantri M. Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia, Alumni, Bandung 1992, hlm. 29 30.
9 Padmo Wahnjono, Indonesia bordasar atas hukum. Ghalia indonesia, Jakarta, 1982, hlm. 9.
11
12
konsep empat kebebasan (the four freedoms) yang ditawarkan oleh Presiden
Amerika Serikat Franklin Delano Roosevelt, konsep tersebut terdiri dari:12
1. Kebebasan berbicara dan melahirkan fikiran (freedom of speach and
Taoughts)
2. Kebebasan untuk beragama ( freedom of religion)
3. Kebebasan dari ketakutan ( freedom of fear)
4. Kebebasan dari kebutuhan (freedom of want)
Namun Deklarasi Hak-Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa
tidak hanya mencakup konsep dari ketiga revolusi dan doktrin Roosevelt tersebut.
Deklarasi ini mencakup kewarganegaraan, hak politik, hak ekonomi, hak sosial
dan hak kebudayaan. Hak-hak itu adalah pemberian Allah SWT sebagai
konsekuensi dari manusia adalah ciptaan-Nya. Hak-hak itu adalah sifatnya kodrati
natural dalam arti:13
Kondratlah yang menciptakan dan mnegilhami akal budi dan pendapat
manusia setiap oang dilahirkan dengan hak-hak tersebut, hak-hak itu
dimiliki nmanusia dalam keadaan alamiah (State of natural) dan kemudian
di bawahnya dalam hidup bermasyarakat, sebelum adanbya pemerintahan,
individu itu otonom dan berdaulat: oleh karena itu tetap berdaulat di
bawah setiap pemerintah karena kedaulatan tidak dapat dipindahkan
(inalienable) dan adanya pemerintah hanya atas persetujuan yang
diperintah.
12 Eggi Sudjana dan Ali Sofyan Husain, HAM Dalam Bingkai Pembangunan dan Demokratisasi, CIDES.
Jakarta, 1997. hlm. 3.
13 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya, 1987 hlm. 42.
13
khusus melalui
tindakan
pemerintah
dalam melindungi,
menegankkan dan memajukan hak asasi manusia adalah hak untuk bekerja serta
mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja, hal
ini mencerminkan hubunngan dibidang ketenagakerjaan yanng berdasarkan pada
Pasal 28D ayat (2) UUD 1945, yang kemudian diperjelas lagi di atur oleh
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Jadi, jelas
bahwa antara hak asasi manusia dengan perlindungan buruh/tenaga kerja
mempunyai keterkaitan yang erat dan dapat dikatakan bahwa perlindungan hak
asasi manusia (human rights) tercakup penegakan hukum ketenagakerjaan.
14 Darwan Prinst, Sesialisasi dan Desiminasi Penegakan Hak Asasi Manusia, Citra Aditya Bahkti.
Bandung, 2001. Hlm. 15.
14
kepastian hukum terutama bagi tenaga kerja tersebut adalah melalui pelaksanaan
dan penerapan perjanjian kerja. Karena, dengan adanya perjanjian kerja, diletakan
15 Iman Soepomo, Pengantar Hukum Perburuban, Djambatan, Jakarta. 1999, hlm.1 3.
16 Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm.
9.
15
segala hak dan kewajiban secara timbal balik antara pengusaha dan pekerja.
Dengan demikian kedua belah pihak dalam melaksanakan hubungan kerja telah
terkait pada apa yang mereka sepakati dalam perjanjian kerja maupun peraturan
perundang undangan yang berlaku.
Hal yang paling menonjol terhadap kebijakan pemerintah dalam bidang
ketenagakerjaan adalah dengan dikeluarkannya UU Ketenagakerjaan. Di dalam
undang-undang tersebut begitu jelas disebutkan pada Pasal 4 tentang tujuan
pembangunan ketenagakerjaan, yaitu:
1. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi.
2. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja
yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah.
3. Memberikan perlindunagn kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejakteraan dan
4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
Salah satu wujud konkret upaya untuk mencapai tujuan tersebut,
pemerintah telah menentukan sutau perangkat yang berfungsi sebagai sarana
perlindungan dan kepastian
16
Perjanjian kerja seperti ditentukan dalam Pasal 1 angka 14 Undangundang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pada dasarnya
menyangkut objek perjanjian yaitu berupa syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban
antara pekerja dengan pengusaha selaku pemberi kerja. Dengan adanya perjanjian
kerja maka akan menimbulkan hubungan kerja.
Hubungan kerja merupakan salah satu bentuk hubungan hukum, akan
tetapi di dalam hubungan kerja terdapat karakteristik tersendiri yang membedakan
dengan hubungan-hubungan hukum yang lain. Di dalam hubungan kerja harus ada
4 (empat) unsur yang harus dipenuhi yaitu, adanya unsur pekerjaan tertentu, di
bawah perintah, waktu dan upah.
Ketentuan tersebut di atas, menunjukkan bahwa kedudukan yang satu,
yaitu pekerja, adalah tidak sama dan seimbang yaitu di bawah. Jika dibandingkan
dengan kedudukan dari pihak majikan dengan demikian dalam melaksanakan
hubungan hukum atau kerja, maka kedudukan hukum antara keduableh pihak
jelas tidak dalam kedudukan sama dan seimbang.17
Di dalam konsepsi UU Ketenagakerjaan mengandung maksud bahwa
antara subjek yang melakukan perjanjian kerja, adalah kedudukan yang sama dan
sederajat, maksud yang dikandung dalam ketentuan pasal 1 angka 14 UU
Ketenagakerjaan tersebut akan meningkatkan harkat dan martabat manusia
pekerja yang sama dengan kedudukan pemberi kerja yaitu pengusaha. Namun jika
dikembalikan dengan adanya karakteristik yang ada dalam hubungan kerja
17 Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 31.
17
tersebut, apakah kehendak dari UUK tersebut sesuai dengan fakta dan keadilan
bagi hubungan antara pekerja dan pengusaha, hal demikian masih memerlukan
kajian lebih lanjut.
Pada dasarnya hubungan kerja, yaitu
18 Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hlm. 8.
19 Iman Soepomo ,Pengantar Hukum Perburuhan, Djambatan, Jakarta, 1985, hlm. 53.
20 Sendjum H. Manulang, Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan, Rineka Cipta, Jakarta, 1990, hlm. 64.
18
ketentuan yang berkenaan dengan hubungan kerja tersebut, yaitu hak dan
kewajiban buruh serta hak dan kewajiban majikan.
Hukum ketenagakerjaan yang mengatur hubungan pekerja dengan
pengusaha dapat bersifat perdata(privat) dan dapat bersifat publik. Dikatakan
21 Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Sumur Bandung, Jakarta, 1973, hlm. 10.
22 R Subekti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya bakti, Jakarta, 1995, hlm. 8.
23 Iman soepomo, Op. Cit., hlm. 53
19
bersifat perdata oleh karena mengatur kepentingan orang perorangan, dalam hal
ini antara pekerja dan pengusaha mengadakan suatu perjanjian yang disebut
dengan perjanjian kerja. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang
dimaksud dengan perjanjian kerja sesui dengan yang terdapat dalam pasal 1601 a
yaitu:
Perjanjian kerja adalah sutau perjanjian di mana pihak yang satu sebagai
buru/pekerja mengikatkan dirinya untuk bekerja pada pihak lainnya sebagai
majikan dengan mendapatkan upah selama waktu tertentu.
24 Wiwoho Soedjono, Hukum Perjanjian Kerja, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hlm. 12.
20
21
dengan
UU
Keternagakerjaan
disebutkan
bahwa
tujuan
22
antara
lain
adanya
perbedaan
kepentingan
para
pihak.
23
pemberi pekerjaan, maka negosiasi terhadap upah/jasa pekerja tidak bisa diketahui
oleh pekerja/buruh.
Akibat pelaksanaan outsourcing yang tidak sesuai dengan aturan yang ada
maka hubungan antara pekerja kontrak (outsourcing) dengan pengusaha menjadi
tidak harmonis, akibatnya diperlukan suatu perlindungan hukum terhadap jaminan
hak pekerjadalam perjanjian outsourcing antara pekerja dengan perusahaan
penyedia jasa pekerja.
F. Metode Penelitian
Metode penilitian yang digunakan dalam penyusunan Tesis ini adalah :
1. Metode Pendekatan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pendekatan yuridis
normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan mengutamakan meneliti
data sekunder serta implementasinya dalam praktik khususnya berkaitan dengan
perlindungan hukum terhadap jaminan hak pekerja dalam perjanjian outsourcing
antara pekerja dengan perusahaan penyedia jasa pekerja.
2. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi dalam penelitian ini adala deskriptif analitis, yaitu dengan
menggunakan penelitian deskriptif analitis yang mengembangkan peraturan
perundangan yang berlaku dan dihubungkan dengan praktik pelaksanaannya yang
menyangkut permasalahan yang diteliti mengenai, perlindungan hukum terhadap
jaminan hak pekerja dalam perjanjian outsourcing antara pekerja dengan
24
Tentang
Ketenagakerjaan.
d) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaina
Perselisihan Hubungan Industrial.
e) Undang-Undang Nomor 25 Tahn 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Peraturan Presiden RI
Nomor 7 tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2004-2009.
2) Bahan hukum sekunder yang memberi penjelasan mengenai bahan
hukum primer, yaitu:
Buku-buku litelatur, artikel-artikel ilmiah teks-teks yang berkaitan
denga penelitian ini. Hasil penelitian, berupa jurnal penelitian yang
ada hubungannya dengan penelitian ini. Tesis seminar-seminar
huku.
3) Bahan hukum tertier yang memberi petunjuk tentanag penjelasan
bahan hukum sekunder, misalnya:
25
Kamus antara lain kamus bahasa indonesia, atikel pada majalah atau
koran, seperti koran Kompas, Pikiran Rakyat dan lain-lain yang
mengulas tentang outsourcing dan berkaitan dengan penelitian ini.
b. Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan (field research) guna mendapat data primer sebagai
data yang akan dianalisi, etrutama yang berkaitan dengan perjanjian
kerjasama. Penelitian lapangan (field research) dilakukan dalam bentuk
wawancara.
4. Teknik Penelitian
Untuk data sekunder dilakukan melalui studi kepustakaan sedangkan data
primer dilakukan melalui wawancara dengan tujuan memperoleh lebih lanjut
dari apa yang peneliti dapatkan dari bahan-bahan pustaka.