Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memeberikan rahmat dan
hidayahNya , sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah pendidikan Indonesia lama
tentang perkembangan pendidikan Muhammadiyah di Indonesia.
Makalah ini disusun oleh kelompok kami untuk menyelesaikan tugas dan memberi
wawasan bagi mahasiswa di program pendidikan di perguruan tinggi. Kami berharap
makalah ini dapat menambah wawassan mahasiswa tentang sejarah pendidikan Indonesia
lama prakemerdekaan.
Tersusunnya makalah ini tidak lepas dari kejasama yang baik antara kelompok kami
dengan berbagai pihak yang bersangkutan. Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah kami ini.
Kami sebagai kelompok senantiasa mengharap dan menerima kritik serta saran yang
membangun sebagai bahan evaluasi bagi kami untuk menciptakan makalah yang lebih baik
untuk kedepannya.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai sejarah pendidikan yang beragam. Hal
ini dikarenakan banyak organisasi organisasi yang juga mencantumkan pendidikan sebagai
sarana pergerakan maupun komitmen. Dari sekian banyak organisasi tersebut dapat kita
ketahui Muhammadiyah adalah salah satu organisasi yang sampai saat ini masih
menunjukkan eksistensinya, dan bahkan berkembang dengan sangat pesat seiring
perkembangan zaman. Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di
Indonesia. Arti kata Muhammadiyah sendiri adalah pengikut Muhammad atau dikenal
sebagai orang orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.
Muhammadiyah saat ini menjadi organisasi yang berpengaruh dalam dunia
pendidikan. Walaupun awalnya didirikan oleh kelompok Islam, namun Muhammadiyah
mampu berkembang dengan baik seiring kemajuan zaman sehingga mudah diterima oleh
seluruh elemen masyarakat Indonesia. Banyak hal yang mendorong kemajuan organisasi ini
seperti halnya visi misi , konsep pendidikan, tujuan, maupun kuriukulum yang saling
berkesinambungan sehingga Muhammadiyah dapat berproses dengan baik dalam
masyarakat. K.H. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadaiyah sangat berharap
pembaharuan yang ia bawakan dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberikan
pencerahan mental kepada bangsa ini.
Sejarah panjang yang dialami Muhammadiyah dan K.H. Ahmad Dahlan sebagai pendiri
organisasi perlu kita ketahui, karena Muhammadiyah sebagai organisasi yang bergerak pada
bidang pendidikan yang juga ikut serta membangun dan mencerdaskan bangsa memiliki latar
belakang dan tujuan yang baik yang berguna bagi kemajuan bangsa khususnya pada bidang
pendidikan saat ini.

B. Rumusan Masalah
1.

Apa faktor yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah?

2.

Apa tujuan pendidikan Muhamamdiyah?

3.

Bagaimana perkembangan Muhammadiyah di Indonesia?

4.

Apa konsep pendidikan Muhammadiyah?

5.

Bagaimana kurikulum pendidikan Muhammadiyah?

6.

Bagaimana pendidikan dan pengajaran di Muhammadiyah?

BAB II
PEMECAHAN MASALAH
A. FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH
1.)
a.

Faktor Internal

Kelemahan dan praktek ajaran Islam


Kelemahan praktek ajaran agama Islam dapat dijelaskan melalui dua bentuk.
a.1 Tradisionalisme
Pemahaman dan praktek Islam tradisionalisme ini ditandai dengan pengukuhan yang
kuat terhadap khasanah intelektual Islam masa lalu dan menutup kemungkinan untuk
melakukan ijtihad dan pembaharuan pembaharuan dalam bidang agama. Paham dan praktek
agama seperti ini mempersulit agenda umat untuk dapat beradaptasi dengan perkembangan
baru yang banyak datang dari luar(barat). Tidak jarang, kegagalan dalam melakukan adaptasi
itu termanifestasikan dalam bentuk bentuk sikap penolakan terhadap perubahan dan
kemudian berapologi terhadap kebenaran tradisional yang telah menjadi pengalaman hidup
selama ini.

a.2 Sinkretisme
Pertemuan Islam dengan budaya lokal disanping telah memperkaya khasanah budaya
Islam, pada sisi lainnya telah melahirkan format format sinkretik, percampuradukkan antara
sistem kepercayaan asli masyarakat masyarakat budaya setempat. Sebagai proses budaya,
percampuradukkan budaya ini tidak dapat dihindari, namun kadang kadang menimbulkan
persoalan ketika percampuradukkan itu menyimpang dan tidak dapat dipertanggungjawabkan
dalam tinjauan aqidah Islam. Orang Jawa misalnya, meski secara formal mengaku sebagai
muslim, namun kepercayaan terhadap agama asli mereka yang animistik tidak
berubah. Kepercayaan terhadap roh roh halus, pemujaan arwah nenek moyang, takut pada
yang angker, kuwalat dan sebagainya menyertai kepercayaan orang Jawa. Islam, Hindu,

Budha, dan animisme hadir secara bersama sama dalam sistem kepercayaan mereka, yang
dalam aqidah Islam banyak yang tidak dapat dipertanggung jawabkan secara Tauhid.
b. Kelemahan Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga pendidikan tradisional Islam, Pesantren, merupakan siste pendidikan Islam yang
khas Indonesia. Transformasi nilai nilai keIslamaan ke dalam pemahaman dan kesadran
umat secara institusional sangat berhutang budi pada lembaga ini. Namun terdapat
kelemahan dalam sistem pendidikan Pesantren yang menjadi kendala untuk mempersiapkan
kader kader umat Islam yang dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan zaman. Salah
satu kelemahan itu terletak pada mmateri pelajaran yang hanya mengajarkan pelajaran
agama, seperti Bahasa Arab, Tafsir, Hadist, Ilmu Kalam, Tasawuf dan ilmu falak. Pesantren
tidak mengajarkan materi materi pendidikan umum seperti ilmu hitung, biologi, kimia,
fisika, ekonomi dan lain sebagainya, yang justru sangat diperlukan bagi umat Islam untuk
memahami perkembangan zaman dan dalam rangka menunaikan tugas sebagai khalikfah di
muka bumi. Ketiadaan lembaga pendidikan yang mengajarkan kedua materi inilah yang
menjadi salah satu latar belakang dan sebab kenapa K.H. Ahmad Dahlan mendirikan
Muhammadiyah, yakni untuk melayani kebutuhan umat terhadap ilmu pengetahuan yang
seimbang antara ilmu agama dan ilmu duniawi.
2.)
a.

Faktor Eksternal

Kristenisasi
Faktor eksternal yang paling banyak mempengaruhi kelahiran Muhammadiyah adalah
Kristenisasi, yakni kegiatan kegiatan yang terprogram dan sistematis untuk mengubah
agama penduduk asli, baik yang muslim maupun bukan, menjadi Kristen. Kristenisasi ini
mendapatkan peluang bahkan didukung sepenuhnya oleh pemerintah Kolonialisme
Belanda. Misi Kristen, baik Katholik maupun Protestan di Indonesia, memiliki dasar hukum
yang kuat dalam Konstitusi Belanda. Bahkan kegiatan kegiatan Kristenisasi ini didukung
dan dibantu dana dana negara Belanda. Efektifitas penyebaran agama Kristenisasi inilah
yang terutama menggugah K.H. Ahmad Dahlan untuk membentengi umat Islam dari
pemurtadan.

b. Kolonialisme Belanda

Penjajahan Belanda telah membawa pengaruh yang sangat buruk bagi perkembangan Islam
di wilayah Nusantara ini, baik secara sosial politik, ekonomi maupun kebudayaan. Ditambah
dengan praktek politik Islam Pemerintah Hindia Belanda yang secara sadar dan terencana
ingin menjinakkan kekuatan Islam, semakin menyadarkan umat Islam untuk melakukan
perlawanan. Menyikapi hal ini, K.H. Ahmad Dahlan dengan mendirikan Muhammadiyah
berupaya melakukan perlawanan terhadap kekuatan penjajahan melalui pendekatan kultural,
terutama upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui jalur pendidikan.
c.

Gerakan Pembaharuan Timur Tengah


Gerakan Muhammadiyah di Indonesia pada dasarnya merupakan salah satu mata rantai dari
sejarah panjang gerakan pebaharuan yang dipelopori oleh Ibnu Taymiyah, Ibnu Qayyim,
Muhammad bin Abdul Wahhab, Jamaluddin al - Afgani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha
dan lain sebagainya. Persentuhan itu terutama diperoleh melalui tulisan tulisan Jamaluddin
al Afgani yang dimuat dala majalah al-Urwatul Wutsqa yang dibaca oleh K.H. Ahmad
Dahlan. Tulisan tulisan yang membawa angin segar pembaharuan itu, ternyata sangat
mempengaruhi K.H. Ahmad Dahlan, dan merealisasikan gagasan gagasan pembaharuan ke
dalam tindakan amal yang riil secara terlembaga.
Dalam melihat seluruh latar belakang kelahiran Muhammadiyah, dapat dikatakan bahwa
K.H. Ahmad Dahlan telah melakukan lompatan besar dalam beritijhad. Prinsip prinsip
dasar perjuangan Muhammadiyah tetap berpijak kuat pada Al-Quran dan Sunnah, naun
implementasi dalam operasionalisasinya yang memiliki karakter dinamis dan terus berubah
ubah sesuai dengan perkembangan zaman Muhammadiyah banyak memungut dari berbagai
pengalaman sejarah secara terbuka ( misalnya sistem kerja organisasi yang banyak diilhami
dari yayasan yayasan Katolik dan Protestan yang ba;nyak muncul di Yogyakarta waktu itu).

B. TUJUAN PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH


Pada awal perkembangannya, tujuan yang diprogramkannya Muhamadiyah yaitu :
Menyebarkan pengajaran agama Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putera
residensi Yogyakarta dan memajukan agama kepada ahli-ahlinya (Amir Hamzah Wirjo
Soekarno, ms: 30). Tujuan itu terungkap dalam usaha untuk menegakan dan menjunjung
tinggi agama Islam yang sebenar-benarnya. Dan pada prinsipnya, sebagaimana
dikemukakan Deliar Noer bahwa bagi Muhamadiiyah, masalah pokok adalah pembinan umat
yang diridhoi Alloh.
Tujuan yang dirumuskan dinilai dengan kondisi dan kebutuhan umat Islam pada masa itu,
terutama di Yogyakarta dan sekitarnya. K.H Ahmad Dahlan melalui pengamatannya yaitu

mengembalikan umat Islam kepada ajarannya yang murni. Usaha dan pemurnian akan lebih
efektif dilakukan dengan mengadakan pembaharuan di bidang pendidikan.
Pada tahun 1977 dirumuskan tujuan pendidikan Muhamadiyah secara
umum: Terwujudnya manusia muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri
sendiri, berguna bagi masyarakat dan negara. Beramal menuju terwujudnya masyarakat
islam yang sebenar-benarnya. Menajukan dan memperkembangkan ilmu pengetahuan dan
ketrampilan untuk pembangunan dan masyarakat negara republik Indonesia yang berdasar
pancasila dan UUD 1945

C. PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH DI INDONESIA


1.) Perkembangan Secara Vertikal
Dari segi perkembangan secara vertikal, Muhammadiyah telah berkembang ke seluruh
penjuru tanah air. Akan tetapi, dibandingkan perkembangan organisasi NU, Muhammadiyah
sedikit ketinggalan. Hal ini terlihat bahwa jamaah NU lebih banyak dengan jamaah
Muhammadiyah. Faktor utama dapat dilihat dari segi usaha Muhammmadiyah dalam
mengikis adat istiadat yang mendarah daging di kalangan masyarakat, sehingga banyak
menemui tantangan dari masyarakat.
2.) Perkembangan Secara Horizontal
Dari segi perkembangan secara horisontal, amal usaha Muhammadiyah tela banyak
berkembang, yang meliputi berbagai bidnag kehidupan. Perkembangan Muhammadiyah
dalam bidang keagamaan terlihat dalam upaya upayanya, seperti terbentuknya Majlis Tarjih
(1927), yaitu lemmbaga yang menghimpun ulama ulama dalam Muhammadiyah yang
secara tetap mengadakan permusyawaratan dan memberi fatwa fatwa dalam bidang
keagamaan, serta memberi tuntunan mengenai hukum. Majlis ini telah banyak memberi
manfaat bagi jamaah dengan usaha usahanya yang telah dilakukan:
a.

Memberi tuntunan dan pedoman dalam bidang ubudiyah sesuai dengan contoh yang telah
diberikan Rasulullah SAW.

b. Memberi pedoman dalam penentuan ibadah puasa dan hari raya dengan jalan perhitungan
hisab atau astronomi sesuai dengan jalan perkembangan ilmu pengetahuan modern.

c.

Mendirikan mushola khusus wanita dan juga meluruskan arah kiblat yang ada pada masjid
masjid dan mushola mushola khusus sesuai dengan arah yang benar menurut perhitungan
garis lintang.

d. Melaksanakan dan menyeponsori pengeluaran zakat pertanian, perikanan, peternakan, dan


hasil perkebunan, serta mengatur pengumpulan dan pembagian zakat fitrah.

Dalam bidang pendidikan usaha yang ditempuh Muhammadiyah meliputi:


a.

Mendirikan sekolah sekolah umum dengan memasukkannya ke dalamnya ilmu ilmu


agama.

b. Mendirikan madrasah madrasah yang juga diberi pendidikan pengajaran ilmu ilmu
pengetahuan umum.
Dengan perpaduan tersebut, tidak ada lagi pembedaan mana ilmu agama dan ilmu
umum. Semuanya adalah perintah dan dalam naungan agama.
D. KONSEP PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah diasaskan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 November
1912. Muhammadiyah didirikan sebagai reaksi terhadap kondisi umat Islam Hindia Belanda
terutama di Jawa ketika itu berada dalam keadaan lemah hingga tak mampu menghadapi
tantangan zaman ( Ahmad Syafii Maarif,1985). Khusus dalam bidang pendidikan dan
pengajaran pondok pesantren yang lebih menitik beratkan pengembangan ilmu pengetahuan
Islam yang berorientasi kepada keakhiratan, sementara pendidikan yang diselenggarakan
pemerintah Hindia Belanda menitik beratkan pada ilmu pengetahuan umum yang
berorientasi pada maslaha keduniaan(sekuler) yang dipersiapkan untuk membantu
memantapkan kakuatan kolonial di Indonesia.
Polarisasi yang diametral ini sebagai akibat sistem dan politik pendidikan yang
diterapkan oleh pemerintah Hindia Belanda yang lebih memantapkan politik devide et
impera . penyelenggaraan pengajaran dalam sistem persekolahan oleh peerintah Hindia
Belanda mengambil sistem pendidikan pengajaran persekolahan barat (Eropa) dengan
menggunakan kelas dan bangku, sementara sistem pendidikan Pesantren tetap menggunakan
sistem tradisional.

Keadaan pendidikan dan pengajaran yang berkutuk dengan segala aspek dan
prospeknya yang tidak menguntungkan bagi bangsa Indonesia merupakan salah satu
dorongan yang kuat bagi kelahiran pergerakan Muhammadiyah pada tahun 1912 di
Yogyakarta oleh K.H. Ahmad Dalan. Ada beberapa faktor yang diasaskan oleh
Muhammadiyah, yaitu: Umat Islam berada dalam keadaan jumud karena sudah
banyak menyimpang dari tuntutan agama berdasarkan Al- Quran dan Sunnah. Keadaan umat
Islam yang lemah dalam berbagai aspek kehidupan sebagai akibat penjajahan.
Akibat sikap menutup diri dari perkembangan luar. Persatuan dan kesatuan umat Islam
melemmah sebagai akibat dari kondisi organisasi Islam yang ada. Munculnya tantangan dari
kegiatan misi zending dinilai dapat mengancam masa depan kehidupan agama Islam. Selain
dari adanya faktor sebagai kenyataan yang diamati K.H. Ahmad Dahlan, beberapa kalangan
menilai pemikiran Muhamad Abduh mempunyai peran besar dalam mendorongnya untuk
mengadakan pembaharuan. K.H. Ahmad Dahlan memprioritaskan bidang pendidikan sebagai
aktivitas pembaharuannya (Amurah,1990, ms :15).
Pengaruh pemikiran Muhammad Abduh di dunia Islam ketika itu cukup luas. Gagasan
dan pemikiran tentang pembaharuan dalam Islam tersiar melalui majalah Al- Manar. Majalah
itu menjadi bacaan para tokoh pembaharu termasuk di Indonesia (Harun
Nasution,1979). Pemikiran Muhammad Abduh diserap oleh tokoh tokoh Islam pembaharu
di Indonesia , seperti K.H. Ahmad Dahlan. Walaupun bagaimanapun, kondisi masyaravkat
dan umat Islam di tanah air tak mungkin dapat di lepaskan dari hubungannya sebagai faktor
penyebab diasasnya Muhammadiyah.
E.

KURIKULUM PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH


Muhammadiyah telah menyusun kurikulum pendidikan di sekolah sekolah yang
mendekati rencana pelajaran sekolah sekolah kerajaan. Di pusat pusat pendidikan
Muhammadiyah, disiplin sisiplin sekuler (ilmu umum) diajarkan meskipun
Muhammmadiyah memberi dasar sekolah sekolahnya pada masalah masalah agama.
Dalam penyusunan kurikulum, terlihat adanya pemisahan kedua macam disiplin ilmu,
sehingga antara keduanya terinci dalam pembagian. Misalnya : Kurikulum Madrasah
Muallimin Muhammadiyah terdiri atas 26 mata pelajaran (M.Said,1959). Mata pelajaran
tersebut dipisahkan menjadi mata pelajaran umum sebanyak 21 mata pelajaran dan mata
pelajaran agama sebanyak 5 mata pelajaran. Hal ini agar mampu menciptakan pribadi

muslim yang baik, semacam kombinasi antara seorang alim dan seorang intelektual, terkesan
tidak akan timbul kesulitan untuk dapat direalisasikan.
Menilik konsep mata pelajaran yang ada dalam kurikulum pendidikan, mata pelajaran
umum sebesar 80% dan mata pelajaran agama 20%. Perbandingan antara mata pelajaran
umum dan mata pelajaran agama adalah 4:1 bukan 1:1. Komposisi ini dapat menimbulkan
kesan bahwa pada dasarnya pendidikan di sekolah sekolah Muhammadiyah cenderung
mengarah kepada pendidikan umum. Dan yang membedakan antara sekolah sekolah
Muhammadiyah dengan sekolah kerajaan hanya terletak pada adanya mata pelajaran
agama. Dalam pelaksanaan pendidikannya Muhammadiyah merupakan sistem pendidikan
yang memadukan antara sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan sekolah,
mmenjadi sistem pendidikan mmadrasah atau sekolah agama. Sistem seperti ini tidak jauh
berbeda dengan yang dilakukan oleh jamiah Al- Khair sebelumnya. Tetapi dalam
perkembangannya lebih lanjut, Muhammadiyah lebih memperbanyak model sekolah agama
dibanding madrasah.
Dari segi keberhasilan tersebut, ada benarnya sifat kooperatif yang dipilih
Muhammadiyah, atau minimal akan timbul suatu pandangan baru bahwa tindakan yang
dimaksud lebih mengarah kepada kepentingan strategis suatu perjuangan, bukan semata mata
sebagai wujud dari sikap kompromistis terhadap kolonial Belanda. Sikap kooperatif tersebut
dipilih oleh K.H. Ahmad Dahlan di dasarkanlatar belakang sejarah organisasi dan
perkumpulan Islam, Al- Irsyad dan lain lainnya memilih sikap non kooperatif, ternyata
susah untuk mengembangkan diri. Dan alasan inilah Muhammadiyah mengarahkan
pembaharuan di bidang institusi pendidikan, terutama mendirikan sekolah agama yang lebih
sesuai keperluan pendidikan.
F. PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN DI MUHAMMADIYAH
Sejalan dengan tujuan untuk membina umat, kegiatan Muhamadiyah sebagai organisasi
Islam antara lain : mendirikan sekolah, memodernisasi pesantren, menggiatkan tabligh, serta
kegiatan sosial lainnya termasuk yang bersifat insidental, seperti membantu korban bencana
alam dan sebagainya. Muhamadiyah menegaskan dua macam lembaga pendidikan, yaitu
madrasah diniyat yang khusus memberikan pelajaran agama dan sekolah-sekolah yang
memberikan pelajaran umum. Madrasah diniyat berbeda dengan madrasah yang lain ketika
itu, masih menerapkan metode pengajaaran sistem khalaqah (belum menggunakan bangku

dan meja). Muhamadiyah mendirikan sekolah-sekolah umum model sekolah kerajaan Hindia
Belanda yang tetap memberikan pelajaran agama Islam sebagai salah satu kurikulumnya.
Materi yang disampaikan pada pendidikan muhammadiyah adalah pendidikan agama
yang mencakup mata pelajaran aqidah akhlak, hadist, fikih, tarikh, bahasa, al-quran dan
kemuhammadiyahan. Selain pendidikan agama juga terdapat pendidikan umum seperti IPA,
IPS, Ilmu tekhnik, Olahraga, Matematika dan lain-lain.
Bahan pelajaran tersebut diberikan secara berencana. Artinya, bahan pelajaran tertentu
diberikan di kelas tertentu dengan waktu atau lama belajar yang telah ditetapkan.
Metode yang digunakan di Muhammadiyah yaitu metode ceramah, diskusi, tanya
jawab, pemberian tugas, metode kerja kelompok, demonstrasi, latihan, sosiodrama, metode
karya wisata atau belajar di alam.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Muhammadiyah didirikan untuk menyerukan pentingnya kembali pada Al Quran dan
Sunnah sebagai usaha mengatasi perbuatan menyimpang dalam kehidupan beragama umat
islam di Indonesia yang melakukan praktik takhayul, bidah, dan kurafat dengan tidak
mendasarkan dirinya pada madzhab atau pemikiran tertentu. Dari latar belakang yang
demikian, membuat Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah dan didalamnya didirikan
Lembaga Pendidikan yang disesuaikan dengan sistem pendidikan Islam agar tidak terisolasi.
Bahwa pada dasarnya pendidikan di sekolah-sekolah Muhammadiyah cenderung mengarah
kepada pendidikan umum. Dalam pelaksanaan pendidikannya Muhammadiyah merupakan
sistem pendidikan yang memadukan antara sistem pendidikan pesantren dengan sistem
pendidikan sekolah, menjadi sistem pendidikan madrasah atau sekolah agama.

Anda mungkin juga menyukai