Anda di halaman 1dari 33

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Anatomi, Histologi dan Fisiologi Sistem Pencernaan
A. Secara Fisiologi
1.
Rongga Mulut
Secara umum berfungsi untuk menganalisis makanan sebelum menelan,
proses penghancuran makanan secara mekanis oleh gigi, lidah dan permukaan
palatum, lubrikasi oleh sekresi saliva serta digesti pada beberapa material
karbohidrat dan lemak (Simon, 2003).
a.
Mulut
Mulut dibatasi oleh mukosa mulut, pada bagian atap terdapat palatum dan
bagian posterior mulut terdapat uvula yang tergantung pada palatum.
b.
Lidah
Lidah terdiri dari jaringan epitel dan jaringan epitelium lidah dibasahi oleh
sekresi dari kelenjar ludah yang menghasilkan sekresi berupa air, mukus dan
enzim lipase. Enzim ini berfungsi untuk menguraikan lemah terutama trigleserida
sebelum makanan di telan. Fungsi utama lidah meliputi, proses mekanik dengan
cara menekan, melakukan fungsi dalam proses menelan, analisis terhadap
karakteristik material, suhu dan rasa serta mensekresikan mukus dan enzim.
c.
Kelenjar saliva
Kira-kira 1500 mL saliva disekresikan per hari, pH saliva pada saat
istirahat sedikit lebih rendah dari 7,0, tetapi selama sekresi aktif, pH mencapai 8,0.
Saliva mengandung 2 enzim yaitu lipase lingual disekresikan oleh kelenjar pada
lidah dan -amilase yang disekresi oleh kelenjar-kelenjar saliva. Kelenjar saliva
tebagi atas 3, yaitu kelenjar parotis yang menghasilkan serosa yang mengandung
ptialin. Kelenjar sublingualis yang menghailkan mukus yang mengandung musin,
yaitu glikoprotein yang membasahi makanan dan melndungi mukosa mulut dan
kelenjar submandibularis yang menghasilkan gabungan dari kelenjar parotis dan
sublingualis. Saliva juga mengandung IgA yang akan menjadi pertahanan pertama
terhadapkuman dan virus.

Fungsi

penting

saliva

antara

lain,

memudahkan

poses

menelan,mempertahankan mulut tetap lembab,bekerja sebagai pelarut olekulmolekul yang merangsang indra pengecap, membantu proses bicara dengan
memudahkan gerakan bibir dan lidah dan mempertahankan mulut dan gigi tetap
bersih (Ganong, 2002).
d.
Gigi
Fungsi gigi adalah sebagai penghancur makanan secara mekanik. Jenis gigi di
sesuaikan dengan jenis makanan yang harus dihancurkannya dan prosses
penghancurannya. Pada gigi seri, terdapat di bagian depan rongga mulut berfungsi
untuk memotong makanan yang sedikit lunak dan potongan yang dihasilkan oleh
gigi seri masih dalam bentuk potongan yang kasar, nantinya potongan tersebut
akan dihancurkan sehingga menjadi lebih lunak oleh gigi geraham dengan dibantu
oleh saliva sehingga nantinya dapat memudahkan makanan untuk menuju saluran
pencernaan seterusnya. Gigi taring lebih tajam sehingga difungsikan sebagai
2.

pemotong daging atau makanan lain yang tidak mampu dipotong oleh gigi seri.
Faring
Faring merupakan jalan untuk masuknya material makanan, cairan dan
udara menuju esofagus. Faring berbentuk seperti corong dengan bagian atasnya
melebar dan bagian bawahnya yang sempit dilanjutkan sabagai esofagus setinggi
vertebrata cervicalis keenam. Bagian dalam faring terdapat 3 bagian yaitu
nasofaring,orofaring dan laringfaring. Nasofaring adalah bagian faring yang
berhubungan ke hidung. Orofaring terletak di belakang cavum oris dan terbentang
dari palatum sampai ke pinggir atas epiglotis. Sedangkan laringfaring terletak
dibelakang pada bagian posterior laring dan terbentang dari pinggir atas epiglotis

3.

sampai pinggir bawah cartilago cricoidea (Snell, 2006).


Laring
Laring adalah organ yang mempunyai sfingter pelindung pada pintu masuk
jalan nafas dan berfungsi dalam pembentukan suara. Sfingter pada laring mengatur
pergerakan udara dan makanan sehingga tidak akan bercampur dan memasuki
tempat yang salah atau yang bukan merupakan tempatnya. Sfingter tersebut

meupakan epiglotis. Epiglotis akan menutup jalan masuk udara saat makanan
4.

ingin masuk ke esofagus (Snell, 2006).


Esofagus
Esofagus adalah saluran berotot dengan panjang sekitar 25 cm dan
diameter sekitar 2 cm yang berfungsi membawa bolus makanan dan cairan menuju
lambung (Gavaghan, 2009). Otot esofagus tebal dan berlemak sehingga moblitas
esofagus cukup tinggi. Peristaltik pada esofagus mendorong makanan dari
esofagus memasuki lambung. Pada bagian bawah esofagus terdapat otot-otot
gastroesofagus (lower esophageal sphincter, LES) secara tonik aktif, tetapi akan
melemas sewaktu menelan. Aktifasi tonik LES antara waktu makan mencegah
refluks isi lambung ke dalam esofagus. Otot polos pada esofagus lebih menonjol
diperbatasan dengan lambung (sfingter intrinsik). Pada tempat lain, otot rangka
melingkari esofagus (sfrinter ekstrinsik) dan bekerja sebagai keran jepit untuk
esofagus. Sfringte ekstrinsik dan intrinsik akan bekerjasama untuk memungknkan
aliran makanan yang teratur kedalam lambung dan mencegah refluks isi lambung

5.

kembali ke esofagus.
Lambung
Lambung terletak di bagian kiri atas abdomen tepat di bawah diafragma.
Dalam keadaan kosong, lambung berbentuk tabung J dan bila penuh akan tampak
seperti buah alpukat. Lambung terbagi atas fundus, korpus dan pilorus. Kapasitas
normal lambung adalah 1-2 L (Lewis, 2000). Pada saat lambung kosong atau
berileksasi, mukosa masuk ke lipatan yang dinamakan rugae. Rugae yang
merupakan dinding lambung yang berlipat-lipat dan lipatan tersebut akan
menghilang ketika lambung berkontraksi (Simon, 2003). Sfingter pada kedua
ujung lambung mengatur pengeluarn dan pemasukan lambung. Sfingter kardia,
mengalirkan makanan masuk ke lambung dan mencegah refluks isi lambung
memasuki esofagus kembali. Sedangkan sfingter pilorus akan berelaksasi saat
makanan masuk ke dalam duodenum dan ketika berkontraksi, sfingter ini akan
mencegah aliran balik isi usus halus ke lambung (Corwin, 2007).

Tidak seperti pada daerah gastrointestinal lain, bagian otot-otot lambung


tersusun dari tiga lapis otot polos yaitu, lapisan longitudinal di bagian luar, lapisan
sirkular di bagian dalam dan lapisan oblik di bagian dalam. Susunan serat otot
yang unik pada lambung memungkinkan berbagai macam kombinasi kontraksi
yang diperlukan untuk memecahkan makanan menjadi partikel-partikel yang kecil,
mengaduk dan mencampur makanan tersebut dengan cairan lambung, lalu
mendorongnya ke arah duodenum (Simon, 2003)
Fisiologi lambung terdiri dari dua fungsi yaitu, fungsi motorik sebagai proses
pergerakan dan fungsi pencernaan yang dilakukan untuk mensintesis zat makanan,
dimana kedua fungsi ini akan bekerja bersamaam, berikut adalah fisiologi
lambung :
a.
Fungsi motorik :
1)
Reservoir, yaitu menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedkit demi
sedikit dicernkan dan bergerak pada saluran cerna. Menyesuaikan peningkatan
volume tanpa menambah tekanan dan relaksasi reseptif otot polos.
2)
Mencapur, yaitu memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan
mencampurnya dengan getah lambung melauli kontraksi otot yang mengeliligi
lambung.
3)
Pengosongan lambung, diatur oleh pembukaan sfingter pilorus yang
dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman, aktivitas osmotik, keadaan fisik,
emosi, aktivitas dan obat-obatan.
b.
Fungsi pencernaan :
1)
Pencernaan protein, yang dilakukan oleh pepsin dan sekresi HCl dimulai
pada saat tersebut. Pencernaan kabohidrat dan lemak oleh amilase dan lipase
dalam lambung sangat kecil.
2)
Sistesis dan pelepasan gastrin, hal ini dipengaruhi oleh protein yang
dimakan, peregangan antrum, alkalinisasi antrum dan rangsangan vagus.
3)
Sekresi faktor intrinsik, yang memungkinkan terjadinya absorpsi vitamin
B2 dari usus halus bagian distal.
4)
Sekresi mukus, sekresi ini membentuk selubung yang melindungi lambung
serta berfungsi sebagai pelumas sehigga makanan lebih mudah diangkut.

Sekesi cairan lambung memiliki 3 fase yang bekerja selama berjam-jam.


Berikut adalah fase-fase tersebut :
1)
Fase sefalik, berfungsi untuk mempersiapkan lambung dari kedatangan
makanan dengan memberikan reaksi terhadap stimulus lapar, rasa makanan atau
stimulus bau dari indra penghidu. Reaksi lambung pada fase ini dengan
meningkatkan volume lambungdari stimulasi mukus, enzim dan prooduksi asam,
serta pelepasan gastrin oleh sel-sel G dalam durasi yang relatif singkat.
2)
Fase gaster, berfungsi untuk memulai pengeluaran sekresi dari kimus dan
terjadinya permulaan digesti protein oleh pepsin. Reaksi tersebut terjadi dalam durasi
yang agak lama mencapai 3-4 jam. Saat reaksi ini selain terjadi peningkatan produksi
asam dan pepsinogen juga terjadi penigkatan motiltas dan proses penghancuran
material.
3)
Fase intestinal, berfungsi untuk mengontrol pengeluaran kimus ke duodenum
dengan durasi yang lama dan menghasilkan reaksi berupa umpan balik dalam
menghambat produksi asam lambung dan pepsinogen serta pengurangan motilitas
lambung.
6.
Usus Halus
Bagian awal dar usus halus adalah duodenum atau lebih sering disebut
duodenal cup atau bulb. Pada bagian ligamentum Treitz, duodenum berubah
menjadi jejunum. Menurut Black (1995), duodenum mempunyai panjang sekitar
25 cm dan berhubungan dengan lambung, jejunum mempunyai panjang sekitar 2,5
m, dimana proses digesti kmmia dan absorpsi nutrisi terjadi dalam jejunum
sedangkan ileum mempunyai panjang sekitar 3,5 m. Disepanjang usus halus
terdapat kelenjar usus tubular. Diduodenum terdapat kelenjar duodenum
asinotubular kecil yang membentuk kumparan. Disepanjang membran mukosa
usus halus yang diliputi oleh vili. Terdapat 20 sampai 40 vili per milimeter persegi
glukosa. Ujung bebes sel-sel evitel virus dibagi menjadi mikrovili yang halus dan
diseilmuti glikokaliks yang membentuk brush border. Mukus usus terdiri dari
berbagai macam enzim,seperti disakaridase, peptidase dan enzim lain yang terlibat
dalam penguraian asam nukleat.
Ada 3 jenis kontraksi otot polos pada usus halus antara lain :

a.

Peristaltik, yaitu gerakan yang akan mendorong isi usus (kimus) ke arah

usus besar.
b.
Kontraksi segmentalis, merupakan kontrasi mirip-cincin yang muncul dalam
interval yang relatif teratur di sepanjang usus lalu menghilang dan digantikan oleh
serangkaian kontrakisi cincin lain di segmen-segmen diantara kontraksi
sebelumnya. Kontrasi ini mendorong kimus maju mundur dan meningkatkan
pemajanannya dengan pemukaan mukosa.
c.
Kontrasi tonik, merupakan kontraksi yang relatif lama untuk mengisolasi
7.

satu segmen usus dngan segmen lain.


Usus Besar (Kolon)
Kolon memiliki diameter yang lebih besar dari usus halus. Kolon terdiri
atas sekum-sekum yang membentuk kantung-kantung sebagai dinding kolon
(haustra). Pada pertengahannya terdapat serat-serat lapisan otot eksterrnalnya
tekumpul menjadi 3 pita longitudinal yang disebut taenia koli. Bagian ileum yang
mengandung katup ileosekum sedikit menonjol ke arah sekum, sehingga
peningkatan tekanan kolon akan menutupnya sedangkan peningkatan tekanan
ileum akan menyebabkan katup tersebut terbuka. Katup ini akan secara efektif
mencegah refluks isi kolon ke dalam ileum. Dalam keadaan normal katup in akan
tertutup. Namun, setiap gelombang peristaltik, katup akan terbuka sehingga
memungkinkan kimus dari ileum memasuki sekum. Pada kolon terjadi penyerapan
air, natrium dan mineral lainnya. Kontraksi kerja massa pada kolon akan
mendorong isi kolon dari satu bagian kolon ke bagian lain. Kontraksi ini juga akan
mendorong isi kolon menuju ke rektum. Dari rektum gerakan zat sisa akan
terdorong keluar menuju anus dengan perenggangan rektum dan kemudian
mencetus refleks defekasi.

B. Secara Anatomi
1. Mulut, merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air
pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan
bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotongpotong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar,
geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari
kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein
dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar
dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan (Faring), merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu faring. Didalam lengkung
faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung
kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang
rongga

mulut

dan

rongga

hidung,

didepan

ruas

tulang

belakang

Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan


lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut
dengan

perantaraan

lubang

yang

disebut

ismus

fausium

Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan hidung,
bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior =
bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut nasofaring,
pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang
gendang telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas kedepan
sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring.

3. Kerongkongan (Esofagus) adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang


dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: i, oeso
membawa, dan , phagus memakan). Esofagus bertemu dengan
faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi
menjadi tiga bagian: bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka),
bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior
(terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung, merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu Kardia, Fundus, dan Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal,
sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting: (1) Lendir melindungi sel-sel lambung
dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini,
bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak
lambung. (2) Asam klorida (HCl) menciptakan suasana yang sangat asam,
yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang
tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri. (3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan
protein).
5. Usus halus (usus kecil) adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah
yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding
usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga

melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar
( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa
( Sebelah Luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
6. Usus dua belas jari (Duodenum) adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian
usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari
bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari
merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh
selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat
sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin
duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari. Lambung melepaskan
makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian
pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter
pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.
7. Usus Kosong (jejenum, terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian
kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara
2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus
penyerapan

digantungkan

dalam

tubuh

dengan

mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat
dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.
Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni
sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus

kosong dan usus penyerapan secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari


kata sifat jejune yang berarti lapar dalam bahasa Inggris modern. Arti
aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti kosong.
8. Usus Penyerapan (illeum) adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam-garam empedu.
9. Usus Besar (Kolon) dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari: Kolon asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon
desendens (kiri), Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). Banyaknya
bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga
berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting
untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare.
10. Usus Buntu (sekum), Bahasa Latin: caecus, buta dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian
kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung,
dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang
besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang
sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
11. Umbai Cacing (Appendix) adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi
pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang
parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam
rongga

abdomen

atau

peritonitis

(infeksi

rongga

abdomen).

Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform

appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang


menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada
tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm
tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu
tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda bisa di retrocaecal atau di
pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum. Banyak orang
percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian
yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.
Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.
12. Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja
masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam
rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan.
Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan
feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan
keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan
dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
13. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah
keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan
sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar
BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
14. Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting

seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan
erat dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan
dasar yaitu : Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan serta Pulau
pankreas, menghasilkan hormon. Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke
dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang
dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak.
Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan
oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif
jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah
besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara
menetralkan asam lambung.
15. Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan. Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan
memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen,
sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang
penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati
biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan
pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke
dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya
masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi
pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah
diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
16. Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah
pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh
untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah
sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap bukan karena warna jaringannya,

melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini


terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu: Membantu pencernaan dan
penyerapan lemak, juga berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari
tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah
merah dan kelebihan kolesterol.
c. Secara Histologi
1.
Rongga Mulut
Dilapisi epitel squamosa kompleks non keratin sebagai pelindung yang
juga melapisi permukaan dalam bibir. Bibir terdiri atas:

Pars Cutanea (Kulit bibir) dilapisi:


epidermis, terdiri atas epitel squamosa

dibawahnya terdapat dermis.


dermis, dengan folikel rambut, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, m.

erector pili, berkas neuro vaskuler pada tepi bibir.


Letak pars kutanea di bagian luar penampang bibir
Pars Mukosa, dilapisi:
epitel squamosa kompleks nonkeratin, diikuti lamina propia (jaringan

kompleks

berkeratin,

ikat padanan dari epidermis dan dermis), dibawahnya submukosa,

terdapat kelenjar labialis (sekretnya membasahi mukosa mulut).


Letak di penampang bibir berhadapan dengan gigi dan rongga mulut.
Pars Intermedia (mukokutaneus), dilapisi:
epitel squamosa kompleks nonkeratin. Banyak kapiler darah.
Letak bagian atas penampang bibir yang saling berhadapan (bibir atas
dan bawah)

2. Lidah
Epitel permukaan dorsal lidah sangat tidak teratur (epitel squamosa
kompleks) dan ditutupi tonjolan (papilla) yang berindentasi pada jaringan ikat
lamina propia (mengandung jaringan limfoid difus). Terdiri papilla filiformis,
fungiformis, sirkumvalata, dan foliata. Papilla lidah ditutupi epitel squamosa

kompleks yang sebagian bertanduk. Bagian pusat lidah terdiri atas berkasberkas otot rangka, pembuluh darah dan saraf.

Strukur
umum
saluran
pencernaan
Lapisan saluran pencernaan secara umum dari luar ke dalam: Tunika
mukosa,

submukosa,

muskularis dan serosa/adventisia. Adventisia

merupakan jaringan ikat pada retroperitoneal.


-

Tunika mukosa, terdiri dari

Epitel pembatas, lamina propia (jaringan ikat longgar, pembuluh darah dan
pembuluh limfe, kelenjar pencernaan, jaringan limfoid) dan Tunika
muskularis mukosa (lapisan otot polos pemisah tunika mukosa dan
submukosa).
-

Tunika submukosa, terdiri:

Jaringan ikat longgar, pembuluh darah dan pembuluh limfe, jaringan limfoid,
kelenjar pencernaan, pleksus submukosa meissner

Tunika Muskularis, tersusun atas:

Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar).
Diantara lapisan tersebut terdapat pembuluh darah dan limfe, pleksus
mienterikus auerbach.
-

Tunika Serosa, tersusun atas:

Jaringan ikat longgar yang dipenuhi pembuluh darah dan sel-sel adipose.
Epitel squamosa simpleks.

1. Esophagus
Panjang 10 inc. Meluas dari faring sampai lambung dibelakang trakea,
sebagian besar dl rongga thoraks dan menembus diafragma masuk rongga
abdomen. Terdiri atas:
a. Tunika Mukosa
Epitel squamosa kompleks non keratin, lamina propia, muskularis mukosa.
b. Tunika Submukosa
Jaringan ikat longgar mengandung sel lemak, pembuluh darah, dan kelenjar
esophageal propia.
c. Tunika Muskularis
Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar).
Diantara otot tersebut sedikit dipisah jaringan ikat. Pada bagian atas
esophagus terdiri otot rangka, bagian tengah terdiri otot polos dan otot
rangka, bagian bawah dibentuk otot polos.

d. Adventisia
Terdapat pembuluh darah, saraf, jaringan lemak. Adventisia merupakan
lapisan terluar dari esophagus bagian atas sedangkan serosa merupakan
lapisan esophagus bagian bawah
2.

Gaster
- Tunika Mukosa

Merupakan epitel kolumner simpleks, tidak terdapat vili intestinalis dan sel
goblet. Terdapat foveola gastrika/pit gaster yang dibentuk epitel, lamina
propia dan muskularis mukosa. Seluruh gaster terdapat rugae (lipatan mukosa
dan submukosa) yang bersifat sementara dan menghilang saat gaster distensi
oleh cairan dan material padat. Foveola tersebut terdapat sel mukosa yang

menyekresi mucus terutama terdiri dari:


Sel neck. Menghasilkan secret mukosa asam kaya glikosaminoglikan
Sel parietal. Menghasilkan HCl
Sel chief. Mengahasilkan pepsin
Sel argentaffin. Menghasilkan intrinsic factor castle untuk pembentukan darah
-

Tunika submukosa

Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah dan saraf pleksus
meissner
-

Tunika muskularis

Terdiri atas otot oblik (dekat lumen),otot sirkular (bagian tengah) dan otot
longitudinal (bagian luar). Diantara otot sirkuler dan longitudinal tersebut
sedikit dipisah pleksus saraf mienterikus auerbach
-

Tunika Serosa

Peritoneum visceral dengan epitel squamosa simpleks, yang diisi pembuluh


darah dan sel-sel lemak.

3. Usus halus
Panjang 5 m. Ciri khas terdapat plika sirkularis kerkringi, vili
intestinalis, dan mikrovili. Plika sirkularis kerkringi merupakan lipatan
mukosa (dengan inti submukosa) permanen. Vili intestinales merupakan
tonjolan permanen mirip jari pada lamina propia ke arah lumen diisi lakteal
(pembuluh limfe sentral). Mikrovili merupakan juluran sitoplasma (striated
brush border). Pada lamina propia terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn,
didasarnya terdapat sel paneth (penghasil lisozim-enzim antibakteri pencerna
dinding bakteri tertentu dan mengendalikan mikroba usus halus) dan sel
enteroendokrin (penghasil hormone-gastric inhibitory peptide,sekretin dan
kolesistokinin/pankreozimin).
a. Duodenum
- Tunika Mukosa
Epitel kolumner simpleks dengan mikrovili, terdapat vili intestinalis dan sel
goblet. Pada lamina propia terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn.
-

Tunika Submukosa

Jaringan ikat longgar. Terdapat kelenjar duodenal Brunner (ciri utama pada
duodenum yang menghasilkan mucus dan ion bikarbonat). Trdapat plak payeri
(nodulus lymphaticus agregatia/ gundukan sel limfosit)
-

Tunika Muskularis

Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar).
Diantaranya dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach.
-

Tunika Serosa

Merupakan peritoneum visceral dengan epitel squamosa simpleks, yang diisi


pembuluh darah dan sel-sel lemak.

b. Jejunum dan Ileum


Secara histologis sama dengan duodenum, perkecualiannya tidak ada kelenjar
duodenal brunner.
c. Appendiks
Secara struktur mirip kolon (lihat bawah). Ada banyak kesamaan dengan
kolon seperti epitel pelapis dengan sel goblet. Lamina propia terdapat kelenjar
intestinal lieberkuhn (tapi kurang berkembang, lebih pendek, letak sering
berjauhan) dan jaringan limfoid difus sangat banyak. Terdapat pula
Muskularis mukosa.
-

Tunika Submukosa sangat vascular.


Tunika Muskularis terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot
longitudinal (bagian luar).

Diantaranya

dipisah

oleh pleksus

mienterikus auerbach.
- Tunika Serosa
4. Usus Besar (Kolon)
Terdapat sekum; kolon asendens, tranversal, desendens, sigmoid; rectum serta
anus.
-

Tunika Mukosa

Terdiri epitel kolumner simpleks, mempunyai sel goblet (lebih banyak


dibanding usus halus) tapi tidak mempunyai plika sirkularis maupun vili
intestinalis. Pada lamina propia terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn yang
lebih banyak dan nodulus limpatikus. Tidak terdapat sel paneth tapi terdapat
sel enteroendokrin. Dibawah lamina terdapat muskularis mukosa
-

Tunika Submukosa

Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah, sel lemak dan
saraf pleksus meissner

Tunika Muskularis

Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar).
Otot sirkular berbentuk utuh tapi otot longitudinal terbagi tiga untaian besar
(taenia koli). Diantaranya dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach.
-

Tunika Serosa/Adventisia

Merupakan peritoneum visceral dengan epitel squamosa simpleks, yang diisi


pembuluh darah dan sel-sel lemak. Kolon tranversum dan sigmoid melekat ke
dinding tubuh melalui mesenterium, sehingga tunika serosa menjadi lapisan
terluar bagian kolon ini. Sedangkan adventisia membungkus kolon ascendens
dan descendens Karena ketaknya peritoneal.
5. Rectum
- Tunika Mukosa
Terdiri epitel kolumner simpleks, mempunyai sel goblet dan mikrovili, tapi
tidak mempunyai plika sirkularis maupun vili intestinalis. Pada lamina propia
terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn, sel lemak, dan nodulus limpatikus.
Dibawah lamina terdapat muskularis mukosa.
-

Tunika Submukosa

Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah, sel lemak dan
saraf pleksus meissner
-

Tunika Muskularis

Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar).
Otot sirkular berbentuk utuh tapi otot longitudinal terbagi tiga untaian besar
(taenia koli). Diantaranya dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach.
-

Adventisia

Merupakan jaringan ikat longgar yang menutupi rectum, sisanya ditutupi


serosa.
6. Anus
- Tunika Mukosa
Terdiri epitel squamosa non keratin, lamina propia tapi tidak ada terdapat
muskularis mukosa.
-

Tunika Submukosa

Menyatu dengan lamina propia. Jaringan ikat longgar banyak mengandung


pembuluh darah, saraf pleksus hemorroidalis dan glandula sirkum analis.
-

Tunika Muskularis

Bertambah tebal. Terdiri atas sfingter ani interna (otot polos, perubahan otot
sirkuler), sfingter ani eksterna (otot rangka) lalu diluarnya m. levator ani. Otot
sirkular berbentuk utuh tapi otot longitudinal terbagi tiga untaian besar (taenia
koli). Diantaranya dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach.
-

Adventisia

Terdiri jaringan ikat longgar


2.2 Faktor-Faktor Penyebab Muntah
Adanya Stimulus di Trigger Zone
Mechanical Stimulus
Dalam operasi gigi, ada beberapa dan berbagai rangsangan mekanik yang
dapat memicu mual, seperti PRINT LIFTING total atau sebagian edentation
dan penyisipan dari total atau parsial prostesis tambahan. Ketangkasan dan
pengalaman dari praktisi terkait dengan / otoritas nya adalah kelebihan dalam
mencegah kejadian tersebut.

Pada penelitian Sewerin dilakukan pada 478 pasien dengan sinar-X


retroalveolar, menunjukkan bahwa, meskipun 13% dari mereka mengaku
menderita refleks muntah, angka ini menurun menjadi 9% ketika sinar-X yang
diambil oleh dokter gigi yang berpengalaman , dan meningkat menjadi 26%
ketika operator masih mahasiswa. Selain itu, Sewerin mengungkapkan bahwa
meskipun refleks terjadi lebih sering di daerah geraham, kejadian tersebut
sama-sama dipengaruhi oleh penciuman, visual dan psikis stimuli.

Olfactory Stimulus
Bautertentu, khususnyasulfuryang dilepaskan olehmaterial gigitertentu,

ataurasa pahitdariobat biusdapat memicumual.


Acustic Stimulus
Suara instrumen kedokteran gigi mungkin mengingatkan pasien dari trauma

alat dental. Dalam hal ini, rangsangan kortikal memiliki asal psikis.
Visual Stimuli
Kadang-kadanghanya dengan melihat sepasang sarung tangan karet, kapas

atau kontak swab dengan selaput lendir mulutdapat memicu refleks muntah.
Physic Stimuli
Ketakutan atau memoridari pengalaman yang tidak menyenangkan mungkin
memiliki pengaruh langsung pada pasien ketika pencetak diambil. Mual
karena psikis pada dasarnya terkait dengan memaka prostesis mobile.Setiap
ekstraksi gigi mengubah pola tubuh individu dan dapat membahayakan
keseimbangan psikologisnya. Pasien, lebih sering menganggap dirinya
bertanggung jawab atas kondisinya dan mengalami perasaan benci, dari
dehiscence psikis dan penuaan.
Muntah juga dapat dapat dipicu oleh sinyal aferen ke pusat muntah
dari sejumlah reseptor di seluruh tubuh. Penyebab muntah mencakup yang

berikut:
Stimulasi taktil (sentuh) di bagian belakang tenggorokan, yaitu salah satu
rangsangan paling kuat. Sebagai contoh, memasukkan jari tangan ke belakang
tenggorokan atau bahkan keberadaan penekan lidah atau instrumen gigi di

bagian belakang mulut sudah cukup untuk merangsang sebagian orang

tersedak atau bahkan muntah.


Iritasi atau peregangan lambung dan duodenum.
Peningkatan tekanan intrakranium, misalnya yang disebabkan oleh perdarahan
otak. Karena itu, muntah setelah cedera kepala dianggap sebagai tanda buruk;
hal ini mengisyaratkan pembengkakan atau perdarahan di dalam rongga

kranium.
Rotasi atau akselerasi kepala yang menyebabkan pusing bergoyang misalnya

mabuk perjalanan.
Bahan kimia, termasuk obat atau bahan berbahaya yang memicu muntah
(yaitu, emetik) dengan bekerja pada bagian atas saluran cerna atau dengan
merangsang kemoreseptor di chemoreceptor trigger zone khusus di samping
pusar muntah di otak. Pengaktifan zona ini memicu refleks muntah. Sebagai
contoh, obat kemoterapi yang digunakan untuk mengobati kanker sering

menyebabkan muntah dengan bekeria pada chemoreceptor tiger zone.


Muntah psikogenik akibat faktor emosi, termasuk yang menyertai
pemandangan atau bau yang memualkan atau pada situasi stres lainnya.
Selain itu, muntah juga dapat disebabkan oleh:
1. Infeksi virus dan gastroentritis akut.
Penyebab paling sering adalah infeksi virus di antaranya adalah
gastroenteristis akut biasanya oleh virus khususnya rotavirus. Infeksi diare
pada anak paling sering disebabkan karena infeksi rotavirus. Infeksi diare
karena rotavirus ini sering diistilahkan muntaber atau muntah berak. Gejala
infeksi rotavirus atau virus lainnya berupa demam ringan, diawali muntah
sering, diare hebat, dan atau nyeri perut. Muntah dan diare merupakan gejala
utama infeksi rotavirus dan dapat berlangsung selama 3-7 hari. Infeksi
rotavirus dapat disertai gejala lain yaitu anak kehilangan nafsu makan, dan
tanda-tanda dehidrasi. Infeksi rotavirus dapat menyebabkan dehidrasi ringan
dan berat, bahkan kematian. Infeksi virus bukan rotavirus biasanya hanya
terdapat keluhan muntah sering tanpa diikuti diare yang hebat

2. Penderita alergi dan hipersensitif saluran cerna.


Pada anak penderita alergi khususnya dengan gastrooesephageal
refluks. Pada penderita ini, biasanya keluhan muntah atau gumoh sering saat
usia di bawah usia 6- 12 bulan. Setelah usia itu keluhan berangsur berkurang
dan akan membaik palaing lama setelah usia 5-7 tahun. Pada umumnya usia
3-6 bulan muntah hanya 2-5 kali perhari dan kan membaik dengan
pertambahan usia. Serangan gangguan muntah akan lebih berat saat terjadi
infeksi saluran napas atau infeksi virus lainnya. Keluhan infeksi virus
biasanya disertai keluhan demam, badan hangat, badan pegal, nyeri otot, sakit
kepala, nyeri tenggorokan, batuk atau pilek. Makanan pada penderita alergi
makanan bisa menyebabkan muntah tetapi hanya lebih ringan dan dalam
beberapa saat akan berkurang. Penderita alergi dengan GER biasanya disertai
dengan alergi pada kulit, hidung dan saluran napas.
3. Stenosis pilorus
Ini merupakan gangguan yang terjadi pada bayi berupa penyempitan
pada bagian ujung lubang tepat makanan keluar menuju ke usus halus. Akibat
penyempitan tersebut, hanya sejumlah kecil makanan bisa masuk ke usus,
selebihnya akan dimuntahkan sehingga anak mengalami penurunan berat
badan. Kondisi ini biasanya menyebabkan "muntah proyektil" sangat kuat dan
merupakan indikasi untuk operasi mendesak.
4. Obstruksi usus (sumbatan pada saluran cerna)
5. Terlalu banyak makan
6. Peritonitis (radang pada selaput perut yang membungkus seluruh
7.

organ perut dan membatasi rongga perut)


Ileus (berhentinya untuk sementara kontraksi normal dinding usus)

8. Kolesistitis

(peradangan

pada

kandung

empedu),

pankreatitis

(peradangan pada pankreas), usus buntu, hepatitis (peradangan pada


hati)
9. Keracunan makanan
10. Sistem sensorik dan otak
Penyebab dalam sistem sensorik di antaranya adalah gerakan, motion
sickness (yang disebabkan oleh overstimulation dari labirin kanal-kanal
telinga), dan penyakit mnire (kelainan yang memengaruhi bagian dalam
telinga). Penyebab di otak di antaranya, gegar otak, perdarahan otak, migrain,
tumor otak, yang dapat menyebabkan kerusakan kemoreseptor dan
intrakranial jinak hipertensi dan hidrosefalus.
11. Gangguan metabolik
Ini mungkin mengganggu baik pada perut dan bagian-bagian otak yang
mengkoordinasikan muntah, hypercalcemia (kadar kalsium tinggi), uremia
(penumpukan urea, biasanya karena gagal ginjal), adrenal insufisiensi,
hipoglikemia dan hiperglikemia.
12. Hiperemesis (mual berlebihan pada saat kehamilan), morning
sickness.
13. Reaksi obat
Muntah dapat terjadi sebagai respon somatik akut, efek dari alkohol,
opioid, selective serotonin reuptake inhibitor. Banyak obat kemoterapi dan
beberapa entheogen (seperti peyote atau ayahuasca) menyebabkan muntah.
14 Penyakit akibat virus norwalk, flu babi dan berbagai penyakit
infeksi lainnya.
15. Lain-lain:
- Gangguan makan (anoreksia nervosa atau bulimia nervosa)
Untuk menghilangkan racun tertelan (beberapa racun tidak boleh
dimuntahkan karena mereka mungkin lebih beracun ketika dihirup atau
disedot, karena lebih baik untuk meminta bantuan sebelum menginduksi
muntah)

- Beberapa orang yang terlibat dalam pesta minuman keras akan mengalami
muntah guna memberi ruang dalam perut mereka untuk konsumsi alkohol
lebih lanjut.
- Pasca operasi (mual dan muntah pasca operasi)
- bau atau pikiran (seperti materi membusuk, muntah orang lain, memikirkan
muntah), dll
- Nyeri ekstrim, seperti sakit kepala yang intens atau infark miokard
(serangan jantung)
- Kekerasan, emosi
- Sindrom muntah siklik (Cyclic Vomiting Syndrome/CVS) (kondisi burukdipahami dengan serangan muntah)
- Dosis tinggi radiasi pengion kadang-kadang akan memicu refleks muntah di
korban
- Batuk, cegukan, atau asma
- Gugup
- Melakukan aktivitas fisik (seperti berenang) segera setelah makan.
- Dipukul keras di perut.
- Kelelahan (melakukan latihan berat terlalu banyak dapat menyebabkan
muntah tak lama kemudian).
- Sindrom ruminasi, gangguan kurang terdiagnosis dan kurang dipahami yang
menyebabkan penderita memuntahkan makanan yang tak lama setelah
dikonsumsi.

2.3 Gejala-gejala Terjadinya Refleks Muntah


Mual (nausea) adalah suatu perasaan yang tidak nyaman di daerah epigastrik.
Kejadian ini biasanya disertai dengan menurunnya tonus otot lambung, kontraksi,
sekresi, meningkatnya aliran darah ke mukosa intestinal, hipersalivasi, keringat
dingin, detak jantung meningkat dan perubahan ritme pernapasan. Refl uks
duodenogastrik dapat terjadi selama periode nausea yang disertai peristaltik retrograd
dari duodenum ke arah antrum lambung atau terjadi kontraksi secara bersamaan pada
antrum dan duodenum.
Retching adalah upaya kuat dan involunter untuk muntah, tampak sebagai gejala awal
sebelum muntah. Upaya ini terdiri dari kontraksi spasmodik otot diafragma dan

dinding perut serta dalam waktu yang sama terjadi relaksasi LES (lower esophageal
sphincter). Sfi ngter ini juga tertarik ke atas oleh kontraksi otot longitudinal dari
bagian atas esofagus. Selama retching, isi lambung didorong masuk ke esofagus oleh
tekanan intraabdominal dan adanya peningkatan tekanan negatif intratorakal, bahan
muntahan di esofagus akan kembali lagi ke lambung karena adanya peristaltik
esofagus.
2.4 Mekanisme Reflek Muntah
Menurut Langland, Langlais R.P & Preece, Gag reflex dikontrol secara
menyeluruh dari batang otak. Mekanisme terjadinya gag reflek dimulai pada saat
timbulnya iritasi atau sentuhan pada palatum lunak atau bagain 1/3 posterior belakang

lidah dan kemudian diteruskan oleh serabut-serabut saraf afferent ke pusat pengaturan
muntah di medulla oblongata (porsi bagian bawah otak). Dari medula oblongata,
stimulus dilanjutkan keluar oleh serabut saraf efferent keluar dari serabut-serabut
saraf otak ke otot-otot yang berperan dalam terjadinya muntah.
Gag refleks normal adalah kontraksi antara kedua sisi belakang mulut dan
otot-otot faringeal dan ditandai pada pasien dengan adanya pengalaman tidak
menyenangkan. Informasi rangsang (sakit) datang dari batang otak melalui SSP IX

dan X (tubuh sel di ganglia superior), memasuki jalur spinal AV dan berakhir di
caudal spinal nucleus V. Sel di spinal nucleus V kemudian menghasilkan akson
bilateral menuju ke nukleus ambigus. Kontraksi otot faringeal ipsilateral terhadap
rangsang diseput Respon Langsung (Direct Response), sedangkan kontraksi otot-otot
kontralateral terhadap rangsang disebut Respon Konsensual (Consensual Respons).
Stimulasi sensori dari palatum lunak dan faring dapat mencapai nukleus spinal V
(melalui SSP IX dan X; ganglia superior) dan TTT (Trigeminothalamic Tract),
keduanya nukleus ambigus.
Sentuhan pada bagian dinding faringeal bagian posteriol, daerah tonsil atau
dasar lidah dapat menyebabkan respon palatal (palatal reflex), terdiri dari pergerakan
keatas palatum lunak dengan penyimpangan ipsilateral dari uvula, dan gag reflex
yang terdiri dari kontraksi visibel dari dinding faringeal. Respon yang terjadi
termasuk perpindahan medial, peregangan, gerakan dinding faringeal, mata berair,
batuk dan muntah. Terdapat variabilitas respon refleks pada setiap individu.
Zona Pencetus Kemoreseptor di dalam Medula Otak untuk Memulai Muntah
oleh Obat-Obatan atau oleh Motion Sickness
Selain dari muntah yang dicetudkan oleh rangsangan iritasi dalam traktus
gastrointestinal, muntah juga dapat disebabkan oleh impuls saraf yang timbul pada
daerah otak. Hal ini terutama berlaku pada daerah kecil yang terletak bilateral pada
dasar ventrikel keempat yang disebut zona pencetus kemoreseptor untuk muntah.
Perangsangan listrik pada daerah ini dapat mencetuskan muntah; namun yang lebih
penting, pemakaian obat-obat tertentu, termasuk apomorfin, morfin, dan beberapa
derivat digitalis, dapat secara langsung merangsang zona pencetus kemoreseptor ini
dan mencetuskan muntah. Destruksi daerah tersebut menghambat muntah jenis ini
tetapi tidak menghambat muntah yang ditimbulkan oleh rangsangan iritasi pada
traktus gastrointestinal itu sendiri.
Juga, telah diketahui dengan baik bahwa perubahan arah atau irama gerakan
tubuh yang cepat dapat mengakibatkan sebagai berikut: Gerakan merangsang
reseptor- reseptor di dalam labirin vestibular pada telinga dalam, dan dari sini impuls

ditransmisikan terutama lewat jalur nuclei vestibular batang otak ke dalam


serebelum, kemudian ke zona pencetus kemoreseptor, dan akhirnya ke pusat muntah
untuk menyebabkan muntah.
Mekanisme muntah juga dapat diuraikan dalam tahap-tahap berikut:
1) Pada tahap awal iritasi gastrointestinal atau distensi yang berlebihan, akan terjadi
gerakan antiperistaltis (beberapa menit sebelum muntah).
2) Antiperistaltis dapat dimulai dari ileum dan bergerak naik ke duodenum dan
lambung dengan kecepatan 2-3 cm/detik dalam waktu 3-5 menit.
3) Kemudian pada saat bagian atas traktus gastrointestinal, terutama duodenum,
menjadi sangat meregang, peregangan ini menjadi faktor pencetus yang menimbulkan
muntah.
4) Pada saat muntah, kontraksi intrinsik kuat terjadi pada duodenum maupun pada
lambung, bersama dengan relaksasi sebagian dari sfingter esofagus bagian bawah,
sehngga muntahan mulai bergerak ke esofagus. Selanjutnya, kontraksi otot-otot
abdomen akan mendorong muntahan keluar.
5) Distensi berlebihan atau adanya iritasi duodenum menyebabkan suatu rangsangan
khusus yang menjadi penyebab kuat untuk muntah, baik oleh saraf aferen vagal
maupun oleh saraf simpatis ke pusat muntah bilateral di medula (terletak dekat
traktus solitarius). Reaksi motoris ini otomatis akan menimbulkan refleks muntah.
Imuls-impuls motorik yang menyebabkan muntah ditransmisikan dari pusat muntah
melalui saraf kranialis V, VII, IX, X dan XII ke traktus gastro-istestinal bagian atas
dan melalui saraf spinalis ke diafragma dan otot abdomen.
6) Kemudian datang kontraksi yang kuat di bawah diafragma bersama dengan
rangsangan kontraksi semua otot dinding abdomen. Keadaan ini memeras perut di
antara diafragma dan otot-otot abdomen, membentuk suatu tekanan intragrastik
sampai ke batas yang lebih tinggi. Akhirnya, sfingter esofagus bagian bawah
berelaksasi secara lengkap, membuat pengeluaran isi lambung ke atas melalui
esofagus.
7) Reaksi refleks muntah yang terjadi menimbulkan beberapa efek di dalam rongga
mulut yaitu: bernafas dalam, naiknya tulang lidah dan laring untuk menarik sfingter

esofagus bagian atas hingga terbuka, penutupan glotis, pengangkatan palatum molle
untuk menutup nares posterior (daearah yang paling sensitif dalam rongga mulut
terhadap berbagai rangsangan).
2.5 Pencegahan dan Pengobatan Refleks Muntah
1. Behavior Modification
Metode ini merupakan metode jangka panjang yang paling berhasil dalam
pengelolaan pasien gagging reflex. Umumnya, tujuan dari metode ini adalah untuk
mengurangi kecemasan dan membuat pasien melupakan faktor-faktor yang dapat
menyebabkan gagging reflex. Relaksasi, pengalihan perhatian, saran, dan
desensitisasi sistematis adalah metode yang dapat digunakan dan dapat dikombinasi.
2. Relaksasi
Refleks muntah dapat timbul karena rasa cemas. Relaksasi dapat membantu
memperbaiki atau merubah cara berpikir pasien yang dapat menyebabkan rasa cemas
berlebihan. Contohnya adalah dengan meminta pasien untuk rileks pada otot-otot
tertentu, dimulai dari kaki dan berlanjut ke atas, sementara dokter terus memberikan
jaminan rasa aman dan tenang pada pasien.
3. Distraksi
Teknik distraksi berguna untuk mengalihkan perhatian pasien dan teknik ini
memungkinkan untuk prosedur perawatan yang singkat. Seorang dokter dapat
mengajak pasien berkomunikasi, atau meminta pasien untuk berkonsentrasi pada
pernapasan, misalnya menghirup udara melalui hidung dan menghembuskannya
melalui mulut. Hal ini sangat bermanfaat terutama sebelum memulai pengobatan,
agar pasien mampu memvisualisasikan rasa nyaman dan aman.
Metode ini dapat dilakukan juga dengan meminta pasien untuk melakukan
kegiatan yang menyebabkan kelelahan otot, misalnya dengan meminta pasien
menaikkan kaki dan menahannya untuk beberapa saat. Ketika otot pasien semakin
lelah, maka diperlukan usaha lebih untuk menahan kaki dalam posisi tinggi, sehingga
mengalihkan perhatian pasien dari prosedur intraoral. Teknik distraksi dapat

dikombinasi dengan prosedur relaksasi, jika pasien sulit untuk mengatasi refleks
muntah dengan teknik relaksasi saja.
Teknik distraksi bermanfaat untuk pasien dengan refleks muntah yang ringan,
dan pada prosedur perawatan yang singkat. Namun, teknik-teknik ini mungkin tidak
memadai jika digunakan pada pasien dengan refleks muntah yang parah tanpa
kombinasi dengan teknik lainnya.
4. Sugesti
Teknik distraksi dapat disempurnakan dengan memasukkan unsur sugesti.
Dokter dapat meyakinkan pasien bahwa muntah tidak akan terjadi selama prosedur
perawatan. Citra visual dapat digunakan untuk meningkatkan sugesti, dengan
memberikan pandangan-pandangan yang positif. Teknik hipnosis dapat membantu
pasien untuk rileks dan mencegah refleks muntah saat perawatan gigi yang akan
dilakukan. Ada beberapa kontraindikasi terhadap teknik hipnosis, tetapi seharusnya
hanya digunakan setelah dokter telah menerima pelatihan yang tepat. Seorang
hipnoterapis yang berpengalaman dapat menggunakan pendekatan sugesti yang
canggih untuk membantu mengatasi refleks muntah.
5. Farmakologi
Mual dan muntah atau emesis dapat ditangani atau dihentikan menggunakan
obat antiemetic.Obat yang digunakan untuk mengatasi mual dan muntah bermacammacam dan pilihan penggunaan obat anti mual dan muntah disesuaikan dengan :

penyebabnya,

ringan-beratnya derajat keparahan,

dan derajat keamanan bagi pasien.

Antiemetik sebaiknya tidak diberikan sebelum diagnosis diketahui karena identifikasi


penyebab bisa tertunda. Obat-obat antiemetic yang digunakan pada umumnya adalah:
1. Antihistamin (Antagonis Reseptor Histamin H1)
Obat ini efektif pada berbagai kondisi seperti mabuk perjalanan dan mabuk
berat pada masa kehamilan (hiperemesis gravidarum). Onset kerja obat ini

cepat dan absorpsi oral baik. Secara metabolism, obat antihistamin ini
dioksidasi dan dikonjugasi di hati. Contoh obat antihistamin adalah Siklizin,
Difenhidramin, Dimenhidrinat, Meklozin.
2. Antikolinergik
Obat antikolergik ini efektif mengatasi mual muntah akibat mabuk perjalanan
atau motion sickness. Berperan sebagai antagonis reseptor muskarinik.
Contoh obat antikolinergik adalah Skopolamin atau hyoskin.
3. Antagonis Dopamin
Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor dopaminergik di daerah picu
kemoreseptor medulla untuk mual muntah. Digunakan untuk mengatasi rasa
mual muntah dan dihubungkan dengan penyakit neoplasma, pusing karena
radiasi, opioid, obat sitotoksik dan anestik.

Contoh dari obat antagonis

dopamine

Klorpromazin,

golongan

fenotiazin

adalah

Prometazin,

Proklorperazin. Sedangkan contoh obat antagonis dopamine golongan


butiroferon adalah Domperidon, Droperidol, Haloperidol. Contoh obat lainnya
adalah Alizaprid, Bromoprid.
4. 5-HT3-Antagonis
Obat ini bekerja dengan menghambat serotonin 5-HT3 berikatan dengan
reseptor di CTZ dan saluran cerna. Mekanisme kerja 5-HT 3-Antagonis adalah
sitostatik dan terapi penyinaran di usus halus mengakibatkan pembebasan
serotonin (5-HT), yang karena stimulasi 5-HT3-reseptor di perifer dan SSP
mengakibatkan mual dan muntah. Obat-obat yang disebut diatas semuanya
bekerja sebagai antagonis 5-HT3-reseptor yang selektif dan kompetitif. Efek
samping yang paling ditemui dari obat ini adalah nyeri kepala. Contoh dari 5HT3-Antagonis adalah Dolasetron, Granisetron, Tropisetron, dan Ondansetron.
Ondansetron merupakan obat yang paling efektif mengatasi mual dan muntah
yang hebat dibandingkan dengan yang yang lain. Ondansetron juga relative
lebih aman digunakan untuk anak dan kasus hiperemesis gravidarum .
5. Dronabinol
Dronabinol merupakan kanabinoid alami yang dapat digunakan sebagai
antiemesis. Dronabinol diekstrasikan dari tanaman mariyuana. Cara kerja obat

ini berhubungan dengan stimulai reseptor kannabinoid subtype CB pada


neutron di dalam dan di sekitar pusat muntah. Dronabinol merupakan senyawa
profilaktik yang bermanfaat bagi pasien yang menerima kemoterapi kanker
jika obat anti emetic lain tidak efektif.
Refleks Muntah juga dapat dicegah dengan teknik pencetakan rahang yang
tepat. Berikut teknik mencetak rahang yang tepat:
1. Teknik pencetakan rahang yang cermat

Operator harus tenang dan cermat pada saat mencetak rahang.


Cara pencetakan yang cermat dilakukan dengan mendudukkan dengan posisi

kepala, tubuh berada dalam satu garis lurus, tegak dan rileks.
Ukuran sendok cetak sedikit lebih besar dari rahang untuk ketebalan dari

bahan cetak.
Bahan cetak jangan sampai berlebihan sehingga dapat merangsang muntah
Pencetakan dengan posisi yang benar operator di belakang kanan untuk

rahang atas dan di depan untuk rahang bawah.


Pencetakan dilakukan pada rahang bawah lebih dahulu dan pasien diminta
bernafas melalui hidung dan bahan cetak jangan diperlihatkan pasien dan

konsistensinya jangan encer.


Bagian posterior sendok cetak ditekan terlebih dulu, kepala penderita
ditundukkan sampai dagu menyentuh dada.

2. Persiapan mental pasien dan pengalihan perhatian


Dengan dialihkan berkonsentrasi pada berbagai aktivitas, perhatian dapat
dialihkan dari rangsang muntah. Metode yang dapat digunakan untuk mengalihkan
rangsang muntah antara lain sebagai berikut.

Jangan pernah mengatakan muntah pada pasien selama proses pengerasan


bahan cetak karena merupakan saat penting sehingga memerlukan untuk

mengalihkan perhatian penderita terhadap apa yang dilakukan.


Dalam mengalihkan perhatian pasien pada rangsangan muntah dapat
dilakukan dengan lembut dan bijaksana, dan pada saat lain dengan kata atau
tindakan keras.

Pada pencetakan dianjurkan memanipulasi jaringan mulut dan muka untuk


mengalihkan perhatian dan mengadakan pembicaraan dan menjelaskan

tentang pencetakan yang akurat.


Pada pasien yang kurang dapat mentolerir terhadap rangsangan muntah
disarankan pada waktu pencetakan pasien diajak melakukan percakapan
dengan topik tertentu. Misalnya menghitung secara cepat sampai 50 atau 100

dan meminta pasien untuk membaca dengan keras.


Menurut Krol, untuk mengalihkan perhatian pasien diinstuksikan untuk
mengangkat kakinya dan menahannya di udara. Karena otot pasien lelah maka
perhatian akan muntah dapat dialihkan.
Selain itu cara mencegah reflex gagging yaitu dengan diberikannya es balok

(berkumur dengan air es berulang kali), karena es balok (air es) memiliki suhu rendah
sehingga dapat menghambat kerja saraf untuk menyampaikan rangsang menuju pusat
muntah. Sehingga sensitifitas pasien dapat berkurangan.
Penanganan setelah terjadinya muntah

Tidak makan dan minum selama 15 20 menit setelah muntah


Banyak minum air putih secara pelan pelan
Tidak minum jus, susu, atau makan makanan yang dapat mengiritasi

lambung
Kompres hangat di sekitar ulu hati
Tidak tidur terlentang setelah muntah, untuk mencegah respon muntah
susulan atau masuknya muntahan ke dalam saluran pernapasan

Anda mungkin juga menyukai