Makalah fg3
Makalah fg3
Oleh:
Adinda Kemala Eka (1406605742)
Andrew Michael (1406566842)
Julia Eka Citra (1406531246)
Nabila Qisthina (1406564490)
Rafli Herdiansyah (
Selvia Ligar Utami (1406573324)
MPKT A 12
Menurut Krettner dan Kinicki (1992; 324-235), suatu kelompok timbul dan berkembang
melalui enam tahap:
Pada tahap pertama, yaitu orientasi. Para anggota masih meraba-raba meskipun mereka
dapat berjalan.
Pada tahap kelima, yaitu disilusi. Disilusi yang artinya menyadari kesalahan persepsi
terhadap kelompoknya yang dikatakan baik, yaitu dengan adanya harmoni atau
kerjasama diantara para anggota yang sebenarnya tidak realistis itu, mulai timbul
konflikkonflik karena dirasakan bahwa kelompok tidak terbuat seperti yang dicita-
Northcraft & Neale (1990-290-291) sama pendapatnya dengan Albanese & Van
Vleet ( 1983-259), yaitu:
1 Formation (pembentukan), pada tahap awal, yang pada tahap ini semua calon anggota
2
pemimpinnya.
Intergration, sudah ada kesamaan pandangan, ada norma, ada kerukunan, dan
Menurut Tuckman (dalam Suzanne Janasz, Karen Dowd dan Beth Scheider, 2009), yaitu:
1 Tahap Pembentukan (forming)
Memiliki karakteristik besarnya ketidakpastian atas tujuan, struktur, dan kepemimpinan
kelmpok tersebut. Para anggotanya menguji kedalam air untuk menentukan jenis
jenis perilaku yang dapat diterima. Tahap ini selesai ketika para anggotanya mulai
menganggap diri mereka sebagai bagian dari kelompok.
2
Tahap Normalisasi
Tahap ketiga ini adalah tahap di mana hubungan yang dekat terbentuk dan kelompok
tersebut menunjukkan kekohesifan. Dalam tahap ini terdapat sebuah rasa yang kuat akan
identitas kelompok dan persahabatan. Tahap normalisasi (norming stage) ini selesai
ketika struktur kelompok tersebut menjadi solid dan kelompok telah mengasimilasi
Kelompok Formal
Kelompok formal ada dalam setiap organisasi. Kelompok formal (formal group)
adalah suatu sub unit organisasi yang resmi yang didirikan dengan anggaran dasar
organisasi atau dengan surat keputusan manajer. Contoh kelompok formal: kelompok
kerja, panitia, departemen kecil, dan tim proyek. Tujuan kelompok formal: peraturanperaturan, keanggotaan, pemilihan pemimpin biasanya ditentukan oleh organisasi dalam
ketentuan-ketentuan atau perintah organisasi ini.
Kelompok formal dibedakan menjadi dua yaitu kelompok komando (command
group) dan kelompok tugas (task group). Di perguruan tinggi misalnya, biro-biro,
fakultas-fakultas dan unit-unit lainnya yang ada di lingkungan suatu perguruan tinggi
atau departemen yang ada dalam perusahaan.
Anggota kelompok tugas biasanya berasal dari berbagai unit dalam organisasi yang
disesuaikan dengan kebutuhan akan keterampilan dan keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas atau proyek tersebut. Panitia penerimaan mahasiswa baru, panitia
ujian semester, panitia wisuda, dan lain-lain yang dilakukan oleh perguruan tinggi atau
satuan tugas yang dibentuk oleh manajer perusahaan untuk mengendalikan/menurunkan
biaya operasional sebesar 10% misalnya contoh dari kelompok tugas.
2.
Kelompok Informal
Kelompok informal (informal group) juga dapat ditemukan dalam setiap organisasi.
Kelompok-kelompok ini berkembang menyimpang dari rancangan organisasi yang
ditetapkan secara resmi dan kelompok informal hidup sebagai subkultur yang relatif
berkuasa atau dominan dalam organisasi. Ada kelompok informal yang terdiri dari para
manajer disamping kelompok-kelompok informal yang terdiri dari para pekerja nonpengawas.
Kelompok informal dibedakan menjadi dua yaitu kelompok persahabatan dan
kelompok kepentingan. Kelompok persahabatan terbentuk karena adanya kesamaankesamaan tentang suatu hal, seperti kesamaan hobi, status perkawinan, jenis kelamin,
latar belakang, pandangan politik dan lain sebagainya.
Kelompok kepentingan, yaitu kelompok yang berafiliasi untuk mencapai sasaran
yang sama. Sasaran jenis kelompok ini tidak berkaitan dengan tujuan organisasi tetapi
semata-mata untuk mencapai kepentingan kelompok itu sendiri.
disepakatilah
aturan-aturan
dan
norma-norma
itu
untuk
mengatur
jalannya
keberlangsungan hidup. Oleh sebab itu, kehidupan berkelompok memegang peranan penting dalam
perkembangan peradaban manusia hingga sekarang ini.
Interaksi antar sesama, mempengaruhi terbentuknya sebuah kelompok. Kita tahu bahwa
kelompok-kelompok yang terbentuk, memiliki kesamaan ide dan kepentingan, sehingga
terbentuklah semacam interaksi hingga disepakatilah untuk menjalani hal tersebut secara bersamasama agar ide dan kepentingan tersebut dapat tercapai dan sesuai harapan. Meskipun pada proses
pembentukannya, terdapat banyak perbedaan sebelum ataupun setelah terbentuknya kelompok itu.
Kelompok-kelompok juga memiliki tipe-tipe berdasarkan efektivitasnya, seperti yang dikemukakan
oleh Johnson (2006), diantaranya kelompok pseudo, kelompok tradisional, kelompok efektif, dan
kelompok kinerja-tinggi.
Kelompok pseudo diartikan sebagai kelompok yang anggota-anggotanya diberikan tugas
untuk melaksanakannya secara bersama-sama, namun salah satu, bahkan semua anggotanya tidak
berminat untuk melaksanakannya. Meskipun mereka berinteraksi antara yang satu dengan yang
lain, tetapi pada hakikatnya mereka bersaing. Mereka berusaha menghambat kinerja satu sama lain,
bahkan menyembunyikan informasi dan berusaha menyesatkan sesama anggota. Akibatnya
pekerjaan mereka lebih maksimal bila bekerja sendiri dibanding bekerja sama. Contohnya adalah
salesman, mereka bersaing untuk menjual produknya agar cepat habis dan memiliki keuntungan
yang besar, agar menjadi salesman terbaik tentunya.
Penggolongan pada sistem kelompok semacam ini, memaksa para salesman memahami
bahwa mereka tidak perlu menguras tenaga untuk melakukan kinerja yang maksimal dalam
berkelompok, karena justru dengan berkelompok mereka akan memiliki keuntungan yang lebih
sedikit dibandingkan bekerja sendiri. Salesman yang tidak dapat menjual dagangannya dengan
baik, akan tersingkir karena adanya evaluasi yang secara tidak langsung mengurutkan kinerja
mereka dari yang tertinggi hingga yang paling rendah. Sistem ini memang tidak baik jika
dipandang dari segi kekompakan kelompok, tetapi dari segi individu yang menjalaninya mungkin
inilah jalan yang terbaik demi meraup keuntungan.
Jadi, pada tipe kelompok Pseudo memang memiliki banyak nilai-nilai negatif yang kurang
baik untuk diterapkan di dalam kehidupan berkelompok, tetapi kita harus harus tetap memiliki
pandangan yang positif tentang tipe kelompok ini. Nilai yang negatif itu diantaranya tidak kuatnya
kerjasama dalam kinerja kelompok, kurangnya komitmen terhadap masa depan kelompok, dan
kuatnya aroma persaingan di dalam kelompok yang membuat suasananya tidak kondusif. Tetapi
terlepas dari itu semua, kita harus tetap berpikir positif, itu semua terjadi karena keadaan, yang
terpenting bila kita tidak sedang dalam keadaan seperti keadaan yang dirasakan oleh anggota
kelompok bertipe pseudo, setidaknya kita dapat mengambil pelajaran bahwa kita harus saling
pengertian, komitmen, berkontribusi aktif atas komitmen yang telah dibuat sejak awal terbentuknya
kelompok untuk masa depan kelompok yang lebih baik tentunya.
Lalu, ada kelompok tradisional. Kelompok tradisional adalah kelompok yang anggotanya
mendapat tugas untuk bekerja sama dan mereka sadar bahwa harus bekerja sama. Mereka bekerja
sama namun mereka percaya bahwa mereka dinilai sebagai individu. Individualisme dalam
kelompok tradisional membuat mereka menjadi tidak produktif. Mereka akan berusaha mencari dan
mendapatkan informasi dari anggota lain namun tidak termotivasi untuk membagi informasi
dengan yang lainnya. Tidak semua anggota dalam kelompok tradisional ini bekerja. Sebagian
anggota kelompok ini ada yang bermalas-malasan da nada pula yang hanya menulikan nama saja
dalam kelompok namun tidak bekerja (nebeng). Sehingga, sebagian anggota dari kelompok
tradisional ini, ada yang bagus kerja secara individu dan adapula yang bagus kerja secara
kelompok.
Contoh dari kelompok tradisional ini adalah kelompok pada kelas-kelas yang ditetapkan
oleh guru atau dosen. Kelompok yang ditentukan oleh guru atau dosen pastinya kelompok yang
memiliki beragam sifatnya. Ada yang malas, rajin, bahkan tidak ingin bekerja. Dalam kelompok
yang ditentukan oleh guru atau dosen, jarang sekali ada yang rajin semua, biasanya salah satu atau
sebagian daro anggotanya ada yang bermalas-malasan. Meskipun begitu, kelompoknya tetap bisa
berjalan karena itu adalah suatu tugas yang diberikan oleh guru atau dosen.
Kelompok yang ketiga adalah kelompok efektif. Kelompok efektif adalah kelompok yang
berusaha memaksimalkan keberhasilan dirinya maupun anggota kelompok yang lain. Biasanya
kelompok ini memiliki saling ketergantungan yang positif sehingga menyatukan kelompok ini
untuk mencapai tujuan yang jelas. Selain itu, di dalam kelompok efektif terdapat komunikasi dua
arah, kepemimpinan yang bergantian dan kekuasaan berdasarkan keahlian.
Kenyataan ini dapat dilihat dari aktivitas anggota kelompok dalam melakukan kerja
kelompok. Seperti yang pertama, mengambil inisiatif yaitu mengajukan pendapat baru,
merumuskan dan memberi pengertian baru terhadap masalah, sehingga menjadi lebih jelas,
menunjukkan kelemahan masalah, mengusulkan pemecahan masalah. Yang kedua, mencari
informasi, seperti meminta penjelasan terhadap saran yang diajukan, meminta tambahan informasi
atau fakta/data. Yang ketiga, Mengumpulkan pendapat, antara lain menanyakan ekspresi perasaan
anggota, usul atau ide para anggotanya terhadap suatu masalah.
Adapun yang keempat memberi informasi, antara lain menyajikan fakta dan memberikan
kesimpulan dengan ilustrasi pengalamannya sehubungan dengan masalah yang dihadapi kelompok.
Lalu mencari pendapat, yaitu menanyakan pendapat atau keyakinan anggota tentang suatu saran,
terutama yang terkait dnegan nilai-nilai, bukan fakta. Yang keenam, mengolah informasi, yaitu
menjelaskan, memberi contoh, menafsirkan dan menggambarkan akibat yang bisa terjadi apabila
saran dilaksanakan. Yang ketujuh, mengkoordinasikan, antara lain menyatukan berbagai pendapat
atau saran, mengintegrasikan aktivitas anggota-anggota atau sub-subkelompok. Lalu yang terakhir,
menyimpulkan, antara lain menyimpulkan pendapat atau saran yang saling berhubungan, dan
mengulang saran tersebut setelah kelompok selesai mendiskusikannya.
anggota kelompoknya. Anggota kelompok ini memiliki tingkat kepercayaan dan respek yang tinggi,
mereka saling peduli terhadap anggota kelompoknya. Sayangnya, sangat jarang yang memiliki
kelompok kinerja-tinggi ini.
pesan.Persepsi kita tentang individu berbeda dari persepsi kita karena persepsi dan penilaian kita
tentang tindakan seseorang akan dipengaruhi secara signifikan oleh asumsi-asumsi yang kita buat
tentang keadaan internal orang tersebut.
Persepsi secara umum dapat diartikan sebagai proses pengorganisasian dan proses
menginterpretasikan informasi untuk dapat diartikan. Dalam prosesnya, mempresepsikan sesuatu
belum tentu sesuai dengan realitas, tetapi persepsi sangat penting karena perilaku individu biasanya
didasari pada persepsinya. Berikut ini adalah beberapa faktor yang memengaruhi persepsi:
Karakteristik dari individu yang mempersepsi (perceiver) seperti: sikap, motif, minat,
lain.
Situasi, konteks pada lingkungan sekitar yang mempengaruhi persepsi.
Tedapat jalan pintas yang sering kali digunakan untuk menilai orang lain. Walaupun jalan pintas ini
terkadang membantu mempercepat mempersepsi sesuatu tetapi, cara ini dapat menyesatkan.
Berikut jalan pintas yang sering diambil:
Persepsi yang selektif: individu menginterpretasi apa yang dilihatnya secara selektif
berdasarkan hal-hal tertentu namun mmbuang bgian informasi yang dirasakan mengancam
Jadi dapat dikatakan peran persepsi secara garis besar adalah memstimulasi pola pikir individu
terhadap lawan bicaranya sehingga mempengaruhi cara komunikasi antarindividu tersebut.
komunikasi
secara
komprehensif
memberikan
setidaknya
tujuh
Melalui komunikasi kita dapat belajar untuk mengembangkan diri kita sendiri. Karena ketika kita
belajar bagaimana melakukan komunikasi secara efektif dalam berbagai situasi dari hubungan
interpersonal, rasa percaya diri kita akan meningkat. Menurut penelitian, orang yang melakukan
komunikasi merasa percaya tentang diri sendiri, merasa nyaman dengan persepsi orang lain
terhadap diri mereka, daya nalarnya dengan orang lain, dan menggunakan bahasa secara tepat
(Ford & Wolvin, 1993). Oleh sebab itu, keberhasilan kita dalam berinteraksi dengan orang lain
dalam situasi sosial dan prestasi kita dalam pengaturan profesional akan menimbulkan perasaan
yang lebih positif tentang diri kita sendiri.
c. Mempelajari komunikasi dapat meningkatkan pengetahuan tentang hubungan
antarmanusia.
Belajar komunikasi termasuk belajar tentang bagaimana orang berhubungan satu sama lain dan
tentang apa jenis komunikasi yang sesuai untuk situasi tertentu. Kebanyakan orang menghargai
hubungan antarmanusia dan menemukan kenyamanan dalam persahabatan, hubungan keluarga,
dan hubungan masyarakat. Dalam hubungan ini kita belajar tentang kepercayaan, keakraban, dan
hubungan timbal
balik (Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011).
Melalui hubungan antarmanusia terpenuhi berbagai kebutuhan dasar manusia, antara lain
kebutuhan akan kasih sayang Maksudnya, ketika seseorang dapat menerima dan memberikan
kehangatan dan keramahan
serta kebutuhan inklusi, seseorang dapat mengalami perasaan bahwa kita saling memiliki dan
mampu menunjukkan perasaan terhadap orang lain sesuai dengan pesan yang mereka miliki,
termasuk kebutuhan akan kesenangan dan berbagi kebahagiaan. Seseorang juga memiliki
kebutuhan untuk melarikan diri, yaitu membolehkan seseorang untuk mengalihkan diri. Seseorang
juga mebutuhkan kontrol, yakni memberikan kebebasan kepadanya untuk mengelola kehidupannya
sendiri dan mempengaruhi orang lain (Rubin, Perse, & Barbato, 1988).
Sewaktu berkomunikasi, kita belajar bahwa orang lain berada dalam hubungan yang sangat berbeda
satu sama lain, seperti mereka dapat menerima atau meremehkan kita. Kita juga belajar bahwa
mereka dapat berperilaku seolah-olah mereka lebih unggul atau lebih rendah dari kita. Selain itu,
kita juga belajar bahwa di antara mereka ada yang mungkin didekati atau sangat formal. Pastinya,
orang-orang tidak
dapat dipertukarkan satu sama lain.
Kita juga belajar bahwa peran kita dalam interaksi dengan orang lain dapat membantu atau
berbahaya. Melalui komunikasi manusia dapat berbagi informasi pribadi untuk membangun
kepercayaan dan rapor.
Informasi pribadi yang sama dapat digunakan untuk menghina atau mempermalukan orang lain.
Bukan hanya itu saja, kita belajar bahwa setiap orang dalam hubungan antarmanusia ikut
membangun
realitas hubungan yang terjadi, seperti yang terjadi di dunia kampus, antarpengajar,
antarmahasiswa, dan antara pengajar dan mahasiswa serta keluarga. Masing-masing memiliki
andil yang besar dalam membangun pola hubungan yang akan terbentuk.
Hubungan antarmanusia bersifat kompleks. Melalui studi komunikasi akan jelas variabel yang
terlibat dalam hubungan antarmanusia, petunjuk verbal dan nonverbal yang diberikan, pengaruh
waktu, sifat hubungan, dan tujuan manusianya. Orang yang memiliki keterampilan komunikasi juga
mengalami kepuasan relasional lebih besar (Egeci & Gencoz, 2006). Jika kita menerima pendidikan
dalam keterampilan komunikasi yang lebih, mungkin kita akan mendapatkan kepuasan hubungan
yang lebih besar daripada mereka yang tidak menerima pendidikan tersebut
(Ireland, Sanders, & Markie-Dodds, 2003).
Daftar Pustaka
Evita E. Singgih, Miranda Diponegoro , Rosa Diniari, Pius Nugraha. 2011. Manusia:
Individu, Kelompok, Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta: FE UI, II:27-28.