Anda di halaman 1dari 13

HAKIKAT KELOMPOK

Oleh:
Adinda Kemala Eka (1406605742)
Andrew Michael (1406566842)
Julia Eka Citra (1406531246)
Nabila Qisthina (1406564490)
Rafli Herdiansyah (
Selvia Ligar Utami (1406573324)
MPKT A 12

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


2015
A

TAHAP PERKEMBANGAN KELOMPOK


a

Menurut Krettner dan Kinicki (1992; 324-235), suatu kelompok timbul dan berkembang
melalui enam tahap:

Pada tahap pertama, yaitu orientasi. Para anggota masih meraba-raba meskipun mereka

setuju turut menjadi anggota kelompok itu.


Pada tahap kedua, yaitu konflik dan tantangan. Mereka rebut-ribut gempuran satu
sama lain dalam menginginkan berbagai hal, timbul sub kelompok, oposan,

pemberontakan halus, saling beradu pendapat dan saling berjagajaga.


Pada tahap ketiga, yaitu kelekatan. Konflik dan tantangan reda, akhirnya mereka
menyetujui keputusan-keputusan yang hasilnya dari konflikkonflik dan mulai

membentuk kedamaian dan kerukunan.


Pada tahap keempat, yaitu delusi. Delusi adalah suasana setelah melepas pertikaian dan
bentuk kerukunan, pada tahap ini terasa adanya partisipasi para anggota pada apa yang
di inginkan oleh kelompok. Namun, apa yang mereka rasakan atau menjadi kenyataan
pada waktu itu sebenarnya tidak sesuai dengan kenyataan dan pikiran rasional tidak

dapat berjalan.
Pada tahap kelima, yaitu disilusi. Disilusi yang artinya menyadari kesalahan persepsi
terhadap kelompoknya yang dikatakan baik, yaitu dengan adanya harmoni atau
kerjasama diantara para anggota yang sebenarnya tidak realistis itu, mulai timbul
konflikkonflik karena dirasakan bahwa kelompok tidak terbuat seperti yang dicita-

citakan semula menurut persetujuan bersama.


Pada tahap keenam, yaitu penerimaan. Artinya adalah setelah tahap sebelumnya dapat
dilalui dengan menerima cacian, kritikan, dan lain-lain, maka kemudian kembali
menepati cita-cita kelompok.

Northcraft & Neale (1990-290-291) sama pendapatnya dengan Albanese & Van
Vleet ( 1983-259), yaitu:
1 Formation (pembentukan), pada tahap awal, yang pada tahap ini semua calon anggota
2

belum kenal dengan baik mengenai orang-orangnya, tujuannya, dan tugas-tugannya.


Differentiation, adanya perbedaan-perbedaan pendapat sehingga menimbulkan subkelompok dan saling ber-argumentasi mengenai tujuan, cara mencapainya, dan siapa

pemimpinnya.
Intergration, sudah ada kesamaan pandangan, ada norma, ada kerukunan, dan

persetujuan mengapa mereka bersama-sama dalam kelompok.


Maturity (kedewasaan), kematangan sebagai kelompok dalam melaksanakan
kegiatan mencapai tujuan.

Menurut Tuckman (dalam Suzanne Janasz, Karen Dowd dan Beth Scheider, 2009), yaitu:
1 Tahap Pembentukan (forming)
Memiliki karakteristik besarnya ketidakpastian atas tujuan, struktur, dan kepemimpinan
kelmpok tersebut. Para anggotanya menguji kedalam air untuk menentukan jenis

jenis perilaku yang dapat diterima. Tahap ini selesai ketika para anggotanya mulai
menganggap diri mereka sebagai bagian dari kelompok.
2

Tahap Timbulnya Konflik (Strorming)


Satu dari konflik intrakelompok. Para anggotanya menerima keberadaan kelompok
tersebut, tetapi terdapat penolakan terhadap batasan batasan yang diterapkan
kelompok tersebut terhadap setiap individu. Lebih jauh lagi, terdapat konflik atas siapa
yang akan mengendalikan kelompok tersebut. Ketika tahap ini selesai, terdapat sebuah
hierarki yang relatif kelas atas kepemimpinan dalam kelompok tersebut.

Tahap Normalisasi
Tahap ketiga ini adalah tahap di mana hubungan yang dekat terbentuk dan kelompok
tersebut menunjukkan kekohesifan. Dalam tahap ini terdapat sebuah rasa yang kuat akan
identitas kelompok dan persahabatan. Tahap normalisasi (norming stage) ini selesai
ketika struktur kelompok tersebut menjadi solid dan kelompok telah mengasimilasi

serangkaian ekspektasi definisi yang benar atas perilaku anggota.


Tahap Performing (Berkinerja)
Pada titik ini struktur telah sepenuhnya fungsional dan diterima. Energi kelompok telah
berpindah dari saling mengenal dan memahami menjadi mengerjakan tugas yang ada.

Tahap Adjourning Stage (Pembubaran)


Untuk kelompok kelompok kerja yang permanen, berkinerja adalah tahap terakhir
dalam perkembangan mereka. Tetapi, untuk komisi, tim, angkatan tugas sementara, dan
kelompok - kelompok kerja yang mempunyai tugas yang terbatas untuk dilakukan,
terdapat tahap pembubaran. Dalam tahap ini, kelompok tersebut mempersiapkan diri
untuk pembubarannya. Kinerja tugas yang tinggi tidak lagi menjadi prioritas tertinggi
kelompok. Sebagai gantinya, perhatian diarahkan untuk menyelesaikan aktivitas
aktivitas. Respons dari anggota kelompok dalam tahap ini bervariasi. Beberapa merasa
gembira, bersenang senang dalam persahabatan dan pertemanan yang didapatkan
selama kehidupan kelompok kerja tersebut.

B. KELOMPOK FORMAL DAN INFORMAL


1.

Kelompok Formal
Kelompok formal ada dalam setiap organisasi. Kelompok formal (formal group)
adalah suatu sub unit organisasi yang resmi yang didirikan dengan anggaran dasar
organisasi atau dengan surat keputusan manajer. Contoh kelompok formal: kelompok
kerja, panitia, departemen kecil, dan tim proyek. Tujuan kelompok formal: peraturanperaturan, keanggotaan, pemilihan pemimpin biasanya ditentukan oleh organisasi dalam
ketentuan-ketentuan atau perintah organisasi ini.
Kelompok formal dibedakan menjadi dua yaitu kelompok komando (command
group) dan kelompok tugas (task group). Di perguruan tinggi misalnya, biro-biro,
fakultas-fakultas dan unit-unit lainnya yang ada di lingkungan suatu perguruan tinggi
atau departemen yang ada dalam perusahaan.
Anggota kelompok tugas biasanya berasal dari berbagai unit dalam organisasi yang
disesuaikan dengan kebutuhan akan keterampilan dan keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas atau proyek tersebut. Panitia penerimaan mahasiswa baru, panitia
ujian semester, panitia wisuda, dan lain-lain yang dilakukan oleh perguruan tinggi atau
satuan tugas yang dibentuk oleh manajer perusahaan untuk mengendalikan/menurunkan
biaya operasional sebesar 10% misalnya contoh dari kelompok tugas.

2.

Kelompok Informal
Kelompok informal (informal group) juga dapat ditemukan dalam setiap organisasi.
Kelompok-kelompok ini berkembang menyimpang dari rancangan organisasi yang
ditetapkan secara resmi dan kelompok informal hidup sebagai subkultur yang relatif
berkuasa atau dominan dalam organisasi. Ada kelompok informal yang terdiri dari para
manajer disamping kelompok-kelompok informal yang terdiri dari para pekerja nonpengawas.
Kelompok informal dibedakan menjadi dua yaitu kelompok persahabatan dan
kelompok kepentingan. Kelompok persahabatan terbentuk karena adanya kesamaankesamaan tentang suatu hal, seperti kesamaan hobi, status perkawinan, jenis kelamin,
latar belakang, pandangan politik dan lain sebagainya.
Kelompok kepentingan, yaitu kelompok yang berafiliasi untuk mencapai sasaran
yang sama. Sasaran jenis kelompok ini tidak berkaitan dengan tujuan organisasi tetapi
semata-mata untuk mencapai kepentingan kelompok itu sendiri.

Kelompok-kelompok informal memenuhi bermacam-macam kebutuhan para


pekerja. Keanggotaan dalam kelompok informal memberikan kesempatan untuk
memuaskan kebutuhankebutuhan sosial, seperti: berkawan, kasih-sayang serta
pembinaan atau pendidikan.
Fungsi khusus kelompok informal yang penting adalah pengaturan perilaku sosial
dan kerja. Meskipun beberapa norma aktivitas sosial diciptakan oleh organisasi dan oleh
kebudayaan luar, namun terdapat kebutuhan untuk mengoperasikan norma-norma
tersebut dalam situasi kerja.
Pentingnya kelompok-kelompok informal sebagai sumber pengaruh atas perilaku
dan pelaksanaan kerja pekerja telah dipertunjukan dalam studi Hawthorne tahun 1930an. Salah satu diantara studi tersebut (Bank Wiring Room), sekelompok laki-laki yang
memasang kabel dan menyorder panel telepon diteliti dalam kurun waktu beberapa
bulan.

C. TIPE KELOMPOK BERDASARKAN EFEKTIVITASNYA


Manusia sebagai makhluk sosial, tentu tidak dapat memisahkan diri dari kebutuhannya
terhadap manusia yang lain. Kita tahu bahwa segala bentuk kebudayaan, tatanan hidup, dan sistem
kemasyarakatan di dunia ini terbentuk karena interaksi antar sesama manusia dan benturan
kepentingan antara manusia yang satu dengan yang lain. Sejak dahulu hingga sekarang, manusia
telah disibukkan dengan keterciptaannya norma dan kehidupan berkelompok mereka. Hingga pada
akhirnya

disepakatilah

aturan-aturan

dan

norma-norma

itu

untuk

mengatur

jalannya

keberlangsungan hidup. Oleh sebab itu, kehidupan berkelompok memegang peranan penting dalam
perkembangan peradaban manusia hingga sekarang ini.
Interaksi antar sesama, mempengaruhi terbentuknya sebuah kelompok. Kita tahu bahwa
kelompok-kelompok yang terbentuk, memiliki kesamaan ide dan kepentingan, sehingga
terbentuklah semacam interaksi hingga disepakatilah untuk menjalani hal tersebut secara bersamasama agar ide dan kepentingan tersebut dapat tercapai dan sesuai harapan. Meskipun pada proses
pembentukannya, terdapat banyak perbedaan sebelum ataupun setelah terbentuknya kelompok itu.
Kelompok-kelompok juga memiliki tipe-tipe berdasarkan efektivitasnya, seperti yang dikemukakan
oleh Johnson (2006), diantaranya kelompok pseudo, kelompok tradisional, kelompok efektif, dan
kelompok kinerja-tinggi.
Kelompok pseudo diartikan sebagai kelompok yang anggota-anggotanya diberikan tugas
untuk melaksanakannya secara bersama-sama, namun salah satu, bahkan semua anggotanya tidak

berminat untuk melaksanakannya. Meskipun mereka berinteraksi antara yang satu dengan yang
lain, tetapi pada hakikatnya mereka bersaing. Mereka berusaha menghambat kinerja satu sama lain,
bahkan menyembunyikan informasi dan berusaha menyesatkan sesama anggota. Akibatnya
pekerjaan mereka lebih maksimal bila bekerja sendiri dibanding bekerja sama. Contohnya adalah
salesman, mereka bersaing untuk menjual produknya agar cepat habis dan memiliki keuntungan
yang besar, agar menjadi salesman terbaik tentunya.

Penggolongan pada sistem kelompok semacam ini, memaksa para salesman memahami
bahwa mereka tidak perlu menguras tenaga untuk melakukan kinerja yang maksimal dalam
berkelompok, karena justru dengan berkelompok mereka akan memiliki keuntungan yang lebih
sedikit dibandingkan bekerja sendiri. Salesman yang tidak dapat menjual dagangannya dengan
baik, akan tersingkir karena adanya evaluasi yang secara tidak langsung mengurutkan kinerja
mereka dari yang tertinggi hingga yang paling rendah. Sistem ini memang tidak baik jika
dipandang dari segi kekompakan kelompok, tetapi dari segi individu yang menjalaninya mungkin
inilah jalan yang terbaik demi meraup keuntungan.
Jadi, pada tipe kelompok Pseudo memang memiliki banyak nilai-nilai negatif yang kurang
baik untuk diterapkan di dalam kehidupan berkelompok, tetapi kita harus harus tetap memiliki
pandangan yang positif tentang tipe kelompok ini. Nilai yang negatif itu diantaranya tidak kuatnya
kerjasama dalam kinerja kelompok, kurangnya komitmen terhadap masa depan kelompok, dan
kuatnya aroma persaingan di dalam kelompok yang membuat suasananya tidak kondusif. Tetapi
terlepas dari itu semua, kita harus tetap berpikir positif, itu semua terjadi karena keadaan, yang
terpenting bila kita tidak sedang dalam keadaan seperti keadaan yang dirasakan oleh anggota
kelompok bertipe pseudo, setidaknya kita dapat mengambil pelajaran bahwa kita harus saling
pengertian, komitmen, berkontribusi aktif atas komitmen yang telah dibuat sejak awal terbentuknya
kelompok untuk masa depan kelompok yang lebih baik tentunya.
Lalu, ada kelompok tradisional. Kelompok tradisional adalah kelompok yang anggotanya
mendapat tugas untuk bekerja sama dan mereka sadar bahwa harus bekerja sama. Mereka bekerja
sama namun mereka percaya bahwa mereka dinilai sebagai individu. Individualisme dalam
kelompok tradisional membuat mereka menjadi tidak produktif. Mereka akan berusaha mencari dan
mendapatkan informasi dari anggota lain namun tidak termotivasi untuk membagi informasi
dengan yang lainnya. Tidak semua anggota dalam kelompok tradisional ini bekerja. Sebagian
anggota kelompok ini ada yang bermalas-malasan da nada pula yang hanya menulikan nama saja

dalam kelompok namun tidak bekerja (nebeng). Sehingga, sebagian anggota dari kelompok
tradisional ini, ada yang bagus kerja secara individu dan adapula yang bagus kerja secara
kelompok.
Contoh dari kelompok tradisional ini adalah kelompok pada kelas-kelas yang ditetapkan
oleh guru atau dosen. Kelompok yang ditentukan oleh guru atau dosen pastinya kelompok yang
memiliki beragam sifatnya. Ada yang malas, rajin, bahkan tidak ingin bekerja. Dalam kelompok
yang ditentukan oleh guru atau dosen, jarang sekali ada yang rajin semua, biasanya salah satu atau
sebagian daro anggotanya ada yang bermalas-malasan. Meskipun begitu, kelompoknya tetap bisa
berjalan karena itu adalah suatu tugas yang diberikan oleh guru atau dosen.

Kelompok yang ketiga adalah kelompok efektif. Kelompok efektif adalah kelompok yang
berusaha memaksimalkan keberhasilan dirinya maupun anggota kelompok yang lain. Biasanya
kelompok ini memiliki saling ketergantungan yang positif sehingga menyatukan kelompok ini
untuk mencapai tujuan yang jelas. Selain itu, di dalam kelompok efektif terdapat komunikasi dua
arah, kepemimpinan yang bergantian dan kekuasaan berdasarkan keahlian.
Kenyataan ini dapat dilihat dari aktivitas anggota kelompok dalam melakukan kerja
kelompok. Seperti yang pertama, mengambil inisiatif yaitu mengajukan pendapat baru,
merumuskan dan memberi pengertian baru terhadap masalah, sehingga menjadi lebih jelas,
menunjukkan kelemahan masalah, mengusulkan pemecahan masalah. Yang kedua, mencari
informasi, seperti meminta penjelasan terhadap saran yang diajukan, meminta tambahan informasi
atau fakta/data. Yang ketiga, Mengumpulkan pendapat, antara lain menanyakan ekspresi perasaan
anggota, usul atau ide para anggotanya terhadap suatu masalah.
Adapun yang keempat memberi informasi, antara lain menyajikan fakta dan memberikan
kesimpulan dengan ilustrasi pengalamannya sehubungan dengan masalah yang dihadapi kelompok.
Lalu mencari pendapat, yaitu menanyakan pendapat atau keyakinan anggota tentang suatu saran,
terutama yang terkait dnegan nilai-nilai, bukan fakta. Yang keenam, mengolah informasi, yaitu
menjelaskan, memberi contoh, menafsirkan dan menggambarkan akibat yang bisa terjadi apabila
saran dilaksanakan. Yang ketujuh, mengkoordinasikan, antara lain menyatukan berbagai pendapat
atau saran, mengintegrasikan aktivitas anggota-anggota atau sub-subkelompok. Lalu yang terakhir,
menyimpulkan, antara lain menyimpulkan pendapat atau saran yang saling berhubungan, dan
mengulang saran tersebut setelah kelompok selesai mendiskusikannya.

Kelompok efektif ini menempilkan pengambilan keputusan yang memungkinkan setiap


anggota kelompok untuk saling mempertanyakan informasi dan mengatasi konflik secara
konstruktif. Kelompok ini saling mengandalkan pada tanggung jawab masing-masing, memiliki
keterampilan kelompok dan sangat efektif dalam berkelompok.
Kelompok yang terakhir adalah kelompok kinerja-tinggi. Semua aspek yang dimiliki
kelompok efektif dimiliki kelompok ini, perbedaannya terlihat pada komitmen masing-masing
anggota kelompok. Setiap anggota kelompok membantu anggota lainnya, mereka bersedia
meluangkan waktunya untuk membantu anggota lainnya,

mereka memantau perkembangan

anggota kelompoknya. Anggota kelompok ini memiliki tingkat kepercayaan dan respek yang tinggi,
mereka saling peduli terhadap anggota kelompoknya. Sayangnya, sangat jarang yang memiliki
kelompok kinerja-tinggi ini.

D. PERAN PERSEPSI DALAM HUBUNGAN ANTARPRIBADI


Persepsi, menurut Rakhmat Jalaludin (1998: 51), adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

pesan.Persepsi kita tentang individu berbeda dari persepsi kita karena persepsi dan penilaian kita
tentang tindakan seseorang akan dipengaruhi secara signifikan oleh asumsi-asumsi yang kita buat
tentang keadaan internal orang tersebut.
Persepsi secara umum dapat diartikan sebagai proses pengorganisasian dan proses
menginterpretasikan informasi untuk dapat diartikan. Dalam prosesnya, mempresepsikan sesuatu
belum tentu sesuai dengan realitas, tetapi persepsi sangat penting karena perilaku individu biasanya
didasari pada persepsinya. Berikut ini adalah beberapa faktor yang memengaruhi persepsi:

Karakteristik dari individu yang mempersepsi (perceiver) seperti: sikap, motif, minat,

penglaman masa lalu, serta ekspetasinya.


Karakteristik dari target, contohnya, menarik atau tidak, gerakan, suara, ukuran, dan lain-

lain.
Situasi, konteks pada lingkungan sekitar yang mempengaruhi persepsi.

Tedapat jalan pintas yang sering kali digunakan untuk menilai orang lain. Walaupun jalan pintas ini
terkadang membantu mempercepat mempersepsi sesuatu tetapi, cara ini dapat menyesatkan.
Berikut jalan pintas yang sering diambil:

Persepsi yang selektif: individu menginterpretasi apa yang dilihatnya secara selektif
berdasarkan hal-hal tertentu namun mmbuang bgian informasi yang dirasakan mengancam

atau diangga tidak relevan.


Proyeksi: mengatribusikan sikap, karakteristik, atau keterbatasannya sendiri pada orang lain.
Setreotipi: menilai seseorang atau kelompok berdasarkan penilaian umum.
Halo effect: perasaan positif mengenai sebuah karakteristik pada individu mempengaruhi

penilaiannya mengenai karakteristik lain.


Efek-efek kontras: reaksi seseorang terhadap individu lainnya dipengaruhi oleh individu lain
yang baru ditemui

Jadi dapat dikatakan peran persepsi secara garis besar adalah memstimulasi pola pikir individu
terhadap lawan bicaranya sehingga mempengaruhi cara komunikasi antarindividu tersebut.

E. PERAN KOMUNIKASI DALAM HUBUNGAN ANTARPRIBADI

Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk komunikasi


manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan dan menyiaran. Sebagai mahluk sosial,
individu harus berhubungan satu sama lainnya. Oleh karena itu, individu-individu saling mengirim
dan menerima pesan yang bermakna satu sama lain.
5.1. Pentingnya Komunikasi
Mempelajari komunikasi sangat penting karena komunikasi merupakan pusat kehidupan kita
sebagai manusia. Ia juga sebagai penggerak dan alat untuk menggambarkan aktivitas masyarakat
dan peradaban; ia dapat mengubah insting menjadi inspirasi melalui berbagai proses dan sistem
untuk bertanya, memerintah dan mengawasi; ia dapat menciptakan suatu tempat menyimpan ide
bersama, memperkuat perasaan kebersamaan dengan tukar menukar berita dan mengubah
pemikiran menjadi tindakan, yang menggambarkan setiap emosi dan kebutuhan mulai dari usaha
mempertahankan hidup yang paling sederhana sampai dengan usaha manusia yang sangat ilmiah
atau penghancuran. Komunikasi yang efektif dapat membantu kita memecahkan masalah dalam
kehidupan profesional kita dan dapat meningkatkan hubungan dalam kehidupan pribadi kita. Para
ahli komunikasi percaya bahwa komunikasi yang buruk adalah akar dari banyak masalah dan
bahwa komunikasi yang efektif adalah salah satu solusi untuk masalah ini (Pearson, Nelson,
Titsworth, dan Harter, 2011).Komunikasi memiliki peran utama dalam hampir setiap aspek
kehidupan.Mempelajari

komunikasi

secara

komprehensif

memberikan

setidaknya

tujuh

keuntungan (Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011):


a. Mempelajari komunikasi dapat meningkatkan cara kita memandang diri sendiri.
Komunikasi merupakan hal "penting untuk perkembangan seluruh pribadi" (Morreale, Obsborn, &
Pearson, 2000, dalam Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011). Ketika kita terlibat dalam
pikiran (komunikasi intrapersonal) dan dalam interaksi dengan orang lain yang signifikan
(komunikasi interpersonal), kita belajar tentang diri kita sendiri. Orang yang naif tentang proses
komunikasi dan pengembangan kesadaran diri, konsep diri, dan self-efficacy mungkin tidak melihat
diri mereka secara akurat atau mungkin tidak menyadari pengembangan dirinya. Mengetahui
bagaimana komunikasi mempengaruhi persepsi diri dapat menyebabkan kesadaran yang lebih
besar dan penghargaan diri (Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011).
b. Belajar keterampilan komunikasi dapat meningkatkan cara kita memandang diri
sendiri dengan cara kedua.

Melalui komunikasi kita dapat belajar untuk mengembangkan diri kita sendiri. Karena ketika kita
belajar bagaimana melakukan komunikasi secara efektif dalam berbagai situasi dari hubungan
interpersonal, rasa percaya diri kita akan meningkat. Menurut penelitian, orang yang melakukan
komunikasi merasa percaya tentang diri sendiri, merasa nyaman dengan persepsi orang lain
terhadap diri mereka, daya nalarnya dengan orang lain, dan menggunakan bahasa secara tepat
(Ford & Wolvin, 1993). Oleh sebab itu, keberhasilan kita dalam berinteraksi dengan orang lain
dalam situasi sosial dan prestasi kita dalam pengaturan profesional akan menimbulkan perasaan
yang lebih positif tentang diri kita sendiri.
c. Mempelajari komunikasi dapat meningkatkan pengetahuan tentang hubungan
antarmanusia.
Belajar komunikasi termasuk belajar tentang bagaimana orang berhubungan satu sama lain dan
tentang apa jenis komunikasi yang sesuai untuk situasi tertentu. Kebanyakan orang menghargai
hubungan antarmanusia dan menemukan kenyamanan dalam persahabatan, hubungan keluarga,
dan hubungan masyarakat. Dalam hubungan ini kita belajar tentang kepercayaan, keakraban, dan
hubungan timbal
balik (Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011).
Melalui hubungan antarmanusia terpenuhi berbagai kebutuhan dasar manusia, antara lain
kebutuhan akan kasih sayang Maksudnya, ketika seseorang dapat menerima dan memberikan
kehangatan dan keramahan
serta kebutuhan inklusi, seseorang dapat mengalami perasaan bahwa kita saling memiliki dan
mampu menunjukkan perasaan terhadap orang lain sesuai dengan pesan yang mereka miliki,
termasuk kebutuhan akan kesenangan dan berbagi kebahagiaan. Seseorang juga memiliki
kebutuhan untuk melarikan diri, yaitu membolehkan seseorang untuk mengalihkan diri. Seseorang
juga mebutuhkan kontrol, yakni memberikan kebebasan kepadanya untuk mengelola kehidupannya
sendiri dan mempengaruhi orang lain (Rubin, Perse, & Barbato, 1988).
Sewaktu berkomunikasi, kita belajar bahwa orang lain berada dalam hubungan yang sangat berbeda
satu sama lain, seperti mereka dapat menerima atau meremehkan kita. Kita juga belajar bahwa
mereka dapat berperilaku seolah-olah mereka lebih unggul atau lebih rendah dari kita. Selain itu,

kita juga belajar bahwa di antara mereka ada yang mungkin didekati atau sangat formal. Pastinya,
orang-orang tidak
dapat dipertukarkan satu sama lain.
Kita juga belajar bahwa peran kita dalam interaksi dengan orang lain dapat membantu atau
berbahaya. Melalui komunikasi manusia dapat berbagi informasi pribadi untuk membangun
kepercayaan dan rapor.
Informasi pribadi yang sama dapat digunakan untuk menghina atau mempermalukan orang lain.
Bukan hanya itu saja, kita belajar bahwa setiap orang dalam hubungan antarmanusia ikut
membangun
realitas hubungan yang terjadi, seperti yang terjadi di dunia kampus, antarpengajar,
antarmahasiswa, dan antara pengajar dan mahasiswa serta keluarga. Masing-masing memiliki
andil yang besar dalam membangun pola hubungan yang akan terbentuk.
Hubungan antarmanusia bersifat kompleks. Melalui studi komunikasi akan jelas variabel yang
terlibat dalam hubungan antarmanusia, petunjuk verbal dan nonverbal yang diberikan, pengaruh
waktu, sifat hubungan, dan tujuan manusianya. Orang yang memiliki keterampilan komunikasi juga
mengalami kepuasan relasional lebih besar (Egeci & Gencoz, 2006). Jika kita menerima pendidikan
dalam keterampilan komunikasi yang lebih, mungkin kita akan mendapatkan kepuasan hubungan
yang lebih besar daripada mereka yang tidak menerima pendidikan tersebut
(Ireland, Sanders, & Markie-Dodds, 2003).

Daftar Pustaka

Hanifsky. 2013. Tahap - tahap Perkembangan Kelompok. [ONLINE] Available at


http://riwayatbelajar.blogspot.com/2013/08/tahap-tahap-perkembangan-kelompok.html
[Accessed March 10th 2015]

Kawaguchi, Hasan. 2013. Tahap - tahap Perkembangan Kelompok. [ONLINE] Available at


http://kulpulan-materi.blogspot.com/2013/01/tahap-tahap-perkembangan-kelompok.html
[Accessed March 10th 2015]

Evita E. Singgih, Miranda Diponegoro , Rosa Diniari, Pius Nugraha. 2011. Manusia:
Individu, Kelompok, Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta: FE UI, II:27-28.

Anda mungkin juga menyukai