TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pernikahan Dini
Perkawinan menurut undang-undang No. 1 tahun 1974 pasal 1,
perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai seorang suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa, (Jamali. A, 2006).
Menurut Puspitasari dalam Jamali. A (2006) perkawinan adalah
suatu ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita, hidup
bersama dalam rumah tangga, melanjutkan keturunan menurut ketentuan
hukum syariat islam.
Ada banyak pengertian pernikahan dini, disini akan menyebutkan
dua diantaranya. Yang pertama yaitu menurut Prof. Dr. Sarlito Wirawan.
Beliau mengatakan pernikahan dini adalah sebuah nama yang lahir dari
komitmen moral dan keilmuan yang sangat kuat, sebagai sebuah solusi
alternative. Sedangkan Al-Quran mengistilahkan ikatan pernikahan dengan
mistaqan ghalizhan , artinya perjanjian kokoh atau agung yang diikat
dengan sumpah, (Luthfiyah, 2008).
Menurut Peraturan menteri Agama No.11 Tahun 2007 tentang
pencatatan nikah bab IV pasal 7 menyatakan bahwa syarat pernikahan dini
adalah Apabila seorang calon mempelai belum mencapai umur 21
(duapuluh satu) tahun, harus mendapat izin tertulis kedua orang tua.
Sedangkan menurut
bahwa :
Ekonomi
Perkawinan usia muda terjadi karena adanya keluarga yang hidup
digaris kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka
anak wanitanya dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu.
2.2.2
Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak
dan masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan mengawinkan
anaknya yang masih dibawah umur.
2.2.3
2.2.4
Media Massa
Gencarnya expose seks dimedia massa menyebabkan remaja modern
kian permisif terhadap seks.
2.2.5
Faktor Adat
Perkawinan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya
dikatakan perawan tua sehingga segera dikawinkan.
2.2.6
2.2.2
2.2.3
Sifat kolot orang jawa yang tidak mau menyimpang dari keturunan
adat. Kebanyakan orang desa mengatakan bahwa mereka itu
mengawinkan anaknya begitu muda hanya karena mengikuti adat
kebiasaan saja.
2.2.2
2.2.2
2.2.3
bahaya/kerugian/kerusakan.
Sedangkan
pernikahan
diartikan
hukum,
melanggar
undang-undang
10
tentang
pernikahan,
Kesehatan Perempuan
2.4.1.1
2.4.1.2
2.4.1.3
2.4.1.4
2.4.1.5
2.4.1.6
2.4.1.7
11
2.4.2
Kualitas Anak
2.4.2.1 Bayi berat lahir rendah (BBLR) sangat tinggi, adanya
kebutuhan
nutrisi
yang
harus
lebih
banyak
untuk
12
2.4.1
13
ekstrovert (terbuka) sejak kecil,si remaja terdorong melakukan halhal aneh untuk melampiaskan amarahnya. Seperti, perang piring,
anak dicekik dan sebagainya. Dengan kata lain, secara psikologis
kedua bentuk depresi sama-sama berbahaya. Dalam pernikahan
dini sulit membedakan apakah remaja laki-laki atau remaja
perempuan yang biasanya mudah mengendalikan emosi. Situasi
emosi mereka jelas labil, sulit kembali pada situasi normal.
Sebaiknya, sebelum ada masalah lebih baik diberi prevensi dari
pada mereka diberi arahan setelah menemukan masalah. Biasanya
orang mulai menemukan masalah kalau dia punya anak. Begitu
punya anak, berubah 100 %. Kalau berdua tanpa anak, mereka
masih bisa enjoy, apalagi kalau keduanya berasal dari keluarga
cukup mampu, keduanya masih bisa menikmati masa remaja
dengan bersenang-senang meski terikat dalam tali pernikahan. Usia
masih terlalu muda, banyak keputusan yang diambil berdasar emosi
atau mungkin mengatasnamakan cinta yang membuat mereka salah
dalam bertindak. Meski tak terjadi Married By Accident (MBA)
atau menikah karena kecelakaan, kehidupan pernikahan pasti
berpengaruh besar pada remaja. Oleh karena itu, setelah dinikahkan
remaja tersebut jangan dilepas begitu saja.
2.4.3
14
15
2.4.4
sehingga
dapat
merugikan
kesehatan
ibu
mampu
16
bayi
atau
jabang
bayi
dalam
kandungan,
dan
Predisposing Factor
Adanya faktor yang menginisisaasi terjadinya pernikahan
dini pada remaja. Faktor ini antara lain adalah faktor nilai dan norma
yang berkembang di masyarakat sekitar tempat tinggal remaja.
Mereka beranggapan bahwa jika seorang anak tidak segera menikah
maka akan timbul julukan perawan tua. Hal inilah yang memicu
terjadinya pernikahan dini pada remaja.
Sebagai
ahli
kesehatan
masyarakat
kita
harus
17
remaja
akan
pentingnya
pendidikan
untuk
meningkatkan
maka akan
Enabling Factor
Merupakan faktor pendorong terjadinya perilaku. Pendorong
terjadinya pernikahan dini pada remaja antara lain persepsi keluarga
bahwa dengan menikahkan anaknya, maka dapat meringankan beban
ekonomi keluarga.
Oleh karena itu, sebagai ahli kesehatan masyarakat, hendaknya bisa :
2.5.2.1 Bekerjasama dengan perangkat desa atau kelurahan agar
lebih teliti dalam mengeluarkan surat keterangan umur
untuk persyaratan pernikahan bagi warganya sehingga tidak
ada yang memanipulasi umur pernikahan sehingga lolos
dalam persyaratan pernikahan.
2.5.2.2 Adanya acara yang bermanfaat bagi remaja. Dapat
dilakukan dengan meningkatkan keikutsertaan remaja
dalam ekstrakurikuler di sekolah dan di karang taruna desa.
2.5.2.3 Adanya fasilitasn bimbingan dan konseling remaja di
sekolahnya agar mendukung remaja untuk memperoleh
informasi informasi mengenai tahap perkembangan
remaja pada umumnya.
2.5.2.4 Adanya program wajib belajar 12 tahun.
18
Reinforcing Factor
2.5.3.1 memberikan pemahaman pada keluarga tentang masa
pertumbuhan dan perkembangan, serta tugas perkembangan
yang seharusnya dipenuhi oleh remaja pada umumnya.
2.5.3.2 Bekerjasama dengan perangkat desa dan tokoh masyarakat
dalam memberikan pemahaman kepada remaja dan keluarga
mengenai dampak negative pernikahan dini dan menjadikan
tokoh masyarakat sebagai panutan untuk tidak melakukan
pernikahan dini.
2.6.2
2.6.3
2.6.4
Membuka
konseling
mengenai
masalah
remaja
di
instansi
19
2.7.
20
BAB 3
KASUS
3.1
pernikahan usia dini sejak tahun 2006 hingga akhir 2012 terjadi pasang
surut dan sempat meledak di tahun 2008. Berdasarkan laporan dari Kantor
Kemenag Kabupaten Kulon Progo, bila sepanjang tahun 2006 hanya terjadi
19 kasus, di tahun 2007 naik menjadi 41 kasus dan di tahun 2008
membengkak hingga 68 kasus. Selanjutnya di tahun 2009 sedikit turun
menjadi 54 kasus dan tahun 2010 turun lagi menjadi 36 kasus. Kemudian
tahun 2011 naik lagi menjadi 37 kasus dan tahun 2012 turun menjadi 29
kasus.
22
tahun 2011, paling tidak ada 70 kasus permintaan dispensasi karena remaja
yang telah hamil.
Kata tabu untuk isu kesehatan reproduksi seakan masih menjadi sejata
utama di masyarakat untuk menjauhi informasi mengenai kesehatan
reproduksi.
Padahal
sebenarnya
remaja
dan
masyarakat
faktanya
3.2
sebelum dilakukan pernikahan yang sah. Kejadian ini terjadi pada remaja
umur 12 15 tahun dan mengingkatkan dispensasi untuk mengadakan
pernikahan di bawah umur yang telah ditentukan. Dari kejadian terebut,
maka sangat dibuthkan penyebaran informasi dampak kehamilan tidak
diinginkan akibat pernikahan dini. Pemerintah juga telah membentuk
berbagai metode yang digunakan untuk menyebarluaskan informasi tersebut
pada remaja, diantaranya melalui kegiatan PIK Remaja. Namun ternyata
usaha ini belum juga meningkatkan penhetahuan remaja tentang dampak
negatif pernikahan dini. Maka dari itu, dibutuhkan penyebaran informasi
yang lebih intensif pada remaja dan keluarganya tentang pernikahan dini
dan kesehatan reproduksi untuk mengurangi ketabuan masyarakat tentang
dampak negatif yang ditimbulkan oleh pernikahan dini beserta dampak
negatif pada kesehatan reproduksinya.
BAB 4
PENUTUP
24
4.1 Kesimpulan
Pernikahan dini merupakan sebuah perkawinan dibawah umur yang
target persiapannya belum dikatakan maksimal persiapan fisik, persiapan
mental, juga persiapan materi. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pernikahan dini, yaitu terdapat faktor internal dan eksternal. Faktor internal :
ekonomi, pendidikan, faktor orang tua, broken home. Dan faktor eksternal
yaitu, media massa, adat.
Dampak dari pernikahan dini sangat kompleks, dapat mempengaruhi
kesehatan perempuan dikarenakan usia yang masih belum cukup, kualitas
bayi yang dilahirkan tidak sesempurna misalnya bayi lahir dengan berat
badan rendah,bahkan dapat memicu kematian bayi dan ibu. keharmonisan
keluarga dan berdampak perceraian dikarenakan ego dari masing-masing
pasangan masih labil dan belum dewasa sepenuhnya. Penyakit fisik yang
dapat ditimbulkan dari pernikahan dini yaitu kanker leher rahim dikarenakan
organ reproduksi yang belum matang. Organ reproduksi akan matang jika
wanita telah berusia minimal 20 tahun dan neuritris deresi. Upaya preventif
ditujukan kepada faktor-faktor yang beresiko yaitu para remaja yang dapat
dilakukan dengan memperkuat penegakkan hukum sehingga remaja yang
ingin melakukan pernikahan dini dapat berpikir dua kali, mensosialisasikan
Undang-Undang terkait pernikahan anak di bawah umur, serta sanksi-sanksi
yang diberikan.
Upaya edukasi ditujuan kepada sasaran yaitu remaja, dan dapat
ditujuan kepada orang tua. Disini peran orangtua juga sangat penting.
25
26
28