A. PENGERTIAN
Pneumothorax adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga
pleura (Slamet Surdjono, 2001 : 939)
Pneumothoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga
pleura (DR. Dr. Aru W. Sudoyo,Sp.PD, KHOM, 2006).
Pneumotorax adalah keadaan terdapatnya udara atau gas lain dalam kantong
pkeura sebagai akibat dari proses penyakit atau cedera.(Robbins dkk,2007)
B. ETIOLOGI
Pneumotoraks dapat terjadi bila terjadi rupture pada dinding paru,yang menyebabkan
udara keluar dari paru dan masuk kedalam rongga pleura.Pneumotoraks juga dapat
terjadi bila terdapat tusukan pada dinding dada sehingga udara luar masuk kedalam
rongga pleura.pnemotorak terjadi secara tiba-tiba (misalnya pada laki-laki kurus yang
menderita sindroma marfan) sebagai akibat trauma dada,barotraumas pada
paru,penyakit paru seperti emfisema,infeksi akut,infeksi kronis (TBC) kerusakan paru
akibat kistik fibrosis,kanker,katamenial pneumotoraks (yang disebabkan oleh
endometriosis pada dinding paru (Mansjoer,2000).
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi pneumothoraks berdasarkan penyebabnya dibagi sebagai berikut :
1. Pneumothoraks Spontan
Pneumothoraks spontan adalah setiap pneumothoraks yang terjadi tiba-tiba
tanpa adanya suatu penyebab yang jelas.
2. Pneumothoraks Spontan Primer (PSP)
Adalah suatu pneumothoraks yang terjadi tanpa ada riwayat penyakit paru
mendasari sebelumnya, umumnya pada individu sehat, dewasa muda, tidak
berhubungan dengan aktivitas fisis yang berat tetapi justru terjadu pada saat
istirahat dan sampai sekarang belum diketahui penyebabnya.Pneumotoraks ini
diduga disebabkan oleh pecahnya kantung kecil berisi udara di dalam paruparu yang disebut bleb atau bulla. Penyakit ini paling sering menyerang pria
berpostur tinggi-kurus, usia 20-40 tahun. Faktor predisposisinya adalah
merokok sigaret dan riwayat keluarga dengan penyakit yang sama.
Pecah
Pneumothorax
Spontan Skunder
Berhubungandengan penyakit
paru yang mendasarnya,
misalnya :
- PPOK
- Asma Bronkial
- Pneumonia
- Tumor paru
Preumotorax
Spontan Primer
(Penyebabnyabelum diketahui)
Pneumothorax
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Sesak nafas
2. Nyeri
3. Batuk-batuk
4. Nafas tersengal-sengal
5. Diaphoresis
F. KOMPLIKASI
1. Atelektasis
2. Infeksi
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Edema pulmonary
Emboli paru
Efusi pleura
Empyema
Emfisema
Penebalan pleura
G. PENANGANAN
Penatalaksanaan pneumotoraks tergantung pada jenis pneumotoraks yang dialami,
derajat kolaps, berat ringannya gejala, penyakit dasar dan penyulit yang terjadi saat
pelaksanaan pengobatan yang meliputi :
i. . Tindakan Dekompresi
Membuat hubungan antara rongga pleura dengan lingkungan luar dengan cara:
a.
Menusukkan jarum melalui dinding dada hingga masuk ke rongga pleura,
dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi
negatif. Hal ini disebabkan karena udara keluar melalui jarum tersebut. Cara lainnya
adalah melakukan penusukkan jarum ke rongga pleura melalui tranfusion set.
b.
Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontraventil :
Pencabutan drain
Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekana intrapleura sudah negatif
kembali, drain dapat dicabut. Sebelum dicabut, drain ditutup dengan cara dijepit atau
ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap mengembang penuh, drain dapat dicabut.
c.
Tindakan bedah
Pembukaan dinding thoraks dengan cara operasi, maka dapat dicari lubang yang
menyebabkan terjadinya pneumothoraks, lalu lubang tersebut dijahit,
d.
Pada pembedahan, jika dijumpai adanya penebalan pleura yang menyebabkan
paru tidak dapat mengembang, maka dapat dilakukan pengelupasan atau dekortikasi.
Pembedahan paru kembali bila ada bagian paru yang mengalami robekan atau bila ada
fistel dari paru yang rusak, sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan tidak dapat
dipertahankan kembali.
2.
Penatalaksanaan Tambahan
a.
Apabila terdapat proses lain di paru, pengobatan tambahan ditujukan terhadap
penyebabnya, yaitu:
Pemeriksaan Fisik
a.
B1 (Breathing)
Inspeksi
Peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan serta penggunaan otot bantu pernapasan.
Gerakan pernapasan ekspansi dada yang asimetris (pergerakan dada tertinggal pada
sisi yang sakit), iga melebar, rongga dada asimetris (lebih cembung disisi yang sakit).
Pengkajian batuk yang produktif dengan sputum yang purulen. Trakhea dan jantung
terdorong ke sisi yang sehat.
Palpasi
Taktil fremitus menurun disisi yang sakit. Disamping itu, pada palpasi juga ditemukan
pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit. Pada sisi yang sakit,
ruang antar iga bisa saja normal atau melebar.
Perkusi
Suara ketuk pada sisi yang sakit hipersonor sampai timpani. Batas jantung terdorong
ke arahthoraks yang sehat apabila tekanan intrapleura tinggi.
Auskultasi
Suara napas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit.
b.
B2 (Blood)
Perawat perlu memonitor dampak pneumothoraks pada status kardiovaskular yang
meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah dan pengisian
kapiler/CRT.
c.
B3 (Brain)
Pada inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Selain itu, diperlukan juga pemeriksaan
GCS, apakah compos mentis, samnolen atau koma.
d.
B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Perawat perlu
memonitor adanya oliguri yang merupakan tanda awal dari syok.
e.
B5 (Bowel)
Akibat sesak napas, klien biasanya mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu
makan dan penurunan berat badan.
f.
B6 (Bone)
Pada trauma di rusuk dada, sering didapatkan adanya kerusakan otot dan jaringan
lunak dada sehingga meningkatkan risiko infeksi. Klien sering dijumpai mengalami
gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari disebabkan adanya sesak napas,
kelemahan dan keletihan fisik secara umum.
3.
Diagnosa Keperawatan
a)
Pola napas tak efektif b/d : Gangguan ekspansi paru sekunder terhadap:
akumulasi cairan(hidrotoraks/hemotoraks) / udara(pneumotoraks) dalam
rongga pleura, luka dada menghisap (sucking chest wound), flail chest
b)
Kerusakan pertukaran gas b/d Perubahan membran alveolar-kapiler, edema
pulmonal, emboli paru Hipoventilasi, retensi CO2.
c)
Gangguan rasa nyaman (peningkatan suhu) berhubungan dengan adanya
peradangan parenkim paru ditandai dengan pasien mengatakan badannya
terasa panas.
d)
Nyeri (akut) b/d cedera parenkim paru
e) Ansietas/ketakutan b/d krisis situasional
I. RENCANA TINDDAKAN
No Dx
1
Intervensi
Rasional
Batasi pengunjung
A. Identitas Pasien :
Nama
: An. A
Umur
: 16th, alamat
tgl MRS
: 13 November 2013
No. MR
: 2814
Dx.medis
: Pneumothorax spontan post pemasangan WSD
B.
Riwayat Penyakit
1.
Keluhan utama
Sesak napas, nyeri dada sebelah kanan, batuk, pusing.
2.
3.
4.
5.
C.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Tampak sakit berat dan sesak napas, KU sangat lemah, kesadaran Compos Mentis, GCS 15,
TB .... cm, BB ....kg.
TTV : TD .... mmHg, RR ... x/mnt, N... x/mnt, T ... C
Dada dan pernapasan
b. Inspeksi
Klien tampak sesak napas, keringat dingin, wajah tampak pucat, nyeri dada saat bernapas
dan gelisah
D.
E.
1.
Prosedur Diagnostik
Laboratorium
2. Radiologi
Foto thoraks AP-Lat tanggal 13-11-13 jam 13.28 WIB : pneumothorax disertai kolap
paru kanan.
Foto thoraks AP-Lat tanggal 13-11-13 jam 16.28 WIB : sudah tidak nampak
pneumothorax kanan, terdapat tube di sela iga 5-6
F. Pengobatan
fosmicyn
3x500 mg IV
Kalmethasone3x10 mg
Farmadol
Oksigen 2 lpm
Inhalasi 4x/hari
3x 1 gr
Undulasi Positif
Tampak gelembung udara keluar dari ujung selang dalam botol WSD saat ekspirasi
dan batuk
J. Analisa data
N
o
Data
Etiologi
Masalah
DS:
Klien mengeluh sesak napas,
bernapas terasa berat, susah untuk
melakukan pernapasan dan nyeri
dada kanan saat bernapas
DO:
Penurunan
ekspansi paru
sekunder terhadap
peningkatan
tekanan di dalam
rongga pleura;
pneumothorax
Tindakan invasif
sekunder
pemasangan selang
WSD
Bentuk
cembung
dada
kanan
lebih
Auskultasi:
suara
menghilang di dada kanan
napas
K. Prioritas Masalah
a.
Pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru sekunder terhadap peningkatan
tekanan di dalam rongga pleura; pneumothorax
b.
Risti infeksi dan trauma pernapasan b/d tindakan invasif sekunder pemasangan selang
WSD
L. Rencana intervensi
No
1
Hari / tgl
Rabu
13-11-13
17.00
Diagnosa Keperawatan
Pola napas tidak efektif b/d
penurunan ekspansi paru sekunder
terhadap peningkatan tekanan di
dalam rongga pleura; pneumotoraks,
ditandai dengan :
DS:
Klien mengeluh sesak napas,
bernapas terasa berat, susah untuk
melakukan pernapasan dan nyeri
dada kanan saat bernapas
Tujuan
Inter
x/mnt, N 92 x/mnt, T 36 C
Rabu
13-11-13
18.00
obat antibiotika
M. Implementasi Keperawatan
No
1
Hari / tgl
Rabu
13-11-13
17.00
Dx
Implementasi
Rabu
13-11-13
17.00
N. Catatan Perkembangan
N
Hari / tgl
Dx
Perkembangan
o
1
Rabu
13-11-13
08.30
S:
Klien mengatakan keluhan sesak napas dan nyeri dada kanan saat
bernapas sudah berkurang, bernapas agak ringan
O:
Tampak sesak napas dan nyeri saat bernapas sudah berkurang,
bernapas agak ringan
Terpasang selang WSD di IC 5-6 midline axila kanan disambung
dengan selang penghubung ke botol WSD
Tampak undulasi pada selang
Tampak gelembung udara keluar melalui ujung selang didalam
botol WSD saat ekspirasi dan batuk
Kecembungan dada kanan mulai berkurang
Sudah mulai terlihat pergerakan dada kanan saat bernapas
Tidak menggunakan otot bantu napas tambahan
Tidak menggunakan oksigen tambahan
Pola napas mulai teratur
TTV : TD 110/70 mmHg, RR 28 x/mnt, N 88 x/mnt, T 36 C
Rabu
II
13-11-13
08.30
Rabu
20-4-11
08.30
S:
Klien mengatakan keluhan sesak napas dan nyeri dada kanan saat
bernapas sudah berkurang, bernapas agak ringan
O:
20 mmHg
Rabu
20-4-11
09.00
II
terjadi
Kamis
S:
Klien mengatakan tidak ada keluhan sesak napas dan nyeri dada
kanan saat bernapas, bernapas ringan
14-11-13
08.30
O:
Klien terlihat tenang/rileks, tak tampak sesak napas
TTV : TD 120/70 mmHg, RR 24 x/mnt, N 84 x/mnt, T 36 C
Terpasang selang WSD di IC 4-5 midline axila kanan disambung
dengan selang penghubung ke botol suction continous
Terpasang suction continous dengan tekanan
20 mmHg
Undulasi positif
Tampak gelembung udara keluar melalui ujung selang didalam
botol WSD saat batuk
Bentuk dada simetris
Pergerakan dada simetris saat bernapas
Palpasi: teraba getaran disisi paru kanan
Perkusi: sonor diparu kanan
Auskultasi: terdengar suara napas di paru kanan
A: Masalah pola napas tidak efektif teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi no; 1,2,3,4,5,6,7,8
6
Kamis
21-4-11
09.00
II
terjadi
Jumat
S:
Klien mengatakan tidak ada keluhan sesak napas dan nyeri dada
kanan saat bernapas, bernapas ringan
15-11-13
08.30
O:
Klien terlihat tenang/rileks, tak tampak sesak napas
TTV : TD 120/70 mmHg, RR 22 x/mnt, N 84 x/mnt, T 36 C
Terpasang selang WSD di IC 5-6 midline axila kanan disambung
dengan selang penghubung ke botol WSD
Terpasang suction continous dengan tekanan
20 mmHg
Undulasi positif
Tampak gelembung udara keluar melalui ujung selang didalam
botol WSD saat batuk minimal
Bentuk dada simetris
Pergerakan dada simetris saat bernapas
Palpasi: teraba getaran disisi paru kanan
Perkusi: sonor diparu kanan
Auskultasi: terdengar suara napas di paru kanan
A: Masalah pola napas tidak efektif teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi no; 1,2,3,4,6
Klem WSD selama 24 jam
Observasi keluhan sesak napas selama selang diklem, buka klem
bila sesak napas
Cek foto thorakx AP-Lat
8
Jumat
15-11-13
09.00
II
terjadi
Jumat
S:
Klien mengatakan tidak ada keluhan sesak napas selama 24 jam
15-11-13
O:
08.30
1
1
Jumat
15-11-13
08.30
S:
Klien mengatakan tidak ada keluhan sesak napas
O: