z
~
<:<::
~ ''~.:~:~~ ~#
~~~~
lft:LAUTJ\~ 0~
Peneli~an
Fokus Bidang Prioritas (pengusul wajb melingkari satu bidang yang sesuai):
G)Ketahanan pangan
2. Sumber energi baru dan terbarukan
3. Teknologi dan manajemen transportasi
4 . Teknologi informasi dan komunikasi
5. Teknologi pertahanan dan keamanan
6. 1 eknologi kesehatan dan obat
Kode Produk Target
1.08 Teknologi Diversifikasi Pangan
Kode Kegiatan
1.08.05 Pengembangan teknologi proses hilir produk pertanian
berorientasi ekspor dalam rangka peningkatan nilai tambah dan
diversifikasi pangan
Lokasi Penelitan
BBRP2BK-KP Jakarta
Penelitan Tahun Ke
1
Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian
A. Lembaga Pelaksana Penelitian
Nama Koordinator/Peneliti Utama
Unit Organisasi
lr. Murdinah, MS
Badan Penelitan dan Pengembangan Kelautan dan
Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Jl. KS. Tubun , Petamburan VI
021-53650157/08128257727/nurdinah@vahoo.eom
t\.am a Lembaga/lnstitusi
:.. amat
e epon/HP/Faksimile/e-mail
(tujuh)
gKa :vaKtu Keg
-otal Biaya
Rp 85.006.090 (delapan puluh lima juta enam ribu sembilan
puluh rupiah)
r<egi atan
Baru
qekaoitu lasi Biava Tah
Diusulk
Jumlah (Rp)
Uraian
No :
1.
Gaji dan Upah
43.830.000 ,2.
Bahan Habis Pakai
18.304.130,3.
Perjalanan (tidak untuk perjalanan luar negeri)
19.114.960,Lain-Lain
4.
3.757.000,Jumlah biaya tahun yang diusulkan
85.006.090,-
Jakarta,22 Nopember2010
Peneli~
Utama
lrrti::~
Perai .:m Indonesia kaya akan sum~r 6)"2 hayari !aut. salah satunya adalah rumput !aut.
Rumput !aut Eucheuma cottonii merupakan rumbuh:m taut yang berpotensi sebagai sumber
pangan dan obat-obatan. Tumbuhan ini me:-:g:mdung polisakarida yaitu karaginan yang banyak
digunakan sebagai bahan pangan. Dalam rar.;r\.a mengoprimalkan pemanfaatan dan diversifikasi
pengolahan rumput taut dan produk ~adin~a karaginan maka dalam kegiatan ini dilakukan: (I)
penelitian pembuatan dan penentuan umur simpan permen jeli dari formulasi blended karaginan
dengan metode accelerated shelf life estmg tASL n. dan (2) penelitian penggunaan karaginan
sebagai bahan pengikat pada pembuatan fruit leather.
Dalam penelitian ini dilakukan percobaan penentuan dugaan masa simpan permen jeli
dari formulasi blended karaginan dengan metode accelerated shelf life testing (ASLT) dengan
pendekatan model kadar air kritis dengan menggunakan jenis kemasan yaitu kemasan OPP.
Kadar air kritis tercapai bila saat kadar air sudah diatas 20% (batas kadar air maksimum menurut
SNI, 2008). Parameter uji lain yang di lakukan meliputi uji fisik(kekuatan gel , Aw), Uji kimia
(kadar air, kadar abu, gula reduksi (di hitung sebagai gula inversi, sakarosa dan logam berat (Pb
dan As), uji sensori (kekenyalan) dan uji mi krobio logi (ALT dan Bakteri coliform). Selain itu
dilakukan analisis komposisi proksimat produk permen jeli pada awal dan akhir penyimpanan.
Has il penelitian telah didapatkan parameter untuk pendugaan umur simpan yaitu kadar air awal
sebesar 16,5v g H2 0 /g padatan), Kadar air kritis sebesar 15,38 g H2 0 /g padatan), Nilai WVTR
OPP sebesar 1,59 gll11 2/24 jam, Nilai Po tetapan Labuza T=26,08C sebesar 26,42, Permeabi1itas
kemasan (k/x) sebesar 0,1094, Rasio luasan kemasan sebesar 0,06m 2, Bobot solid per kemasan
sebesar 3,48 gram, P(out) sebesar 14,53 mmHg, P(in) sebesar 18,68 mmHg dan /\P (mmHg)
pada suhu 26,08C dan RH 55,1% sebesar 4,15 dan komposisi proksimat perm en jeli yaitu kadar
air 16.55%, Kadar abu 0.97%, kadar protein 0.98%, dan lemak 0,03%. Analisis gula reduksi,
logam berat dan mikrobiologi sedang dilakukan
Pada penelitian 2 yaitu penggunaan karaginan sebagai bahan pengikat pada pembuatan
fruit leather telah dilakukan pembuatan fruit leather dengan karaginan sebagai bahan pengikat.
Bahan baku yang digunakan pada pembuatanfruit leather adalah buah mangga. Salah satu jenis
buah tropis yang produksinya cukup besar di Indonesia adalah mangga. Buah mangga merupakan
sumber gizi yang baik untuk kesehatan. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan fruit leather
dengan menggunakan bahan pengikat adalah karaginan . Konsentrasi karaginan divariasi 0,2%,
0,4%, 0,6%. Pemilihan variasi konsentrasi bahan pengikat mengacu penelitian Winarti (2008).
Pada penelitian ini telah didapatkan teknik pengolahan fruit leather dari mangga. Analisis vitamin
, vitamin C dan serat pangan sedang dilakukan. Berdasarkan uji organoleptik secara hedonik
dan secara deskriptif, ji-uit leather yang disukai panelis dan secara deskriptif mempunya i
lembaran tip1s yang plastis (tidak mudah robek) yaitu ji-uit leather dengan komposisi puree
mangga: karaginan: sorbitol= 90: 0,2: 9,8 dengan karakteristik kadar air 24,39 % sebesar dan aw
sebesar 0,62.
PR.-\K-\ TA
II
DAFTAR lSI
oo . . o o o o o o o o o o O O
OOOOOoOOOO . . . . . . oo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
oo . . . . . . .
oo . . o o o o o o o o o o o o . . . . oo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
oo
. . . . . . . oo . . . . o o . o o o o o o o o o o o o o o o . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
oo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . oo . .
oo . . . . . . . . . . . . . oo .
....... ..
oo . . .
..................
00.00 ................................................. I 0
o o o o o o o o O O o o oo . . . . . . . . o o o o . . . . . . . . . .
OOooooooooooooooooooOoooOoooOoOOOoOOOOooOoOoOoOOOOOOOoOO
II
...
OoOOoo
000000
oo
ooooOOoooo
0000 0000
Oooooooo . . . .
00000000. 16
. o o . . . . . . . . . . oo
. . oo . . . . . . . . . . . . oo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
oo .
. . . . oo . . . .
00 ..... ...
oo . . oo
oo . . . . . . . . . . oo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . oo . . . . . . . . . . . . .
..... .... .
oo .
00 .........
oo . . . oo
........................
. . . . . . . . . . . . . . . oo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
28
29
32
Ill
DAFT.~
TABEL
penyi1npanan ................................................................................ 17
IV
DAFTAR GAMBAR
Gam bar I. Produk permen jeli dan yang sudah dikemas plastik OPP .................. 17
Gam bar 2. Fruit leather dengan komposisi puree mangga dan karaginan ........... 22
Gambar 3. Fruit leather (A) komposisi puree mangga, sorbitol, karaginan
(B) puree mangga, sorbitol, 0,4 % karaginan (C) puree mangga,
sorbitol , gelatin ................................................................................... 22
Gam bar 4. Pengupasan kulit dan penimbangan buah mangga ............................ 23
Ga mbar 5. Pemblenderan mangga menjadi puree ............................................... 24
Gambar 6. Proses pembuatanfruit leather (a) Menimbang bahan-bahan
fruit leather (b) mencampur dan memanaskan campuranfruit
leather (c) menuang larutan ke cetakan stainless steel (d) fruit
leather yang siap dimasukkan ke oven ............................................... 25
BABI
PENDAHULUAN
Rumput laut merupakan salah satu komoditas hasil perikanan yang sedang
ditingkatkan pemanfaatannya. Hal ini dikarenakan banyak sekali manfaat yang dapat
dihasilkan dengan cara mengoptimalkan seluruh potensi rumput laut yang ada. Saat ini
rump ut laut banyak diekspor berupa rumput laut kering, sedang produk jadinya
berupa
karaginan masih impor untuk memenuhi kebutuhan industri pangan dan non pangan di dalam
negeri. Dengan demikian nilai tambah rumput laut berada di negara lain. Untuk
mengantisipasi hal itu, dan seiring dengan peningkatan produksi rumput laut yang cendurung
meningkat, maka perlu diimbangi dengan menggalakkan industri rumput laut dan industri
hilirnya di dalam negeri untuk menciptakan dan mengembangkan produk-produk baru dari
rum put laut yang bermutu tinggi dan berdaya saing.
Penentuan masa kadaluarsa merupakan suatu parameter ketahanan produk selama
peny impanan. Umur simpan dari produk pangan perlu ditetapkan agar bahan atau produk
pangan tersebut sampai di tangan konsumen dalam keadaan baik dan aman untuk
dikons umsi. Penentuan umur simpan suatu produk dilakukan dengan mengamati produk
pangan selama penyimpanan sampai terjadi perubahan yang tidak diterima konsumen arau
tidak sesuai dengan SNL yang berlaku. Umur simpan merupakan bagian konsep
C!lr
pemasaran produk penting secara ekonomi dan berkaitan erat dengan usaha pengemban::
jenis kemasan yang digunakan.
Pada penelitian ini dilakukan penentuan masa kadaluarsa produk permen jeli
den~:J.n
me nggunakan ASLT (Acce lerated Shelf Life Testing) dengan model yaitu metode kadar air
ri tis. Menurut Kusnandar (2006) pemilihan penggunaan model tersebut didasarkan pada
arakteristik mutu dari produk pangan yang digunakan. Produk pangan pada umumnya
de ngan sifat sangat higroskopis dapat diduga umur simpannya yang mengandung gula tinggi
dapat diduga umur simpannya dengan pendekatan kadar air kritis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya simpan produk pangan salah satunya adalah
nis pengemas yang digunakan (Syarif & Halid, 1993). Dalam penelitian ini pengemas yang
akan digunakan jenis kemasan yaitu kemasan OPP. Dari penelitian sebelumnya telah
dipe roleh informasi hasil formulasi blended karaginan untuk pembuatan permen jeli yang
terbaik adalah 6% dan teknik pengeringan permen jeli yang terbaik adalah menggunakan
oven dengan suhu 60C selama 36 jam. Tujuan penelitian ini adalah menentukan dugaan
umu r simpan permenjeli dengan penentuan kadar air kritis (me).
Fruit leather merupakan produk makanan berbentuk lembaran tipis yang mempunyai
konsistensi dan cita rasa khas suatu jenis buah. Buah-buahan yang baik digunakan sebagai bahan
baku pembuatan fruit leather adalah yang mempunyai kandungan serat tinggi. Fruit leather
adalah sejenis manisan kering yang dapat dijadikan sebagai bentuk olahan komersial dalam skala
industri dengan cara yang sangat mudah, yaitu menghancurkan buah menjadi puree dan
mengeringkannya (Raab & Oehler, 2000).
Fruit leather dapat dibuat dari buah apel, strawberry, sirsak, pisang, eery, anggur,
nanas, mangga, kiwi dan buah-buahan lainnya. (Ranken & Kill, 1993). Menurut Raab dan
Oehler (2000), fruit leather dapat dibuat dari satu jenis buah-buahan atau campuran beberapa
jenis buah-buahan. Kombinasi buah dalam pembuatan fruit leather antara lain apel dan
bluberry, apricot dengan apel, plum dengan nanas, pisang apel atau lemon, jeruk dengan nanas
(Anon. 2006).
Standar mutu fruit leather belum ada, namun fruit leather yang baik mempunya1
kandungan air 10-20%, nilai Aw ktuang dari 0,7, tekstur plastis, kenampakan seperti kulit,
terlihat mengkilat, dapat dikonsumsi secma langsung serta mempunyai warna, aroma dan citarasa
khas suatu jenis buah sebagai bahan baku (Nurlaely, 2002). Menurut Winarti (2008).
pada
pembuatan.fruit leather ada tidaknya bahan pengikat berpengaruh terhadap kualitas .fruit lealher
yang dihasilkan, terutama tekstur dan kenampakan. Bahan pengikat yang dapat digunakan adalah
karaginan, agar-agar, alginat, tapioka, maizena, terigu, malto dekstrin, gelatin.
Rumput laut sebagai salah satu sumber hayati laut, apabila dipro--menghasilkan produk dasar (hasil dari proses metabolit primer). Senya\\a hidrokoloid
ya~=
berasal dari rum put laut disebut juga senyawa fikokoloid. Senyawa hidrokoloid yang berasa.
dari rumput laut ini menlpakan bahan dasar lebih dari 500 jenis produk komersial yang
banyak digunakan di berbagai industri. Senyawa hidrokoloid yang berasal dari rumput laut
komersial di Indonesia antara lain karaginan (dihasilkan dari jenis-jenis karaginofit, agar
(dihasilkan dari jenis-jenis agarofit) dan alginat (dihasilkan dari jenis-jenis alginofit).
Sen) .. wa hidrokoloid sangat diperlukan keberadaannya dalam suatu produk karena
berfungsi sebagai pembentuk gel, pengikat, penstabil, pengemulsi, pensuspensi, dan
pendisper..;i (Anggadiredja et a!. 2006). Senyawa hidrokoloid pada umumnya dibangun oleh
polisakarida rantai panjang dan bersifat hidrofilik. Karaginan telah dimanfaatkan sebagai bahan
pembentuk gel dalam pembuatan permenjeli dikombinasikan dengan konjak (Subaryono eta/.
2006; Sinurat et a!. 2008). Pemanfaatan agar sebagai bahan pembentuk gel pada pembuatan
nori-leather imitasi telah dicoba oleh Hasanah (2007). Sedangkan alginat digunakan sebagai
polimer hidrokolid dalam pembuatan edible film (Murdinah et a!. 2007). Pada penelitian ini
2
karaginan akan digunakan sebagai bahan pengikat pada pembuatan.fi-uit leather, dalam rangka
memperluas dan mengoptimalkan pemanfataan karaginan produksi dalam negeri.
Selain rasanya yang enak, buah mangga merupakan sumber gizi yang baik untuk
kesehatan. Daging buah mangga yang berwarna kuning oranye banyak mengandung vitamin A
yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan vitamin A dalam mangga berkisar antara
1.200-16.400 Sl. Selain vitamin A, buah mangga juga mengandung vitamin C berkisar antara
6-30mg/ 100g buah, mineral kalsium berkisar antara 13-16 mg dan fosfor 9-10 mg (Suyanti et
al. 2006; Setyadjit et al. , 2005). Buah mangga sampai saat ini hanya dikonsumsi dalam bentuk
segar. Hasil olahan mangga yang sudah beredar di masyarakat adalah dodo! mangga. Padahal
buah mangga sangat berpotensi untuk diolah menjadi produk-produk yang mempunyai nilai
jual tinggi, seperti }i-uit leather. Buah mangga segar yang mengandung banyak vitamin A dan
vitamin C, dapat diolah menjadi lembaran kering (jruit leather) yang mengandung nutrisi dan
serat alami. Pengolahan.fi-uit leather sangat prespektif, mengubah cara penyimpanan, sekaligus
penyajian dari sebuah produk sederhana, sehingga nilainya menjadi bertambah. Fruit leather
berbentuk lembaran sehingga lebih mudah disimpan dan tahan lebih lama. Teksturnya kenya!
dan elastis sehingga cocok bagi anak-anak yang sulit makan buah.
Tujuan penelitian ini adalah
mangga, mengetahui konsentrasi karaginan yang cocok untuk pembuatan }i-uit leather, serta
mengetahui mutu fruit leather yang dihasilkan. Manfaat penelitian ini antara lain
mengoptimalkan pemanfaatan karaginan dalam negeri, penganekaragaman hasil olahan buah
mangga, dan menghasilkan produk yang relatif baru di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
obat-ob;:~tan,
Rumput !aut terbagi atas 7 divisio, namun secara umum dibedakan dalam 3 kelompok besar,
yaitu rumput !aut coklat, rumput !aut hijau, dan rumput !aut merah (Asian, 1998, dan
Atmadja, W. S. dalam Anonim, 1996).
Rumput !aut coklat diketahui mengandung polisakarida alginat, laminarin, fukoidin,
selulosa, manito!, selain itu juga mengandung senyawa antioksidan (polifenol). vitamin C dan
mineral (Ca, K, Mg, Na, Fe, Cu, Zn, S, P, Mn, I, dan mineral lainnya). Alginat merupakan
fikokoloid berupa polisakarida yang diekstrak dari rumput !aut coklat.
Rumput !aut merah diketahui mengandung polisakarida agar. yaitu polisakarida
yang memiliki sifat-sifat koloid. Polisakarida karaginan juga merupakan polisakarida
ya ng terdiri dari monomer-monomer galaktan dengan subtitusi sulfat pada beberapa atom C
di tiap monomer. Karaginan dikenal memiliki 6 tipe, yaitu kappa, iota. lambda. mu. nu. aJn
xi. Tipe yang paling komersial adalah kappa, iota, dan lambda. Agar dan karaginan jll;a
termasuk fikokoloid yang'dihasilkan dari rumput !aut merah, agar umumn ya diekstrak dari
jenis rumput !aut Gracilaria sp. dan Gelidium sp., sedangkan karaginan diekstrak dari rumput
!aut Euchema sp., Chondrus, sp., dan Gigartina sp. (Satari, R. dalam Anonim , 1996).
Senyawa fikokoloid sangat diperlukan keberadaannya dalam suatu produk
karena
berfungsi sebagai pembentuk gel, pengikat, penstabil, pengemulsi, pensuspensi, dan pendispersi
(Anggadiredja et a/. 2006). Senyawa hidrokoloid pada umumnya dibangun oleh polisakarida
rantai panjang dan bersifat hidrofilik. Karaginan telah dimanfaatkan sebagai bahan pembentuk
gel dalam pembuatan permen jeli dikombinasikan dengan konjak (Subaryono et al. 2006; Sinurat
et al. 2008). Pemanfaatan agar sebagai bahan pembentuk gel pada pembuatan nori-leather imitasi
telah dicoba oleh Hasanah (2007). Sedangkan alginat digunakan sebagai polimer hidrokolid
dalam pembuatan edible film (Murdinah et al. 2007).
Pennen jeli merupakan permen yang dibuat dari air atau sari buah dan bahan pembentuk
gel yang berpenampilan jernih transparan serta mempunyai tekstur dengan kekenyalan tertentu.
Bahan pembentuk gel yang biasa digunakan antara lain gelatin, karaginan, dan agar. Permen jelly
tergolong pangan semi basah, oleh karena itu produk ini cepat rusak. Penambahan bahan pengawet
diperlukan untuk memperpanjang masa simpannya.
Penelitian tentang teknik pengeringan permen jeli dengan formulasi menggunakan
karaginan telah dilakukan sebelumnya. Pembuatannya dilakukan dengan mencampur bahan-bahan
kering (karaginan, konjak, dekstrosa dan KCI) dengan larutan gula (fruktosa dan gula) lalu
ditambah air. Setelah homogen, campuran tersebut dimasak (hingga mencapai suhu 90C tetap
dimasak selama 5 menit), kemudian dituang ke dalam cetakan persegi dan didiamkan hin gga
mencapai su:tu ruang. Saat mencapai suhu ruang larutan tersebut akan menjendal, kemudian
dimasukkan ke dalam lemari pendingin dengan suhu 1- 4C selama 24 jam. Setelah itu, permen
dikeluarkan dari cetakannya, dicetak dengan ukuran I x 1,5 x 2,5 cm 3 , lalu dikeringkan dalam
dehumidifier (Sinurat eta!. , 2009).
Menurut Institute of Food Technologist, umur simpan produk pangan adalah selan= ..
antara saat produksi hingga saat konsumsi dimana produk berada dalam kondis i yang sesuai der.; ...;harapan konsumen. Sedangkan National Food Prosessor Association mendefenisikan bahwa wm.r
simpan adalah suatu produk secara umum dapat diterima untuk tujuan seperti yang diinginkan oleh
konsumen dan selama bahah pengemas masih memiliki integritas serta memproteksi isi kemasan
(Arpah, 2001 ). Umur simpan adalah waktu yang diperlukan oleh produk pangan dalam suatu
kondisi penyimpanan untuk sampai pada suatu level atau tingkatan degradasi mutu tettentu
(Ghanasel<haran dan Jhon, 1993).
Menurut Syarief dan Halid ( 1993), hasil atau akibat dari berbagai reaksi kimiawi yang
rerjadi di dalam produk pangan bersifat kumulatif dan irreversible selama penyimpanan, sehingga
pada saat tertentu hasil reaksi tersebut mengakibatkan mutu pangan tidak dapat diterima lagi .
Jangka waktu akumulasi hasil reaksi yang mengakibatkan mutu pangan tidak dapat diterima
disebut sebagai jangka waktu kadalm.varsa. Labih lanjut ditambahkan bahwa pangan disebut rusak
apabila bahan pangan tersebut telah kadaluwarsa, yaitu telah melampaui masa simpan optimumnya
dan pada umumnya pangan tersebut menurun mutu gizinya meskipun penampakannya mas ih
bagus.
5
Penentuan umur simpan suatu produk dilakukan dengan mengamati produk selama
-. ._. impanannya sampai terjadi perubahan yang tidak dapat diterima lagi oleh konsumen.
Penentuan umur simpan dilakukan dengan mengamati perubahan yang terjadi pada produk selama
selang waktu tertentu. Syarief dan Halid ( 1993) menyatakan bahwa perubahan mutu pangan
terutama dapat diketahui dari perubahan faktor mutu tersebut. Oleh karena itu, dalam menetukan
daya simpan perlu dilakukan pengukuran terhadap atribut mutu produk tersebut.
Menurut Syarief et.al. (1989) faktor-faktor yang mempengaruhi umur simpan bahan
pangan yang dikemas adalah sebagai berikut :
I.
2.
3.
4.
Kekuatan keseluruhan dari kemasan terhadap keluar masuknya air. gas. dan bau
termasuk perekatan, penutupan dan bagian-bagian yang terlipat.
Menurut Labuza (1982), seharusnya konsumen memperoleh infom1asi tentang umur simpan
dari produk yang dikonsumsinya. lnformasi tersebut dapat berupa tanggal pada saar pr
diproduksi (pack date), tanggal pada saat produk diletakkan di took (display date). tanggal tera/Jlir
yang dianjurkan bagi konsumen untuk membeli produk tersebut sehingga masih mempunyai
jangka waktu untuk mengkonsumsinya tanpa produk tersebut mulai mengalami kerusakan (pull
date sell by date), waktu
ma~simum
if used
by date), atau tanggal pada saat kualitas produk sudah tidak dapat diterima lagi oleh konsumen (use
b)
date atau expired date). Regulasi pencantuman kadar kadaluwarsa di Indonesia tercantum dalam
urat Keputusan Dirjen POM No.02240/B/SK/VJI/91, tanggal 2 Juli 1991. Tanggal kadaluwarsa
rersebut dapat dicantumkan pada tutup botol, bagian bawah kaleng atau kemasan, bagian atas
kardus, dan tempat lain yang sesuai, jelas dan mudah dibaca. Peraturan yang lebil1 luas mulai
dilakukan dengan berlakunya UU Nom or 7 Tahun 1996 ten tang Pangan khususnya Pasal 21 (e)
yang menjelaskan tentang pangan tercemar.
2.3.1. Metode Akselerasi
Menurut Ell is ( 1994), penentuan umur simpan suatu produk pangan dilakukan dengan
mengamati produk pangan selama penyimpanan sampai terjadi perubahan yang tidak dapat
diterima lagi oleh konsumen. Syarief dan Halid (1993) menyatakan bahwa penurunan mutu
makanan dapat diketahui dai perubahan faktor mutu tersebut. Oleh karena itu, dalam menentukan
daya simpan suatu produk pangan perlu dilakukan pengukuran terhadap atribut mutu produk
pangan tersebut. Jenis atribut mutu yang diuji tergantung pada jenis produk pangan. Untuk satu
produk pangan, yang diuji tidak semua parameter, melainkan salah satu saja, yakni parameter yang
paling cepat mempengaruhi penerimaan konsumen.
Beberapa asumsi dasar yang sering digunakan dalam perhitungan masa simpan menurut
Ghanasekharan dan John ( 1993) adalah sebagai berikut :
l.
2.
3.
Sistem penentuan umur simpan secara konvensionalmembutuhkan waktu yang lama karena
penetapan kadaluwarsa pangan dengan metode konvensional/ESS (Extended Storage SruJies,
dilakukan
d~.1gan
cara menyimpan suatu seri produk pada kondisi nonnal sehari-hari sambil
dilakukan pengamatan terhadap penurunan mutunya hingga mencapai mutu kadalu'' arsa. Cn
mempercepat waktu penentuan umur simpan tersebut maka digunakan metode Accelerared She/;
Life Testing (ASLT) atau metode akselerasi. Pada metode ini kondisi penyimpanan diarur diluar
ondisi normal sehingga produk dapat lebih cepat rusak dan penentuan umur simpan dapat
ditentukan (Arpah dan Syarief, 2000). Penggunaan metode akselerasi harus disesuaikan dengan
eadaan dan faktor yang mempercepat kerusakan produk yang bersangkutan (Ellis, 1994). Menurut
Labuza ( 1982), meningkatnya suhu dan kelembapan udara pada kondisi penyimpanan bahan
pangan kering dapat digunakan sebagai metode untuk mempersingkat waktu perkiraan umur
impan suatu produk pangan (metode akselerasi). Adanya perbedaan faktor yang menyebabkan
erusakan produk,maka metode ASLT (Accelerated Shelf Life Testing) dapat dilakukan melalui
ua pendeka-:m yaitu model Arhenius dan model kadar air kritis.
Pendekatan kadar air kritis yang dimodifikasi digunakan untuk produk yang memiliki
elarutan yang tinggi. sepeiti produk permen. yang memperbaiki kandungan sukrosa yang tinggi
7
~s.etimbangan
soprsi isotermis tidak dapat diasumsikan linier. Oleh karena iru. Labuza et al.(l985) memodifikasi
persamaan Labuza menjadi seperri berik
lembaran tipis yang umumnya mempunyai konsistensi dan rasa yang khas tergantung dari
jenis buah sebagai bahan bakunya dan mempunyai kadar air 10-15%, sehingga cukup aman
dis impan. Produk ini menyerupai keripik dan disukai konsumen sebagai makanan ringan.
Pembuatannya dengan cara mengeringkan pasta buah yang berbentuk lembaran tipis. Mutu
ru it leather dapat dilakukan dengan menambahkan bahan pengisi, sedangkan untuk
me ndapatkan tingkat kekeringan serta penampakan yang disukai perlu dilakukan penge rin gan
de ngan bail<
Fruit leather dapat dibuat dari beragam buah (Ranken & Kill, 1993). Menurut Raab dan
Oehler (2000), fruit leather dapat dibuat dari satu jenis atau campuran beberapa jenis buahbuahan. Kombinasi buah dalam pembuatan fruit leather antara lain ape! dan bluberry, apricot
dengan apel, plum dengan nanas, pi sang ape! atau lemon, jeruk dengan nanas (Anon. 2006).
Standar mutu fruit leather belum ada, namun fruit leather yang baik mempunyai
kandungan air 10-20%, nilai Aw kurang dari 0,7; tekstur plastis, kenampakan seperri kulit,
te rlihat mengkilat, dapat dikonsumsi secara langsung serta mempunyai warna, aroma dan citarasa
khas suatu jenis buah sebagai bahan baku (Nurlaely, 2002).
Menurut Winarri (2008), bahan pengikat pada pembuatan fruit leather berpengaruh
erhadap kualitasfruitleather yang dihasilkan, terutama tekstur dan kenampakan. Bahan pengikat
yang dapat digunakan adalah karaginan, agar-agar, alginat, tapioka, maizena, terigu,
maltodekstrin, gelatin.
Buah mangga mengandung vitamin A antara 1.200- 16.400 SI dan vitamin C antara 6 - 30
mg/1 00 g buah, se11a mineral kalsium 13-16 mg dan fosfor 9-10 mg. Buah mangga mempunyai
daya simpan yang singkat, sehingga diperlukan teknologi penanganan dan pengolahan yang tepat
guna. Salah satu inovasi teknologi pengolahan yang potensial dikembangkan adalah teknologi
pengolahan fruit leather, yaitu sejenis manisan kering berbentuk lembaran tipis yang memiliki
kons istensi dan cita rasa khas suatu jen is buah.
BAB III.
TUJUAN DANMANFAAT
3.1. Tujuan
3.2. Manfaat
I. Diperoleh metode yang efektif dan efisien dalam pendu gaa n umur simpan perm en _ieli.
mengetahui nilai umur simpan produk permen jeli khu susnya yang beredar dip
untuk menjamin
keamanan
1...
10
BABIV
METODOLOGI
-U.
Penelitian pembuatan dan penentuan umur simpan permen jeli dari formulasi
blendf'. d karaginan dengan metode accelerated shelf life testing (ASLT).
Dalam penelitian ini akan dilakukan pengambilan bahan baku rumput !aut jenis E.
cottoni, ekstraksi karaginan, formulasi blended karaginan, pembuatan permen jeli, pengeringan
Persentase (%)
Karaginan
40
Konjac
40
KClfood grade
10
Dekstrosa
10
Formulasi karaginan ini digunakan pada pembuatan formulasi permen jeli dengan
om posisi seper1i terlihat pada Tabel 2.
II
Persentase ('Yo)
Karaginan formulasi
')
.)
--
Potasium sitrat
0,2
Pasta 1 rasa
0,3
Fruktosa
20
Gula pasir
35
Natrium benzoat
0.03
Air mineral
41,47
LJ
Ws
(A)L'lP
(g
H20/g padatan); Mi = kadar air awal produk (g H20/g padatan), Me= kadar air kritis produk (g
H20 /g padatan); klx = konstanta permeabilitas uap air kemasan (g/m2 .hari. mmHg); A = luas
permukaan kemasan (m 2); Ws = berat kering produk dalam kemasan (g); Po = tekanan uap
jenuh (mmHg);
Metode penentuan kadar air kritis dengan menyimpan sampel secara terbuka pada
su hu ruang dan dibiarkan hingga sampel rusak (mencapai parameter kritis). Kadar air kritis
aka n tercapai bila saat kadar air sudah diatas 20% (batas kadar air maksimun menurut SN1,
2008). Kemudian dilakukan penentuan permeabilitas kemasan (k/x) (ASTM, 2000),
penentuan berat solid per kemasan dan luas kemasan, penentuan tekanan luar dan dalam
~ masan.
12
Para111eter uji yang akan dilakukan meliputi uji fisik yaitu kekuatan gelmenggunakan
alat Textur Analyzer menggunakan probe tipe P/2 berbentuk slilinder, Aw diukur dengan
menggunakan aw meter merk Novasin, Uji kimia (kadar air (SNI,2006), kadar abu
1,2006), gula reduksi (dihitung sebagai gula inversi dan Sakarosa (SNI, 2008) dan logam
berat (Pb dan As) (AOAC,2005) uji sensori (kekenyalan) (Soekarto, 1990) dan uji
mik robiologi (ALT, Bakteri coliform, E coli) menurut SNI (2006). Selain itu dilakukan
ana lisis komposisi proksimat (SNI, 2006) produk pennen jeli pada awal dan akhir
peny1mpanan.
Pada penelitian ini dalam menentukan pendugaan umur simpan permen jeli
me nggunakan metode Archenius (accelerated) dengan kadar air kritis. Kadar air kritis akan
tercapai bila saat kadar air sudah diatas 20% (batas kadar air maksimun menurut SNI , 2008)
de ngan kemasan yaitu oriented polipropilen (OP P) . Berdasarkan faktor terse but, rancangan
percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal dengan
riga kali ulangan.
Kelebihan metode ini adalah dapat menentukan umur simpan dalam waktu cepat bila
dibandingkan dengan metode konvensional membutuhkan waktu ya ng lama. Kelemahannya
un tuk
membuat
kondisi
penyimpanan
produk
lebih
rum it
karena
berlangsungn~ a
penyimpanan di luar kondisi yang biasa sehingga produk lebih cepat rusak dan penentuan
masa kadaluarsa bisa ditentukan (Arpah & Syarif, 2000).
4.2 Penelitian penggunaan karaginan sebagai bahan pengikat pada pembuatan fruit
leather.
Bahan baku yang d-igunakan dalam penelitian ini adalah buah mangga. Bahan-bahan
la in yaitu karaginan diperoleh dari hasil ekstraksi rumput !aut E. cottonii mengacu metode
ekstraks i karaginan Murdinah eta!., (2007). Bahan kimia digunakan untuk analisis mutu buah
ma ngga, mutu fikokoloid dan mutu.fi'uitleather.
Tahapan penelitian
Penelitian dibagi menjadi dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian
utama. Pada penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan formula ji-uit leather
dengan mempelajari komposisi bahan penyusun Ji-uit leather. Pada penelitian utama,
pembuatan fruit
leather menggunakan
karaginan sebagai
pembanding digunakan gelatin. Konsentrasi jenis bahan pengikat yang diteliti adalah 0,2%,
13
0..+%, 0,6%. Pemilihan variasi konsentrasi fikokolod mengacu Winarti (2008). Formulasi
Bahan
Kontrol
90
90
90
90
90
Sorb itol
10
9,8
9,6
9,4
9,8
Ka rag inan
0,2
0,4
0,6
0,2
Pu ree
\langga
Ge latin
----------------
- - - - - - - - - - ----------
Prosedur penelitian
Buah mangga dipilih yang masak fisiologis, yaitu berwarna kuning tetapi tekstur
masih keras . Buah dicuci bersih, dikupas dan diambil daging buah, selanjutnya dag ing buah
diblenc!er dengan ditambahkan air (perbandingan daging buah dan air 2: 1). Hancuran buah
dire bus, perebusan dilakukan sampai agak kental (selama 15 menit). Rebusan puree buah
~ ela njutnya
6o=c
-am pai dapat digulung seperti kulit (kadar air I 0-20%). Prosedur in i mengacu pada :\non.
_009 yang dimodifikasi.
A nalisis
Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi bahan pengikat dari karaginan, dan analisis mutu
7-uit leather. Analisis karaginan meliputi kadar air, kadar abu, kadar abu tak larut asa m
me ngg unakan metode AOAC (2005), pH diukur menggunakan alat pH meter dan kekuatan
gel
diuku1
menggunakan
alat
Texture
Analyzer
(TA-XTPlus),
vi skositas
diukur
14
Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian adalah rancangan acak lengkap
faktor tunggal dengan 3 kali ulangan. Faktor perlakuan yang diteliti adalah perlakuan bahan
pengikat (karaginan) dan perlakuan konsentrasi bahan pengikat (3 variasi konsentrasi)(Steel
&Tonie, 1995).
15
BABY
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Penelitian pembuatan dan penentuan umur simpan permen jeli dari formulasi
blended karaginan dengan metode accelerated shelf life testing (ASLT).
a. Ekstraksi karaginan
Karaginan hasil ekstraksi dari rum put !aut E. cottonii mempunyai karakteristik seperti
rerlihat pada Tabel4. Karaginan ini akan digunakan untuk pembuatan permenjeli.
Tabel 4. Karakteristik mutu karaginan yang digunakan pada pembuatan perm en jeli
Parameter
Nilai
I.
Kadar air(%)
15.97
2.
16.13
3.
391.25
4.
503A8
5.
1270. 5
6.
pH
No
8.5 8
- --
'
f
b. Permen Jeli
Permen Jeli sebelum dilakukan penyimpanan terlebih dahulu dianali sis proksimat dan
has il analtsis tersebut terlihatyada Tabel 5.
Parameter
Nilai
l.
Kadar air(%)
16.55
2.
0.97
".) .
Protein(%)
0.98
4.
Lemak (%)
0.03
16
Produk permen jeli dan permen jeli yang telah dikemas terlihat seperti pada Gambar I.
Sedangkan hasil dokumentasi untuk proses pembuatan permen jelli dapat dilihat pada
Lampiran I.
Gam bar I. Produk permen jeli dan yang sudah dikemas plastik OPP
c.
Permen jeli selama penyimpanan dilakukan analisa mutu kimia, fi sik dan organoleprik
serta pengamatan kondisi penyimpanan (suhu dan rH) seperti terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil analisis mutu kimia, fisik dan organolepti k permen jeli sebm:t
penyimpanan
Kadar
Hari
Aw
Rh
Suhu (0 C)
L'ji Hedonik
27 .2
5.64
5.73
52
25.4
5.55
5.36
0.706
52
26.2
5.36
5.55
14,49
0.714
53
25.5
5.64
5.36
14,54
0.685
54
25.4
6.10
5.5
0.688
52
25 .9
5.36
5.45
0.744
53
25.8
5.40
5.50
ke-
air(%)
15,97
0.688
50
16,56
0.744
16,43
4
5
15 ,59
0.706
45
26.3
5.3
5.56
14,75
0.714
52
25.5
5.8
5.80
10
16, 12
0.685
60
26.5
5.6
5.50
II
15,15
0.688
69
28.0
5.4
5.3
15 . 16
0.744
56
25.3
5.44
5.11
l -~ =
- -- -
17
Hari
Kadar
Aw
ke-
13
14
air (''l"o)
15.69
Rh
Suhu (0 C)
Uji organolepatik
Uji skor
Uji Hedonil<
0.706
56
25.9
5.22
4.56
0.714
60
26.3
4.89
4.78
0.685
55
25.2
5.5
4.75
15
15.38
14.37
16
14 .2 1
0.688
55
25.9
5.33
5. 11
17
14 .07
0.744
57
26.3
4.89
18
14.09
0.706
58
27.1
5.09
19
14.01
0.714
57
26.4
5.1
4.9
20
13 .3 0
0.685
56
25.5
5.2
5.4
55 , 1
26.08;
J\P = 26.426
Tetapan labuza
Ratarata
0.707
Menurut Institute of Food Technologist, umur simpan produk pangan adalah selang
waktu antara saa produksi sampai saat konsumsi, dimana produk sesuai dengan harapan
konsumen. Sedangkan National Food Processor Association mendefenisikan bahwa umur
simpan
adalah suatu produk secara umum dapat diterima untuk tujuan seperti )ang
diinginkan oleh konsumen dan selama bahan pengemas masih memili ki integritas serta
memproteksi isi kemasan (Arpah, 200 1). Umur simpan adalah tingkat waktu ;ang
diperlukan oleh produk pangan dalam suatu kondisi penyimpanan untuk sampai pada suatu
level ata u tingkatan degradasi mutu tetientu (Ghanasekharan &John, 1993).
Pengukuran kadar air perm en jeli menggunakan oven. Hasil pengukuran kadar air
awa l 16,56. Nilai ini sesuai sesuai dengan SNI-2008, dimana dalam SNI tersebut syarat
mutu dari permen jeli adalah memiliki kadar air maksimal 20% bib atau 0,2 000 g 1-1 20/g
padatan. Ni1ai kadar air mempengaruhi tekstur permen jeli. Semakin rendah kadar air
maka tekstur akan semakin keras, sedangkan semakin tinggi nilai kadar air maka tekstur
aka n semakin lunak . P(out) mmHg diperoleh dari P0 x RH dan P(i 11 ) mmH g diperoleh dari
Po x aw. Nilai Po diperoleh pada suhu tertentu dari tabel uap air (Labuza, 1982). Ni lai
perbedaan tekanan (A P) dihitung dengan menselisihkan nilai P(out) dan P(i 11).
Kadar air kritis ada1ah kadar air dimana produk sudah mulai tidak dapat diterim a lag i
oleh konsu men secara organoleptik. Parameter kritis yang dijadikan ac uan penolakan
ada1ah atribut yang paling cepat berubah . Pada penelitian ini titik kadar air kritis
18
ditentukan dari basil tekstur mencapai kondisi kritis saat panelis menyatakan netral (skor
4) dan agak tidak kenya! (skor 3). Kemudian perubaban mutu tekstur ini dilibat den gan
nilai basil pengukuran kadar yang dianggap titik kadar air kritis. Perubaban kadar air ini
akibat terjadi penguapan dari permen jeli akibat panas disekeliling permen jeli . Semakin
lama disimpan semakin berkurang nilai kadar air permen jeli, kekenyalan berkuran g
(semakin keras) .
Kadar air kritis ditentukan dengan cara permen jeli disimpan pada subu ruang ya ng
memiliki kisaran subu (26,08 0,72 C) dengan rata-rata kelembaban 55 , I% selama 20
bari den gan selang I bari pengambilan sampel. Setiap bari dilakukan pengambilan sampe l
dan diukur kadar air dengan menggunakan oven, aktivitas air (aw) dengan aw meter,
tingkat kekenya lan dengan alat tekstur analyzer, penerimaan panel is terbadap keseluruhan
atribut dengan uji bedonik dan uji atribut terbadap kekenyalan.
Berdasarkan persamaan umur simpan termodifikasi yang diturun kan oleb Labuza (19- terdapat beberapa faktor yang dibutubkan untuk menentukan umur simpan dengan pendebt:!
kadar air kritis produk. Selain faktor-faktor yang sudab disebutkan, ada beberapa faktor lain
~.m=
perlu diperbatikan yaitu: luas kemasan, bobot padatan per kemasan, tekanan uap.
Permen jeli yang digunakan menggunakan kemasan plastik jenis OPP yang memiliki
luas permukaan sebesar 0,06 m2 Bobot padatan awal per kemasan merupakan bobot 3\\al
permen jeli yang telab dikoreksi dengan kadar air awal. Bobot padatan produk permen jeli
per kemasan adalab sebesar 3,48 gram.
Nilai perbedaan tekanan luar dan dalam kemasan (i\P) diperoleb berdasarkan
penentuan nilai aw produk, RH ruangan dan tekanan uap air murni pada subu tertentu.
Permeabilitas uap air kemasan perlu diketabui dalam menduga umur simpan .
Kemasa n akan melindungi produk uap air dan oksigen dari udara. Laju transpor uap air dan
oks iger, merupakan faktor utama dalam melakukan kontrol umur simpan. Permeabilitas uap
air adala b kecepatan atau laju transmisi uap air melalui suatu luasan baban ya ng
permukaan nya rata dengan ketebalan tertentu sebagai akibat dari perbedaan tekanan uap air
antara produk dalam kemasan dan lingkungannya pada kondisi subu dan kelembaban
tertentu . Semakin tinggi subu, maka pori-pori kemasan akan semakin membesar sebingga
permeabilitas meningkat (Syarief et al, 1989).
19
Pada penelitian kemasan yang digunakan jenis kemasan OPP, hal ini sesuai dengan
keadaan di masyarakat yang mengemas permen menggunakan OPP. Permeabilitas uap air
kemasan dalam penelitian diukur dengan metode ASTM E-96 2000. Hasil pengukuran
diperoleh nilai WVTR dari kemasan OPP sebesar I,59 g1Jn 2 /24 jam.
klx adalah konstanta permeabilitas kemasan yang dibutuhkan untuk mencari umur
simpan dengan persamaan Labuza klx merupakan nilai permeabilitas tanpa pengaruh
ketebalan kemasan.
Nilai
16.56
I 5.38
1.59
26.42
0.1094
0.06
3.48
P(out) mmHg
14.53
P( 111 ) mmHg
18.68
4.15
Komposisi proksimat permen jeli, kadar gula reduksi , kadar logam berat dan
UJI
5.2. Pcnelitian pcnggunaan karaginan sebagai bahan pengikat pada pembuatanfruit leather
Karaginan hasi I ekstraksi dari rum put Iaut E. Cottonii menu rut metode ekstraksi
karaginan Murdinah et al., (2007) mempunyai rendemen sebesar 26,72%. Analisis mutu
karaginan dilakukan sesuai dengan persyaratan standart mutu ekspor. Analisis karaginan
meliputi kadar air, kadar abu, kadar abu tak larut asam, pH dan kekuatan gel, viskositas.
Karakteristik karaginan hasil ekstraksi terlihat pada Tabel 8
20
Nilai
Kadar Air
11,46%
Kadar Abu
16,07%
--
8.02
pH
0,04%
II I,33 cps
Viskositas
--
Kekuatan Gel
1322,725 g/cm
f"'enelitian dibagi menjadi dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian
ra ma. Pada penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan formul a fruit leather
dengan mempelajari komposisi bahan penyusun fruit leather. Pada penelitian utama,
embuatan ji-uit leather menggunakan karaginan sebagai
bahan pengikat.
Sebagai
pembanding digunakan gelatin. Konsentrasi jenis bahan pengikat yang diteliti adalah 0,2%,
0.-t%, 0,6%. Pemilihan variasi konsentrasi fikokolod mengacu Winarti (2008).
Penelitian Pendahuluan
Bahan
MKA
MKB
MKC
MKD
MKE
MKSA
MKSB
MKSC
MGA
99,8
99,6
99,4
99,2
99,0
90
90
90
99,8
Sorbitol
0,2
0,4
0,6
0,2
Ka ragi nan
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
0,2
0,4
0,6
Ge latin
0,2
Puree
Yla ngga
21
Pada pembuatan fruit leather dengan formulasi seperti pada Tabel , dihasilkan ji-uit
'eather seperti pad a Gam bar 2 dan Gam bar 3.
0
Gambar 3. Fruit leather (A) komposisi puree mangga, sorbitol, karaginan (B) puree mangga,
sorbitol , 0,4 % karaginan (C) puree mangga, sorbitol, gelatin
Seperti terlihat pada Gambar 2, fruit leather tanpa penambahan sorbitol memiliki
kenampakan permukaannya menyusut dan semakin menyusut bila dengan bertambahnya
konsentrasi karaginan.
22
Berdasarkan uji organoleptik secara deskriptif, maka formulasi yang akan digunakan
pada penelitian utama adalah formulasi yang menggunakan karaginan dan sorbitol , dimana
f ruit leather yang dihasilkan setelah dikeringkan di oven mempunyai bentuk tidak berubah
Penelitian Utama
ct&i'S -P
"'
Setelah mangga dikupas, dibuang kulitnya dan bijinya, didapat daging buah sebesar
70,96%. Kemudian daging buah ditambahkan air dengan perbandingan I: I lalu eli blender dan
menjadi puree. Puree sebagai bahan utama harus cepat diproses menjadi fruit leather karena
\\ arna puree akan cepat berubah menjadi kuning kecoklatan.
I"
_ .)
\:::c
'!CCC.~
;.-.....0.0.--;
,....
----
Campuran puree, karaginan dan sorbitol yang sudah selesai dimasak, kemudian
segera dituang ke eetakan yang sudah dialasi plastik wrap terlebih dahulu . Plastik wrap
berguna untuk memudahkan pada saat pengambilan/pengelupasan ji-uit leather. Setelah
dituang ke eetakan, eampuran didinginkan dahulu pada suhu ruang sekitar 1 jam, agar
menjendal, kemudian dimasukkan kedalam oven. Cetakan untuk pembuatan fruit leather
berukuran panjang 22 em dan Iebar 7 em.
2-l
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 6. Proses pembuatan fruit leather (a) Menimbang bahan-bahan Ji"uit learher (
mencampur dan memanaskan campuran fr uit leather (c) menuang laruran
cetakan stainless steel (d)fruit leather yan g siap dimasu kkan ke oven.
Frui' leather yang sudah direbus kemudian dikeringkan selama 24 j am di oven pada
25
Fruii leather yang telah dikeringkan dikelupas dari plastic wrap, dan dibungkus
Garnbar 8. Fruit leather yang telah dikelupas dari plastik wrap dan dibungku s dengan kertas
roti
Analisis rnutu fruit leather meliputi kadar air (AOAC, 2005), dan Aw diukur
menggunakan alat Aw meter. Hasil anal isis kadar air dan aw terlihat pada Tabel I 0.
Sam pel
A
jc
Kadar Air(%)
1 14,25
24,39
11,17
12,08
17,94
Aw
I 0,57
0.62
0.57
0.72
0,46
Keterangan:
Dari hasil analisis aw fruit leather, produk ini digolongkan pada produk makanan
semi basah . Menurut Soekarto (1979), makanan semi basah mempunyai nilai Aw antara 0,60,9 ya ng akan cukup awet dan stabil pada penyimpanan suhu ruang. Aw adalah jumlah air
bebas yang dapat digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya (Syarief dan Halid, 1993).
emak in banyak air bebas yang dikandung dalam bahan pangan , maka kemungki nan
terjadinya beberapa reaksi baik biokimia, mikrobiologi maupun reaksi fisik akan semakin
besar. Winarno (1990) menyatakan bahwa jenis mikroba yang berbeda akan membutuhkan
jumlah air yang berbeda pula. Bakteri umumnya tumbuh dan berkembangbiak pada medi a
dengan nilai Aw tinggi (2:9), khamir membutuhkan nilai Aw lebih rendah (0,8-0,9), dan
ka pang (:SO <3). Buckle et a/.(1987) menyatakan nilai Aw minimum untuk pertumbuhan
kapa ng adalah berkisar antara 0,80-0,87. Sedangkan nilai Aw minimum untuk pertumbuhan
khamir berkisar antara 0,87-0,91 dan bakteri tumbuh pada Aw 0,9 1.
Uji organoleptik meliputi kenampakan, warna, aroma, rasa dan tekstur den ga n metode
hedonik (Kartika, 1989).
--
-------
j-~
5.00
n
4.00
3.00
a
2 00
E
1.00
0.00
kendnlpJk,1n
WJillJ
JrOI1h1
rasa
lcblur
p;uameter
Hasil analisis organoleptik pada fruit leather menunjukkan bahwa para paneli s
menyukai.fi-uit leather dengan formula A dan B, namun padafruit leather dengan formula A
mempunyai tekstur yang tidak plastis karena tidak ada karaginan sebagai pengikat.
Fruit leather mangga yang terbai k yang dipilih dalam penelitian ini ya itu .fi-uit leather
dengan formula B, yaitu campuran puree: sorbitol: karaginan dengan perbandingan 90 : 9,8 :
0,2. Fruit leather dengan formula B pada saat ini sedang dianalisis kadar vitamin C metode
titrasi (S udarmadj i, 1992), kadar vitamin A (Apriyantono, et a!. 1989), kadar serat kasar
(Sudarmadji, 1992), dan uji mikrobiologi TPC (SNI, 2006).
27
BAB VI
6.1 KESIMPULAN
I. Pada pendugaan umur simpan pennen jeli telah didapatkan parameter untuk pendugaan
umur simpan yaitu kadar air awal sebesar I 6,56 g H20/g padatan), Kadar air kritis
sebesar 15,38 g H20 /g padatan), Nilai WVTR OPP sebesar I,59 g/m2/24 jam, Nilai Po
tetapan Labuza T=26,08 C sebesar 26,42, Permeabilitas kemasan (k/x) sebesar 0, I094,
Rasio luasan kemasan sebesar 0,06m 2, Bobot solid per kemasan sebesar 3,48 gram,
P(out) sebesar 14,53 mmHg, P(i 11 ) sebesar 18,68 mmHg dan J\P (mmHg) pada suhu
26,08 C dan RH 55, I% sebesar 4,15 dan komposisi proksimat permen jeli yaitu kadar
air 16.55%, Kadar abu 0.97%, kadar protein 0.98%, dan lemak 0,03%.
2. Pada penelitian ini telah didapatkan teknik pengolahan fruit leather dari mangga.
Berdasarkan uj i organoleptik secata hedonik dan secara deskriptif, fruit leather yang
disukai panelis dan secara deskriptif mempunyai lembaran tipis yang plastis (tidak
mudah robek) yaitu fruit leather dengan komposisi puree mangga: karaginan: sorbitol=
90: 0,2: 9,8 dengan karakteristik kadar air 24,39% sebesar dan Aw sebesar 0.62.
6.2 SARAN
Pada penelitian ini , pembuatan permen jeli dan fruit leather dilakukan dalam
ska la laboratorium , sehingga perlu dipelajari teknik pembuatan permen jeli dan jiuit
leather dengan skala yang lebih besar.
28
2C~9. Minuman Fungsional Rumput Laut. http ://www.surya.co.id/ 2009 O.f '20
minuman-fungsional-rumput-laut.html. Diakses tanggal 2 November 2009.
Buckle, K.A.A., Edwards; R.A, Fleet, G.H, dan Wootton, M. 1987. llmu Pangan. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Hasanah, H. 2007. Nori-leather imitation Dari Tepung Agar Hasil Ekstraksi Rumput Laut
Merah Jenis Gelidium sp. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan . lnstitut
Pertanian Bogor.
Hunaefi, D. 2002. Aplikasi Gelatin dari Kulit lkan Cucut dan lkan Pari Pada Pembuatan
Permen Jelly. Skripsi. FATETA. IPB. Bogor.
Kartika, B. 1989. Uji lnderawi Bahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Kusnandar, F. 2006. Disain percobaan dalam Penentapan Umur si mpan Produk Pangan
dengan Metode ASLT (Model Arrhenius dan Kadar air kritis). Modul Pelatihan :
Pendugaan dan Pengendalian Masa Kadaluarsa Bahan dan Produk Pangan. 7-8
Agustus 2006. Bogor.
Labuza, T.P. 1982. Shelf Life Dating of Foods. Food and Nutrition Press Inc., Wesport,
Connecticut.
~9
Minami, 1996. Mempelajari Pembuatan Jelly Jambu Biji. Skripsi. FATETA. IPB . Bogor.
Murdinah . 2008. Ekstraksi dan Analisa Mutu Alginat. Presentasi.
Murdinah, M. Darmawan dan D. Fransiska. 2007. Karakteristik Edible Film dari komposit
Alginat, Gluten dan Lilin Lebah (Beeswax).Jurnal Pasca Panen Dan Bioteknologi
Kelautan Dan Perikanan. Yol.2 No. I. 8pp.
Murdinah, R. Peranginangin, E. Sinurat, D. Fransiska, R. Kusumawati, Murniyati , dan Nurul
Hak. 2007. Riset Daya Simpan Produk Tepung Es Krim Dengan Substitusi
Fikokoloid. Laporan Teknis Riset Pengembangan Produk Baru Dari Rumput Laut.
Balai Besar Riset Pengolahan Produk Dan Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan.
Nurlaely, E. 2002. Pemanfaatan Buah Jambu Mete untuk Pembuatan Leather. Kajian dari
Proporsi Buah Pencampur. Skripsi jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Universitas
Brawijaya Malang.
Raab, C. and Oehler, N. 2000. Making Dried Fruit leather. Extention Foods and Nutrition
Specialist. Origon State University.
Ranken, M.D. and Kill, R.C.I993. Food Industries Mannual. 23 Edition. Blackie Academic
and Professional.
Poernomv,
A.
2007.
Sehat
Bersama
Minuman
Rumput
Laut.
http: //achpoer.blogspot.com /2007 /12/sehat-bersama-m inuman-rumput- laut.htm I.
Diakses tanggal 2 November 2009.
Setyadjit, D.A. Setyabudi, dan I. Agustinisari. 2005. Teknol ogi Pengolahan Puree \lan;;a.
Balai Besar Penel itian Dan Pengembangan Pasca Pan en Pertanian . Badan Penelitiln
Dan Pengembangan Pettanian
Sinurat E, Murniyati , dan Manik H. 2009. Teknik Pengeringan Permen Jeli dari Blended
Karaginan. Laporan Diknas Teknis. Jakarta .
Sinurat, E., Subaryono, Murdinah, dan R. Kusumawati . 2008. Penggunaan Campuran Karaginan
dan Konjak sebagai Pengganti Gelatin pada Permen Jeli. Proseding Seminar &
Konferensi Nasional Pemanfaatan Hasil Riset. Universitas Brawijaya, Malang.
SNJ 3547.2-2008 . Kembang Gula - Bagian 2 : Lunak. BSN. Jakarta .
SNI 0 1.2332.. 1-2006. Caia Uji mikrobiologi - Bagian I: Penentuan coliform dan Escherichia
coli Pada Produk Perikanan. BSN. Jakatta.
SNI 01.2332.3-2006. Penentuan Angka Lempeng Total Produk Perikanan. BSN. Jakatta.
SNl 01.2354,3-2006. Cara Uji Kimia- Bagian 3: Penentuan Kadar Lemak Pada Produk
Perikanan. BSN . Jakarta.
SNI 01.2354,2-2006. Cara Uji Kimia- Bagian 3: Penentuan Kadar Air Pada Produk
Perikanan. BSN. Jakarta.
Soekarto ST. 1990. Dasar-dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. Bogor: PAU
Pangan dan Gizi , IPS.
Spiess, W.E.L and W. Wolf. 1987. Critical evaluation of Methods to Determine Moisture
Sorption Isotherm. Di dalam : Water Activity : Theory and application to Food
(Rockland, R.B., L.R. Beuchet (ed). Marceii-Dekker Inc., New York.
Stee l, R.G.D. dan Torrie, J,H. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekata n
Biometrik. Sumantri B. (Penterjemah). Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 356 pp.
30
Subaryono dan B S.B. Utomo. 2006. Penggunaan Campuran Karaginan dan Konjak Dalam
Pembuatan Permen Jelly. Jurnal Pasca Panen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan,
Vol. I No. I. 8pp.
Sudarmadji, S., Haryono, B. dan Suhardi. 1992. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Suyanti, S.Prabawati dan Setyadjit. 2006. Pedoman Teknis Pengolahan Mangga. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 57 pp.
Syarif, R dan Y. Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Penerbit Arcm1, Bandung.
Utomo, B.S.B., Irianto, H.E., Murdinah, Subaryono, Lestari, D., dan Sinurat, E. 2004. Laporan
Teknis Riset Fikokoloid sebagai Subtitusi Pengganti Gelatin. Bagian Proyek Riset
Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Winarno, F.G dan B.S.L Jennie. 1983. Kerusakan Bahan Pangan. PT. Gramedia. Jakatta.
Winarti, S. 2008. Pemanfaatan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) Dan Kelopak Bunga Rose la
(Hibiscus sabdariffa Linn) Untuk Pembuatan Fruit leather. AGRITECH, Yol.28 No.I. 6pp.
31
',
y
\\
Bahan-bahan untuk pembuatan
permen jelli
32
A~&~
'
Pemotongan Permen Jelli