Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makhluk hidup dapat dijumpai di berbagai tipe ekosistem perairan baik ekosistem yang
selalu mengandung air, maupun ekosistem lahan basah (lahan yang selalu tergenang air
maupun dalam periode tertentu dalam keadaan basah). Air bersih adalah salah satu jenis
sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk
dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya
adalah sanitasi.
Pencemaran dapat mengubah struktur ekosistem dan mengurangi jumlah spesies dalam
suatu komunitas, sehingga keragamannya berkurang. Dengan demikian indeks
diversitas ekosistem yang tercemar selalu lebih kecil dari pada ekosistem alami.
Diversitas di suatu perairan biasanya dinyatakan dalam jumlah spesies yang terdapat di
tempat tersebut. Semakin besar jumlah spesies akan semakin besar pula diversitasnya.
Hubungan antara jumlah spesies dengan jumlah individu dapat dinyatakan dalam
bentuk indeks diversitas. Perubahan kualitas air di sungai menyebabkan perubahan
komposisi komunitas makrozoobentos. Untuk itu diperlukan suatu upaya pemantauan
mengenai status kualitas sungai dengan menggunakan biota air.
Usaha pengendalian kerusakan sungai dan kebijakan pengelolaannya mengharuskan
pemantauan kualitas sungai. Pemantauan ini umumnya dilakukan dengan menggunakan
parameter fisik atau kimia. Akhir-akhir ini pemantauan dengan biota lebih diperhatikan,
mengingat biota lebih tegas dalam mengekspresikan kerusakan sungai, karena biota
terpengaruh langsung dalam jangka panjang, sedang sifat-sifat fisik dan kimia
cenderung menginformasikan keadaan sungai pada waktu pengukuran saja.
Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah tidak alami lagi
karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang tidak tercemar airnya
masih murni dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang berbahaya, sedangkan air sungai
yang telah tercemar oleh detergen misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya,
baik bagi organisme yang hidup di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain

yang tinggal di sekitar sungai tersebut. Polutan adalah zat atau substansi yang
mencemari lingkungan.
Selama hidupnya pula manusia akan membuang kotoran ataupun limbah ke
lingkungan. Limbah tersebut akan kembali ke udara, air, ataupun tanah. Telah menjadi
sifat manusia untuk selalu meningkatkan taraf hidupnya. Maka dengan akal pikirannya
lahir berbagai inovasi agar dapat mempermudah kegiatan mereka. Perkembangan
tersebut semakin meningkatkan limbah yang dibuang oleh manusia, dan dengan
sendirinya

akan

meningkatkan

potensi

terjadinya

penularan

penyakit/wabah

dan/ataupun keracunan.
Pada akhirnya buangan yang bertambah banyak dan seringkali tidak bersifat alamiah,
membuat lingkungan tidak mampu membersihkan akibat racun yang terdapat pada
buangan tersebut. Maka pengelolaan kualitas lingkungan sangat diperlukan agar semua
kegiatan manusia tidak kembali merugikan manusia. Untuk menghindari kerusakan
terhadap ekosistem perairan sebagai akibat dari pencemaran haruslah dilakukan
pemantauan atau monitoring, baik monitoring secara kimia, fisika, maupun biologi.
Pemantauan pencemaran air sebenarnya menyangkut kehidupan di air. Bila air tercemar
maka kehidupan organisme air akan terganggu.
Oleh sebab itu, dilakukannya praktikum toksisitas limbah pada biota air baik bagi ikan
ataupun tanaman. Agar diketahui kualitas air bersih dan kemampuan biota air dalam
menerima air limbah.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Untuk mengetahui perbedaan aklimatisasi dan uji pendahuluan
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas
3. Untuk mengetahui pengaruh toksisitas pada biota air (ikan) dan toksisitas pada
biota air (tanaman)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Air
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71%

permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil) tersedia di bumi. Air yang
bersih sangat penting bagi kehidupan manusia dan alam sekitar. Di banyak tempat di
dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di bumi, sejumlah besar air juga
diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada bulan-bulan
Eropa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air
merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga
wujudnya tersebut (Lina, 2004)..
Air sebagai materi esensial dalam kehidupan tampak dari kebutuhan terhadap air untuk
keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga ternyata berbeda-beda di setiap
tempat, setiap tingkatan kehidupan atau setiap bangsa dan negara. Semakin tinggi taraf
kehidupan seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manusia akan air. Jumlah
penduduk dunia setiap hari bertambah, sehingga mengakibatkan jumlah kebutuhan air.
Berdasarkan

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran


dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk
keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapatdiminum apabila
dimasak.
Bagi manusia kebutuhan akan air sangat mutlak karena sebenarnya zat pembentuk
tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air yang jumlahnya sekitar 73% dari bagian
tubuh. Air di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pengangkut dan pelarut bahanbahan makanan yang penting bagi tubuh. Sehingga untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya manusia berupaya mendapatkan air yang cukup bagi dirinya.
Dalam menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari manusia amat tergantung pada air,
karena air dipergunakan pula untuk mencuci, membersihkan peralatan, mandi, dan lain
sebagainya. Manfaat lain dari air berupa pembangkit tenaga, irigasi, alat transportasi,
dan lain sebagainya yang sejenis dengan ini. Semakin maju tingkat kebudayaan
masyarakat maka penggunaan air makin meningkat.

Kebutuhan air yang paling utama bagi manusia adalah air minum. Menurut ilmu
kesehatan setiap orang memerlukan air minum hidup 2-3 minggu tanpa makan tetapi
hanya dapat bertahan 2-3 hari tanpa air minum.
Air merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan vital bagi mahluk hidup
diantaranya sebagai air minum atau keperluan rumah tangga lainnya. Air yang
digunakan harus bebas dari kuman penyakit dan tidak mengandung bahan beracun.
Sumber air minum yang memenuhi syarat sebagai air baku air minum jumlahnya makin
lama makin berkurang sebagai akibat ulah manusia sendiri baik sengaja maupun tidak
disengaja.
Upaya pemenuhan kebutuhan air oleh manusia dapat mengambil air dari dalam tanah,
air permukaan, atau langsung dari air hujan. Dari ke tiga sumber air tersebut, air tanah
yang paling banyak digunakan karena air tanah memiliki beberapa kelebihan di banding
sumber-sumber lainnya antara lain karena kualitas airnya yang lebih baik serta pengaruh
akibat pencemaran yang relatif kecil.
Akan tetapi air yang dipergunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan, karena
sering ditemui air tersebut mengandung bibit ataupun zat-zat tertentu yang dapat
menimbulkan penyakit yang justru membahayakan kelangsungan hidup manusia.

2.2 Kualitas Air


2.2.1 Standar Kualitas Air
Dengan adanya standard kualitas air, orang dapat mengukur kualitas dari berbagai
macam air. Setiap jenis air dapat diukur konsentrasi kandungan unsur yang tercantum
didalam standar kualitas, dengan demikian dapat diketahui syarat kualitasnya, dengan
kata lain standar kualitas dapat digunakan sebagai tolak ukur. Standar kualitas air bersih
dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan berdasarkan Permenkes RI No.

416/MENKES/PER/IX/1990 yang biasanya dituangkan dalam bentuk pernyataan atau


angka yang menunjukkan persyaratanpersyaratan yang harus dipenuhi agar air tersebut
tidak menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit, gangguan teknis, serta gangguan
dalam segi estetika.
Peraturan ini dibuat dengan maksud bahwa air yang memenuhi syarat kesehatan
mempunyai peranan penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan serta
mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Dengan peraturan ini telah diperoleh
landasan hukum dan landasan teknis dalam hal pengawasan kualitas air bersih.
Demikian pula halnya dengan air yang digunakan sebagai kebutuhan air bersih seharihari, sebaiknya air tersebut tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih, dan
mempunyai suhu yang sesuai dengan standar yang ditetapkan sehingga menimbulkan
rasa nyaman. Jika salah satu dari syarat tersebut tidak terpenuhi maka besar
kemungkinan air itu tidak sehat karena mengandung beberapa zat kimia, mineral,
ataupun zat organis/biologis yang dapat mengubah warna, rasa, bau, dan kejernihan air.
Untuk standar kualitas air secara global dapat digunakan Standar Kualitas Air WHO.
Sebagai organisasi kesehatan internasional, WHO juga mengeluarkan peraturan tentang
syarat-syarat kulaitas air bersih yaitu meliputi kualitas fisik, kimia dan biologi.
Peraturan yang ditetapkan oleh WHO tersebut digunakan sebagai pedoman bagi Negara
anggota. Namun demikian masing-masing negara anggota, dapat pula menetapkan
syarat-syarat kualitas air sesuai dengan kondisi negara tersebut.
Parameter Kualitas Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia haruslah air yang
tidak tercemar atau memenuhi persyaratan, yaitu :
a.
b.
c.
d.

Syarat fisik
Syarat kimia
Syarat biologis
Syarat radioaktif

Namun pada makalah ini yang akan di bahas hanya syarat biologis dan syarat radioaktif
air.

2.3

Syarat Biologis Air

Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air angkasa, air
permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat
dan kondisi yang mempengaruhinya. Penyakit yang ditransmisikan melalui faecal
material dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan metazoa. Oleh karena itu
air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen.
Bakteri golongan Coli (Coliform bakteri) tidak merupakan bakteri patogen, tetapi
bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen (Soemirat,
2000). Menurut Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, bakteri coliform yang
memenuhi syarat untuk air bersih bukan perpipaan adalah < 50 MPN.
Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai berikut:
a. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya: bakteri golongan coli; Salmonella
typhi, Vibrio cholera dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air.
b. Tidak mengandung bakteri non patogen seperti: Actinomycetes, Phytoplankton
coliform, Cladocera dan lain-lain.
Kualitas air yang digunakan masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan agar dapat
terhindar dari berbagai penyakit maupun gangguang kesehatan yang dapat disebabkan
oleh air. Untuk mengetahui kualitas air tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium yang mencakup antara lain pemeriksaan bakteriologi air, meliputi Most
Probable Number (MPN) dan angka kuman. Pemeriksaan MPN dilakukan untuk
pemeriksaan kualitas air minum, air bersih, air badan, air pemandian umum, air kolam
renang dan pemeriksaan angka kuman pada air PDAM.
Khusus untuk air minum, disyaratkan bahwa tidak mengandung bakteri patogen,
misalnya bakteri golongan E. coli, Salmonella typhi, Vibrio cholera. Kuman-kuman ini
mudah tersebar melalui air (Transmitted by water) dan tidak mengandung bakteri nonpatogen, seperti Actinomycetes dan Cladocera.
Seperti kita ketahui jika standar mutu air sudah diatas standar atau sesuai dengan
standar tersebut maka yang terjadi adalah akan menentukan besar kecilnya investasi
dalam pengadaan air bersih tersebut, baik instalasi penjernihan air dan biaya operasi

serta pemeliharaannya. Sehingga semakin jelek kualitas air semakin berat beban
masyarakat untuk membayar harga jual air bersih. Dalam penyediaan air bersih yang
layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat banyak mengutip Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 173/Men.Kes/Per/VII/1977, penyediaan air harus memenuhi
kuantitas dan kualitas, yaitu:
a.
b.
c.
d.

Aman dan higienis.


Baik dan layak minum.
Tersedia dalam jumlah yang cukup.
Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar masyarakat

Adapun Parameter Air Bersih secara Biologi:


a.
b.
c.
d.
e.

Bakteri
Binatang
Tumbuh-tumbuhan
Protista
Virus

Macam-macam sumber air yang dapat di manfaatkan sebagai sumber air minum sebagai
berikut :
a. Air laut
Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam
air laut 3% dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk
diminum.
b. Air Atmosfer
Untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung
air hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu air
hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bakbak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan.
Juga air ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.
c. Air Permukaan
Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan
ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur,
batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri dan lainnya. Air permukaan ada
dua macam yaitu air sungai dan air rawa. Air sungai digunakan sebagai air minum,
seharusnya melalui pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini
pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi. Debit yang tersedia

untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi. Air
rawa kebanyakan berwarna disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang telah
membusuk, yang menyebabkan warna kuning cokelat, sehingga untuk pengambilan
air sebaiknya dilakukan pada kedalaman tertentu di tengah-tengah.
d. Air tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam zone jenuh
dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer.
e. Mata air
Yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah dalam hampir
tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas atau kuantitasnya sama dengan air
dalam. Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok antara
lain: unit sumber baku, unit pengolahan, unit produksi, unit transmisi, unit
distribusi dan unit konsumsi, yaitu:
1. Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih yang
mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil dari air tanah,
air permukaan, air hujan yang jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan.
2. Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhi
kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan fisika, kimia, dan
bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum memenuhi syarat kesehatan
akan berubah menjadi air bersih atau minum yang aman bagi manusia.
3. Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang
menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang layak didistribusikan
ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem pengaliran gravitasi atau
pompanisasi.
4. Unit produksi merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis sumber air
menjadi air bersih.

2.4 Syarat Radioaktif Air


Radioaktivitas yang terdapat dalam suatu air dapat berasal dari kebocoran industriindustri nuklir, pusat-pusat pembangkit tenaga nuklir dan dari sampah-sampah
radioaktif yang dapat bersatu dengan pasir atau lumpur dalam kehidupan biologis atau
terlarut dalam air. Zat radioaktif yang teraplikasi dalam teknologi nuklir yang digunakan
pada berbagai bidang dapat menimbulkan sisa pembuangan.

Dapat saja sisa zat radioaktif tersebut terbawa ke dalam lingkungan air. Pengaruh
radioaktif ini dapat mengakibatkan gangguan pada proses pembelahan sel, rusaknya
kromosom, dan lebih jauh dalam waktu yang lama dapat terjadi kerusakan sistem
reproduksi dan sel tubuh. Untuk mengurangi terjadinya pencemaran air, dapat dilakukan
usaha-usaha pencegahan, antara lain, sebagai berikut:
a. Tidak membuang sampah di sembarang tempat, baik itu di parit maupun di sungai.
b. Tidak membuang limbah sembarangan dengan cara membuat tempat pengolahan
limbah cair; air limbah diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan
sehingga air limbah tersebut tidak berbahaya bagi ekosistem air.
c. Tidak membuang atau menggunakan pupuk pertanian secara berlebihan.

Radioaktivitas
No

Parameter

Satuan

.
1.
2.

Gross Alpha activity


Gross Beta activity

Bq/L
Bq/L

Kadar Maksimum
Gol.A Gol.B Gol.C Gol.
0.1
1.0

0.1
1.0

0.1
1.0

D
0.1
1.0

KETERANGAN:
Golongan A

: air untuk air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu

Golongan B

: air yang dipakai sebagai bahan baku air minum melalui suatu

pengolahan
Golongan C

: air untuk perikanan dan peternakan

Golongan D

: air untuk pertanian dan usaha perkotaan, industri dan PLTA.

Adapun efek serta akibat yang ditimbulkan oleh radiasi zat radioaktif pada umat
manusia seperti berikut di bawah ini :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pusing-pusing
Nafsu makan berkurang atau hilang
Terjadi diare
Badan panas atau demam
Berat badan turun
Kanker darah atau leukemia
Meningkatnya denyut jantung atau nadi

8. Daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang penyakit akibat sel darah
putih yang jumlahnya berkurang.

2.5 Pengertian Air Limbah dan Toksisitas

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai
jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air
buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki
kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,
limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan
konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap
lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan
terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung
pada jenis dan karakteristik limbah.

Toksisitas adalah tingkat merusaknya suatu zat jika dipaparkan terhadap organisme.
Toksisitas dapat mengacu pada dampak terhadap seluruh organisme, seperti hewan,
bakteri, atau tumbuhan, dan efek terhadap substruktur organisme, seperti sel
(sitotoksisitas) atau organ tubuh seperti hati (hepatotoksisitas). Secara metafora, kata ini
bisa dipakai untuk menjelaskan dampak beracun pada kelompok yang lebih besar atau
rumit, seperti keluarga atau masyarakat.

Konsep utama toksikologi adalah bahwa dampaknya bersifat tergantung pada dosis. Air
saja bisa mengakibatkan keracunan air jika dikonsumsi terlalu banyak, sementara zat
yang sangat beracun seperti bisa ular memiliki titik rendah tertentu yang bersifat tidak
beracun. Toksisitas juga tergantung pada spesies, sehingga analisis lintas spesies agak
bermasalah jika dilakukan. Paradigma dan standar baru sedang berusaha melompati
pengujian hewan, tetapi tetap mempertahankan konsep akhir toksisitas.

2.5.1 Jenis toksisitas


Umumnya ada tiga jenis zat beracun, yaitu kimia, biologi, dan fisika:
a.

Zat beracun kimiawi meliputi zat-zat inorganik seperti timah, merkuri, asbestos,
asam hidrofluorat, dan gas klorin, serta zat-zat organik seperti metil alkohol,
sebagian besar obat-obatan, dan racun dari makhluk hidup.

b.

Zat beracun biologis meliputi bakteri dan virus yang dapat menciptakan
penyakit di dalam organisme hidup. Toksisitas biologis sulit diukur karena "batas
dosis"-nya bisa berupa satu organisme tunggal. Secara teori, satu virus, bakteri, atau
cacing dapat bereproduksi dan mengakibatkan infeksi parah. Akan tetapi, di dalam
inang yang memiliki sistem kekebalan tetap, toksisitas yang tertanam di dalam
organisme diseimbangkan oleh kemampuan inang untuk melawan balik; toksisitas
yang efektif adalah gabungan dari kedua belah hubungan tersebut. Keadaan sejenis
juga dapat terjadi pada beberapa jenis agen beracun lainnya.

c.

Zat beracun fisik adalah zat-zat yang karena sifat alamiahnya mampu
mengganggu proses biologis. Misalnya, debu batu bara dan serat asbestos yang
dapat mematikan jika dihirup.

2.6 Biota Air


Biota air merupakan kelompok organisme baik hewan maupun tumbuhan yang sebagian
ataupun seluruh hidupnya berada di perairan. Biota tersebut dapat berupa bentos,
plankton atau nekton. Komponen biotik dapat memberikan gambaran mengenai kondisi

fisika, kimia, dan biologi dari suatu perairan. Salah satu biota yang sering digunakan
sebagai parameter biologi dalam menentukan kondisi suatu perairan adalah hewan
makrobentos. Sebagai organisme yang hidup di perairan, hewan makrobentos sangat
peka terhadap perubahan kualitas air tempat hidupnya sehingga akan berpengaruh
terhadap komposisi dan kelimpahannya. Hal ini tergantung pada toleransinya terhadap
perubahan lingkungan, sehingga organisme ini sering dipakai sebagai indikator tingkat
pencemaran suatu perairan baik yang berasal dari point source pollution maupun diffuse
source pollution.

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
3.1.2

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Biota


Air (Tanaman)

Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Biota Air (Tanaman) dilaksanakan pada tanggal 12
sampai 21 November 2013 pada pukul 15.00-selesai WITA bertempat di Laboratorium
Rekayasa Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.
3.1.3

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Biota


Air (Ikan)

Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Biota Air (Ikan) dilaksanakan pada hari Senin,
tanggal 09 Desember 2013, pukul 16.00-17.00 WITA di Laboratorium Rekayasa
Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman Samarinda.

2 Alat dan Bahan


1 Alat
1
Pengaruh toksisitas pada biota air (Tanaman)
1. Ember
2. Bak penampung sampel yang terbuat dari plastik bening dengan volume 1,5 liter
3. Pipet ukur 10 ml
4. Gelas ukur 100 ml
5. Botol sampel 25 ml
6. pH meter
7. Timbangan digital
8. Jerigen plastik volume 20 liter
9. Botol sampel
10. Plastik
11. Saringan
12. Alat tulis
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Pengaruh toksisitas pada biota air (Ikan)


Aerator
Aquarium
Selang
Timbangan digital
Gelas ukur 500 ml
Gelas ukur 100 ml
Gelas erlenmeyer 100 ml
Pipet
Penggaris
Stopwatch
Baskom
Plastik
Ember
Baterai 3 buah
Alat tulis

2 Bahan
1
Pengaruh toksisitas pada biota air (Tanaman)
1 Limbah cair (Leachate)
2 Aquades
3 Tanaman air (Apu-apu)
4 Tisu

2
1
2
3
4
5

Pengaruh toksisitas pada biota air (Ikan)


Air kolam
Air limbah (Leachate)
Ikan mas hias ukuran 3-5 cm sebanyak 4 ekor
Pakan ikan
Tisu

3 Cara Kerja
1
1
2
3

Pengaruh toksisitas pada biota air (Tanaman)


Dibersihkan tanaman air dari kotoran dan tanah yang menempel pada akar.
Disiapkan air bersih di sebuah ember, dan disiapkan peralatan lainnya.
Ditanam tanaman air di air bersih (air permukaan) selama beberapa hari sebagai uji

pendahuluan dan uji aklimatisasi.


Dipindahkan tanaman air yang sudah diberlakukan aklimatisasi sebelumnya pada
media perlakuan. Sebelumnya, dibersihkan tanaman air dari kotoran yang melekat

terutama pada bagian akarnya.


Ditanam tanaman air pada limbah cair dengan konsentrasi bertingkat yaitu 0%,

25%, 50%, 75%, dan 100% dengan volume 1 liter.


Dilakukan pengamatan dan pengukuran terhadap pertumbuhan dan massa tanaman
air untuk mengetahui toleransinya terhadap limbah cair.

2
1

Pengaruh toksisitas pada biota air (Ikan)


Diberi keterangan masing-masing kan mas hias ukuran 3-5 cm (ikan 1, ikan 2, ikan

3, dan ikan 4).


Diukur dan diamati panjang, berat badan, respirasi, dan ciri-ciri awal masing-

3
4
5
6
7

masing ikan.
Diisi aquarium dengan air kolam sebanyak 90% dari volume sebesar 10000 ml.
Dimasukkan ikan tersebut ke dalam aquarium dan diberi makan.
Dipasang aerator untuk sirkulasi oksigen di aquarium.
Dilakukan masa adaptasi ini pada ikan selama 1 hari.
Ditambahkan air limbah ke dalamm aquarium yang berisi ikan dan air baku yang

sudah melakukan adaptasi dengan volume 10% dari volume sebesar 10000 ml.
Ulangi langkah ke-2 untuk melihat dampak limbah tersebut terhadap ikan-ikan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1

Pengaruh toksisitas pada biota air (Tanaman Apu-apu)


Tabel 4.1.1.1 Berat Tanaman

Pengamatan tanaman keHari ke-

Keteranga
n

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1
3%
13,4
11,5
14,6
15,5
12,7
13,8
14,9
12,5
15,6
15,7
14,5

2
6%
13,9
14,0
14,4
13,2
10,6
8,9
10,9
10,2
11,7
12,9
12,1

3
9%
13,3
12,4
14,1
15,2
11,5
11,0
11,0
10,4
11,6
10,9
10,1

4
12%
13
11,9
6,3
3,9
-

5
15%
13,2
15,7
8,9
11,6
4,6
-

Tabel 4.1.1.2 Kemampuan tanaman dalam adsorbsi

Pengamatan tanaman keHari ke-

Keteranga
n

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1
3%
0
0
0
8
3
3
0,4
0,4
7,5
0,4
0,3

2
6%
0
0
3
6
2
2
0,4
0,5
7,6
0,5
0,3

3
9%
0
0
5
5
3
4
0,3
0,4
7,6
0,2
0,4

4
12%
0
0
4
5
3
3
0,3
-

5
15%
0
0
2
4
2
-

Tabel 4.1.1.3 Tinggi tanaman

Pengamatan tanaman keHari ke-

Keteranga
n

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1
3%
8,3
6,5
7,8
8,7
8,8
9,5
8,9
8,5
8,0
9,1
3,4

2
6%
8,6
8
8,5
8,6
8,6
8,9
7,5
8,7
7,2
9,2
2,7

3
9%
9,1
7
7,8
7,8
8,7
9,1
8,2
9,5
7,5
10
2,8

4
12%
8,5
7,5
6,5
6,9
6,9
-

5
15%
8,7
7
8,2
8,4
8,5
-

Tabel 4.1.1.4 pH

Pengamatan tanaman keHari ke-

Keteranga
n

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1
3%
6,49
6,17
6,13
6,18
6,25
6,14
6,07
6,04
5,96
6,28
6,82

2
6%
6,59
6,34
6,20
6,17
6,25
6,11
6,2
5,95
6,10
6,28
6,29

3
9%
6,56
6,45
6,44
6,38
6,3
6,29
6,36
6,32
6,34
6,37
6,59

4
12%
6,60
6,58
6,60
6,56
6,57
6,57
6,64
-

5
15%
6,67
6,6
6,62
6,67
6,78
6,57
6,82
-

Tabel 4.1.1.5 Jumlah daun

Pengamatan tanaman keHari ke-

Keteranga
n

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1
3%
16
16
16
16
16
16
22
29
31
32
32

2
6%
16
16
16
15
12
11
16
26
29
34
26

3
9%
13
13
12
11
10
10
12
20
34
30
29

4
12%
17
17
12
7
7
-

5
15%
15
15
12
10
8
-

Tabel 4.1.1.6 Volume air yang ditambahkan pada wadah tanaman

Pengamatan tanaman keHari ke-

Keteranga
n

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
4.1.2

1
3%
0
0
40
75
25,5
33
16,8
32
22,4
35,5
-

2
6%
0
0
50
39
22
29
43
14,5
5,4
53,3
-

3
9%
0
0
68,8
0
43,2
38
19,3
25
32
0
-

4
12%
0
0
44,9
41
31,7
-

5
15%
0
0
51,7
54,6
0
-

Pengaruh toksisitas pada biota air (Ikan Mas Hias)


Tabel 4.1.2.1 Ciri-ciri ikan
Hari ke0

1
11 cm

Pengamatan Ikan Ke2


3
10,5 cm
10,2 cm

4
10,3 cm

Keterangan
Ikan 1 : Ada

bercak hitam di
punggungnya
dan warna agak
bening.
Ikan 2 : Warna
oranye di bagian
ekor dan warna
bening di bagian
badan sampai
kepala.
Ikan 3 : Bagian
tengah badan
ikan berwarna
bening dan
bagian ekor
serta punggung
berwarna oranye
(loreng-loreng).
Ikan 4 : Di
bagian tengah
badan ada sedik
warna bening
dan bagian
lainnya oranye
pekat. Masingmasing ikan
memiliki insang
1

10,8 cm

10,6 cm

10,1 cm

10 cm

berwarna merah.
Masing-masing
ikan aktif, dan
setelah diberi
lindi masingmasing ikan

mabuk dan
setelah 30 menit
kemudian ikan
mati.
2
3

4.1.2.2 Tabel Respirasi


Pengamatan Ikan KeHari ke-

Keteranga
n

1
115

2
132

3
98

4
99

Pada

hari

uji
aklimatisasi
masingmasing ikan
masih aktif
dan
respirasi
1

106

101

99

102

normal.
Ikan masih
aktif

dan

setelah
diberi lindi
ikan mabuk
dan
kemudian
mati.
2
3

4
6,3 gram

Keterangan
Berat badan

Tabel 4.1.2.3 Berat badan


Hari ke0

1
10,4 gram

Pengamatan Ikan Ke2


3
9,9 gram
6,9 gram

minimum
yaitu ikan 4
sebesar

6,3

gram

dan

berat
maksimum
yaitu ikan 1
sebesar 10,4
1

18,6 gram

17,5 gram

13,5 gram

12,2 gram

gram.
Setelah

uji

aklimatisasi
ikan

diberi

makan, berat
badan
masingmasing ikan
meningkat
drastis.
Berat
minimumad
a di ikan 4
sebesar 12,2
gram

dan

berat
maksimum
ada di ikan 1
sebesar 18,6
gram.
2
3

4.2 Grafik
4.2.1

Grafik Pertumbuhan Tanaman Apu-apu


Grafik
Berat Tanaman
80
60
40
20
0
Hari ke- 0

10

Pengamatan tanaman ke-

Grafik 4.2.1.1 Berat Tanaman

Kemampuan tanaman dalam adsorbsi


30
25
20
15
10
5
0
Hari ke- 0

10

Pengamatan tanaman ke-

Grafik 4.2.1.2 Kemampuan tanaman dalam mengabsorbsi air limbah

Tinggi Tanaman
50
40
30
20
10
0
Hari ke- 0

10

10

Pengamatan tanaman ke-

Grafik 4.2.1.3 Tinggi Tanaman

pH
8
6
4
2
0
Hari ke- 0

Pengamatan tanaman ke-

Grafik 4.2.1.4 pH

Jumlah Daun
120
100
80
60
40
20
0
Hari ke- 0

10

Pengamatan tanaman ke-

Grafik 4.2.1.5 Jumlah Daun

Volume air yang ditambahkan pada wadah tanaman


80
60
40
20
0
Hari ke- 0

10

Pengamatan tanaman ke-

Grafik 4.2.1.6 Volume air yang ditambahkan pada wadah tanaman

4.2.2

Pengaruh toksisitas pada biota air (Ikan Mas Hias)

Grafik Respirasi
140
120
100
80
60
40
20
0
0.5

1.5

2.5

3.5

4.5

5.5

Pengamatan Ikan Ke-

Grafik 4.2.2.1 Grafik Respirasi


Grafik Berat Badan Ikan
4.5
4

3.5
3

Pengamatan Ikan Ke-

2.5
2

1.5
1

0.5
0
0
0
0
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5

Grafik 4.2.2.2 Grafik Berat Badan Ikan


4.3 Pembahasan
Penurunan populasi biota air membawa kerugian yang sangat besar. Kerugian secara
langsung adalah berkurangnya sumber mata pencaharian bagi sebagian besar orang
sedangkan kerugian secara tidak langsung adalah keseimbangan ekosistem menjadi
terganggu. Beberapa polutan berbahaya bagi biota air adalah nutrien tumbuhan, limbah
yang membutuhkan oksigen, minyak, sedimen dan panas.

Pengamatan pada tanaman apu-apu dilakukan 10 hari berturut-turut untuk menguji


apakah tanaman air tersebut dapat tumbuh dengan baik pada air limbah (Leachate).
Pada hari pertama tanaman diaklimatisasi gunannya untuk membersihkan akar tanaman
air oleh tanah yang menempel agar dalam proses penyerapan air limbah mendapatkan
hasil yang maksimal, lalu wadah yang telah diberi perlakuan dengan konsentrasi limbah
yang berbeda-beda diamati pada konsentarasi 3%, konsentrasi 6%, konsentrasi 9%,
konsentrasi 12%, dan pada konsentrasi 15%.
Kondisi pH secara keseluruhan tanaman mendekati netral. Pada penyerapan air limbah
itu sendiri berdasarkan grafik yang terlihat maka berbanding lurus dengan tingkat
pengenceran jadi, otomatis banyaknya pengenceran menggunakan akuades sangatlah
dipengaruhi oleh seberapa banyak kangkung tersebut menyerap air.
Pertumbuhan tanaman setiap harinya sangat signifikan terlihat hanya tanaman pada
konsentrasi 12% dan 15% limbah yang mati. Hal ini membuktikan bahwa tanaman air
apu-apu dapat tumbuh pada air limbah.
Pada praktikum ini menggunakan biota air yaitu ikan mas hias yang nantinya akan
diamati berat badan, panjang badan, dan respirasinya. Ikan dimasukkan dalam
aquarium yang telah diberi perlakuan 9 liter air kolam teknik dan 1 liter limbah
leachate diberi aerator lalu ikan diberi pakan.
Berdasarkan pengamatan ikan di hari pertama ikan diberi masa adaptasi lalu diberi
limbah. Berdasarkan grafik pertumbuhan ikan pada air limbah terlalu mempengaruhi
karena ikan tidak dapat menyesuaikan terhadap kondisi limbah.
Lindi (Leachate) adalah cairan yang timbul sebagai limbah akibat masuknya air
eksternal ke dalam timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi terlarut,
termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Kuantitas dan kualitas
leachate sangat bervariasi dan berfluktuasi.
Salah satu dampak yang ditimbulkan leachate adalah terjadinya pencemaran air tanah
karena leachate. Sebagaimana kita ketahui, pencemaran air tanah adalah berubahnya
tatanan air di bawah permukaan tanah oleh kegiatan manusia atau proses alam yang

mengakibatkan mutu air tanah turun sampai ke tingkat tertentu sehingga tidak lagi
sesuai dengan peruntukkannya. Pencemaran air tanah pada saat ini sudah sedemikian
kronis, terutama karena kegiatan industri dan peningkatan jumlah penduduk dan
urbanisasi ke beberapa kota besar.
Menurunnya kualitas air tanah dapat karena kontaminasi yang bersumber dari
pembuangan atau penimbunan sampah padat, pembuangan air kotor maupun karena
aktivitas pertanian. Jika sampah dibuang atau ditimbun pada suatu tempat dengan
menggunakan cara pembuangan atau penimbunan yang keliru maka kontaminasi atau
pengotoran air tanah dapat tejadi.
Suatu timbunan sampah padat tidak hanya disusun oleh komponen komponen padat
saja, tetapi terkandung pula cairan sampah yang disebut lindian (leachate). Lindian ini
mengandung unsur-unsur kimia, baik zat organik maupun anorganik dan sejumlah
bakteri patogen atau parasitik, sehingga bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan
manusia. Pada daerah dengan curah hujan tinggi, lindian menjadi lebih mudah terbentuk
dan jumlahnya akan menjadi banyak. Kontaminasi atau pengotoran air tanah akan
terjadi bila lindian masuk dalam air tanah.
Dari studi menggunakan hewan atau pengamatan keracunan pada manusia disimpulkan
bahwa sifat keberbahayaan, dan insiden timbulnya efek toksik dipengaruhi oleh banyak
faktor baik eksogen maupun endogen. Beberapa faktor yang berpengaruh tersebut
antara lain:
a. Spesies dan Strain
Perbedaan kepekaan antar spesies atau strain terhadap efek toksik suatu zat
mungkin

dipengaruhi

oleh

perbedaan

kecepatan

absorbsi,

metabolisme

(detoksifikasi), dan eksresi terhadap zat tersebut. Dalam beberapa kasus, nilai LD 50
dari studi pada hewan jika ditransformasikan terhadap manusia, nilainya dapat
underestimate atau overestimate. Sebagai contoh nilai LD50 dari etilenglikol pada
beberapa hewan uji berkisar 4,7-7,5 g/kg dan untuk metanol 5,63-7,7 g/kg. Ternyata
zat tersebut relatif lebih potensial toksik terhadap manusia dengan nilai LD 50 sekitar
0,5-1,0 g/kg.
b. Umur

Umur secara signifikan berpengaruh terhadap toksisitas dari beberapa zat,


kemungkinan besar karena adanya perbedaan kapasitas metabolism dan eksresi
terhadap zat tersebut.dari analisa data yang ada, nilai LD 50 mamalia dewasa ( LD50
mamalia dewasa dibagi LD50 neonatal) bervariasi nilainya dari 0,02 (amidephrine)
c.

sampai 75 (digoksin).
Status Gizi
Status gizi atau makanan mungkin mempengaruhi kofaktor (enzim) dan mekanisme
biotransformasi yang berkaitan dengan ADME dan toksisitas suatu zat sebagai
contoh kondisi diet dengan jelas berpengaruh pada timbulnya tumor pada hewan.
Studi efek neurobehavioural dari akrilamid pada pada tikus selama kehamilan
intensitas toksik yang lebih besar terjadi pada tikus yang mengalami defisiensi
protein. Hal ini terjadi karena difisiensi protein menyebabkan berkurangnya
reseptor dopamine dan benzodiazepine secara signifikan padahal, reseptor tersebut
merupakan tempat ikatan dari akrilamid.
Makanan juga berpengaruh pada nilai dan desain uji toksisitas akut. Toksisitas
suatu zat akan lebih besar pada hewan yang dipuasakan. Hal ini mungkin terjadi
karena pada hewan yang dipuasakan terjadi percepatan pengosongan lambung,
sehingga absorpsi obat dan zat kebanyakan terjadi di intestinal, antara lain

disebabkan luas penampangnya yang jauh lebih besar dibandingkan lambung.


d. Jalur Pemberian
Jalur pemberian suatu zat dapat berpengaruh terhadap nilai LD 50. Hal ini
dikarenakan jalur pemberian secara intra vena nilai LD50 dari suatu zat lebih rendah
e.

dibandingkan dengan nilai LD50 dari suatu zat yang diberikan secara oral.
Lain-lain
Masih banyak faktor lain yang berpengaruh pada toksisitas suatu zat, seperti
kondisi kandang, penanganan, volume dosis, variasi besar dosis yang dipilih, dan
kondisi aklimatisasi. Faktor-faktor di ataslah yang mungkin menghasilkan
perbedaan nilai hasil uji, misalnya LD50 antar laboratorium.

Faktor kesalahan selama praktikum pada uji pengaruh toksisitas limbah pada biota air
(tanaman) adalah: pertama, pada saat tanaman ditiriskan menggunakan saringan dalam
waktu yang sebentar dapat menimbulkan hasil pengukuran yang tidak akurat karena
tanaman masih basah/tidak benar-benar kering. Kedua, kesalahan dalam pembacaan
pengukuran tinggi dan jumlah daun tanaman karena praktikan kurang teliti. Ketiga,

Pada saat pengenceran dilakukan hanya sampai pada garis yang telah ditentukan,
seharusnya air diperlakuan atau ditaruh pada gelas ukur 1000 ml agar data yang dapat
yang didapatkan lebih akurat atau maksimal. Keempat, Pengamatan pertumbuhan
tanaman juga dipengaruhi oleh daun yang jatuh pada wadah limbahnya. Pada akhirnya
data yang didapat juga tidak maksimal. Kelima, Pada saat pembuatan rumah kaca tidak
maksimal dikarenakan keterbatasan alat, dan persiapan yang tidak matang maka pada
saat pengamatan hasil yang didapatkan juga tidak maksimal.
Faktor kesalahan selama praktikum pada uji pengaruh toksisitas limbah pada biota air
(ikan) adalah: pertama, pada saat penimbangan berat badan ikan juga harus teliti agar
ikan tidak terbanting, hal ini juga mempengaruhi hasil yang didapatkan dalam
praktikum. Kedua, agar mudah membedakan ikan secara fisik harus diberikan perlakuan
khusus contohnya satu wadah khusus untuk satu ikan pada saat perhitungan respirasi
agar memudahkan kita membedakan ikan yang akan diamati. Ketiga, Pengambilan
sampel air kolam harus bersih dari ranting-ranting yang ada dalam didasar permukaan
air, hal ini juga dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Keempat, wadah yang
disiapkan harus lebih besar agar ikan tidak loncat atau pada atas aquarium diberi
penutup agar ikan tidak dapat keluar, hal ini dapat mempengaruhi hasil yang didapat.
Kelima, praktikan kurang memahami cara kerja pada saat praktikum sehingga tidak
sesuai dengan cara kerja yang seharusnya.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Aklimatisasi adalah proses pengadaptasian organisme dari suatu keadaan
lingkungan (asalnya) ke suatu keadaan lingkungan baru yang kondisi fisik dan

kimianya berbeda dengan lingkungan asalnya, atau suatu istilah yang digunakan
untuk menggambarkan respon kompensasi dari suatu organisme terhadap
perubahan beberapa faktor lingkungan. Aklimatisasi ini bertujuan agar organisme
yang dipindahkan ke lingkungan baru yang dimaksud dapat mengadaptasikan
dirinya.

Uji

pendahuluan

dilakukan

untuk

mengetahui

batas

toleransi

tumbuhan/ikan terhadap konsentrasi limbah cair tertentu agar dapat hidup dengan
baik.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas yaitu faktor eksogen dan faktor
endogen.
3. Lindian (leachate) mengandung unsur-unsur kimia, baik zat organik maupun
anorganik dan sejumlah bakteri patogen atau parasitik, sehingga bersifat racun dan
berbahaya bagi kesehatan makhluk hidup, termasuk manusia.

5.2 Saran
1. Untuk praktikum selanjutnya diharapkan menggunakan limbah cair yang lain.
Contohnya limbah tekstil, limbah laundry, dan limbah tahu.
2. Untuk praktikum selanjutnya agar dapat menggunakan jenis tanaman air yang
berbeda. Contohnya teratai.
3. Untuk praktikum selanjutnya agar dapat menggunakan jenis ikan yang berbeda.
Contohnya ikan gabus dan ikan seluang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius: Yogyakarta


2. Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi. Universitas Muhammadiyah: Malang
3. Warlina, Lina. 2004. Pencemaran Air : Sumber Dampak dan Penanggulangannya.
Institut Pertanian Bogo: Bogor

Anda mungkin juga menyukai