PENDAHULUAN
Dalam rangka memenuhi persyaratan kualitas air, maka perlu dilaksanakan kegiatan
pemeriksaan
kualitas
air
yang
diselenggarakan
secara
terus
menerus
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu jenis air permukaan yang banyak ditemui dan dimanfaatkan adalah sungai.
Sungai merupakan tempat mengalirnya air tawar. Air yang mengalir lewat sungai bisa
berasal dari air hujan, bisa berasal dari mata air atau bisa juga berasal dari es yang
mengalir (Gletser). Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam
yaitu: sungai hujan, sungai gletser dan sungai campuran.
a. Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air.
Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
b. Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh sungai
yang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja boleh dikatakan tidak
ada, namun pada bagian hulu sungai Gangga di India (yang berhulu di Pegunungan
Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman (yang berhulu di Pegunungan Alpen)
dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai ini.
c. Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es (gletser), dari
hujan, dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Digul dan
sungai Mamberamo di Papua (Irian Jaya).
(Anonim, 2011)
Berdasarkan debit airnya (volume airnya), sungai dibedakan menjadi 4 macam yaitu
sungai permanen, sungai periodik, sungai episodik, dan sungai ephemeral.
a. Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap.
Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di
Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
b. Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak,
sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak
terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa
Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai
Brantas di Jawa Timur.
c. Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada
musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau
Sumba.
d. Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan.
Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja
pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
(Suyono, 1984)
Berdasarkan struktur geologinya sungai dibedakan menjadi dua yaitu sungai anteseden
dan sungai sungai superposed.
a. Sungai Anteseden, adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran airnya
walaupun ada struktur geologi (batuan) yang melintang. Hal ini terjadi karena
kekuatan arusnya, sehingga mampu menembus batuan yang merintanginya.
b. Sungai Superposed, adalah sungai yang melintang, struktur dan prosesnya
dibimbing oleh lapisan batuan yang menutupinya.
(Asdak, C. 2002)
yang berlaku. Masing-masing kelas air mempunyai criteria atau tolok ukur mutu air
yang berbeda yang menunjukkan bahwa air dinilai masih layak untuk dimanfaatkan
bagi peruntukkan sesuai kelasnya. Air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan
kondisi lingkungan hidup menjadi buruk sehingga akan mempengaruhi kondisi
kesehatan dan keselamatan manusia serta kehidupan makhluk hidup lainnya, hal ini
dikarenakan air sebagai komponen lingkungan hidup akan memepengaruhi dan
dipengaruhi oleh komponen lainnya.
Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, sumber air diklasifikasikan ke dalam 4 (empat)
kelas mutu air, yaitu:
a. Kelas Satu, yaitu air yang dapat digunakan untuk air minum, dan atau
diperuntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
b. Kelas Dua, yaitu air yang dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau
diperuntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
c. Kelas Tiga, air yang dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau diperuntukkan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas Empat, air yang dapat digunakan untuk mengairi tanaman, dan atau
diperuntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
menggunakan peralatan yang dapat mengambil air pada waktu-waktu tertentu dan
sekaligus dapat mengukur debit air. Pengambilan sampel secara otomatis hanya
dilakukan jika ingin mengetahui gambaran tentang karakteristik kualitas air secara
terus-menerus.
3. Sampel gabungan tempat (Integrated Sample)
Yaitu sampel gabungan yang diambil secara terpisah dari beberapa tempat, dengan
volume yang sama.
(Effendi, 2003)
Prosedur Sampling
Secara garis besar prosedur sampling terdiri dari :
Perencanaan sampling, persiapan sampling dan pelaksanaaan sampling termasuk
jaminan mutu dan pengendalian mutu sampling. Prosedur sampling harus dituangkan
secara tertulis (Protokol Sampling) meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
II.
Pengambilan
Pelabelan
Pengawetan
Transpor
Penyimpanan
Dokumentasi
Perencanaan Sampling
Beberapa hal yang perlu dalam perencanaan sampling adalah :
III.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
kontaminasi
Membuat bahan pengawet yang diperlukan
Menyiapkan label yang dibutuhkan
Mencuci alat pengambil contoh
Menyiapkan dokumentasi dan alat tulis yang diperlukan
Menyiapkan Formular Rekaman Lapangan
Menyiapkan Air Suling/Blangko
Menyiapkan dan mengkalibrasi alat pengukur parameter lapangan
yang sesuai.
e. Melakukan dan memberi bahan pengawet yang sesuai ke dalam contoh yang sudah
f.
g.
h.
i.
diambil.
Memberi label pada wadah contoh
Mengamankan contoh serta wadahnya misalnya disegel dengan benar.
Mengukur parameter lapangan.
Mencatat kondisi lapangan.
(Susrianti, 2011)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 23 November 2013 pukul 09.00
11.00 WITA, bertempat di Sungai Karang Mumus, Kelurahan Gunung Lingai,
Kecamatan Samarinda Utara.
3.2
3.2.1 Alat
1. pH meter
2. Botol air mineral untuk mengambil sampel
3. Conductivity Meter
4. Ember
5. Meteran (30 meter)
6. Tongkat pipa 3 meter
7. Botol air mineral
8. Kamera
9. Alat tulis
10. Stopwatch
11. Baterai AAA 3 buah
12. Bola
13. Pelampung
14. Penggaris
3.2.2 Bahan
1. Sampel Air
2. Akuades
3. Tissue
3.3.4
3.3.6
1.
2.
3.
4.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
No
Waktu (s)
Kecepatan
20,73
23,06
24,02
24,49
25,56
21,51
21,30
17,46
17,09
22,24
(m/s)
0,48
0,43
0,42
0,41
0,39
0,46
0,47
0,57
0,59
0,45
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
No
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Waktu (s)
Kecepatan
16,92
19,32
19,45
22,17
16,68
20,07
26,10
35,07
24,77
22,11
(m/s)
0,59
0,52
0,51
0,45
0,59
0,49
0,38
0,29
0,40
0,45
Titi
Kedalaman
Titik
Kedalaman
k
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
(m)
1,03
1,68
2,89
2,40
2,38
2,37
2
1,98
1,97
1,7
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
(m)
1,55
1,8
1,89
1,94
1,9
1,43
2
1,83
1,38
0,83
11
1,8
22
0,57
pH
6,99
Suhu
27 o C
Konduktivitas
1
4.2 Perhitungan
4.2.1
v=
v 1+ v 2+ v 3+ v 4+ + vn
n
v=
v 1+ v 2+ v 3+ v 4+ v 5+v 6+ v 7+ v 8+ v 9+ v 10+v 11+ v 12+ v 13+ v 14 +v 15+ v 16+ v 17+ v 18+v 19+
20
0,47
4.2.2
A=
m
s
[(
(l 1 xk 1)
(l1+l 2) xk 2
( l 2+ l3 ) xk 3
( l 3+l 4 ) xk 4
( l 4 +l5 ) xk 5
( l 5+l 6 ) xk 6
( l 6+
+
+
+
+
+
+
2
2
2
2
2
2
)(
l = jarak antarsegmen
k = kedalaman
)(
)(
)(
)(
)(
A=
[(
( 2m x 1,68)
(3 m x 2,89)
(4 m x 2,4) (5 m x 2,38 m) (
1 m x 1,03 m m2 uran s
7
+
+
+
+
+ 2 ) +
2
2
2
2
2
)(
)(
)(
)(
= 200,27m2
4.2.3
Q = Ax V
= 200,27m2 x 0,47 m/s = 94,17 m3/s.
4.3 Gambar Profil Kedalaman Sungai
10
15
20
25
0
0.5
1
kEDALAMAN 1.5
2
Linear ()
2.5
3
3.5
GRAFIK KEDALAMAN SUNGAI
4.5 Pembahasan
Pada praktikum Sampling Air Permukaan di Sungai Karang Mumus, Sungai Karang
Mumus memiliki dasar sungai berupa lumpur. Sungai Karangmumus mengalir
sepanjang tahun dan bermuara ke Sungai Mahakam. Kondisi air sungai tersebut secara
fisik berwarna kecoklatan, keruh, berbau tidak sedap, dan sedikit berbuih. Sungai yang
memiliki kedalaman 2 m dan memiliki arus yang cukup deras sehingga pada saat
praktikum menyebabkan praktikan kesulitan melaksanakan praktikum secara optimal.
Praktikum Sampling Air Permukaan yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 November
2013 pada jam 09.00 11.30 WITA. Pada awal praktikum dilaksanakan dengan cuaca
yang cerah sehingga praktikum berjalan dengan lancar. Pada pertengahan praktikum
kondisi cuaca berubah mendung disertai hujan rintik sehingga pelaksanaan praktikum
berjalan dengan tidak maksimal dan terdapat beberapa tahapan praktikum yang tidak
dilaksanakan, seperti pengukuran kekeruhan air, kecepatan angin, pengambilan plankton
dan benthos.
Warna air Sungai Karang Mumus yang keruh, dikarenakan zat padat tersuspensi, yang
bersifat organik dan anorganik. Zat organik berasal dari pelapukan tanaman dan juga
hewan dan zat anorganik berasal dari pelapukan batuan dan logam. Air Sungai Karang
Mumus yang berbau kurang sedap mengandung bahan organik yang mengalami
penguraian oleh mikroorganisme air. Jadi, karena adanya bakteri di air menyebabkan air
berbau kurang sedap.
Terdapat beberapa penyebab air sungai menjadi berbuih yaitu:
a. Tingginya kadar organik terlarut dalam air.
b. Terjadi peningkatan kadar gas CO2 dan banyak plankton yang mati. Selain air yang
berbusa, kondisi ini biasanya juga menyebabkan air sungai menjadi keruh dan pekat.
Pada pengukuran debit Sungai Karang Mumus, pertama dicari luas penampang sungai
dan kecepatan aliran dari sungai. Luas penampang sungai ini tidak dapat diukur secara
tepat karena kontur sungainya yang tidak beraturan. Luas penampang sungai hanya
dapat diukur dengan menggunakan cara mengukur lebar sungai dan kedalaman pada
beberapa titik penampang melintang basah sungai dan membagi dalam beberapa
segmen hingga memenuhi bentuk dasar yang sederhana untuk mempermudah
perhitungan. Luas penampang diukur dengan menggunakan meteran dan pipa ukur,
sedangkan
digunakan dalam pengambil jenis sampel ini adalah sampel sesaat (Grab Sample).
Sampel sesaat mewakili keadaan air pada suatu saat dari suatu tempat. Suatu sumber air
mempunyai karakteristik yang tidak banyak berubah di dalam suatu periode atau di
dalam batas jarak waktu tertentu maka sampel sesaat tersebut cukup mewakili keadaan
waktu dan tempat tersebut. Pemeriksaan parameter tertentu memerlukan metode sesaat
seperti pengukuran pH, suhu, kekeruhan dan kadar padatan terlarut.
Hasil dari praktikum Sampling Air Permukaan yang didapat bahwa profil penampang
sungai diketahui lebar penampang kering sungai 44 meter, lebar penampang basah
sungai 22 meter, kecepatan arus sungai 0,47 m/s, luas penampang sungai 38,51 m 2 dan
debit air 18,09 m3/s. Kualitas air Sungai Karang Mumus di Kelurahan Gunung Lingai
dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 nilai pH air sungai 6,99
yang berarti nilai tersebut masih berada di kisaran baku mutu yang telah ditetapkan,
sedangkan suhu didapat 27oC dan Conductivity 1.
Terjadi beberapa kendala pada saat praktikum Sampling Air Permukaan, yaitu:
a. Praktikan kesulitan dalam pengukurang kedalaman air, dikarenakan dasar sungainya
lumpur.
b. Terjadi hujan pada saat melakukan praktikum sehingga menghambat praktikan
kesulitan dalam pengukuran yang menyebabkan pengukuran tidak berjalan dengan
maksimal.
c. Kurangnya peralatan praktikum sehingga pengukuran tidak dapat dilakasanakan
secara keseluruhan dan maksimal seperti tidak adanya alat untuk mengukur
kecepatan arus sungai, pengambilan sampel plankton dan benthos menggunakan
Plankton Net, pengukuran kekeruhan air menggunakan Turbidity Meter dan
pengukuran kecepatan angin menggunakan Anemometer.
d. Arus air sungai yang deras mempersulit pada saat pengukuran kedalaman.
e. Kurangnya praktikan yang mahir dalam berenang, sehingga hanya beberapa orang
yang langsung masuk ke dalam sungai untuk menghitung lebar dan kedalaman
sungai.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Alat-alat untuk mengukur parameter-parameter air seperti pH meter untuk
mengukur pH air, conductivity meter untuk mengukur TDS dan suhu, turbidity
meter untuk mengukur kekeruhan pada air, depth meter untuk mengukur kedalaman
air, dan plankton net untuk melihat plankton yang ada didalam air.
2. Faktor yang perlu diperhatikan ialah kesterilan alat dan bahan yang digunakan, karena
sangat penting pada saat pelaksanaannya, gunanya untuk menghindari akan terjadinya
kontaminasi air sampel dengan mikroba lainnya.
3. Kualitas air Sungai Karang Mumus di Kelurahan Gunung Lingai dibandingkan
dengan Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 nilai pH air sungai 6,99 yang berarti
nilai tersebut masih berada di kisaran baku mutu yang telah ditetapkan, sedangkan
suhu didapat 27oC dan Conductivity 1.
5.2 Saran
1. Sebaiknya peralatan di laboratoriom lingkungan lebih dilengkapi lagi agar praktikan
dapat maksimal dalam melakukan pengukuran parameter-parameter air.
2. Sebaiknya, praktikum tidak hanya dilakukan Sungai Karang Mumus, tetapi juga di
hilir Sungai Mahakam, sehingga kita bisa mengetahui kelayakan air yang sering
digunakan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA