Anda di halaman 1dari 4

Berdusta di kala puasa

* +,  * ) - %
 &    
  
     
          ! " # $ %
 &  '  ( )

"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan (tetap) mengamalkannya, maka
tidaklah Allah  butuh atas dia meninggalkan makanan dan minumannya (puasanya)"
(Riwayat Bukhari, dari Abu Hurairah )
DUSTA MENGGUGURKAN PAHALA PUASA
Puasa yang disyari'atkan Allah  bukan hanya sebatas meninggalkan makan dan minum saja,
serta tidak menunaikan syahwat. Puasa adalah meninggalkan seluruh anggota badannya dari
dosa, mempuasakan lisannya dari perkataan dusta, kotor dan keji, mempuasakan perutnya
dari makan dan minum, serta mempuasakan kemaluannya. Jika berbicara, orang yang
berpuasa akan berbicara dengan perkataan yang tidak merusak puasanya, sehinga jadilah
perkataannya amal yang shalih.
Hadits diatas telah jelas sekali bahwa dusta bisa menghapus pahala puasa, tetapi betapa
banyak kaum muslimin yang melalaikan hal ini.
Imam Ash Shan'ani berkata; "maksud sabdanya


  
     
   (Allah  tidak

butuh) adalah sebagai penjelasan tentang besarnya dosa yang disebutkan itu. (Yaitu dusta)
dan maksudnya bahwa puasanya sama dengan tidak berpuasa,bukan dengan pengertian
mafhum mukhalafah dalam hadits ini (maksudnya tidak boleh diambil pengertian bahwa
Allah butuh sesuatu dari orang yang tidak dusta), karena sesungguhnya Allah tidak
membutuhkan sesuatu dan kepada siapapun. Allah M aha Kaya dalam segala hal. Demikian
disebutkan oleh Ibnu Bathal. Ada yang mengatakan; bahwa itu hanyalah kinayah yang
menunjukan tidak diterimanya puasanya. Sebagaimana perkataan orang yang marah yang
menolak sesuatu (dengan ucapan) "Saya tidak butuh hal itu". Ada yang mengatakan; bahwa
maknanya ialah pahala puasanya tidak pantas ditimbang, yang menyebabkan ia harus masuk
neraka karenanya" (Subulus Salam)
MAKNA DUSTA
Imam Nawawi berkata; "Ketahuilah sesungguhnya menurut madzhab Ah lus sunnah bahwa
dusta itu adalah; "mengkhabarkan tentang sesuatu yang menyalahi keadaannya. Sama saja
engkau lakukan dengan sengaja atau karena kebodohanmu (tidak sengaja). Akan tetapi tidak
berdosa kalau karena kebodohan dan bersosa kalau dilakukan dengan sengaja" (Al Adzkar:
326)
Al Hafidz Ibnu Hajar berkata; "Bahwa dusta itu adalah mengkhabarkan sesuatu yang
menyalahi keadaanya /kenyataannya" (Fathul Bari' 1/211)
JAUHI DUSTA WALAU BERCANDA
Saat ini banyak kaum muslimin yang meremehkan masalah dusta ini. Padahal hal ini bisa
membuat puasa kita sia-sia Seolah dusta sudah dianggap sebagai suatu hal yang lumrah.
Bahkan dalam sebuah obrolan dusta seringkali dianggap sebagai bumbu wajib. Sehingga kita
sering bercanda dengan perkataan-perkataan dusta. Rasulullah  bersabda:
"Celakalah bagi orang yang berbicara, lalu berdusta untuk membuat orang lain tertawa
(dengan cerita bohongnya), Celaka baginya, celaka baginya" (Shahihul Jami' 7013)
1 | P a ge

Demikianlah Rasulullah  memberi peringatan yang amat keras bagi orang yang sengaja
berdusta, dengan lelucon-lelucon bohong walaupu hanya bercanda
KEDUSTAAN YANG PALING DUSTA
Rasululah  telah bersabda:

+ 8 '  )  7  3
 + *   ,   +  . /0 1
* + 2  &   3+4  ' 5   ( ) 0

"Sesungguhnya sebesar-besar dusta adalah mengaku (berbapak) kepada yang bukan


bapaknya, atau menceritakan mimpi yang tidak ia lihat" (Riwayat Bukhari dari Watsilah
bin Al Asqa' )

Demikanlah dari hadits diatas telah je las , namun kedua hal ini saat ini banyak dilakukan
oleh kaum muslimin. Seseorang yang menceritakan pada seseorang bahwa ia telah berminpi
melihat sesuatu, padahal itidak. Kemudian dalam hal adopsi anak. Karena dalam adopsi anak
biasanya seseorang merubah nasab anak yang diadopsi tersebut, dan menisbatkan sebagai
anak kita. Hal ini adalah terlarang, karena telah memalsukan nasab.. Dan ini termasuk
sebesar-besar dusta sebagaimana disebutkan dalam hadits diatas. Yaitu mengaku berbapak
kepada yang bukan bapaknya.
BERDUSTA ATAS NAMA ALLAH 
Allah  telah berfirman:

E # 9  :&;     0 '<   +  =  >


 7 ?
 * @A B   / 3+C  ( ) '* D  (  
F
   5

" Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap
Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan?" Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang zalim. "(Al An'am : 144)
Dalam ayat diat as telah sangat jelas bahwa berdusta atas nama Allah  merupakan suatu
kedzaliman yang terbesar. Diantara bentuk berdusta atas nama Allah  adalah menafsirkan
ayat-ayat Allah tanpa ilmu hanya dengan akal dan perasaan semata.
Abu Bakar Ash Shidiq  berkata; "Bumi manakah yang dapat kupijak, dan langit manakah
yang dapat menaungiku bila aku berbicara tentang kitabullah tanpa ilmu"" (Majmu' Fatawa
13/371)

Salah satu pemuka tabi'in M asruq berkata; "Hati-hatilah kalian menafsirkan Al Qur'an, karena
itu merupakan periwayatan tentang Allah" (Majmu' Fatawa 13/374)
M aka hendaknya kita berhati-hati dalam menafsirkan ayat-ayat Allah . Karena jika kita
menafsirkan Al Qur'an hanya engan akal kita semata maka itu merupakan suatu bentuk
kedustaan yang basar. Apalagi jika hal itu kita lakukan pada saat puasa. Terkadang banyak
para penceramah dan khatib yang lalai akan hal ini, mereka dengan beraninya menafsirkan
ayat-ayat Allah hanya berdasar akal dan logika semata, dan mereka juga berani berfatwa
tanpa ilmu, dengan mengatakan bahwa bahwa ini halal dan itu haram, ini boleh dan itu tidak
boleh hanya dengan persangkaan belaka. Allah  berfirman:
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara
dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah
beruntung" (An Nahl: 116)
2

BERDUSTA ATAS NAMA NABI 


Rasulullah  telah bersabda:

 7 G
   2 H
 A B ( ) * IJ 2  # *A K 8L

"Janganlah kalian berbuat dusta atas namaku, sesungguhnya orang yang berdusta atas
namaku, hendaklah ia masuk neraka" (Riwayat Bukhari Muslim, dasri Ali bin Abi Thalib )

 7 ( ) M* &  9 ) #NC  @&  C)* 2 H


 A B ( )

"Barangsiapa yang berdusta atas (nama)ku dengan sengaja maka hendaklah ia mengambil
tempat tinggalnya di neraka" (Riwayat Bukhari, Muslim,dari Abu Hurairah )
M akna berdusta atas nama Rasulullah  adalah menyandarkan sesuatu baik berupa perkataan
(Qaul), perbuatan (Fi'il) atau persetujuan beliau (Taqrir) dan segala sesuatu yang
disandarkan kepada beliau dengan cara berbohong atas nama beliau . Yaitu dengan
mengatakan : "Bahwa Nabi  telah mengatakan Ini atau itu" padahal Nabi  tidak
mengatakannya.
Salah satu bentuk berdusta atas nama Nabi  adalah dengan meriwayatkan hadits-hadits
yang maudhu' (palsu) atau hadits-hadits yang lemah. Meriwayatkan hadits yang lemah
termasuk berdusta atas Nama nabi  karena riwayat tersebut diragukan kebenarannya.
Karena para rawi'nya bukan orang-orang yang tsiqah sehingga riwayatnya diragukan. Dalam
hadits Lain Rasulullah  bersabda:

(  O K &*   # ;*  H


P A B * I 3+* R
Q & S
  2 T7 U
 &  ( )

"Barangsiapa yang menceritakan dariku satu hadits yang dia sangka sesungguhnya hadits itu
palsu, maka ia termasuk salah seorang dari para pendusta"(Riwayat Muslim)
Berkata Imam Ath Thahawi;"Barangsiapa yang menceritakan (hadits) dari Rsulullah  atas
dasar sangka-sangka berarti dia telah menceritakandari beliau  tanpa hak. Dan orang yang
meriwayatkan dari beliau  tanpa hak berarti dia telah meriwayatkan dari beliau dengan
cara bathil. Dan orang yang menriwayatkan dari beliau dengan cara bathil , niscaya dia
masuk dalam salah seorang pendusta yang masuk dalam sabda Nabi :"Barangsiapa yang
berdusta atas (nama)ku dengan sengaja maka hendaklah ia mengambil tempat tinggalnya di
neraka"" (Musykilul Atsar 1/176)
Oleh karena itu hendaknya kita berhati-hati dalam me mbawakan hadits karena jika kita
secara serampangan menyampaikan suatu hadits tanpa meneliti keshahihannya maka kita
bisa terkena ancaman tersebut. Apalagi jika itu kita lakukan dalam keadaan shaum, tentu
sangsinya akan lebih berat dari hal itu.
Alhamdulillah para ulama telah me misahkan antara hadits yang shahih dan hadits yang tidak
shahih, dalam kitab-kitab mereka sehingga kita kita bisa mengambil manfaat darinya.
Akan tetapi banyak diantara kaum muslimin yang nekat meriwayatkan hadits yang lemah
dengan berdalih: Biar lemah yang penting hadits". Sungguh ini adalah suatu jawaban yang
tidak keluar melainkan dari mulut orang yang jahil. Karena hadits yang lemah adalah
diragukan kebenaraannya bahwa itu merupakan dari Nabi  karena diriwayatkan oleh orangorang yang tidak tsiqah. Bagaimana mungkin berani me mbawakannya? Apakah kita tidak
takut dengan acaman Ini??
DUSTA YANG DIBOLEHKAN
Meskipun hukum asal dari dusta adalah haram, namun diperbolehkan dalam beberapa
keadaan. Rasulullah  bersabda:
3

,X
Y
Z
 \[  L0   &* + * L  " # 9  "1 # 91  ,>
 7 (   V
* W
 * 1
* + @O B M* !&*  L
;
  ^ U
1 T&S
 8* ] +   * 8+ )  U
1 T& S
 * 1
* + ,H
 + S
  2  "1 # 91  1
* +

"Tidaklah seseorang dianggap berdusta apabila bertujuan untuk mendamaikan antara


manusia, berkata sebuah perkataan melainkan untuk perdamaian, orang yang berdusta
ketika dalam peperangan, dansuami yang berbicara kepada istrinya atau istri yang berbicara
kepada suaminya" (Riwayat Abu D awud 4921, dari Ummu Kultsum , dengan sanad
shahih)
Imam Nawawi berkata; "Adapun bohong kepada istri atau istri bohong kepada suami, maka
yang diinginkan adalah menampakan kasih sayang dan janji yang tidak mengikat. Adapun
dusta yang tujuannya menipu dengan menahanapa yang wajib ditunaikannya atau mengambil
yang bukan haknya, maka hal itu diharamkan menurut kesepakatan kaum muslimin" (Syarh
Shahih Muslim 16/121)
PENUTUP
Demikianlah sedikit uraian tentang perkataan dusta yang bisa menghapus pahala puasa kita.
Janganlah kita sia-siakan puasa kita dengan perkataan-perkataan dusta. Apalagi perkataan
dusta terhadap Allah  dan Rasul-Nya .Ramadhan adalah kesempatan emas bagi kita untuk
beramal. J anganlah kita kotori puasa kita dengan hal-hal yang bisa menghancurkan pahala
puasa kita. Karena kita t idak tahu apakah kita masih bisa bertemu kembali dengan bulan
Ramadhan tahun depan atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai