KOMPONEN-KOMPONEN UTAMA
SISTEM TENAGA LISTRIK
Tujuan Umum:
Mahasiswa
dapat
memahami
komponenkomponen utama suatu sistem tenaga listrik
Tujuan Khusus:
A. Pendahuluan
Komponen-komponen utama suatu sistem
tenaga listrik terdiri dari Pusat-pusat Pembangkit
BAB II
Tujuan Khusus:
A. Pendahuluan
Menurut teori dasar pengertian daya didefinisikan
sebagai perubahan tenaga terhadap waktu. Satuan
daya adalah watt, daya yang diserap suatu beban
adalah hasil kali tegangan jatuh sesaat diantara
beban dengan satuan volt, dengan arus sesaat
yang mengalir dalam beban tersebut dengan
satuan amper, yang dinyatakan oleh persamaan:
(2.1)
p (t ) v(t ).i (t )
+
i(t)
N
V(t)
Gambar (2.1). Daya Dalam Untai satu gerbang
i t I max cos t i
(2.3)
(2.4)
(2.6)
vt Vmax cos t v V
vt Re 2 V
j t
Vmax
2
e j
(2.7)
(2.8)
V Vmax / 2
meter.
Seandainya menghitung disipasi daya rata-rata
dalam suatu resistansi R yang dihubungkan
P 1/ T
pt dt 1 / T vt / R dt V / R
2
P I
RV
/RV I
ji
Re V I *
(2.9)
PF cos
(2.10)
Dalam persamaan (2.9), nilai Re VI*, dan nilai ImVI*
masing-masing dapat dinyatakan oleh daya
kompleks S dan daya reaktif Q, sehingga dapat
dituliskan:
S VI *
Q I m VI *
S VI V I e
*
(2.11)
jq
P jQ
(2.12)
dari persamaan (2.12) S dinyatakan dalam bentuk
polar dan dalam bentuk segitiga dan S
dinyatakan oleh , seperti pada gambar berikut:
i(t)
S
v
N
v(t)
S VI * ZII * Z I j L I
2
Q Im S L I
2.12,
maka
i t 2 I cos t
vt L di / dt 2 L I sin t
maka
nilai
pt vt i t 2 L I sin t cos t
2
L I sin 2 t
2
c. Perbandingan hasil
didapatkan bahwa:
bagian
(a)
dan
(b)
pt Q sin 2 t
persamaan
(2.12),
maka
S VI * ZII * Re Z I P j Q , sehingga
2
P Re Z I Z I cos Z
2
Q I m Z I Z I sin Z
2
10
i t 2 I cos t dan
vt 2 Z I cos t Z
c. Dengan demikian akan didapatkan bahwa:
pt vt i t Z I cos t Z cos t
2
cos Z cos 2 t Z
Z I cos Z cos 2 t cos Z sin 2 t sin Z
P 1 cos 2 t Q sin 2 t
Z I
dimana
QL L I
adalah
daya
reaktif
Terminology
Satuan
Daya reaktif
VAR, KVAR,
MVAR
dan
11
BAB III
Tujuan Khusus:
12
Digunakan
untuk
Simbol
Pemutus
tenaga
dengan
minyak
Mesin
berputar
Bus
(rel
simpul)
Pemutus
tenaga
dengan udara
Trafo
tenaga
dua belitan
Trafo
tenaga
tiga belitan
Hubungan
delta
(3,
tiga
kawat)
Hubungan
Wye
(
3,
netral
tidak
ditanahkan)
Hubungan
Wye
(
3,
netral
ditanahkan)
Kapasitor
Digunakan
untuk
Pemisah
or
Sekering
Pemisah
dengan
sekering
Saluran
transmisi
Beban statis
Trafo
potensial
13
T1
Beban A
saluran transmisi
T2
Beban B
14
15
E1
+ + E2
-
E1
Beban A
Gen 1 & 2
Transformator T1
T2 BGen 3
saluran stransmisi transformator
Beban
16
+ E1 +
-
+
E2
E1
Diagram impedans dan reaktans diatas kadangkadang disebut juga diagram urutan positif karena
diagram tersebut menunjukan impedans terhadap
arus seimbang dalam suatu tiga fasa seimbang.
D. Perhitungan Dalam Sistem Perunit (pu)
Dalam perhitungan besaran-besaran listrik seperti
tegangan, arus, daya, impedans dalam sistem
tenaga, yang sudah lazim dipergunakan adalah
dimensi atau ukuran dari masing-masing besaran
seperti pada tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2. Dimensi/ukuran symbol dari besaran
besaran listrik
No
1
2
3
4
5
6
7
Besaran
Tegangan
Arus
Daya Semu
Daya Aktif
Daya
Reaktif
Impedans
Reaktans
Simbol
V
I
S
P
Q
Dimensi/ukuran
Volt, kV
Amper
VA, KVA, MVA
Watt, KW, MW
AR, KVAR, MVAR
Z
X
Ohm
Ohm
17
Nilai perunit ( pu )
Nilai sebenarnya
Nilai basis
(3.1)
18
VAB
VB
Amp
(3.2)
2
VB
V
B ohm(3.3)
I B V B
Z pu
Z ohm Z x VAB
2
Z B ohm
VB
(3.4)
KV B
KV B
Amp
19
1000 x KV B KV B
1000 x KV B
ZB
MVAB
KVAB
IB
2
(3.6)
Z pu
Z x MVAB
KV B
Z x KVAB
1000 x KV B
(3.7)
1000 x MVAB
3 KV B
KVAB
3 KV B
Amp
(3.8)
ZB
1000 x KV B
3 IB
KV B 2
MVAB
1000 x KV B
(3.9)
KVAB
2
Z pu
Z x MVAB
KV B
Z x KVAB
1000 x KV B
(3.10)
20
(3.11)
21
Z pu baru Z pu lama x
MVAB baru
MVAB lama
KV B 2 lama
KV B 2 baru
18 100
X " 0,25
0,045 per unit
20 500
atau dengan cara mengubah nilai pu yang
diketahui ke dalam nilai ohm dan membaginya
dengan basis impedans yang baru sebagai berikut:
X"
0,25 18 2 / 500
0,0405 per unit
20 2 / 100
22
S B VB I B
S V .I
SB
V B .I B
S pu V pu .I pu
S pu V pu I * . pu
(3.13)
b. Impedans dalam pu
Menurut hukum ohm, persamaan impedans
: Z V / I , harga basis impedans telah
diberikan oleh persamaan diatas sehingga
harga impedans dalam pu adalah sebagai
berikut:
V pu
Z
V /I
atau Z pu
Z B VB / I B
I pu
(3.14)
2. Sistem tiga fasa
a. Tegangan
Dalam sistem tiga fasa, hubungan Y terdapat
dua harga tegangan yakni tegangan antara fasa
atau tegangan antara saluran (VL-L), dan
tegangan antara saluran dengan netral (VL-N).
23
VL N
basis
VL L
jika VL L pu
VL L
VL L basis
dengan Vl N
dan VL N pu
VL N
VL N basis
VL L
3
VL N
VL L / 3
pu
VL N basis VL L basi s / 3
maka V L N
atau V L N pu V L L pu
(3.15)
Berdasarkan persamaan (3.15) tersebut maka
dalam perhitungan dengan pu untuk tiga fasa
hubungan Y, tegangan anatara saluran dan
netral dalam pu sama dengan tegangan antara
saluran dengan saluran dalam pu. Hal ini
merupakan salah satu keuntungan dari
perhitungan dalam sistem pu.
b. Daya Semu
Daya semu dapat dinyatakan oleh persamaan:
S1 fasa
S 3 fasa
3
S1 fasa pu
S1 fasa
S1 fasa basis
S1 fasa pu S 3 fasa pu
S 3 fasa / 3
S 3 fasa basis / 3
(3.16)
24
Z Y basis
VL N
basis
S 1 fasa basis
atau Z Y basis
/ 3
S 3 fasa / 3
L L basis
L L basis
S 3 fasa basis
basis
= 3 Zy
basis,
Z y pu Z pu
(3.17)
Berdasarkan persamaan (3.17) tersebut maka
impedans tiga fasa hubungan Y dalam pu sama
dengan impedans tiga fasa dalam hubungan
dalam pu. Hal ini juga merupakan suatu
keuntungan dalam perhitungan dengan sistem
pu. Keuntungan lain dalam perhitungan sistem
pu, adalah tidak diperlukan perhitungan lagi
jika suatu impedans dipindahkan dari suatu
sisi ke sisi lain pada sebuah transformator.
Contoh soal 3.2.
Sebuah generator sinkron tiga fasa 20 kV, 300
MVA mempunyai reaktans sub-transien sebesar
20%. Generator ini mencatu beberapa motor
serempak melalui suatu saluran transmisi
sepanjang 64 km (40 mil) yang mempunyai
transformator pada kedua ujungnya seperti
25
Sebagai
basis
perhitungan adalah rating generator yakni 300
MVA sebagai basis daya, 20 kV sebagai basis
26
tegangan,
sehingga
seluruh
sistem
harus
mempergunakan basis daya yang baru sebesar
300 MVA tersebut, sedangkan basis tegangannya
harus memperhatikan perbandingan transformasi
dari transformator. Pada saluran transmisi basis
dayanya 300 MVA sedangkan basis tegangannya
sebesar 230 kV dengan T1 mempunyai rating
230/20 kV. Pada rangkaian motor, basis dayanya
300 MVA sedangkan basis tegangannya adalah
230 x 13,2 / 220 13,8 kV . Basis tegangan ini telah
dicantumkan pada gambar 3.4 diatas reaktans
transformator yang disesuaikan dengan harga
basis yang baru:
Transformator T1: X 0,1 x 300 / 350 0,0857 pu
27
j 0,0857
j 0,1815
l
j 0,0915
n
m
p
j 0,2
j 0,2745
+
Eg
+
Em2
Em1
-
j 0,5490
Pada generator:
28
Soal Latihan:
1.
Sistem tenaga yang sederhana seperti pada
gambar berikut:
2.
G
150 ohm
1
M
2
29
T1
B
j 80 ohm
T2
j 100 ohmE
F
2
T3
30
3.
j 20 ohm
j 20 ohm
B
C
3
31
BAB IV
Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat menghitung aliran-aliran daya
32
A. Representasi Sistem
Sebelum studi aliran beban itu dilakukan sistem
itu harus terlebih dahulu dipresentasikan dengan
suatu diagram pengganti (diagram impedansi).
Representasi sistem untuk studi aliran beban ini
terdiri dari:
a. Generator Sinkron
Generator sisnkron biasanya dihubungkan
langsung pada rel atau sering juga melalui
transformator daya. Karena tujuan dari studi
ini adalah untuk mengetahui besar tegangan
rel dan aliran daya, maka generator sinkron
direpresentasikan sebagai suatu sumber daya,
dan tegangan yang diperoleh dari studi ini
adalah tegangan rel dimana generator itu
terhubung.
b. Transformator
Transformator
dipresentasikan
sebagai
reaktansi X saja dengan mengabaikan sirkuit
eksitasi dari tranformator itu sendiri.
c. Kawat transmisi
Kawat transmisi direpresentasikan sesuai
dengan kelas transmisi itu, pendek, menengah,
panjang.
Untuk
transmisi
pendek
menggunakan impedans seri, kawat transmisi
menengah menggunakan nominal PI dan T,
sedangkan
kawat
transmisi
panjang
menggunakan ekivalen T dan PI.
d. Beban-beban
33
34
(4.1)
Pp j Q p V p I p
dan arus:
35
Ip
Pp j Q
Vp
(4.2)
Ip
Pp j Q p
Vp
dimana: yp
y p Vp
(4.3)
I pq V p Vq y pq
y ' pq
Vp
2
(4.4)
dimana:
Ppq j Q pq V p I * pq
36
atau :
Ppq jQ pq V p V * p V * q y * pq V p V p
y ' pq
2
(4.5)
Pqp jQqp Vq V * q V * p y * pq V * q Vq
Jumlah aljabar persamaan (4.5)
adalah rugi-rugi pada transmisi.
y ' pq
(4.6)
2
dan
(4.6)
F. Teknik Pemecahan
Sebagaimana
disebutkan
diatas,
teknik
pemecahan disini ditunjukan pada penggunaan
komputer. Walaupun demikian teknik pemecahan
ini dapat juga dilakukan dengan tangan apabila
sistem yang digunakan sangat sederhana secara
sederhana.
Pemecahan yang paling banyak digunakan adalah
metode iterasi Gauss-Seidel dan Newton-Rapshon
dengan menggunakan bentuk admitans rel. Dalam
metode ini tegangan pada rel-rel , kecuali rel
pedoman, diberi harga sembarang biasanya 1,0
pu, setelah itu harus dihitung untuk semua rel
kecuali rel pedoman dengan persamaan sebagai
berikut:
Ip
Pp j Q p
Vp
p = 1,2,,n
ps
37
Ip
Pp j Q p
Vp *
atau
I2
P2 jQ2
Vp
Sehingga
38
V2
1 P2 jQ2
Y21V1 Y23V3 Y24V4
*
Y22 V2
(4.8)
n
1 Pp jQ p
Vp
Y pqVq
*
Y pp
Vp
q 1
q p
(4.9)
dimana: p = 1,2,3,..n ,
ps
Sebelum membicarakan teknik pemecahan Gausssheidell atau Newton-Rapshon, terlebih dahulu
diberikan dibawah ini teknik pemecahan secara
pendekatan.
G. Pemecahan Aliran Daya Secara Pendekatan
Dalam teknik pemecahan aliran daya secara
pendektatan ini dibuat asumsi-asumsi sebagai
berikut:
a. Karena tahanan-tahanan kecil diabaikan
/ 6
b. p q kecil
sehingga
sin p q p q
Pp V p
V
q 1
rel
pedoman
diladeni
V pq cos pq q p
39
Vp
V
q 1
Y pq p q
(4.10)
Qp Vp
Vp
V
q 1
Y pq sin pq q p p 1,2,3,.........., n
Y pq cos p q V p Y pp p 1,2,3,...........n
2
(4.11)
p = 1,2,,n
dimana Q pq 90 dan pp 90
Karena semua rel PV, harga-harga V p diberikan,
maka persamaan (4.10) memverikan suatu
persamaan linear dalam p yang terdiri dari (n-1)
jumlah persamaan, karena 1 untuk rel pedoman
diberikan.
Persamaan (4.10) dapat dipecahkan langsung
untuk 2 , 3 ,......... n , dan dengan memasukan
harga-harga
2 , 3, ............ n
dalam
persamaan
40
Contoh 4.1
S3 = -2 + jQ3
S1 =1 +1Q1
V1 1,0
V3 1,0
j 0,15
j 0,1
j 0,2
j = 0,1
j = 0,15
V4 1,0
2 V2
S4 = -2 + jQ4
1,0
S2 = 3 + jQ2
Tegangan
Generator
Keterangan
41
PD
QD
PG
QG
1,0
1,0
0,5
1,0
1,0
0,4
4,0
Rel pedoman
Rel PV
1,0
2,0
1,0
Rel PV
1,0
2,0
1,0
Rel PV
PG1
bisa
PG1 PD1 PD 2 PD 3 PD 4 PG 2
1 1 2 2 4 2 pu
-j 21,667
j5
j6,667
j10
11
Yrel =
-j5
-j21,667
j10
j6,667
-j6,667
j10,0
-j16,667
j10
j6,667
-j16,667
Jadi
P2 3 5 2 1 10 2 3 6,667 2 4
P3 2 6,667 3 1 10 3 2
P4 2 10 4 1 6,667 4 2
(4.12)
42
p 1
p 1
Vp Vp
Ppq
X pq
Q pq
P13
Vp
X pq
sin p q Ppq
V p Vq
X pq
cos p q
sin 4,23
1
sin 1 3
0,492 pu
0,15
0,15
43
1
1
cos 1 3 0,018 pu
0,15 0,15
sin 4,41
1
P12 P21
sin 1 2
0,385 pu
0,2
0,2
Q12 Q21 0,015 pu
P14 0,891 pu Q14 0,04 pu
Qrugi 2 0,018 0,113 0,015 0,092 0,04 .2 0,556 pu
Q13
j 1,132
2 + j0,57 1 +j 0,5
2=j1
10
0,492 +j 0,018
1 4,23
0,492 - j 0,18
1,502 - j 0,113
0,891 = j 0,04
0,385 - j0,015
1,502 + j0,113
0,385 + j 0,015
0,891 - j 0,04
15,11
4
1,103 - j 0,092
2+j1
14,41
1,103 + j 0,092
4 + j 0,2
1 + j0,4
j 1,132
44
P jQ
k
k
2
2
Y
V
Y
V
Y
V
21
1
23
3
24
4
*
V2 k
1 P3 jQ3
k 1
k
Y
V
Y
V
Y
V
31 1
32
2
34
4
Y33 V3k *
V k 1
V3k 1
1
Y22
(4.13)
V4k 1
1
Y44
P jQ
k 1
k 1
4
Y
V
Y
V
Y
V
4
41 1
42
2
43
3
*
V4k
45
V pkc1 V pk V pk 1 V pk
(4.14)
Menggantikan harga V pk 1 dalam perhitungan
selanjutnya, maka perhitungan selanjutnya
V3k 1 terlebih dahulu dihitung dan harga V2k 1
dipercepat sebasar:
V3k 1
1 P3 jQ3
Y31V1 Y32V2 V2k(c 1) Y34 V4k
k
Y33 V3
4
Y41 V1 Y42 V2k(c 1) Y43 V3k( c)1
4
*
V4k
1
Y44
Pp jQ p V p I p V p
*
Y
q 1
*
pq
Vq*
V p p j f p V p* e p j f p
Y pq G pq jB pq
46
Jadi
Pp jQ p e p j f p G pq jB pq eq j f q (4.
n
q 1
15)
Daya reaktif pada rel P
Q p I m V p
Y
q 1
*
pq
Vq*
n f
p e q G pq f q B pq
Q p e 2p B pp f p2 B pp
Q 1
e p f q G pq e q B pq
(4.16)
Setelah Q dihitung, hasil ini dimasukkan pada
persamaan (4.9) untuk menghitung V k 1 .
Harga-harga e p dan f p harus memenuhi rekasi
e 2p f p2 V p
(4.17)
supaya
daya
reaktif
yang
diperlukan
menghasilkan tegangan yang telah dijadualkan
dapat dihitung. Harga estimasi dari e kp dan f pk
harus diatur agar memenuhi persamaan (4.17).
Sudut-sudut fasa dari tegangan yang diestimasi
adalah:
arc tan
k
p
f pk
e kp
(4.18)
Bila dimisalkan sudut-sudut fasa tegangan
yang diestimasi dan dijadualkan sudah sama,
maka harga-harga baru dari e kp dan f pk adalah:
47
Qmin 0,6 ps
Qmaks 0,8 ps
48
G
G
2
1
Kode rel
p-q
Impedans
Spq
12
13
0,8 + j 0,26667 pu
0,2 + j 0,06667 pu
Admitans
Shunt
pq1/2
0
0
49
24
0,59998 + j 0,2 pu
1
2
3
Tegangan
Permulaaan
1,05 + j 0,00
1,00 + j 0,00
1,00 + j 0,00
Generator
Beban
MW
MVAR
MW
MVAR
20
0
-0
0
0
0
50
60
0
20
25
Keterangan
Rel pedoman
Rel beban
Rel beban
Admitansi
1-2
1-3
2-3
1,2500 + j 18,7500
5,0000 + j 15,0000
1,6667 + j 5,0000
y pq 1 / z pq
Yrel =
6,2500
+ -1,2500 + j -5,0000 + j
j18,7500
3,7500
15,0000
-1,2500 + j 2,9167 j -1,6667 + j
50
13,7500
8,7500
5,0000
-5,000 + j -1,6667 + j 6,6667 - j
15,0000
5,0000
20,0000
b. Perhitungan Daya Bersih Rel
Daya bersih untuk p = 2 dan 3 adalah
V1 1,05 j 0,00
V20 1,0 j 0,00
V30 1,0 j 0,00
Iterasi ke 1:
0,30 j 0,20
1,25 3,751,05
1
1,00 j 0,00
V
2,9167 j 8,75
5 j151,00
1
2
51
0,60 j 0,25
1
5 j 151,05
6,6667 j 20 1,00 j 0,00
1,6667
j 5,00,9848 j 0,0384
52
f1 x1 , x 2 ,.............., x n y1
f 2 x1 , x 2 ,.............., x n y 2
f n x1 , x 2 ,.............., x n y n
(4.20)
Misalkan harga estimasi mula-mula
x1( 0 ) , x 2( 0 ) ,.................., x n( 0 )
Misalkan harga koreksi x1 , x 2 ,.........., x n sehingga
persamaan 4.20 dapat ditulis:
x1 , x 2
x1 , x 2
f1 x1
f n x1
x 2 ,................, x n y1
x 2 ,.............., x n y n
(4.21)
a. Perbandingan Solusi Iterasi Gauss-Sheidell
dan Newton-Rahshon
Perbandingan solusi iterasi Gauss-Sheidell dan
Newton-Rapshon adalah sebagai berikut:
1. Memori
yang
diperlukan
2. Operasi matematika
3. Waktu per iterasi
4. Kecepatan
konvergensi
5. Jumlah iterasi
Gauss-Sheidell
NewtonRapshon
Sedikit
Banyak
Sedikit
Banyak
Singkat
Lebih lama
Lambat
Cepat
Banyak
sekali
tergantung pada
Sedikit sekali
53
jumlah rel
6. Besar sistem
7. Pemogramam
8. Sistem radial
Tidak
tergantung
jumlah rel
Baik
untuk
sistem kecil
Mudah
Baik
untuk
sistem besar
Sering
tidak
konvergen
Sukar
Baik
y pq j b pq
y pq jbp q
I pq I pq I pq V p Vq y pq V p y pq
S pq Ppq j Q pq V p I pq
V p V p Vq j b pq V p V p j b pq
*
(4.22)
Daya kompleks yang diinjeksikan pada rel p
diperoleh dengan menjumlahkan semua daya yang
memasuki saluran-saluran yang terhubung pada
rel p.
S p Pp j Q p j b pqV p V p Vq V p V p
q
jb
2
j
P j Q p j b pq V p V p Vq e p q V p2
q
pq
jb
pq
(4.23)
Jadi:
54
Pp b pq Vq sin p q
q
(4.24)
2
Q p b pq V p Vq cos p q V p b pq b p
q
q
(4.25)
dimana:
terhubung rel p:
untuk sudut-sudut yang kecil maka:
p q /6
maka persamaan menjadi:
Pp b pq V p Vq p q
q
(4.26)
Selanjutnya bila dimisalkan bahwa:
V p Vq V tegangan no min al
maka
Pp V
b
pq
(4.27)
Persamaan (4.27) dapat lebih mudah diselesaikan
dengan metode iterasi Gaus-Sheidell sehingga
persamaan dalam bentuk:
55
Pp V
p
pq
pq
(4.28)
p dihitung,
Setelah
dilanjutkan
dengan
cos p q 1 1 / 2 p q
Qp Vp
pq
Vq
1 1 / 2
q Vp
2
b ps
Dengan membuat V p V
Vq
b V
Q p V
b
pq
pq
Vq
1/ 2 V
q V
2
b p
(4.29)
Persamaan (4.29) dapat
iterative dengan menuliskan
Vp
dipecahkan
secara
Q p b pq Vq
q
pq
(4.30)
56
dimana:
Q p Q p 1 / 2 q p qc
q p V
b
pq
2 +j 1 pu
0 + j 2 pu
2
0,02 + j 0,08 pu
0,02 + j 0,08 pu
0,02 + j 0,08 pu
3
1,5 + j 0,6 pu
57
Beban
Tegangan
beban
Generator
PG
QG
PG
QG
dan
Ketetangan
1. 1,0 + j 0
1,0 + j 0
Rel pedoman
2.
..
0,5
1,0
Rel PQ
3.
1,5
0,6
1,0
Rel PQ
Jawab:
QG3 = 1,0 pu, admitans diabaikan, berdasarkan
persamaan (4.27) V 1
P2
P3
bii
bik
maka
58
V2 1,065 pu
V3 1,047 pu
V1
dimana
Q1, Q1
1
2
b12 2 b13 32
2
1
x11,7640,005
2
Q1 0,029
= QG1 1 0,029
Q1
QG1 0,288 pu
59
BAB V
60
Tujuan Khusus:
A. Pendahuluan
Bila hubungan singkat terjadi pada suatu sistem
tenaga, arus akan mengalir diberbagai bagian
sistem. Besaran arus sesaat setelah terjadi
gangguan berbeda dengan besaran beberapa
putaran (cycle), yaitu pada saat pada saat
pemutusan terjadi. Kedua arus diatas jauh
berbeda dengan arus yang akan mengalir setelah
keadaan mantap, yaitu bila gangguan tidak
diisolasi dari sistem (dengan bekerjanya pemutuspemutus tenaga). Pemilihan yang tepat dari
pemutus tenaga yang akan dipakai tergantung
pada dua hal, besarnya arus sesaat setelah
terjadinya hubungan singkat dan besarnya arus
yang harus diputuskan. Berdasarkan hal tersebut
diatas, studi arus hubungan singkat ini bertujuan:
1. Menentukan
besarnya
arus
hubugan
singkat pada suatu titik dalam sistem
tenaga, dan berdasarkan besar arus
tersebut akan ditentukan kapasitas alat
pemutus tenaga yang akan dipergunakan
pada titik tersebut.
2. Menentukan besar aliran arus diberbagai
bagian sistem dan berdasarkan besaran
61
dan q
dan q
Kedua macam terakhir bukan reatans sebenarnya,
tetapi reaktans hipotesis.
Pada umumnya hubungan singkat dalam keadaan
mantap, rektans mesin sinkron terdiri dari
reaktans jangkar X a dan reaktans bocor X 1 .
Sehingga reaktans sinkron sumbu d, dapat dilihat
pada gambar (5.1.a), dimana
X d X a X1
(5.1)
Pada keadaan hubungan singkat yang ketiga
fasanya terjadi hubungan singkat arus komponen
searah (DC) dengan besar yang berbeda-beda,
karena besar gelombang tegangan pada ketiga
62
63
Xa
X1
Xd
X dw
X1
Xf
Xa
Xf
+
X1
Xa
E
_
Setelah
beberapa
saat
kemudian,
karena
konstanta waktu belitan peredam sangat kecil,
64
X d" X 1
1
1 / X a 1 / X f 1 / X dw
(5.2)
X d' X 1
1
1 / X a 1 / X f
(5.3)
65
E" E' E
Oa
I'
I"
2
Ob
2
Oc
2
E
X
E
'
X
E
"
X
66
1 1
1
ia 2 E
'
Xd Xd Xd
2 E
X d" X q"
"
d
2 X .X
"
q
m'd t 1
1
e " '
Xd Xd
e ma t cos 0 2 E
X d" X q"
"
d
2 X .X
"
q
m"d t
e cos
e ma t cos 2 0
dimana:
md'
Xd Rf
.
X d' L ff
sumbu d
ma
w X d" X q"
2 X d" . X q"
factor
redaman
belitan
jangkar
X d'
X d X d" R11d
m " ' " .
X d X d X d L11d
"
d
67
1 1 1
I AC E
X X X
1 m'
m'd t 1
" ' e d t (5.6)
e
X
I DC 2
E
X
. cos 0 e
ma t
(5.7)
pada saat t = 0
I AC
E
X"
I DC 2
E
X"
. cos 0
I DC I AC I DC
2
(5.8)
I DC 2 .
E
dan
X"
I" E / X
Jadi arus maksimum total, pada t = 0, dan 0 0 ,
2
I maks
I maks
E
E
" 2 "
X
X
E
E
3
1,732
X
X
(5.9)
68
I AC
E"
1
5 pu
"
0,2
X
komponen arus
pemutusan 0
DC
(a).
0 0 0 , E E ' E 1 pu
I DC 2 .
tergantung
dari
sudut
E"
1
. cos 0 2
.1 0,707 pu
"
0,2
X
jadi
69
8,66
(b).
30.000
11,364 Amp
3.13,2
0 30 0
I DC 2 .5. cos 30 0
I maks 5 2 6,12 2 7,9055 pu
0 45 0
I DC 2 .5. cos 45 0
I maks 5 2 5 2 7,071 pu
0 60 0
I DC 2 .5. cos 60 0
I maks 5 2 3,5355 2 6,124 pu
70
Ze
jX g
Vt
ZL
Vf
E"
-
Ze
Ig
jX g
"
If
"
Vf
ZL
-
I "f
Vf
Z th
(5.10)
71
Z L Z e jX g"
Z th
Z L Z e jX g
Ig
ZL
.I "f
jX Z e Z L
"
g
I g tot I g" I L
(5.11)
dengan
IL
Vf
ZL
b).Menggunakan
Tegangan
Dalam
Sub
Peralihan Generator
Arus total generator yaitu arus karena hubung
singkat dan arus beban, dapat diperoleh
dengan menggunakan tegangan dalam sub
peralihan generator. Tegangan dalam sub
peralihan generator adalah sebagai berikut:
E g" V f I L jX g" Z e
(5.12)
jadi
I g ( tot )
E g"
jX g" Z e
(5.13)
Contoh 5.2.
Sebuah generator 30 MVA, 13,2 kV, 50 Hz,
mencatu daya pada beban static sebesar 20 MW
72
I "f
Vf
Z th
12,8
Vf
0,970 0 pu
13,2
Z th
jX
"
g
Ze ZL
jX Z e Z L
"
g
jX g" j 0,2 pu
Z e j 0,1 pu
ZL
IL
S L 36,87 0
IL
Vf
SL
I L
V f 0 0
20
0,833 pu
30 x0,8
0,833
36,87 0 0,859 36,87 0 pu
0,97
73
0,970 0
ZL
1,129237,87 0 pu
0
0,859 36,87
0,9033 j 0,6775 pu
ZL dapat juga dicari:
ZL
Vf
SL
0,970
0 2
0,833 36,87 0
pu
1,129236,87 0 pu
jadi
Z th
0,254579,62 0 pu
maka
If
"
0,970
3,8114 79,62 0 pu
0,254579,62 0
Ig
ZL
"
j X g Ze ZL
"
x If
"
1,129236,87 0
x3,8114 79,62 0
0
1,33147,26
3,2335 90 0 pu
j 3,2335 pu
I g (tot ) I g I L
"
0,6672 j 3,7489
3,8114 79,610 pu
c. Dengan Menggunakan Tegangan Dalam
Sub Peralihan Generator
Tegangan dalam sub peralihan generator:
E g V f I L jX g Z e
"
"
1,143310,39 0
0,390 0
3,811 79,610 pu
I g (tot )
Ze
jXg
"
Ze
IL
IL
j Xm
jXg
Vf
Eg
"
"
Ig
IL
"
"
Im
If
"
Em
Eg
a. Sebelum Gangguan
Gangguan
"
jXm
"
"
b.
Selama
75
If
"
Z th
Vf
Z th
jX
j X
Ze j X m
"
g
"
g
X m Ze
I g"
j X m"
.I "f
"
"
j X g X m Ze
I
"
m
j X g" Z e
j X X
"
g
"
m
.I "f
e
Arus beban,
IL
SL
pu
Vf
I g tot I g" I L
I m tot I m" I L
(5.14)
d). Dengan Menggunakan Tegangan Dalam
Sub Peralihan Generator dan Motor
Generator:
E g" V f I L j X g Z e
Motor:
E m" V f I L j X m"
76
I g tot
E g"
j X g" Z e
Contoh 5.3.
Generator pada contoh 5.2. dibebani dengan
sebuah motor sinkron yang mempunyai rating
yang sama dengan generator. Reaktansi sub
peralihan motor X = 0,2 pu. Mptpr itu menarik
daya sebesar 20 MW pada factor daya tertinggal
0,8 dan pada tegangan 12,6 kV. Hitunglah
besar arus seketika rms simetris, termasuk
arus beban dengan menggunakan teorema:
a). Teorema thevenin
b).Menggunakan tegangan dalam sub
peralihan
Jawab
a). Dengan teorema thevenin
I "f
Vf
Z th
j 0,2 0,1 j 0,2
Z th
j 0,12 pu
j 0,5
V f 0,97 0 0 pu
Jadi
0,97 0 0
I
j 8,0833 pu
0,12 90
"
f
77
I g"
j X m"
.I "f
"
"
j X g Ze j X m
0,2
. j 8,0833 j 3,233 pu
0,5
0,3
I m"
. j 8,0833 j 4,850 pu
0,5
I L 0,859 36,87 0 pu
0,6872 j 0,5154 pu
Jadi arus total:
I g tot I g" I L
E g" V f I L j X g Z e
E "m V f I L j X m"
Jadi
I g tot
E g"
jX g Z e
1,143310,39 0
0,390 0
3,811 79,610 pu
I m tot
E m"
jX m"
1,0818 7,30
0,290 0
5,409 97,30 pu
79
I k Ykn E n
n 1
0 Ykk E k Ykn E n
n k
n 1
karena I k 0
Jadi diperoleh satu set persamaan yaitu untuk
rel-rel dimana tengangan tidak diketahui.
Mtode ini tidak praktis karena untuk
menghitung arus hubung singkat pada tiap rel
seluruh proses iterasi itu harus diabaikan.
80
81
10%
20%
10%
10%
10%
10%
3
BAB VI
82
STUDI KESTABILAN
PERALIHAN
Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat memahami kestabilan dari
suatu sistem tenaga listrik
Tujuan Khusus:
A. Pendahuluan
Kestabilan dari suatu sistem tenaga listrik adalah
kemampuan dari sistem itu untuk kembali bekerja
normal
setelah
mengalami
suatu
macam
gangguan. Sebaliknya, ketidakstabilan berarti
kehilangan kestabilan dalam sistem (loss of
synchronism).
Suatu sistem tiga fasa yang terdiri dari suatu
generator sinkron mencatu daya pada suatu motor
sinkron melalui saluran dengan reaktans XL,
seperti gambar berikut:
83
XG
XL
EG
XM
EM
EG E M
jX
dimana
X XG XM XL
misalkan
EM EM 00
EG EG
P Re EG I *
EG E M
Re EG
X 90 0
EG E M
cos 90 0
X
EG E M
sin
X
84
Pm
Nilai
EG
EG E M
X
Pm
85
86
Te
Ta
Ps
Pe
Pa
torsi elektromagnetik
torsi percepatan
daya poros
daya elektromagnetis
daya percepatan
2 f Ts
I = inersia
87
Energi tersimpan 1 I w 2 1 Mw
GH
150 f
derajat
(6.1)
dimana G = daya nominal generator (MVA)
Ta Ts Te
Pa Ps Pe
Ta .w I w M
T II
d 2
dt 2
(6.2)
d 2
= perceptatan sudut
dt 2
Dalam
keadaan
seimbang
Ta 0 ,
tidak
ada
w1 t
w1 t
dimana w1
pada
dari
d d e
w1
dt dt
d 2 d 2
d t2 d t2
88
TI
d 2
d t2
d 2
d t2
Ta Ts Te
I
(6.3)
Pa Ps Pe
M
M
d 2
d t2
d
dt
2
(6.4)
89
Pemecahan
langkah-demi
langkah
dapat
digunakan untuk sistem yang terdiri dari banyak
mesin. Dengan metode ini diperoleh hubungan
antara sudut daya () dan waktu (t).
Golongan kedua adalah metode modern dengan
menggunakan komputer. Metode-metode ini diberi
nama sesuai dengan model matematiknya dan
yang umum digunakan adalah :
1. Metode Euler
2. Metode Runge-Kutta
3. Metode Liapunov
Dalam buku ini hanya dibicarakan metode
golongan pertama.
D. Satu Mesin Berayun Terhadap Rel Besar
(Infinite Bus)
Satu rel besar (infinite Bus) mempresentasikan
suatu istem yang sangat besar di mana frekuensi
dan tegangan konstan. Atau dapat juga disebutkan
sebagai suatu mesin dengan konstanta inersia H
yang tak terhingga. Pada persamaan ayunan (6.4)
dinayatakan bahwa,
m
d 2
pa
dt 2
2 d
M dt
d 2 d 2 d
2 2
pa
dt
dt m dt
atau
Pa
d 2
) 2 d
M
dt
d (
90
maka
d
dt
)2
2
2
Pa d
M 0
dan
d
2
) w'
Pa d
2
dt
M 0
(6.5)
dimana,
o = sudut daya sesaat sebelum gangguan
w = perubahan kecepatan sudut terhadap
kecepatan sinkron.
Bila mesin itu tetap stabil terhadap rel besar
setelah terjadi gangguan dan.setelah keadaan
stasioner tercapai maka :
2
Pa d 0
M
atau
2
(Ps Pm sin ) d 0
M
Pa d 0
(6.6)
m = sudut akhir.
Pe
Pa
As1
Ps
91
A1 = Energi
Percepatan
A2 = Energi
Perlambatan
Maka
A1 + A2 = 0 atau A1 = - A2
inilah asal- usul dari nama kriteria sama luas
untuk kestabilan.
Pe
P
Ps
As1
A1 = Energi
Percepatan
A2 = Energi
Perlambatan
0
m
Gambar (6.3)Lengkung
daya terhadap sudut
daya.
92
d 21 Pa 1 Ps 1 Pe 1
dt 2
M1
M1
dan
d 2 2 Pa 2 Ps 2 Pe 2
dt 2
M2
M2
(6.7)
1 = 1- 2
jadi,
d 2
dt 2
d 2 1 d 2 2 Ps 1 Ps 2
2
dt 2
dt M1 M 2
atau
2
M 2 M 1 d d 2 1 M 2 Pa1 M 1 Pa 2
M 1 M 2 dt 2 dt 2
M1 M 2
2
M 2 M 1 d d 2 1 M 2 Pa1 M 1 Pa 2 M 2 Pel M 1 Pea 2
M 1 M 2 dt 2 dt 2
M1 M 2
M1 M 2
atau
d 2
dt 2
Pa Ps Pe
dimana :
M 2M1
M1 M 2
M 2 Ps1 H 1 Pe 2
M1 M 2
M 2 Ps1 H 1 Pe 2
Pe =
M1 M 2
Ps =
(6.8)
93
F. Persamaan Daya
dengan n Generator
E1
I2
En
Suatu
Sistem
E2
I1
Sudut
In
n
jaringan
E1,
E2,.En
terletak
dibelakang
reaktansi
peralihan reaktansi peralihan X1, X2, X3,Xn.
Dari generator-generator sudah termasuk dengan
jaringan itu.
Daya yang diberikan oleh tiap generator :
S1 = P1 + j Q1 = E1 I1*
S2 = P2 + j Q2 = E2 I2*
.
Sn = Pn + j Qn = En In*
(6.9)
Arus yang diberikan oleh tiap generator :
I1 = Y11 E1 + Y12 E2 +.+ Y1n En
I2. = Y21 E1 + Y2.2 E2 +.+ Y2n En
P1 + JQ1 = E1 Y1k* E k*
(6.11)
k 1
94
Rumus umum :
n
(6.12)
/ n ; En* = E n / n
/ ik
P1 + Q1 = E 1
...
; Yik* = Yik / i k
Y11 / 11 + E 1 E 2 Y12 / 1 2 12
+.+ E 1
E n Yi n / 1 n 12
F1 + JQ1 = E 1 E k Yik / 1 k ik
m 1
Rumus umum :
n
Pn + JQn = E n E k Ynk / n k nk
k `1
(6.13)
Dengan mengingat,
= cos + J sin
= cos - sin
maka,
95
P1 = E 1
Y22 cos 22
+ .+ E 2 E n Y2 n cos (n-k-nk)
Rumus umum :
n
Pn = E n E k Yn k cos (n-k-nk)
k 1
Y22 cos 22
PM
Pc
0
90
012
012
96
Y22 cos 22
M 2 Pe1 M 1 Pe 2
M1 M 2
Pe =
M1 M 2
E 1 E 2 Y12 {M 2 cos( M 12 ) M 1 ( 12 )
M1 M 2
(6.15)
dimana = 1 - 2
Bila jala-jala itu terdiri dari hanya reaktansi yang
induktif
11 = 22 -90o
97
12 = 90o
Pe =
M 1 M 2 sin
M1 M 2
Pe = E1 E 2 Y12 sin
(6.16)
Dengan : = 1 - 2
Jadi bila jala-jala itu hanya aterdiri dari reaktansi,
persamaan daya sudut dari dua mesin yang
terbatas
besarnya
tidak
atergantung
dari
konstanta inersia mesin-mesin itu.
98
Rel Besar
(Infinite bus)
99
P=
E1 E 2
X 12
sin
X 12 (sebelum gangguan)
X 12 (selama gangguan)
r2=
X 12 (sebelum gangguan)
X 12 (sesudah gangguan)
Pe
Pe
Ps
Ps ( o - 0)
r1 Pm sin d
= r2 Pm sin d - Ps (m-o)
o
dan
(m-o) Ps - r2 Pm (cos c cos m)
r1 Pm (cos 0 cos c) = 0
tetapi,
Ps = Pm sin o
Maka
(m-o) sin 0 = (r2 r1) cos c + r1 cos 0)
r2 cos m
atau
( m 0 sin 0 r1 cos 0 r2cos m
r2 r1
(6.17)
cos c =
dimana, sin 0 =
Ps
Pm
101
sin m =
Ps
dan m > 90o
r2 Pm
m = - sin
Ps
)
r2 Pm
102
J 0,16
J 0,24
J 0,16
J 0,16
J 0,28
A
B
H=3
E A = 1,25
H=
P
J 0,16
J 0,24
J 0,16
E B = 1,0
Rel Besar
BAB VII
PENGATURAN DAYA DAN
FREKUENSI DALAM SISTEM
TENAGA LISTRIK
Tujuan Umum:
103
Tujuan Khusus:
A. Pendahuluan
Daya dan frekuensi pada sistem tenaga listrik
sangat erat hubungannya satu sama lain. Bila
dimisalkan bahwa semua alat-alat pengatur dari
penggerak mula yag menggerakkan generator
ditahan tetap pada posisinya, jadi tidak bekerja,
maka bila ada perubahan beban frekwensi juga
akan berubah. Misalnya, bhila beban bertambah
dan semua alat-alat pengatur daya dari penggerak
mua tidak bekerja, maka mesin itu akan
diperlambat sampai terjadi karena penurunan
frekwensi dan penurunan tegangan. Perlambatan
mesin akan terus berlangsung sampai dicapai
keseimbangan yang baru yaitu bila beban yang
tinggal sama dengan daya mesin.
Operasi yang demikian jelas sangat buruk dan
tidak bisa diterima. Oleh karena itu tiap-tiap
pergerakan mula selalu dilengkapi dengan
pengatur daya dan frekuensi. Jadi bila pengatur
daya ini akan bekerja sehingga memperoleh
keseimbangan antara daya mesin dan beban.
104
V1 V2
X
V1 V2
Q=
sin
V2
cos
(7.1)
V1 V2
Q=
Atau
(7.3)
V1 V2
V2
105
Q=
Atau
Q=
V2
X
V2
X
( V1 V2 )
(7.4)
selama
ategangan-tegangan
dipertahankan konstan, dan aliran daya reaktif
(var) hanya atergantung dari selisih ategangan V.
oleh karena itu kedua persoalan ini secara
perdekatan dapat dibahan terpisah.
B. Daya konsepsi Dasar Mekanisme Pengatur
Kecepatan.
Sistem governor yang sederhana pada turbinturbin uap alat-alat usaha dari governor itu adalah
:
a. pengatur kecepatan g
b. katup bantu (pi) ..
c. Servemeta
d. Batang I
e. Katup utama V
Misalkan membukaan katup utama atau katup
kontrol x2 dan kedudukan katup bantu x1. dalam
keadaan seimbang dan tanpa beban. Katup bantu
v tertutup sama sekali. Dan katup utama juga
hampir tertutup, jadi x1 = dan
x2 = .
Jika
beban
bertambah,
perputaran
akan
berkurang dan akan mengubah letak titik ke
bawah bersama-sama denga titik 1. hal ini akan
membuka katup bantu V da minyak dengan
106
Pr
x2
dv
(7.5)
107
1
x
c
=
x2
12
c = konstanta
maka,
N = N - N =
c.d v .P
k .pr
N N c.d v .P
Nr
Nr .k .pr
Dua
macam
pengaturan
karakterisktik
pembangkitan yaitu :
1. DroopR, dapat diatur dengan mengubah c
yaitu perbandingan panjang bagian-bagian
pembangkit sehingga kurva perubah, misalnya
kurva 2 berubah menjadi kurva 2, pada
gambar 7.2 ini jarang dilakukan dan hanya
dapat dilakukan bila mesin telah dingin.
2. Kecepatan tak berbeban. N, dapat diatur
dengan mengubah ketegangan pegas S. maka
108
109
110
I0
fo
f1
I1
L
Go
G1
C
G
GL
111
G1 = G0 = K (f1 f0)
Bila G dalam MW, K dakan MW/0, 1Hz, f dalam
Hz, maka :
G1 = G0 = K (f1 f0). 10
(7.7)
4. Tahap-tahap yang terjadi bila ada Perubahan
beban
1). Persamaan Energi Tersimpan
Perubahan bebanmual-mula akan dilayani oleh
sebagian energi kinetik yang dimiliki mesinmesin. Misalnya suatu kinetik mesin-mesin
sehingga kecepatannya turun, jadi frekwensi
turun.
Energi kinetik mesin-mesin sebanding dengan
kuadrat frekuensinya sehingga dapat dituliskan
:
E1 = (
f1 2
) . E0.
f0
(7.8)
f1 2
) . E0-f0 = E0
f0
f1 2
2 1
f 0
f =
E
2
f0
E0
(7.9)
Energi kinetik mesin-mesin pada frekuensi
nominal adalah sama dengankapasaitas mesin-
112
E 2 f E 0 / Fq
113
3).PengaturanSuplementer (Supplementary
Regulation)
Untuk mengembalikan frekuensi ke harga
niminalnya, karakteristik pembangkitan pada
Gbr. 7.3 perlu digeser menjadi GG sehingga
dicapai titik keseimbangan harga pada titik I2
pada mada frekuensi nominal diperoleh.
Penggeseran ini dilakukan dengan menggeser
titik 0.
114
115