Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Haid ialah perdarahan secara periodic dan siklik dari uterus. Disertai
pelepasan atau deskuamasi endometrium. Panjang siklus haid ialah jarak antara
tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari mulainya
perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus haid yang normal /
dianggap sebagai siklus haid yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasi cukup luas,
bukan saja antara berapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Panjang
siklus haid dipengaruhi oleh usia seseorang. Menurut penelitian para ahli rata
rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, pada wanita usia
43 tahun 27,1 hari, dan pada wanita usia 55 tahun 51,9 tahun, jadi, sebenarnya
panjang siklus haid 28 hari itu tidak sering dijumpai, dari pengamatan haid hart
man pada kera ternyata bahwa hanya 20% saja panjang siklus haid 28 hari.
Panjang siklus yang biasa pada manusia adalah 25 sampai 32 hari, dan kira kira
97% wanita yang berovulasi siklus haidnya berkisar antara 18 42 hari. Jika
siklusnya kurang dari 18 hari atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur, biasanya
siklusnya tidak berovulasi (anovulatoar)
II. PENGERTIAN
Secara umum kelainan haid berupa kelainan siklus atau kelainan dari
jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya perdarahan. Adapun fisiologi
menstruasi adalah adanya hubungan timbal balik hipotalamus hipofise ovarium.
Mens/ovulasi yang teratur, merupakan hasil kerjasama yang kompleks antara
hipotalamus hipofise ovarium. hipotalamus mengeluarkan Gn RH (Gonadotropin
Releasing Hormon), yang masuk keperedaran darah portal dan sampailah ke
Hipofise (anterior) Gn RH yang dikeluarkan secara pulsasi ini merangsang
hipofise untuk memproduksi dan mengeluarkan gonadotropin (FSH dan LH)
Secara pulsasi pula. Kemudian gonadotropin ini merangsang folikel (ovarium)

untuk tumbuh dan berakhir. Dengan ovulasi terdapat hubungan timbal balik antara
hormon gonadotropin ini dengan seks steroid yang dihasilkan ovarium.
Hubungan timbal balik

sentral mempunyai pola yang baku, untuk

menghasilkan ovulasi yang teratur. Hubungan timbal balik yang kacau tidak akan
menghasilkan ovulasi, meskipun sentral menghasilkan gunadotropin dan ovarium
menghasilkan seks steroid. Hubungan timbal balik ini lebih mudah dipahami
dengan mengikuti fluktuasi naik turunnya kadar hormon estrogen. Karena pada
umumnya para sarjana berpendapat bahwa kapan terjadi ovulasi banyak
ditentukan oleh ovarium itu sendiri. Estrogen merupakan salah satu hormon seks
steroid yang dihasilkan oleh ovarium yang sangat berperan pada kelangsungan
hubungan timbal balik, secara normal pada saat menstruasi kadar hormon
estrogen dan progesterone didalam darah sangat turun dan endometrium juga tipis
hanya terdiri dari stratum basalis saja. Kadar estrogen yang turun ini merangsang
produksi gonadotropin (FSH dan LH) sehingga kadar FSH dan LH diperedaran
darah meningkat perlahan ,hal ini akan mengakibatkan pertumbuhan folikel di
ovarium, pertumbuhan folikell ini menyebabkan kadar estrogen secara perlahan
juga naik .Folikel yang paling siap akan tumbuh paling cepat ,dan pada hari ke5sampai 7 terbentuklah satu folikel dominan, yang nanti akan mengalami ovulasi
sedangkan folikel yang kurang siap akan atresia, karena kadar hormon FSH mulai
menurun akibat hubungan timbal balik (-) estrogen yang kadarnya terus
meningkat penurunan kadar FSH ini tidak diikuti kadar LH, karena dampak
hubungan timbal balik (-) estrogen ini hanya untuk FSH, tidak untuk LH.
Meskipun kadar FSH terus menurun, tetapi folikel dominan akan tumbuh terus.
Pertumbuhan folikel ini tentunya akan menyebabkan kadar estrogen juga
terus meningkat. Setelah mencapai kadar yang cukup tinggi (200 Pg/ml yang
bertahan minimal selama 50 jam) estrogen ini akan menimbulkan rangsangan (+),
sehingga terjadi loncatan LH (LH surge), yang akan diikuti oleh sedikit kenaikan
progesterone dan loncatan FSH. Loncatan LH, FSH dan sedikit kenaikan kadar
progesterone akan menyebabkan pecahnya folikel dominan (ovulasi). Setelah
ovulasi kadar progesteron meningkat tajam yang diikuti penurunan kadar FSH dan
LH dan mulailah fase luteal kadar estrogen yang tadinya ikut turun sesaat sebelum

ovulasi, tanpa diketahui sebabnya meningkat kembali. Pada fase luteal. Kenaikan
kadar progresteron dan estrogen ini mencapai puncaknya pada hari ke-21 dan
kemudian menurun perlahan sampai datangnya menstruasi siklus berikutnya.
III. ETIOLOGI.
III.1. Hyperaktivitas otot uterus
Bila endometrium mengalami kerusakan pada saat haid, prostaglandin
diproduksi dari asam arakidonat melalui aksi dari enzim PG sintetase.
peningkatan

kontraksi miometrium bersama dengan aliran darah uterus

menyebabkan iskemia. Nyeri berasal dari aktivitas uterus yang abnormal,


iskemia uterus, dan sensitisasi ujung ujung saraf oleh PG dan lanjutan
lanjutannya.
III.2. Faktor psiko genik.
Stres emosional mempengaruhi hormon reproduksi
III.3. Anomali uterus kongenital
Suatu kantong buntu dari uterus dapat dibatasi dengan endometrium, yang
melingkar dan tahan. Karena tidak ada jalan keluar, cairan haid
menyebabkan kavum uteri membengkak, menciptakan nyeri yang hebat.
Pada pemeriksaan pelvis uterus terasa iriguler. Kadang kadang sebuah
lekukan dapat dilihat pada vagina dimana servik yang tidak sempurna
berakhir. Nyeri cenderung bersifat kolik, dimulai dekat minarke dan timbul
kearah akhir dari pada saat mulainnya keluar darah.
III.4. Leiomioma Submukosa
Haid yang banyak dan nyeri dapat disebabkan oleh kontraksi kontraksi
uterus sebagai usaha untuk mengeluarkan Leiomioma Submukosa.
III.5. Polip Intrauterin atau Intraservikal
Uterus dapat mengadakan resapon terhadap polip karena merupakan suatu
benda asing dan berkontraksi dengan kuat sebagai usaha untuk
mengeluarkan polip
III.6. Endometriosis.
III.7. Adenomiosis
III.8. Infeksi Pelvis Akut dan Kronik

III.9. Alat kontra sepsi dalam rahim.


III.10. Mioma uteri
III.11. Gangguan Endokrin
III.12. Gangguan hormonal
III.13. Kelainan

Kongingital, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi,

gangguan gizi
IV. DIAGNOSIS
Penentuan

diagnosis

berdasarkan

etiologinya

diantaranya

Smears

(Sekromatin), pemeriksaan rontgen (selia tursica), EEG, BMR, pemeriksaan


hymen, sitologi
V. MACAM-MACAM KELAINAN HAID
a. Amenorrhoe
b. Pseudoamenorrhoe
c. Menstruatio praecox
d. Hypomenorrhoe
e. Olygomenorrhoe
f. Hypermenorrhoe (menor ragia)
g. Poly menorrhoe
h. Metrorrhagie
i. Dysmenorrhoe

BAB II
PEMBAHASAN
Mengingat pentingnya untuk diketahuinya macam-macam kelainan haid,
dalam diagnosis dan penatalaksanaan, maka akan didiskripsikan sebagai berikut:
II.1. Amernorrhoe
Amenorrhoe bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala, Amenorrhoe tidak
adanya haid selama 3 bulan atau lebih.
II.1.1. Data subyektif
a. Wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah haid yang dinamakan
amenorrhoe primer.
b. Wanita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi yang
dinamakan amenorrhoe sekunder.
II.1.2. Data obyektif.
a. Pemeriksaan umum
keadaan tubuh penderita
apakah cirri-ciri kelamin sekunder bertumbuh dengan baik atau tidak.
Apakah ada hirsutisme
b. Pemeriksaan ginekologik
dapat mengetahui adanya berbagai jenis ginatresi
adanya aplasia vaginae, keadaan klitoris, aplasia uteri.
Adanya tumor, ovarium..
II.1.3. Klasifikasi amenorrhoe patologik.
a. gangguan organic pusat: tumor, radang, destruksi.
b. gangguan kejiwaan syok emosional, psikotis, anoreksia nervasa, pseudosiesis.
c. gangguan poros hipotalamos, hipofisis:
d. sindrom amenorea-galaktorea.
e. Amenorea hipotalamik.
f. gangguan hipofisis

g. ganguan hipofisis.
H. kelainan gonad.
kelainan congenital (disgenesis ovarium/sindrom turner, syndrom testicular
feminization)
menapause premature.
The insensitive ovary.
Penghentian fungsi ovarium karena operasi, radiasi, radang, dsb.
Tumor sel granulose, sel teka, sel hilus, adrenal, avenolblastoma.
I. gangguan glandula supravenalis.
sindrom adrenogenital.
Sindrom cushing.
Sindrom Addison.
J. gangguan uterus, vagina.
Aplasia dan hipoplasia uteri.
Aplasia vaginae.
Endometritis tuberkulosa.
Histerektomi.
Sindrom asherman.
K. gangguan glandula tiroidea.
Hipotireodi, hipertireoidi, kretinisme.
L. gangguan pancreas (diabetes mellitus)
M. penyakit-penyakit umum.
penyakit umum.
Gangguan gizi.
Obesitas.
II.1.4. Pemeriksaan penunjang.
a. PMX foto roentgen.
b. PMX sitologi vagina.
c. Test toleransi glukosa.
d. PMX mata.
e. Kerokan uterus.
f. PMX metabolisme basal
G. PMX yang memerlukan fasilitas khusus
laparoskopi.

PMX kromatin sex.


Pembuatan kariogram.
PMX kadar hormon.
II.1.5. Terapi
Terapi diberikan menurut etiologi. Secara umum dapat disebut:
A. hormon-hormon untuk merangsang hypothalamus.
clomiphen: merangsang hypothalamus.
Gonadotropin sebagai substitusi terapi.
Mengadakan rebound phenomen dengan hormon progestin, oral pills.
b. Iradiasi dari ovarium .
c. Thyroid
: kalau ada hypofungsi glANDULA thyreoidea.
d. Kesehatan umum harus diperbaiki.
II.2. Pseudoamenorrhoe (kryptomenorrhoe).
Pada keadaan ini haid ada, tetapi darah haid tidak keluar karena tertutupnya
cervix, vagina atau hymen.
II.2.1. Data subyektif : Nyeri yang siklus kurang lebih 5 hari tanpa pendarahan.
II.2.2. Data obyektif.
pada pmx terlihat hymen tidak berlubang atau hymen yang menonjol
yang

berwarna

kebiru-biruan

karena

darah

yang

berkumpul

dibelakangnya.
Kadang-kadang pada pmx ditemukan retensio urinae .
Ditemukan darah yang mengisi vagina (haemato dan kolpos).
Ditemukan acquisita.
II.2.3. Terapi : Pada atresia hymenalis dilakukan insisi dan eksisi sebagian
hymen.
II.3. Menstruatio Precox.
Pendarahan pervaginaan pada anak muda belum tentu menstruasi, karena
dapat disebabkan oleh Sarcona dari uterus atau vagina.
II.3.1. Data subyektif.
a. pendarahan pada anak muda kurang dari 8 sampai 10 hari.
b. timbul tanda-tanda sekunder pada anak muda sebelum waktunya.

II.3.2. Data obyektif.


Pada pemeriksaan didapatkan gonodotropin, adanya kelainan otak, adanya
displasia tulang fibrotik, adanya tumor-tumor yang menghasilkan
gonadotropin.
II.3.3. Terapi, Tumor-tumor penyebab harus dieksturpasi.
II.4. Hypomenorroe.
Hypomenorroe ialah pendarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih
kurang dari biasa.
II.4.1. Data subyektif, Haid sudah berhenti kurang dari 7 hari padahal biasanya
berhenti dalam 7 hari.
II.4.2. Data obyektif, ditemukan hypoplasia uteri karena uterus kecil (sesudah
miomektomi), ditemukan gangguan endokrin.
II.4.3. Terapi, Menenangkan penderita bahwa adanya hypomenorea tidak
mengganggu fertilitas.
II.5. Oligomenorroe.
Oligomenorroe terjadi kalau siklus lebih dari 35 hari, sering terdapat pada
wanita yang asthenis.
II.5.1. Data subyektif, Haid jarang, siklus panjang, pendarahan kurang, Pengaruh
psikitis atau penyakit (missal TBC), Wanita merasakan kesehatannya
normal.
II.5.2. Data obyektif.
Pada pmx ditemukan perpanjangan stadium luteal, Tes TBC.
II.5.3. Terapi, DD=terhadap kehamilan selalu harus dibuat, pada umumnya
oligomenorrhoe yang ovulatoar tidak memerlukan terapi kalau mendekati
amenorrhoe maka dapat diusahakan mengadakan ovulasi.
II.6. Hipermenorre.
Adalah pendarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama
dari normal (lebih dari 8 hari).
II.6.1. Data subyektif, Pendarahan lebih dari 8 hari, Haid lebih banyak dari
normal.
II.6.2. data obyektif, Pmx uterus ditemukan adanya mioma uteri dengan
permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktilitas
yang terganggu. Pada pmx ditemukan polip endometrium.
II.6.3. Terapi.

Tergantung enusanya. Pada hipermenorea pada mioma uteri tergantung


dari penanganan mioma uteri, sedang pada polip endometrium serta
gangguannya pelepasan endometrium terdiri atas kerokan.
II.7. Poli menorroe.
Haid sering dating, jadi siklus pendek, kurang dari 25 hari .
II.7.1. Data subyektif, Dalam sebulan kadang haid 2 kali, pendarahan kurang
lebih sama atau lebih banyak dari haid biasa.
II.7.2. data obyektif, Pmx hormonal, pada pmx ditemukan disfungsi ovarium.
II.7.3. Terapi, pemberian estrogen untuk stadium proliferasi, Kombinasi estrogen
dan progesteron.
II.8. Metrorragia.
Pendarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid. Pendarahan itu tampak
terpisah dan dapat dibedakan dari haid, atau 2 jenis pendarahan ini menjadi satu;
yang pertama dinamakan metroragia, yang kedua menometroragia. Metroragia
atau menometroragia dapat disebabkan oleh kelainan organic pada alat genetal
atau oleh kelainan fungsional.
Sebab-sebab organik terjadi kalau pendarahan dari uterus, tuba, dan
ovarium disebabkan oleh kelainan organic pada alat genital atau kelainan
fungsional
II.8.1. Data subyektif, mulanya pendarahan, apakah didahului oleh siklus yang
pendek atau oleh oligomenorea, amanorea, sifat pendarahan (banyak atau
sedikit, sakit atau tidak, lama pendarahan.
II.8.2. Data obyektif, pmx umum ditemukan tanda-tanda yang menunjuk kearah
kemungkinan penyakit metabolic, penyakit endokrin, penyakit memasuki
pmx genekologik. Perlu dilihat apakah bukan kelompok-kelompok
organic, yang menyebabkan pendarahan abnormal (polip, ulkus, tumor
terganggu).
II.8.3. Terapi.
a. Istirahat dan transfusi darah.
b. kalau pendarahan berasal dari uterus diberikan:
estrogen dalam dosis tinggi.
Progesterone.
c. Dilatasi dan kerokan
d. Androgen.

e. Klomifen
f. Histeroktomi
II.9. Dismenorrea
Adalah nyeri selama siklus haid. Hal ini adalah satu dari gejala gejala
ginekologi yang paling sering

bahkan meskipun wanita wanita dengan

dismenorre cenderung untuk mendapat nyeri haid rekurens secara periodic,


beratnya episode indipidual dapat menyebabkan pasien mencari pengobatan
darurat.
Dismenorre primer adalah mulai timbulnya beberapa bulan sampai
beberapa tahun

setelah menarke, terjadi berhubungan dengan siklus ovulasi.

Organ organ pelvis adalah normal. Mekanisme haid yang nyeri belum jelas dan
dapat berpariasi pada wanita yang berbeda. Kemungkinannya meliputi haid yang
retrogad, sepasme uterus, dan iskemia uteri.
Dismenorre sekunder disebabkan oleh keadaan patologis pelvic yang
spesefik yang dapat terjadi pada setiap saat selama masa reproduksi pasien.
II.9.1. Data Subjektif
Nyeri abdomen, nyeri dapat cenderung tajam dan kolik dan biasanya
dirasakan didaerah suprapubis.
Nyeri terasa sebelum, selama dan sesudah haid.
Nausea, Vomitus, Diare.
II.9.2. Data objektif.
A. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen : Abdomen lunak tanpa adanya rangsangan
peritoneum atau suatu keadaan patologik yang terlokalisir, bising usus
normal.
Pemeriksaan pelvis : Pada kasus kasus dismenore primer pemeriksaan
pelvis adalah normal. Pada kasus-kasus dismenorre sekunder pemeriksaan
pelvis dapat menyingkap keadaan patologis dasarnya, sebagai contoh,
nodul-nodul

endometriotik

dalam

Tubovarium atau Leiomiomata.

10

Kavum

Douglas,

atau

penyakit

B. Tes Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap normal
Urinalisis normal
II.9.3. Terapi
Trankuilizer ringan, obat obat analgesik, segelas anggur atau minuman
beralkohol dapat menolong. Pasien harus dinasehatkan untuk menghindari
situasi yang penuh ketegangan dan memperhatikan istirahat dan tidur yang
cukup. Sebuah bantalan panas dapat memberikan pembebasan tambahan.
Inhibitor Prostaglanding Sintetase, seperti Naproksen (Naprosyin), ibu
profen (Motrin), atau asam Mefenamat (Ponstel), mengurangi kadar
prostaglandin Endometrium dan merupakan terapi efektif untuk dismenorre
primer.
Supresi ovulasi : Obat kontrasepsi oral yang mengandung kombinasi
estrogen dan progestin dosis rendah biasanya meredakan atau sekurang
kurangnya memodifikasi dismenorre primer rekuren yang diantisipasi.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Terdapat bermacam-macam jenis kelainan haid, seperti : amenorrhoe,
pseudoamenorroe/kriptomenorrhoe, menstruatio praecox, hypomenorrhoe,

11

oligomenorrhoe,
hypermenorrhoe,
polymenorrhoe,
metrorrhagie,
dysmenorrhoe
2. Penatalaksanaannya dilaksanakan dengan jenis kelainan haid itu sendiri.

B. Saran
1. Hendaknya dalam melaksanakan terapi sesuai dengan diaknosanya.
2. Petugas medis dan paramedis harus dapat mengenali jenis kelainan haid.
3. Petugas medis dan paramedis dapat memberikan nasehat kepada penderita
untuk melaksanakan secara rutin pengobatan.

12

Anda mungkin juga menyukai