Anda di halaman 1dari 4

MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR

A. Pengaturan Suhu
Bayi kehilangan panas melalui empat cara, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Konduksi : melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit bayi.


Konveksi : pendinginan melalui aliran udara di sekitar bayi.
Evaporasi : kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi yang basah.
Radiasi : melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara langsung
dengan kulit bayi.

Keadaan telanjang dan basah pada bayi baru lahir menyebabkan bayi mudah
kehilangan panas melalui keempat cara di atas. Kehilangan panas secara konduktif
jarang terjadi kecuali jika bayi diletakkan pada alas yang dingin.
Cara Konveksi
Suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20C dan sebaiknya tidak
berangin. Tidak boleh ada pintu dan jendela yang terbuka. Kipas angin dan AC yang
kuat harus cukup jauh dari area resusitasi. Troli resusitasi mempunyai sisi untuk
meminimalkan konveksi udara ke sekitar bayi.
Cara Evaporasi
Bayi baru lahir yang dalam keadaan basah kehilangan panas dengan cepat melalui
cara ini. Karena itu, bayi harus dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan rambut,
sesegera mungkin setelah dilahirkan. Lebih baik bila menggunakan handuk hangat
untuk mencegah hilangnya panas secara konduktif.
Cara Radiasi
Panas dapat hilang secara radiasi ke benda padat yang terdekat, misalnya jendela pada
musim dingin. Karena itu, bayi harus diselimuti, termasuk kepalanya, idealnya dengan
handuk hangat. Jika resusitasi aktif diperlukan, bayi sedapat mungkin diselimuti,
karena bayi yang mengalami asfiksi tidak dapat menghasilkan panas untuk dirinya
sendiri dan karenanya akan kehilangan panas lebih cepat.
Harus diingat bahwa bayi pada saat lahir mempunyai suhu 0,5 1 C lebih tinggi
dibanding suhu ibunya. Sayangnya, tidak jarang bayi mengalami penurunan suhu
tubuh menjadi 35 35,5 C dalam 15 30 menit karena kecerobohan perawatan di
ruang bersalin. Ruang bersalin seringkali tidak cukup hangat, dengan aliran udara
yang dingin di dekat bayi (yang berasal dari AC di dekat troli resusitasi), atau petugas
tidak mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan baik segera setelah bayi dilahirkan.
Sebagian besar penyulit pada neonatus, seperti distress pernapasan, hipoglikemi, dan

gangguan pembekuan darah lebih sering terjadi dan lebih berat bila bayi mengalami
hipotermia.
Masalah tersebut bisa dicegah dengan melakukan persiapan sebelum kelahiran
dengan menutup semua pintu dan jendela di kamar bersalin dan mematikan AC yang
langsung mengarah pada bayi. Suhu di kamar bersalin paling rendah 20C, dan harus
lebih tinggi jika bayi premature. Troli resusitasi dengan pemanas di atasnya
dinyalakan, diletakkan di tempat yang paling hangat dan jauh dari aliran udara. Segera
setelah dilahirkan, bayi dikeringkan dan kemudian diselimuti dengan handuk hangat.
Membiarkan bayi dalam keadaan telanjang seperti memandikan ataupun saat
melakukan kontak kulit ibu dengan bayi harus dilakukan dalam ruangan yang hangat
(23 25 C) atau di bawah pemanas radian/infant radiant warmer.
B. Resusitasi Neonatus
Resusitasi neonatus tidak rutin dilakukan pada semua bayi baru lahir. Akan
tetapi, penilaian untuk menentukan apakah bayi memerlukan resusitasi harus
dilakukan pada setiap neonatus oleh petugas terlatih dan kompeten dalam resusitasi
neonatus. Pada bayi sehat dengan napas spontan, tonus baik dan ketuban jernih, tidak
dilakukan resusitasi, tetapi tetap harus dilakukan perawatan rutin. Bila bayi gagal
bernapas spontan, hipotonus, atau ketuban keruh bercampur meconium, maka harus
dilakukan langkah-langkah resusitasi. Semua peralatan harus disiapkan dan dicek
sebelum persalinan. Handuk hangat harus sudah disiapkan dan infant radiant warmer
dinyalakan agar dapat langsung digunakan bila diperlukan.
Perawatan rutin yang dilakukan pada bayi yang sehat ialah mengeringkan
bayi, memberi kehangatan, membersihkan jalan napas bila diperlukan, dan
mengobservasi warna kulit bayi. Mengeringkan dengan handuk hangat dapat
dilakukan di atas perut ibu, mengeringkan tidak perlu sampai menghilangkan verniks,
karena verniks berfungsi untuk mencegah kehilangan panas. Menghangatkan bayi
dilakukan dengan melakukan kontak kulit bayi dengan kulit ibu di atas dada atau
perut ibu, kemudian diselimuti dengan handuk hangat.
Penghisapan lendir dari mulut dan hidung bayi, serta stimulasi bayi dengan
mengusap telapak kaki atau punggung bayi tidak perlu dilakukan bila bayi dapat
napas spontan dengan adekuat atau menangis.
C. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Pada tahun 1992 WHO/UNICEF mengeluarkan protocol tentang Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) sebagai salah satu dari Evidence for the ten steps to successful
breastfeeding yang harus diketahui oleh setiap tenaga kesehatan. Segera setelah
dilahirkan, bayi diletakkan di dada atau perut atas ibu selama paling sedikit satu jam
untuk memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan putting ibunya.
Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan,
mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan incubator, menjaga
kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosocomial. Kadar
bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekoniumlebih cepat
sehingga dapat menurunkan insiden icterus pada bayi baru lahir. Kontak kulit dengan

kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga didapat pola tidur yang lebih baik.
Dengan demikian, berat badan bayi cepat meningkat dan lebih cepat ke luar dari
rumah sakit. Bagi ibu, IMD dapat mengoptimalkan pengeluaran hormone oksitosin,
prolactin, dan secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi.
Pada protokol ini, setelah lahir bayi hanya perlu dibersihkan secukupnya dan
tidak perlu membersihkan vernik atau mengeringkan tangan bayi karena bau cairan
amnion pada tangan bayi akan membantu bayi mencari puting ibu. Dengan waktu
yang diberikan bayi akan mulai menendang dan bergerak menuju puting. Bayi yang
siap menyusu akan menunjukkan gejala reflex menghisap seprti membuka mulutdan
mulai mengulum puting. Reflek menghisap yang pertama ini timbul 20 30 menit
setelah lahir dan menghilang cepat. Dengan kontrol IMD ini, bayi dapat langsung
menyusu dan mendapat kolostrum yang kadarnya maksimal pada 12 jam pasca
persalinan.
D. Pengikatan dan Pemotongan Tali Pusat
Pengikatan dan pemotongan tali pusat segera setelah persalinan banyak
dilakukan secara luas di seluruh dunia, tetapi penelitian menunjukkan hal ini tidak
bermanfaat bagi ibu ataupun bayi, bahkan dapat berbahaya bagi bayi. Penundaan
pengikatan tali pusat memberikan kesempatan bagi terjadinya transfuse fetomaternal
sebanyak 20 50 % (rata-rata 21%) volume darah bayi. Variasi jumlah darah transfusi
fetomaternal ini tergantung dari lamanya penundaan pengikatan tali pusat dan posisi
bayi dari ibunya (apakah bayi diletakkan lebih rendah atau lebih tinggi dari ibu).
Transfusi berlangsung paling cepat dalam menit pertama, yaitu 75% dari jumlah
transfuse dan umumnya selesai dalam menit. Penelitian pada bayi dengan penundaan
pengikatan tali pusat sampai pulsasi tali pusat berhenti, dan diletakkan pada perut
ibunya menunjukkan bayi tersebut memiliki 32% volume darah lebih banyak
dibandingkan dengan bayi-bayi dengan pengikatan dini tali pusat.
Peningkatan hemoglobin dan hematokrit dan status besi (Fe)

mencegah

terjadinya anemia pada bayi terutama dalam 2 3 bulan pertama. Pada bayi
premature, penundaan pengikatan tali pusat memiliki manfaat yang lebih besar selain
mencegah anemia, yaitu mengurangi resiko perdarahan intraventrikular dan
mengurangi kebutuhan transfuse darah. Komplikasi yang dikhawatirkan akan terjadi,
berupa polisitemia dan jaundice tidak terbukti bermakna. Penundaan pengikatan dan
pemotongan tali pusat selama 2 3 menit juga menfasilitasi terjadinya kontak dini
antara ibu dengan bayi, dimana bayi diletakkan di atas perut ibu sebelum tali pusat di
potong. Selain itu penundaan pemotongan tali pusat sampai pulsasi tali pusat berhenti
dapat mengurangi resiko transmisi HIV pada petugas di kamar bersalin, karena
mengurangi kemungkinan terjadinya percikan/semprotan darah dari tali pusat.

Penanganan tali pusat di kamar bersalin harus dilakukan secara asepsis untuk
mencegah infeksi tali pusat dan tetanus neonatorum. Cuci tangan dengan sabun dan
air bersih sebelum mengikat dan memotong tali pusat. Tali pusat diikat pada jarak 2
3 cm dari kulit bayi, dengan menggunakan klem yang terbuat dari plastik, atau
menggunakan tali bersih (lebih baik bila steril) yang panjangnya cukup untuk
membuat ikatan yang cukup kuat ( 15 cm). Kemudian tali pusat dipotong pada 1
cm di distal tempat tali pusat diikat, menggunakan instrument yang steril dan tajam.
Penggunaan instrument yang tumpul dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi
karena terjadi trauma yang lebih banyak pada jaringan.
E. Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat pada minggu pertama
secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada neonatus. Jelly wharton yang
membentuk jaringan nekrotik dapat berkolonisasi dengan organisme pathogen,
kemudian menyebar dan menyebabkan infeksi kulit dan infeksi sistemik pada bayi.
Yang terpenting dalam perawatan tali pusat ialah menjaga agar tali pusat tetap kering
dan bersih. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali pusat.
Bersihkan dengan lembut kulit di sekitar tali pusat dengan kapas basah, kemudian
bungkus dengan longgar/tidak terlalu rapat dengan kasa bersih atau steril. Popok atau
celana bayi diikat di bawah tali pusat, tidak menutupi tali pusat untuk menghindari
kontak dengan feses dan urin. Hindari penggunaan kancing, koin atau logam untuk
membalut tekan tali pusat.
Antiseptik dan antimikroba topical dapat digunakan untuk mencegah
kolonisasi kuman dari kamar bersalin, tetapi penggunaannya tidak dianjurkan untuk
rutin dilakukan. Antiseptik yang biasa digunakan adalah alkohol dan povidone-iodine.
Akan tetapi penelitian terbaru membuktikan bahwa penggunaan povidone-iodine
dapat menimbulkan efek samping karena diabsorpsi oleh kulit dan berkaitan dengan
terjadinya transien hipotiroidisme. Alkohol juga tidak lagi dianjurkan untuk merawat
tali pusat karena dapat mengiritasi kulit dan menghambat pelepasan tali pusat. Saat ini
belum ada petunjuk mengenai antiseptik yang baik dan aman digunakan untuk
perawatan tali pusat, karena itu dikatakan yang terbaik adalah menjaga tali pusat tetap
kering dan bersih. Antimikroba yang dapat digunakan seperti basitrasin,
nitrofurazone, silver sulphadiazine, dan triple dye.

Anda mungkin juga menyukai