Tinjauan Pustaka Anastesi
Tinjauan Pustaka Anastesi
Anestesi umum inhalasi adalah anestesi dengan menggunakan gas atau cairan anestetika yang
mudah menguap (volatile agent) sebagai zat anestetika melalui udara pernapasan. Zat anestika yang
dipergunakan berupa suatu campuran gas (dengan O 2) dan konsentrasi zat anestetika tersebut
tergantung dari tekanan parsialnya. Tekanan parsial dalam jaringan otak menentukan daya anesthesia.
Zat anestetika disebut kuat apabila dengan tekanan parsial rendah sudah mampu member anestesia
yang adekuat.
Sungkup muka ( Face Mask ) mengantarkan udara atau gas anastesi dari alat resusitasi atau
system anestesi ke dalam jalan nafas pasien. Bentuknya dibuat sedemikian rupa sehingga ketika
digunakan untuk bernafas spontan atau dengan tekanan positif tidak bocor dan gas masuk ke semua
trakea lewat mulut atau hidung. Bentuk sungkup sangat beragam tergantung usia danpembuatnya,
ukuran 0,3 biasanya digunakan untuk bayi baru lahir, 0,2, 0,1 dan 1 digunakan pada anak-anak kecil,
pada anak-anak yang besar biasanya ukuran 2 atau 3, pada orang dewasa memakai ukuran 4 atau 5.
Biasanya sebagian sungkup muka dari bahan transparan agar udara ekspirasi kelihatan ( berembun )
dan bila terdapat muntahan atau bibir terjepit dapat terlihat.
Indikasi untuk anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka yaitu :
-
pada tahun1992. Zat anestesi inhalasi yang paling sering digunakan adalah dinitrogen oksida,
isofluran, dan dua anestesi inhalasi yang baru saja diperkenalkan sevofluran dan desfluran.
Mekanisme kerja obat anestesi inhalasi sangat rumit masih merupakan misteri dalam
farmakologi modern. Pemberian anestetik inhalasi melalui pernapasan menuju organ sasaran yang
jauh merupakan suatu hal yang unik dalam dunia anestesiologi.
Dalam dunia modern, anestetik inhalasi yang umum digunakan untuk praktek klinik ialah
N2O, halotan, enfluran, isofluran, desfluran, dan sevofluran. Obat-obat lain ditinggalkan, karena efek
sampingnya yang tidak dikehendaki misalnya:
1. Eter : kebakaran, peledakan, sekresi bronkus berlebihan, mual-muntah,
kerusakan hepar, baunya merangsang.
2. Kloroform
menentukan kecepatan induksi dan pemulihannya. Induksi dan pemulihan berlangsung cepat pada zat
yang tidak larut dan lambat pada zat yang larut.
Kadar alveolus minimal (KAM) atau MAC (minimum alveolar concentration) ialah kadar
minimal zat tersebut dalam alveolus pada tekanan satu atmosfir yang diperlukan untuk mencegah
gerakan pada 50% pasien yang dilakukan insisi standar. Pada umumnya immobilisasi tercapai pada
95% pasien, jika kadarnya dinaikkan di atas 30% nilai KAM. Dalam keadaan seimbang, tekanan
parsiel zat anestetik dalam alveoli sama dengan tekanan zat dalam darah dan otak tempat kerja obat.
sehingga kadar zat anestetik yang dihisap tidak diketahui. Pemakaiannya boros karena zat
anestetik menguap ke udara terbuka.
Semi open drop method
Cara ini hampir sama dengan open drop method, hanya untuk mengurangi terbuangnya
zat anestetik digunakan masker, karbondioksida yang dikeluarkan sering terhisap kembali
sehingga menyebabkan hipoksia. Untuk menghindari hal ini dialirkan oksigen melalui
pipa yang ditempatkan dibawah masker.
Semi closed method
Udara yang dihisap diberikan bersama dengan oksigen murni yang dapat ditentukan
kadarnya, kemudian dilewatkan pada vaporizer sehingga zat anestetik dapat ditentukan.
Sesudah dihisap penderita, udara napas yang dikeluarkan akan dibuang ke udara.
Keuntungan cara pemberian ini adalah dalam anestesi dapat diatur dengan memberikan
kadar tertentu dari zat anestetik, dan hipoksia dapat dihindari dengan pemberian O 2.
Closed method
Cara ini hampir sama dengan semi closed method, hanya udara ekspirasi dialirkan melalui
NaOH yang dapat mengikat CO2, sehingga udara yang mengandung zat anestetik dapat
digunakan lagi. Cara ini lebih hemat, aman, dan lebih mudah, tetapi harga alatnya cukup
mahal.
dengan target trias anesthesia yang ingin dicapai. N 2O sangat berbahaya bila digunakan pada
pasien pneumotorak, pneumomediastinum, obstruksi, emboli udara, dan timpanoplasti. Pada
akhir anestesi setelah N2O dihentikan, maka N2O akan cep;at keluar mengisi alveoli, sehingga
terjadi pengenceran O2 dan terjadilah hipoksia difusi. Untuk menghindarinya kita harus
memberikan O2 100% selama 5-10 menit.
B. Halotan (F3C-CHBrCl)
Merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak iritatif, mudah menguap, tidak mudah
terbakar/meledak, tidak bereaksi dengan soda lime, dan mudah diuraikan cahaya. Di samping efek
sedasi, halotan juga mempunyai efek analgetik ringan dan relaksasi otot ringan. Halotan
berkekuatan anestetik 4 5 kali eter atau 2 kali kloroform.
Keuntungan penggunaannya adalah induksi cepat dan lancar, tidak mengiritasi jalan napas,
bronkodilatasi, pemulihan cepat, proteksi terhadap syok, jarang menyebabkan mual muntah.
Kerugiannya adalah sangat poten, relatif mudah terjadi overdosis, harus dikombinasi dengan obat
analgesi dan relaksan, menimbulkan hipotensi, aritmia, meningkatkan TIK, menggigil pasca
anestesi, dan hepatotoksik. Penggunaan halotan tidak dianjurkan pada pasien yang menderita
gangguan fungsi hati dan gangguan irama jantung, dan pada operasi kraniotomi.
Dosis untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2-3% bersama-sama
dengan N2O. untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan, konsentrasinya berkisar antara 12,5%, sedangkan untuk nafas kendali, berkisar antara 0,5-1%.
C. Isoflurane
Isofluran (floran, aeran) merupakan halogenasi eter yang pada dosis anestetik atau subanestetik
menurunkan laju metabolisme otak terhadap oksigen, tetapi meninggikan aliran darah otak dan
tekanan intrakranial. Peninggian aliran darah otak dan tekanan intrakranial ini dapat dikurangi
dengan teknik anestesia hiperventilasi, sehingga isofluran banyak digunakan untuk bedah otak.
Keuntungan penggunaannya adalah irama jantung stabil dan tidak terangsang oleh adrenalin serta
induksi dan masa pulih cepat. Isofluran dangan konsentrasi > 1 % terhadap uterus hamil
menyebabkan relaksasi kurang responsif jika diantisipasi dengan oksitosin, sehingga dapat
menyebabkan pendarahan pasca persalinan. Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3
dosis biasa jika menggunakan isofluran. Dikontraindikasikan pada hipovolemik berat.
Dosis induksi 3 3,5% dalam O2 atau kombinasi N2O : O2 . Dosis rumatan 0,5 3%.
D. Sevofluran.
Sevoflurane (ultane) merupakan halogenasi eter. Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat
dibandingkan dengan isofluran. Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas,
sehingga digemari untuk induksi anestesi inhalasi disamping halotan. Mempunyai tekanan uap
sekitar 162 mmHg pada 20oC dan mendidih pada 56,5oC. Dalam hal ini sevofluran serupa dengan
anestetik volatil lainnya dan diberikan melalui vaporisator standar. Sevofluran kurang bersifat
iritan terhadap saluran pernapasan bagian atas dibanding desfluran, pada induksi menyebabkan
lebih sedikit batuk dan laringospasme. Setelah 30 menit, rasio konsentrasi alveolar terhadap
konsentrasi yang diinspirasi adalah 0,85, dibandingkan dengan 0,99 untuk oksida nitrosa dan 0,73
untuk isofluran. Kelarutan sevofluran jaringan yang rendah (koefisien partisi lemak/darah,53,4)
menimbulkan eliminasi dan keadaan terjaga yang cepat. Depresi ventilasi mencerminkan efek
depresi langsung terhadap pusat ventilasi meduler dan kemungkinan efek perifer terhadap fungsi
otot interkosta. Relaksasi otot polos bronkus dapat ditimbulkan melalui efek langsung atau tidak
langsung melalui penurunan lalu lintas saraf aferen atau depresi medularis sentral dari refleks
bronkokonstriksi.
Kontraindikasi :
1. Pasien dengan lesi katup aorta atau mitral stenotik mentolerir dengan buruk perubahan
tekanan darah dan tahanan vaskular sistemik.
2. Konsentrasi alveolar minimum (MAC) tertinggi pada 6 bulan pertama kehidupan dan sedikit
lebih rendah pada neonatus.
3. Sevofluran melintasi sawar plasenta, dan derajat depresi janin dan neonatus (hipotensi,
hipoksia, asidosis) berbanding langsung dengan dalam dan lamanya anestesia ibu.
4. Penggunaannya merupakan kontraindikasi pada pasien dengan gangguan kejang dan
kerentanan genetic yang dicurigai terhadap hipertermia maligna.
Efek Samping Utama
Kardiovaskuler: hipotensi, aritmia
Pulmoner: depresi pernafasan, apne
SSP: pusing, euforia, peningkatan aliran darah otak dan tekanan intracranial
GI/Hati: mual, muntah, ileus
GU: gangguan fungsi ginjal
Metabolik: hipertermia maligna
jarang menimbulkan aritma. Efek relaksasi terhadap otot lurik lebih baik dibanding halotan. Dosis
induksi 2 4,5% dikombinasi dengan O2 atau campuran N2O : O2 . Dosis rumatan 0,5 3%.
F. Desfluran
Desfluran (suprane) merupakan halogensi eter dengan rumus bangun dan efek klinisnya mirip
isofluran. Desfluran sangat mudah menguap dibandingkan anestetik volatil lain, sehingga perlu
menggunakan vaporizer khusus (TEC-6). Titik didihnys mendekati suhu ruangan (23,5C).
Potensinya rendah (MAC 6,0 %). Ia bersifat simpatomimetik menyebabkan takikardia dan
hipertensi. Efek depresi napasnya seperti isofluran dan etran. Desfluran merangsang jalan napas
atas, sehingga tidak digunakan untuk induksi anestesia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mangku G, Senapathi TGA, dalam Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi, Indeks,
Jakarta, 2010.
2. Ronald D. Miller, Millers Anesthesia, Seventh edition.
3. Mansjoer A. Suprohaita, Wardhani WI. Et all (editor), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2,
edisi 3, 2001 : Media Aesculapius FK UI
4. Latief SA. Suryadi KA. Dachlan MR, Petunjuk Praktis Anestesiologi, Edisi kedua, 2002,
Jakarta : Bagian Anestesiologi dan terapi intensif FK UI
5. Muhiman M. Thaib MR, Sunatrio S. et all (editor), Anestesiologi, 1989, Jakarta : Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UI