Anda di halaman 1dari 15

SERTIFIKASI

BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

1. Pengertian sertifikasi
Istilah sertifikasi dalam makna kamus berati surat keterangan (sertifikat) dari lembaga berwenang yang diberikan
kepada jenis profesi dan sekaligus pernyataan (lisensi) terhadap kelayakan profesi untuk melaksanakan tugas.
Sertifikat pendidik tersebut diberikan kepada guru dan dosen yang telah memenuhi persyaratan.
Menurut Mulyasa (2007), Sertifikasi guru merupakan proses uji kompetensi
bagi calon guru atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan atau meningkatkan kompetensi sesuai profesi
yang dipilihnya. Representasi pemenuhan standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam sertifikasi guru adalah
sertifikat kompetensi pendidik.
National Commision on Education Services (NCES) memberikan pengertian
sertifikasi guru secara lebih umum. Sertifikasi guru merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang calon
guru layak diberikan izin dan kewenangan untuk mengajar. Hal ini diperlukan karena lulusan lembaga pendidikan
tenaga keguruan sangat bervariasi, baik di kalangan perguruan tinggi negeri maupun swasta (NCES dalam
Mulyasa, 2007).
Sertifikasi dalam istilah yuridis menurut ketentuan pasal 1 ayat (11) UUGD adalah proses pemberian sertifikat
pendidik untuk guru atau dosen. Mengenai apa itu sertifikat pendidik dapat dilihat di pasal 1 ayat (12) yaitu
sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.
Untuk itu guru dapat memperoleh sertifikat pendidik dengan kualifikasi pendidikan minimum program sarjana
atau program diploma empat dan terbukti telah menguasai empat kompetensi dasar yaitu:
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik adalah salah satu jenis kompetensi yang mutlak perlu dikuasai guru. Kompetensi
Pedagogik pada dasarnya merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi
Pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan
menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya.
2. Kompetensi Kepribadian
Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan
bahwa kompetensi kepribadian guru yaitu kemampuan kepribadian yang: (1) mantap; (2) stabil; (3) dewasa; (4)
arif dan bijaksana; (5) berwibawa; (6) berakhlak mulia; (7) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (8)
mengevaluasi kinerja sendiri; dan (9) mengembangkan diri secara berkelanjutan.
3. Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses
pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update, dan
menguasai materi pelajaran yang disajikan.
4. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif
dan menarik dengan peserta didik, sesama pendidik, dan tenaga pendidikan, orang tua dan wali peserta
didik,masyarakat sekitar sekolah dan sekitar dimana pendidik itu tinggal, dan pihak-pihak berkepentingan dengan
sekolah. Kondisi objektif ini menggambarkan bahwa kemampuan guru tampak ketika bergaul dan melakukan
interaksi sebagai profesi maupun sebagai masyarakat dan kemampuan mengimplementasi dalm kehidupan seharihari.

Secara garis besar, pelakasaan sertifikasi dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang dimiliki oleh guru
bersangkutan terkait tugas dan profesinya sebagai agen pembelajaran. Berberapa data yang dikumpulkan tersebut
diantaranya ijazah yang menunjukan kualifikasi akademik, sertifikat, piagam atau surat keterangan dalam
mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan(diklat) serta dalam mengikuti lomba dan karya akademik. Selain itu,
data juga dapat berupa surat keterangan karya pengembangan profesi, misalnya penulisan buku, jurnal artikel,
modul, dan karya tulis lain. Dengan persyaratan seperti itu maka guru yang mempunyai banyak kegiatan dan
dengan rapi menyimpan dokumentasi kegiatan akan lebih mudah dalam menjalani proses sertifikasi guru.
Maka, dapat disimpulkan bahwa program sertifikasi guru adalah suatu program yang dilakukan oleh pemerintah
dibawah kuasa Dinas Pendidikan Indonesia Universitas Sumatera Utara dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia, yang dilaksanakan melalui LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah dengan
pemberian sertifikat kepada guru yang telah berhasil mengikuti program tersebut.

1. Sertifikasi Guru dalam Jabatan Melalui Penilaian Portofolio


Penilaian portofolio peserta sertifikasi guru dilakukan oleh LPTK penyelenggara sertifikasi guru dalam bentuk
rayon yang terdiri dari LPTK Induk dan LPTK Mitra dikoordinasikan oleh Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG).
Secara umum alur pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan melalui penilaian portofolio disajikan pada gambar
2.1. Alur Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan meliputi hal-hal sebagai berikut.

Gambar 2.1 Alur Sertifikasi Guru dalam Jabatan Melalui Penilaian Portofolio
Penjelasan alur sertififkasi guru daqlam jabatan melalui portofolio sebagaimana gambar diatas sebagai berikut :
1. Guru dalam jabatan peserta sertifikasi, menyusun dokumen portofolio dengan mengacu Pedoman
Penyusunan Portofolio.
2. Dokumen portofolio yang telah disusun kemudian diserahkan kepada Dinas Pensisikan Kbupaten/Kota
untuk diteruskan kepada rayon LPTK penyelenggara sertifikasi untuk dinilai.

3. Rayon LPTK penyelenggara sertifikasi terdiri atas LPTK Induk dan LPTK Mitra.
4. Apabila hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi dapat mencapai angka minimal kelulusan, maka
dinyatakan lulus dan memperoleh sertifikat pendidik.
5. Apabila skor penilaian hasil portofolio telah mencapai batas kelulusan, namun secara administrasi masih
ada kekurangan maka peserta harus melengkapi kekurangan tersebut (melengkapi administrasi atau MA).
Misalnya ijazah belum dilegalisasi, pernyataan peserta pada portofolio sudah ditandatangani tanpa
dibubuhi materai dan sebagainya.
6. Apabila hasil penilaian portofolio peserta belum mencapai angka minimal kelulusan, maka rayon LPTK
menetapkan alternatif sebagai berikut :
1. Melakukan kegiatan yang berkaitan dengan profesi pendidik untuk melengkapi kekurangan
portofolio (melengkapi substansi atau MS) bagi peserta yang memperoleh skor 841 s/d 849.
Apabila dalam kurun waktu satu bulan peserta tidak mampu melengkapi akan diikutsertakan dalam
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru(PLPG).
2. Mengikuti PLPG yang mencakup empat kompetensi guru dan diakhiri dengan uji kompetensi.
Peserta yang lulus uji kompetensi memperoleh sertifikat pendidik. Peserta diberi kesempatan ujian
ulang dua kali (untuk materi yang belum lulus). Peserta yang tidak lulus dalam ujian ulang kedua
dikembalikan ke dinas pendidikan kabupaten/kota.

1. Sertifikasi Guru dalam Jabatan Melalui Jalur Pendidikan


Sertfifikasi guru dalam jabatan melalui jalur pendidikan diorientasikan kepada guru yunior yang berprestasi dan
mengajar pada pendidikan dasar (SD dan SMP). Penyelenggara adalah perguruan tinggi yang ditunjuk oleh
menteri pendidikan nasional dengan waktu penyelenggaraan selama-lamanya 2 (dua) semester. Bagan alur
pelakdsanaan sertifikasi guru dalam jabatan jalur pendidikan dilaksanakan sesuai dengan Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Alur Sertifikasi Guru dalam Jabatan Melalui Jalur Pendidikan
Penjelasan alur sertifikasi guru dalam jabatan melalui jalur pendidikan sebagai berikut :
1. Guru yang memenuhi syarat untuk mengikuti sertifikasi guru dalam jabatan melalui jalur pendidikan
mendaftar ke Dinas Kabupaten/Kota dengan melengkapi berkas sesuai pedoman penyelenggaraan.
2. Dinas kabupaten/kota melakukan seleksi administratif kepada calon peserta sertifikasi melalui jalur
pendidikan, sesuai dengan rambu-rambu yang telah ada. Masing-masing dinas penididikan kabupaten/kota
mengusulkan 1 orang guru SMP perbidang studi dan 2 orang guru SD yang telah diseleksi ke Ditjen Dikti.
3. Rekap calon peserta sertifikasi melalui jalur peserta pendidikan untuk menetapkan calon peserta program.
Ditjen Dikti menetapkan alokasi peserta pada masing-masing LPTK yang ditunjuk.
4. Ditjen Dikti memfasilitasi seleksi akademik yang dilakukan LPTK penyelenggara sertifikasi melalui jalur
pendidikan untuk menetapkan calon peserta program. Ditjen Dikti menetapkan alokasi peserta pada
masing-masing LPTK yang ditunjuk.
5. Peserta yang lolos seleksi akademik mengikuti pemetaan kemampuan awal untuk menentukan jumlah SKS
yang wajib diambil selama mengikuti sertifikasi guru jalur pendidikan.
6. Pelaksanaan pendidikan selama 2 semester di LPTK, peserta wajib lulus semua matakuliah selama
program, sebagai syarat untuk dapat mengikuti uji kompetensi dalam rangka memperoleh sertfikat
pendidikan.
7. Peserta yang lulus semua mata kuliah diikutkan uji kompetensi. Bagi peserta yang belum lulus ujian mata
kuliah diberikan kesempatan mengikuti pemantapan dan ujian ulanganselama 2 kali.
8. Untuk peserta yang tidak lulus satu atau lebih mata kuliah setelah ujian ulangan selama dua kali, maka
peserta dikembalikan ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk mendapatkan pembinaan.
9. Peserta uji kompetensi yang tidak lulus diberikan kesempatan untuk mengikuti remidi di LPTK.
Kesempatan remidi diberikan dua kali. Bila peserta gagal mengikuti uji kompetensi yang ke-3 maka
peserta diserahkan kembali ke Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten untuk mendapatkan pembinaan.

1. Tujuan Sertifikasi

1. Menentukan kelayakan guru sebagai agen pembelajaran


Sebagai agen pembelajaran berarti guru menjadi pelaku dalam proses pembelajaran. Guru yang sudah menerima
sertifikat pendidik dapat diartikan sudah layak menjadi agen pembelajaran.

2. Meningkatkan proses dan mutu pendidikan


Mutu pendidikan antara lain dapat dilihat dari mutu siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Mutu siswa ini
diantaranya ditentukan dari kecerdasan, minat, dan usaha siswa yang bersangkutan. Guru yang bermutu dalam arti
berkualitas dan profesional menentukan mutu siswa.

3. Meningkatkan martabat guru


Dari bekal pendidikan formal dan juga berbagai kegiatan guru yang antara lain ditunjukkan dari dokumentasi data
yang dikumpulkan dalam proses sertifikasi maka guru akan mentransfer lebih banyak ilmu yang dimiliki kepada
siswanya. Secara psikologis kondisi tersebut akan meningkatkan martabat guru yang bersangkutan.

4. Meningkatkan profesionalisme
Guru yang profesional antara lain dapat ditentukan dari pendidikan, pelatihan, pengembangan diri, dan berbagai
aktivitas lainnya yang terkait dengan profesinya.Langkah awal untuk menjadi profesional dapat ditempuh dengan
mengikuti sertifikasi guru.

1. Manfaat Sertifikasi Guru


Semua guru pasti ingin memperoleh sertifikasi pendidik sebagai wujud profesionalisme kerjanya. Dengan lolosnya
sertifikasi, seorang guru secara otomatis sudah membuktikan profesinya sebagai pendidik. Di samping itu,
sertifikasi baik melalui penilaian portofolio maupun jalur pendidikan, sama-sama memberikan manfaat kepada
peserta yang mengikutinya. Adanya sertifikasi akan mendorong para guru calon peserta sertifikasi, untuk mencapai
prestasi dan berbuat hal terbaik dalam bidang pengajaran.

Sementara itu bagi guru-guru yang sudah terdaftar melalui penilaian portofolio tetapi gagal dalam proses
sertifikasi akan tetap mendapatkan keuntungan, yaitu adanya tambahan pengetahuan serta wawasan kependidikan
selama mengikuti PLPG. Begitu juga dengan peserta yang mengikuti sertifikasi melalui jalur pendidikan.
Perkuliahan selama dua semester akan menempa profesi mereka untuk meningkatkan kualitas pengajaran di
sekolah kelak.
Terlepas dari hal tersebut, manfaat yang juga penting adalah :
1. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang merugikan citra profesi guru
Guru yang telah mempunyai sertifikat pendidik harus dapat menerapkan proses pembelajaran dikelas sesuai
dengan praktik yang telah diuji.

2. Melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan profesional
Sekolah yang mempunyai mutu pendidikan baik ditentukan dari mutu guru dan mutu proses pembelajaran di kelas.
Dengan sertifikasi, mutu guru diharapkan akan meningkat sehingga meningkatkan mutu sekolah. Pada akhirnya,
masyarakat dapat menilai kualitas sekolah berdasarkan mutu pendidikannya.

3. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi guru

Hasil sertifikasi diantaranya dapat digunakan sebagai cara untuk menentukan imbalan yang sesuai dengan
prestasinya, yaitu beruoa tunjangan profesi. Cara ini dapat menghindari dari praktik ketidakadilan, misalnya guru
yang berprestasi hanya mendapatkan imbalan yang kecil. Dengan demikian, kesejahteraan guru dapat dapat
meningkat sesuai dengan prestasi yang diraihnya. Namun satu hal yang yang perlu ditekankan adalah bahwa
tunjangan profesi bukan menjadi tujuan utama sertifikasi. Tunjangan profesi merupakan konsekuensi logis yang
menyertai kompetensi guru.

4. Adanya tunjangan profesi


Guru yang berhasil mendapatkan sertifikat pendidikan akan menerima runjangan profesi dari pemerintah sebesar
satu bulan gaji. Ini tentu saja sumbanagn pemerintah yang cukup penting untuk meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia. Guru-guru yang sudah terdidik dan sejahtera secara ekonomi akan menjadi aset bagi kemajuan
pendidikan di masa mendatang.

1. PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI
Lembaga penyelenggaraan sertifikasi telah diatur oleh UU 14 Tahun 2005, pasal 11 (ayat 2) yaitu; perguruan
tinggi yang mempunyai program pengadaan tenaga pendidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.
Maksutnya penyelenggaraan dilakukan oleh perguruan tinggi yang mempunyai fakultas keguruan seperti FKIP dan
Fakultas Tarbiyah UIN, IAIN, STAIN, STAIS yang telah terakreditasi olehBadan Akreditasi Nasional Perguruan
Tinggi Departemen Pendidikan Republik Indonesia dan ditetapkan oleh pemerintah.

Pelaksanaan Sertifikasi diatur oleh penyelenggara yaitu kerjasama antara Dinas Pendidikan Nasional daerah atau
Departemen Agama Provinsi dengan Perguruan Tinggi yang ditunjuk. Kemudian pendanaan Sertifikasi ditanggung
oleh pemerintah dan pemerintah daerah sebagaimana UU 14 Tahun 2005, pasal 13 (ayat 1) Pemerintah dan
pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik
bagi guru dalam jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat.

1. SYARAT PESERTA SERTIFIKASI GURU


Direktur Jenderal PMPTK telah menerbitkan buku Pedoman Penetapan Peserta Sertifikasi Jabatan Guru. Berikut
kutipan persyaratan yang harus disiapkan bagi rekan guru yang ditetapkan mengikuti sertifikasi
Persyaratan dan Ketentuan Peserta Sertifikasi 2010 adalah:
1. Persyaratan Umum
Top of Form
Bottom of Form
a. Guru yang masih aktif mengajar di sekolah di bawah binaan Departemen Pendidikan Nasional yaitu guru yang
mengajar di sekolah umum, kecuali guru Agama. Sertifikasi guru bagi guru Agama (termasuk guru Agama yang
memiliki NIP 13) dan semua guru yang mengajar di Madrasah (termasuk guru bidang studi umum yang memiliki
NIP diselenggarakan oleh Departemen Agama dengan kuota dan aturan penetapan peserta dari Departemen
Agama. Sesuai Surat Edaran Bersama Direktur Jenderal PMPTK dan Sekretaris Jenderal Departemen Agama
Nomor SJ/Dj.I/Kp.02/1569/2007, Nomor 4823/F/SE/2007 Tahun 2007.

b. Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan formal yang diangkat sebelum berlakunya
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, 1 Desember 2008 (Pasal 67).
c. Guru bukan PNS harus memiliki SK sebagai guru tetap dari penyelenggara pendidikan, sedangkan guru bukan
PNS pada sekolah negeri harus memiliki SK dari dinas pendidikanprovinsi/ kabupaten/kota.
d. Pada tanggal 1 Januari 2011 belum memasuki usia 60 tahun.
e. Memiliki nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK).

2. Persyaratan Khusus untuk Uji Kompetensi melalui Penilaian Portofolio


a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dari program studi yang memiliki izin
penyelenggaraan
b. Memiliki masa kerja sebagai guru (PNS atau bukan PNS) minimal 5 tahun pada suatu satuan pendidikan dan
pada saat Undang?Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen terbit yang bersangkutan sudah
menjadi guru. (Contoh perhitungan masa kerja lihat urutan prioritas penetapan peserta pada BAB III)
c. Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang belum memiliki kualifikasi
akademik S-1/D-IV apabila sudah:
1) Pada 1 Januari 2010 mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru, atau
2) mempunyai golongan IV/a atau memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/a.

3. Persyaratan Khusus untuk Guru yang diberi Sertifikat secara Langsung


a. Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang memiliki kualifikasi akademik
magister (S?2) atau doktor (S?3) dari perguruan tinggi terakreditasi dalam bidang kependidikan atau bidang studi
yang relevan dengan mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran yang diampunya, atau guru kelas dan guru
bimbingan dan konseling atau konselor, dengan golongan sekurang?kurangnya IV/b atau yang memenuhi angka
kredit kumulatif setara dengan golongan IV/b.
b. Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang memiliki golongan serendah?
rendahnya IV/c atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/c.

1. PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP PENINGKATAN KINERJA GURU


Pemerintah berharap, dengan disertifkasinya guru, kinerjanya akan meningkat sehingga prestasi siswa meningkat
pula. Namun dalam pelaksanaannya, sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio memberi banyak peluang pada
guru untuk menempuh jalan pintas. Hal ini disebabkan profesionalisme guru diukur dari tumpukan kertas.
Indikator inilah yang kemudian memunculkan hipotesis bahwa pelaksanaan sertifikasi dalam wujud penilaian
portofolio tidak akan berdampak sama sekali terhadap kinerja guru, apalagi terhadap peningkatan mutu pendidikan
nasional.

Bahkan ada yang berhipotesis bahwa sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio tak akan berdampak sama sekali
terhadap peningkatan kinerja guru, apalagi dikaitkan dengan peningkatan mutu pendidikan nasional.

Apa yang menjadi keprihatinan banyak pihak ini dapat dimaklumi. Hal ini dikarenakan pelaksanaan sertifikasi
dalam bentuk penilaian portofolio tidak lebih dari penilaian terhadap tumpukan kertas. Kelayakan profesi guru
dinilai berdasarkan tumpukan kertas yang mampu dikumpulkan. Padahal untuk membuat tumpukan kertas itu pada
zaman sekarang amatlah mudah. Tidak mengherankan jika kemudian ada beberapa kepala sekolah yang
menyetting berkas portofolio guru di sekolahnya tidak mencapai batas angka kelulusan. Mereka berharap guruguru tersebut dapat mengikuti diklat sertifikasi. Dengan mengikuti diklat sertifikasi, maka akan banyak ilmu baru
yang akan didapatkan secara cuma-cuma. Dan pada gilirannya, ilmu yang mereka dapatkan di diklat sertifikasi
akan diterapkan di sekolah atau di kelas.
Hipotesis bahwa pelaksanaan sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio tidak akan berdampak sama sekali
terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional terasa akan menjadi kenyataan bila dibandingkan dengan
pelaksanaan sertifikasi di beberapa negara maju, khusunya dalam bidang pendidikan. Hasil studi Educational
Testing Srvice (ETS) yang dilakukan di delapan negara menunjukkan bahwa pola-pola pembinaan
profsesionalisme guru di negara-negara tersebut dilakukan dengan sangat ketat (Samami dkk., 2006:34).
Sebagai contoh, Amerika Serikat dan Inggris yang menerapkan sertifikasi secara ketat bagi calon guru yang baru
lulus dari perguruan tinggi. Di kedua negara tersebut, setiap orang yang ingin menjadi guru harus mengikuti ujian
untuk memperoleh lisensi mengajar. Ujian untuk memperoleh lisensi tersebut terdiri dari tiga praksis, yaitu tes
keterampilan akademik yang dikenakan pada saat seseorang masuk program penyiapan guru, penilaian terhadap
penguasaan materi ajar yang diterapkan pada saat yang bersangkutan mengikuti ujian lisensi, dan penilaian
performance di kelas yang diterapkan pada tahun pertama mengajar.Mereka yang memiliki lisensi mengajarlah
yang berhak menjadi guru.

Keterpurukan mutu pendidikan Indonesia di dunia internasional memang amat memprihatinkan. Akan tetapi,
keprihatinan ini jangan sampai membuat kita putus harapan. Keterpurukan ini hendaknya membuat kita sungguhsungguh terdorong mencari jalan yang tepat, bukan dengan cara-cara instan dan mengutamakan kepentingan
pribadi.

Salah satu jalan yang ditempuh oleh pemerintah dalam mengatasi mutu pendidikan yang rendah ini adalah dengan
meningkatkan kualitas gurunya melalui sertifkasi guru. Pemerintah berharap, dengan disertifkasinya guru,
kinerjanya akan meningkat sehingga prestasi siswa meningkat pula. Namun dalam pelaksanaannya, sertifikasi
dalam bentuk penilaian portofolio memberi banyak peluang pada guru untuk menempuh jalan pintas. Hal ini
disebabkan profesionalisme guru diukur dari tumpukan kertas. Indikator inilah yang kemudian memunculkan
hipotesis bahwa pelaksanaan sertifikasi dalam wujud penilaian portofolio tidak akan berdampak sama sekali
terhadap kinerja guru, apalagi terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional.

Di samping itu, berkaca pada pelaksanaan sertifikasi negara-negara maju, terutama dalam bidang pendidikan,
peningkatkan mutu pendidikan hanya dapat dicapai dengan pola-pola dan proses yang tepat. Pola-pola instan
hanya akan menghambur-hamburkan dana dan waktu menjadi terbuang percuma. Sedangkan apa yang menjadi
substansi sama sekali tidak tersentuh.

Di samping itu, berkaca pada pelaksanaan sertifikasi negara-negara maju, terutama dalam bidang pendidikan,
peningkatkan mutu pendidikan hanya dapat dicapai dengan pola-pola dan proses yang tepat. Pola-pola instan
hanya akan menghambur-hamburkan dana dan waktu menjadi terbuang percuma. Sedangkan apa yang menjadi
substansi sama sekali tidak tersentuh.

Sertifikasi tidak akan berdampak sama sekali terhadap kinerja guru, memang baru sebuah hipotesis. Hipotesis ini
memang harus dibuktikan melalui sebuah penelitian. Akan tetapi, tidak ada salahnya bila kita mengatakan

sertifikasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan-atau bahkan tidak memiliki pengaruh sama sekali-terhadap
kinerja guru berdasarkan indikator-indikator yang tampak di depan mata.

Dalam rangka memperoleh profsionalisme guru, hal yang diujikan dalam sertifikasi adalah kompetensi guru.
Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 10 dan Peraturan Pemerintah tentang
Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, kompetensi guru meliputi empat komponen yaitu kompetensi pedagogik,
kepribadian, professional, dan sosial. Namun demikian,setelah adanya sertifikasipendidik, kinerja guru masih
dirasa kurang meningkat.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa dampak sertifikasi terhadap kinerja guru belum mengalami
perubahan.Para pendidik di sekolahan tersebut belum mampu mengaplikasikan empat komponen tentang standar
nasional pendidikan.Dampak sertifikasi pada komponen yang pertama yaitu pada kompetensi pedagogic,para guru
belum mengalami perubahan yang lebih baik dalam memeberikan pembelajaran pada siswanya.Pemberian teori
belajar dan penggunaan bahasa Indonesia yang baik pun belum mampu sepenuhnya dilakukan oleh para
guru.Komponen yang kedua yaitu pada komponen kompetensi profesionalitas guru juga belum mengalami
peningkatan setelah adanya sertifikasi.Para guru belum mampu meningkatkan efektifitas belajar siswa dan juga
belum ada peningkatan dalam guru untuk lebih aktif mengikuti berbagai kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan profesionalitas dalam bidangnya seperti diklat,Lokakarya,dan MGMP.
Komponen yang ketiga yaitu komponen kompetensi social guru,dalam komponen ini guru dituntut untuk
meningkatkan rasa sosialnya seperti untuk lebih berinteraksi dengan masyarakat agar berperan serta dalam
pendidikan putra-putrinya.Komponen yang keempat adalah komponen kompetensi kepribadian guru,pada
komponen ini guru juga belum mengalami peningkatan yang signifikan untuk lebih berkomitmen dalam
menjalankan tugasnya sebagai guru yang professional.Selain itu,guru belum bisa bersikap wajar dalam hal
berpakaian dan memakai perhiasan yang mencolok.
Kinerja guru dinilai meningkat hanya saat guru-guru belum lolos sertifikasi dan setelah mendapatkan sertifikasi
kinerja guru menjadi menurun seperti para guru menjadi enggan untuk mengikuti seminar atau pelatihan untuk
peningkatan kualitas diri,padahal sebelum mendapat sertifikasi para guru menjadi lebih sering mengikuti pelatihan
untuk peningkatan kualitas diri.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
mengenai dampak sertifikasi profesi guru terhadap kinerja guru menunjukan hasil yang kurang memuaskan.
Setelah mengolah data 16 dari 28 provinsi yang diteliti hasilnya menunjukan bahwa peningkatan kinerja yang
diharapkan dari guru yang sudah bersertifikasi, seperti perubahan pola kerja, motivasi kerja, pembelajaran, atau
peningkatan diri, dinilai masih tetap sama.

BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Dengan adanya program sertifikasi guru diharapkan kinerja guru akan meningkat sehingga mutu pendidikan di
Indonesia juga akan meningkat ke arah yang lebih baik.Setelah sertifikasi diharapkan guru dapat memenuhi empat
komponen seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 10 dan Peraturan Pemerintah
tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, kompetensi guru meliputi empat komponen yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, professional, dan social.Namun dalam prakteknya,banyak guru yang tidak dapat
memenuhi keempat komponen tersebut dan dari beberapa penelitian juga menunjukan bahwa kinerja guru tidak
meningkat setelah adanya sertifikasi dan cenderung masih sama sebelum adanya sertifikasi. Untuk menjaga mutu
guru yang sudah lolos sertifikasi seharusnya ada pola pembinaan dan pengawasan yang terpadu dan berkelanjutan
bagi para guru.

1. SARAN

1. Disarankan kepada pemerintah agar mengkaji ulang sertifikasi guru berbasis portofolio sehubungn dengan
banyaknya kecurangan dan manipulasi berkas portofolio dalam sertifikasi.
2. Disarankan kepada tim pengawas sertifikasi atau tim asesor agar meningkatkan pengawasan dan ketelitian
dalam mensertifikasi, Serta mensosialisasikan program sertifikasi tersebut bersama dengan Dinas
Pendidikan setempat.
3. Disarankan kepada pemerintah agar meningkatkan program up grading para guru. Hal ini bertujuan
memfasilitasi para guru agar mudah dalam proses sertifikasi dengan jalan yang benar.
4. Disarankan kepada pemerintah untuk tetap mengadakan pengawasan terhadap kinerja guru yang telah
berhasil mendapatkan sertifikasi agar pelaksanaan dan tujuan sertifikasi

1. DAFTAR PUSTAKA

Sujanto, Bejo.2009.Cara Efektif Menuju Sertifikasi Guru.Jakarta:Raih Asa Sukses.


Yamin, Martinis.2007.Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia.Jakarta:Gaung Persada Press
Jakarta.
Trianto dan Titik Triwulan Tutik.2007.Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualitas
Kompetensi dan Kesejahteraan.Jakarta:Prestasi Pustaka
Sagala, Syaiful.2009.Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga
Kependidikan.Bandung:Alfabeta
Suderajat, Heri.2004.Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi(KBK).Bandung:Cipta
Cekas Grafika.
Sanusi, Achmad.1991.Studi Pengembangan Pendidik Profesional Tenaga
Kependidikan.Bandung:IKIP Bandung.
Anonim.2006.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen.Bandung:Citra Umbara.
Hmalik, Oemar.2002.Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.Jakarta:Bumi
Anonim.Pengaruh Sertifikasi Terhadap Kinerja Guru. http://smkn1bongas-tkj.blogspot.com/2010/01/pengaruhsertifikasi-terhadap-kinerja.html. (Diakses tanggal 25 November 2012)

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN


Menurut Undang-Undang dan Permendiknas*
A. Pengertian
Ada beberapa pengertian tentang sertifikasi bagi guru dalam jabatan sebagai berikut :
Menurut UU RI No. 14 Th. 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab I Pasal 1 ayat 11 12, yang
berbunyi:
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikat
pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen
sebagai tenaga professional.
Menurut Peraturan Menteri Nasional No. 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam
Jabatan Pasal 1 ayat 1-3 dan pasal 2 ayat 1, yang berbunyi:
Sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk
guru dalam jabatan. Sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diikuti oleh
guru dalam jabatan yang telah memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma
empat (D-IV).
Sertifikasi bagi guru dalam jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan
oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pengadaan tenaga kependidikan
yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional.
Pasal 2. Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk
memperoleh sertifikat pendidik.
B. Dasar Penyelenggaraannya
Adapun dasar diselenggarakannya sertifikasi guru dalam jabatan adalah sebagai berikut :
UU RI No. 20 Th. 2003 Tentang SISDIKNAS Bab XI Pasal 42 ayat 1, yang berbunyi:
Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional
UU RI No. 14 Th. 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal 8, yang berbunyi:
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Permendiknas No. 16 Th.2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru,
yang berbunyi:
Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang
berlaku secara nasional.
C. Penyelenggaranya
Adapun penyelenggaranya adalah Perguruan Tinggi yang memiliki program pengadaan
tenaga kependidikan, terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah yang kemudian disebut
LPTK berdasarkan sebagai berikut :
Menurut UUGD Bab IV Pasal 11 yang berbunyi :
Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Sertifikasi
pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah. Sertifikasi pendidik
dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel
Permendiknas No. 9 Tahun 2010 pasal 1 ayat 2 yang berbunyi :
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah perguruan tinggi yang diberi
tugas oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan program PPG pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
D. Proses/Jalur Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
Proses/jalur Sertifikasi Guru Dalam Jabatan sebagaimana di atas dilaksanakan melalui :
1. Pemberian Sertifikat Pendidik secara Langsung (PSPL);
Sertifikasi guru pola PSPL didahului dengan verifikasi dokumen, dengan persyaratan sbb :

a)

b)

c)

d)

e)

Guru yang sudah memiliki kualifikasi akademik S-2 atau S-3 dari perguruan tinggi
terakreditasi dalam bidang kependidikan atau bidang studi yang relevan dengan mata
pelajaran atau rumpun mata pelajaran yang diampunya dengan golongan paling rendah
IV/b atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/b.
Guru kelas yang sudah memiliki kualifikasi akademik S-2 atau S-3 dari perguruan tinggi
terakreditasi dalam bidang kependidikan atau bidang studi yang relevan dengan tugas
yang diampunya dengan golongan paling rendah IV/b atau yang memenuhi angka kredit
kumulatif setara dengan golongan IV/b.
Guru bimbingan dan konseling atau konselor yang sudah memiliki kualifikasi akademik S-2
atau S-3 dari perguruan tinggi terakreditasi dalam bidang kependidikan atau bidang studi
yang relevan dengan tugas bimbingan dan konseling dengan golongan paling rendah IV/b
atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/b.
Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas pada satuan pendidikan yang sudah
memiliki kualifikasi akademik S-2 atau S-3 dari perguruan tinggi terakreditasi dalam bidang
kependidikan atau bidang studi yang relevan dengan tugas kepengawasan dengan
golongan paling rendah IV/b atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan
golongan IV/b; atau
Guru yang sudah mempunyai golongan paling rendah IV/c, atau yang memenuhi angka
kredit kumulatif setara dengan golongan IV/c (melalui in passing).

2. Portofolio (PF);
Sertifikasi guru pola PF dilakukan melalui penilaian dan verifikasi terhadap kumpulan berkas
yang mencerminkan kompetensi guru. Komponen penilaian portofolio mencakup:
1) kualifikasi akademik,
2) pendidikan dan pelatihan,
3) pengalaman mengajar,
4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,
5) penilaian dari atasan dan pengawas,
6) prestasi akademik,
7) karya pengembangan profesi,
8) keikutsertaan dalam forum ilmiah,
9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan
10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Peserta Sertifikasi pola PF adalah guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas
satuan pendidikan yang telah memenuhi persyaratan akademik dan administrasi serta
memiliki prestasi dan kesiapan diri. Sementara itu, bagi guru yang telah memenuhi
persyaratan akademik dan administrasi namun tidak memiliki kesiapan diri untuk
mengikuti sertifikasi melalui pola PF, dibolehkan mengikuti sertifikasi pola PLPG setelah
lulus Uji Kompetensi Awal (UKA).

3. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG);


PLPG bentuknya pelatihan yang diselenggarakan oleh Rayon LPTK
Beban belajar PLPG = 90 JP selama 10 hari
Pelaksanaannya dalam bentuk perkuliahan dan workshop dengan menggunakan
pendekatan PAIKEM.
Perkuliahan dilaksanakan untuk penguatan materi bidang studi, model-model
pembelajaran, dan karya ilmiah, mengembangkan, mengemas perangkat pembelajaran
dan penulisan karya ilmiah
Pada akhir PLPG dilaksanakan uji kompetensi.
Peserta sertifikasi pola PLPG adalah guru kelas, guru mata pelajaran, guru BK, serta guru
yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang memilih:
(1) sertifikasi pola PLPG,
(2) pola PF yang berstatus tidak mencapai passing grade penilaian portofolio atau tidak lulus
verifikasi portofolio (TLVPF), dan
(3) PSPL tetapi berstatus tidak memenuhi persyaratan (TMP) yang lulus UKA.

Sertifikasi guru Pola PSPL, PF dan PLPG dilakukan oleh Rayon LPTK Penyelenggara
Sertifikasi Guru yang ditunjuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Penyelenggaraan sertifikasi guru dikoordinasikan oleh Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG).
4. Pendidikan Profesi Guru (PPG).
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang SPN pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi
setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan
dengan persyaratan keahlian khusus. Dengan demikian program PPG adalah program
pendidikan yang diselenggarakan untuk lulusan S-1Kependidikan dan S-1/D-IV Non
Kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru, agar mereka dapat menjadi
guru yang profesional sesuai dengan standar nasional pendidikan dan memperoleh
sertifikat pendidik.
Dasarnya adalah sebagai berikut :
Permendiknas No. 9 Tahun 2010 pasal 1 ayat 2 yang berbunyi :
Program Pendidikan Profesi Guru bagi Guru Dalam Jabatan yang selanjutnya disebut
program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program pendidikan yang diselenggarakan
untuk mempersiapkan guru agar menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan
standar nasional pendidikan sehingga dapat memperoleh sertifikat pendidik.
UU No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi :
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian
khusus
PP No. 74 Tahun 2008 pasal 4 ayat 2, yang berbunyi :
Pendidikan Profesi Guru (PPG) hanya diikuti oleh peserta didik yang telah memenuhi
kualifikasi S.1 atau D.IV
Permendiknas No. 8 Tahun 2009 tentang PPG Pra Jabatan.
Permendiknas No. 11 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
Adapun tujuannya mengacu pada UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 adalah sebagai berikut :
a) Tujuan umum program PPG
adalah menghasilkan calon guru yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
b) Tujuan khusus program PPG
Berdasarkan Permendiknas No. 8 Tahun 2009 Pasal 2 adalah untuk menghasilkan calon
guru yang memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai
pembelajaran; menindaklanjuti hasil penilaian, melakukan pembimbingan, dan pelatihan
peserta didik serta melakukan penelitian, dan mampu mengembangkan profesionalitas
secara berkelanjutan.
Prinsip-prinsip pembelajaran yang perlu mendapat perhatian khusus dalam program
pendidikan profesi guru, antara lain adalah:
1. Keaktifan peserta didik
Proses pembelajaran diarahkan pada upaya untuk mengaktifkan peserta didik, bukan
dalam arti fisik melainkan dalam keseluruhan perilaku belajar. Keaktifan ini dapat
diwujudkan antara lain melalui pemberian 20 kesempatan menyatakan gagasan, mencari
informasi dari berbagaisumber dan melaksanakan tugas-tugas yang merupakan aplikasi
dari konsep-konsep yang telah dipelajari.
2. Higher order thinking
Pengembangan sistim pembelajaran yang berorientasi pada kemampuan berfikir tingkat
tinggi (higher order thinking), meliputi berfikir kritis,kreatif, logis, reflektif, pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan.
3. Dampak pengiring
Di samping diarahkan pada pencapaian dampak instruksional(instructional effects), proses
pembelajaran diharapkan mengakomodasi upaya pencapaian dampak pengiring (nurturant

effects). Upaya ini akan membantu pengembangan sikap dan kepribadian peserta didik
sebagai guru.
4. Pemanfaatan teknologi informasi
Keterampilan memanfaatkan multimedia dan teknologi informasi perlu dikembangkan
dalam semua perkuliahan, baik untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan
maupun sebagai media pembelajaran.
5. Pembelajaran Kontekstual
Dalam melaksanakan pembelajaran, konsep-konsep diperoleh melalui pengalaman dan
kenyataan yang ada di lingkungan sehari-hari. Pengenalan lapangan dalam bidang
pembelajaran dilakukan sejak awal, tidak hanya menjelang akhir program, melalui
kunjungan ke sekolah pada waktu-waktu tertentu, hingga pelaksanan Program Pengalaman
Lapangan. Kegiatan dirancang dan dilaksanakan sebagai tugas perkuliahan.
6. Penggunaan strategi dan model pembelajaran yang bervariasi dalam mengaktifkan
peserta didik.
7.
Belajar dengan berbuat Prinsip learning by doing tidak hanya diperlukan dalam
pembentukan keterampilan, melainkan juga pada pembentukan pengetahuan dan sikap.
Dengan prinsip ini, pengetahuan dan sikap terbentuk melalui pengalaman dalam
menyelesaikan kegiatan-kegiatan yang ditugaskan termasuk mengatasi masalah-masalah
yang dihadapi di lapangan. Proses pembelajaran dalam Program PPG lebih menekankan
kepada partisipasi aktif mahasiswa melalui model pembelajaran workshop atau lokakarya
dengan bimbingan atau asuhan dosen dan guru pamong. Tahapan dan suasana
pembelajaran dalam PPG untuk tahap workshop SSP dapat di contohkan sebagai berikut:
Workshop SSP adalah suatu pembelajaran dalam PPG berbentuk lokakarya yang bertujuan
untuk menyiapkan mahasiswa Program PPG agar mampu mengemas materi bidang studi
untuk pembelajaran bidang studi yang mendidik (subject specific pedagogy), sehingga
mahasiswa dinyatakan siap untuk melaksanakan tugas Praktik Pengalaman Lapangan,
yang ditandai dengan kesiapan:
1) RPP,
2) bahan ajar,
3) media pembelajaran,
4) pendukung pembelajaran lainnya,
5) kemampuan menampilkan kinerja calon guru profesional
Demikian uraian tentang sertifikasi guru dalam jabatan berdasarkan undang-undang serta
permendiknas, semoga bisa bermanfaat guna menambah wawasan dan wacana tentang
sertifikasi guru yang sedang berjalan di negeri kita ini. Kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan untuk peningkatan pemikiran.
* Dipresentasikan dalam tugas mata kuliah Pemantapan dan Pengembangan Profesi Guru
Berkelanjutan program PPG Bahasa Arab di R.301 lt. III Sekolah Pascasarjana UIN-Jkt oleh:
Zainal Abidin Amin Yusuf, Entis Rohman, N. Iis Aisyah, Iroh Rohanah
Diposkan oleh Zainal Abidin di 17.55
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai