Disusun oleh :
Dini
1102010082
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Pasar Rebo
Pembimbing :
Dr. Endang Poerwati Sp.A
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
A. Identitas Pasien
Nama
: An. J.A.B
Umur
: 11 bulan
BB/TB
: 7 kg / 73 cm
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
Masuk RS
: 03 November 2014
Tgl. Pemeriksaan
: 07 November 2014
Ibu
Nama
: Tn. Rudi
Ny. Fira
Agama
: ISLAM
ISLAM
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu pasien.
A. KELUHAN UTAMA
Buang air besar lebih dari 3 kali sejak 3 hari SMRS
B. KELUHAN TAMBAHAN
Muntah, demam, badan kuning.
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan Buang air besar
sejak 3 hari yang lalu yang berisi air dan ampas berwarna kuning, namun tidak ada
lendir, darah maupun bau busuk. Buang air besar seperti ini dirasakan setiap hari
sebanyak lebih dari 3 kali. Sebelumnya buang air besar pasien tidak pernah
sebanyak dan seperti ini. Buang air besar seperti ini terjadi setelah pasien makan
wortel pada pagi hari.
Ibu pasien mengeluhkan adanya muntah yang dirasakan sejak 3 hari pada
bayinya sebanyak 3 kali. Muntah berisikan air dan makanan yang dimakan oleh
pasien. Setiap pasien dikasih makan, pasien langsung memuntahkannya. Ibu
pasien juga mengeluhkan adanya demam yang terjadi bersamaan dengan buang air
besar yang encer dan muntah. Namun demam sudah hilang pada hari ke-4. Ibu
pasien mengakui anaknya rewel.
Ibu pasien juga merasakan badan pasien menguning semenjak pasien
diberikan makan wortel setiap hari sejak 1 bulan terakhir. Pasien sudah ke
Puskesmas dan pasien diberitahu kalau pasien terlalu banyak mengkonsumsi
wortel yang mengandung vitamin A.
Ibu pasien menyangkal adanya batuk, pilek dan sesak. Buang air kecil pasien
normal. Ibu pasien mengakui sampai sekarang pasien hanya mau minum ASI dan
makan wortel saja.
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Penyakit
Umur
Penyakit
Umur
Penyakit
Umur
Alergi
Difteri
Penyakit
Cacingan
Diare
Jantung
Penyakit
Ginjal
Demam
Kejang
Penyakit
berdarah
Darah
Demam
Kecelakaan
Radang Paru
Otitis
Morbili
Tuberkulosis
Parotitis
Operasi
Bronchitis
Typhoid
KELAHIRAN
Morbiditas kehamilan
Perawatan antenatal
Tempat kelahiran
Rumah sakit
Penolong persalinan
Dokter
Cara persalinan
Ekstraksi Vakum
Masa gestasi
Cukup bulan
Keadaan bayi
o Berat lahir
: 3000 g
o Panjang
: 48 cm
o Lingkar kepala
: 32 cm
o Langsung menangis : Ya
o Nilai APGAR
: 8/9
o Kelainan bawaan
:-
: Sakit Sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
Nadi
: 108 x/menit
Frek. napas
: 24 x/menit
Suhu
: 37,40C
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
: Sariawan (-)
Bibir
Lidah
Tenggorokan
Leher
Toraks
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Abdomen datar
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Extremitas
Tinggi/Panjang Badan(TB/PB)
: 73
Lingkar kepala
: 41
cm
: -
cm (LLA/U =81% )
BB/U
: 7 /10 x 100% = 70 %
TB/U
BB/TB
: 7 / 9 x 100% = 78 %
Hasil
Nilai Rujukan
Hemaglobin
11,6 g/dL
10,8 12,8
Hematokrit
34 %
35 43
Eritrosit
5 juta/L
3,6 5,2
Leukosit
14.87/ L
5,50 15,50
Trombosit
355.000/ L
229 553
Natrium
134 mmol/L
135-147
Kalium
4.0 mmol/L
3.5 5.0
Klorida
100 mmol/L
98 108
Hasil
Nilai Rujukan
Tinja Rutin
Warna
Kuning
Coklat
Konsistensi
Lembek
Lembek
Lendir
Negatif
Negatif
Pus
Negatif
Negatif
Darah
Negatif
Negatif
Amoeba
Negatif
Negatif
Lemak
Negatif
Negatif
Serat otot
Negatif
Negatif
Serat Tumbuhan
Negatif
Negatif
Amilum
Negatif
Negatif
Leukosit
0 -1
01
Eritrosit
01
01
Jamur
Negatif
Telur Cacing
Tidak ditemukan
Lain lain
Negatif
Mikroskopik
Negatif
Kimia Klinik
Hasil
Nilai Rujukan
SGOT (AST)
51 U/L
<54
SGPT (ALT)
13 U/L
<54
Hematologi
Hasil
Nilai Rujukan
3 mm/jam
<10
V. RESUME
Pasien usia 11 bulan dengan keluhan Buang air besar sejak 3 hari yang lalu
yang berisi air dan ampas berwarna kuning, namun tidak ada lendir maupun darah.
Buang air besar seperti ini dirasakan setiap hari sebanyak lebih dari 3 kali. Pasien
muntah sejak 3 hari sebanyak 3 kali. Muntah berisikan air dan makanan yang
dimakan oleh pasien. Pasien juga mengeluhkan adanya demam yang terjadi
bersamaan dengan buang air besar yang encer dan muntah. Namun demam sudah
hilang pada hari ke-4. Badan pasien menguning semenjak pasien diberikan makan
wortel setiap hari.
VI.
ANALISA KASUS
Diare akut sebagai kejadian akut dari diare yang biasanya berlangsung selama
3-7 hari tetapi dapat pula berlangsung sampai 14 hari. Diare akut adalah buang air
besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung dari
1 minggu. (WHO/UNICEF)
Diare dengan karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau perubahan
konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual, muntah,
demam, atau sakit perut yang berlangsung selama 3-7 hari. (American Academy of
Pediatrics (AAP)
Penilaian
Keadaan umum
Baik, sadar
*Gelisah, rewel
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung
Air mata
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Mulut, lidah
Basah
Kering
Sangat kering
*Kembali lambat
Minum seperti
Rasa haus
biasa
Turgor kulit
Kembali cepat
Dehidrasi ringan-sedang
Hasil pemeriksaan
Tanpa dehidrasi
Terapi
Rencana Terapi A
VII.
DIAGNOSIS KERJA
VIII.
VII
Rencana Terapi B
DIAGNOSIS BANDING
Diare Akut ec. Bakteri
Ikterus
RENCANA PENGELOLAAN
Dehidrasi berat
Bila ada 1 tanda *
Ditambah 1 atau lebih tanda lain
Rencana Terapi C
A. RENCANA PEMERIKSAAN
(-)
A. RENCANA TERAPI
o Rehidrasi dengan oralit 3 jam pertama 75 ml/kgBB
o IVFD KAEN 3B
o Zinc 20 mg 1x1 Selama 10 hari
o ASI dan makanan
B. RENCANA PEMANTAUAN
o Pantau kekurangan cairan dari klinis dan pemeriksaan Lab
o Balance cairan
o Pantau Asi dan makanan untuk pasien
C. RENCANA EDUKASI
o Bedrest selama di rumah sakit
o Makan Makanan yang bergizi
o Jangan terlalu banyak makan wortel
o ASI tetap diberikan
o Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan
o Kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban
o Penyediaan air minum yang bersih
o Selalu memasak makanan
XI. FOLLOW UP
Pemeriksaan
Tanggal
04 November 2014
Keluhan
05 November 2014
06 November 2014
O
Keadaan
umum
Kesadaran
Tanda vital
Kepala
Mata
Leher
Paru
Sakit Sedang
Sakit Sedang
Sakit Sedang
Compos mentis
Compos mentis
Compos mentis
RR = 24x /menit
RR = 24x /menit
RR = 24x /menit
Suhu = 37,9 C
Suhu = 37,7C
Suhu = 37C
Normocephali
Normocephali
Normocephali
CA -/- , SI -/-
CA -/- , SI -/-
CA -/- , SI -/-
KGB membesar
KGB membesar
KGB membesar
Suara napas
Suara napas
Suara napas
vesikuler
vesikuler
vesikuler
Rh -/-, Wh -/-
Rh -/-, Wh -/-
Rh -/-, Wh -/-
Slam -/-
Slam -/-
Slam -/-
Jantung
Abdomen
Extremitas
Diagnosa
S1S2 reguler
S1S2 reguler
S1S2 reguler
Murmur (-)
Murmur (-)
Murmur (-)
Gallop (-)
Gallop (-)
Gallop (-)
Datar, Supel
Datar, Supel
Datar, Supel
BU(+)N,
BU(+) N,
Akral hangat
Akral hangat
Akral hangat
Sianosis (-)
Sianosis (-)
Sianosis (-)
Diare Akut
Dehidrasi Sedang
Pemeriksaan
07 November 2014
Keluhan
Keadaan
umum
Kesadaran
Tanda vital
BU(+) N,
BAB encer 4x
kuning, air +
ampas
Rewel
Makan
(-),
minum (+)
08 November 2014
BAB (-)
Muntah (-)
Makan (+), Minum
(+)
Rewel (-)
Sakit Sedang
Sakit Sedang
Compos mentis
Compos mentis
RR = 24x /menit
RR = 28x /menit
Suhu = 37,4 C
Suhu = 37,1C
Kepala
Normocephali
Normocephali
Mata
CA -/- , SI -/-
CA -/- , SI -/-
Leher
KGB membesar
KGB membesar
Suara napas
Suara napas
Paru
Jantung
Abdomen
Extremitas
Diagnosa
vesikuler
vesikuler
Rh -/-, Wh -/-
Rh -/-, Wh -/-
Slam -/-
Slam -/-
S1S2 reguler
S1S2 reguler
Murmur (-)
Murmur (-)
Gallop (-)
Gallop (-)
Datar, Supel
Datar, Supel
BU(+)N,
BU(+) N,
Akral hangat
Akral hangat
Sianosis (-)
Sianosis (-)
Diare Akut
Dehidrasi Sedang
X. PROGNOSIS
Ad vitam
: Dubia ad Bonam
Ad fungtionam
: Dubia ad Bonam
Ad sanationam
: Dubia ad Bonam
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diare akut adakah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir
dan darah yang berlangsung kurang dari 1 minggu. Pada bayi yang minum ASI
sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4 kali per hari, keadaan ini tidak
dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal. Selama berat
badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi
merupakan
intoleransi
laktosa
sementara
akibat
belum
sempurnanya
perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif
definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau
konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti
biasanya. Kadang-kadnag pada seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali
per hari, tetapi konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat disebut diare.
B. Epidemiologi
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan
kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia di bawah lima tahun. Di dunia,
sebanyak 6 juta anak menunggal tiap tahunnya karena diare dan sebagian besar
kejadian tersebut terjadi di negara berkembang, Sebagai gambaran 17% kematian
anak di dunia disebabkan oleh diare sedangkan di Indonesia, hasil Riskesdas 2007
diperoleh diare masih merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu
42% disbanding pneumonia 24%, untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian
karena diare 25,2% disbanding pneumonia 15,5%
dapat
3. Campylobacter jejuni
2. Bacillus cereus
4. Clostridium perfringens
5. Clostridium defficile
6. Escherichia coli
7. Plesiomonas shigeloides
8. Salmonella
9. Shigella
Golongan virus
1. Astrovirus
5. Rotavirus
2. Calcivirus (Norovirus,
6. Norwalk virus
Sapovirus)
3. Enteric adenovirus
4. Coronavirus
Golongan parasit
1. Balantidium coli
5. Giardia lamblia
2. Blastocystis homonis
6. Isopora belli
3. Cryptosporidium parvum
7. Strongyloides stercoralis
4. Entamoeba histolytica
8. Trichuris trichiura
dirumuskan
Atrofi mikrovilli
Stricture
Cystic fibrosis
Cholestosis
Penyakit Celiac
dan
akhirnya
menyebabkan
dan
diare osmotik.
Steatorrhe
berbeda
dan
cepat,
mukosa
sehingga
menyebabkan
gangguan
protein
kinase.
++
Pengaktifan
kinase
akan
usus bersama Cl .
Bahan laksatif dapat menyebabkan bervariasi efek pada aktivitas NaKATPase. Beberapa diantaranya memacu peningkatan kadarcAMP
intraseluler,
meningkatkan
permeabilitas
intestinal
dan
sebagian
motilitas
mempunyai
pengaruh
terhadap
absorbsi.
Baik
dan
V. cholera
mempengaruhidistribusiprotein
tight
SRA-A, dan
antibody.
Antigen
dari
luar
dipresentasikan
sel
APC
bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal
ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis netabolik, dan hipokalemia. Dehidrasi
merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan
hipovolemia, kolaps kardiovaskuler, dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.
Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonic,
dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat
dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dan
dehidrasi berat.
Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enterik pathogen
antara lain: vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomielitis,
meningitis, pneumonia, hepatitis, peritonitis, dan septic trombophlebitis. Gejala
neurologic dari infeksi usus bisa berupa paresthesia (akibat makan ikan, kerang,
monosodium glutamat), hipotoni dan kelemahan otot (C. botulinum).
Manifestasi immune mediated ekstraintestinal biasanya terjadi setelah
diarenya sembuh, contoh:
Tabel 1
terkait
Manifestasi
Enteropatogen terkait
Reaktive arthritis
Salmonella,
Shigella,
Yersinia,
Camphylobacter
Glomerulonephritis
IgA nephropathy
Camphylobacter
Erythema nodusum
Hemolytic anemia
Camphylobacter, Yersinia
S. dysentrie, E. coli
Mual dan muntah adalah symptom yang non spesifik akan tetapi muntah
mungkin disebabkan oleh karena organism yang menginfeksi saluran cerna bagian
atas seperti enterik virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin, Giardia, dan
Cryptosporidium.
Muntah juga sering terjadi pada non-inflammatory diare. Biasanya
penderita tidak panas atau hanya subfebris, nyeri perut periumbilikal tidak berat,
watery diare, menunjukkan bahwa saluran cerna bagian atas terkena. Oleh karena
pasien immunocompromise memerlukan perhatian khusus, informasi tentang
adanya imunodefisiensi atau penyakit kronis sangat penting.
Tabel 2 Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab.
Gejala
Rotavirus
Shigella
klinik
Masa
Salmonell
ETEC
EIEC
Kolera
6-72 jam
6-72 jam
47-72
a
17-72 jam
tunas
24-48
6-72 jam
jam
jam
Panas
++
++
++
Mual
Sering
Jarang
Sering
Tenesmus
Tenesmu
Tenesmus
Tenesmu
Sering
s kramp
kolik
s kramp
kramp
5-7 hari
> 7 hari
3-7 hari
2-3 hari
variasi
3 hari
Volume
Sedang
Sedikit
Sedikit
Banyak
Sedikit
Banyak
Frekuensi
5-10
>
Sering
sering
Sering
Terus
muntah
Nyeri
perut
Nyeri
kepala
Lamanya
sakit
Sifat tinja
/har
10x/hari
meneru
s
Konsistens
Cair
i
Darah
Lembek
Lembek
Cair
Lembek
Cair
Kadang
sering
-
Bau
Langu
Busuk
Amis
khas
Warna
Kuning
Merah
hijau
hijau
Kehijauan
Tak
Merah-
Seperti
berwarna
hijau
air
cucian
beras
Leukosit
Lain-lain
anoreksia
Kejang
Sepsis +
Meteorismu
Infeksi
sistemik
G. Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare,
frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir, dan darah.
Bila disertai muntah: volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang,
jarang, atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman
yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai
seperti batuk, pilek, otitis media, campak.
Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare: member oralit,
membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang
diberikan serta riwayat imunisasinya.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernafasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari
tanda-tanda utama dehidrasi: kesadara, rasa haus, dan turgor kulit abdomen
dan tanda-tanda tambahan lainnya, seperti ubun-ubun besar cekung atau tidak,
mata cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut,
dan lidah kering atau basah.
Pernafasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolic.
Bisingusus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan
ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat
dehidrasi yang terjadi.
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara
obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare
dan subyektif dengan menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice King,
kriteria MMWR, dan lainnya.
Tabel 3 Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003
Simptom
Minimal
atau
tanpa dehidrasi,
Kehilangan BB >
3%
9%
Baik
Normal,
lelah,
gelisah, irritable
Denyut Jantung
Normal
Normal
Apatis,
letargi,
tidak sadar
- Takikardi,
meningkat
bradikardia
pada
kasus berat
Kualitas nadi
Normal
Normal melemah
Pernafasan
Normal
Normal cepat
Dalam
Mata
Normal
Sedikit cowong
Sangat cowong
Air mata
Ada
Berkurang
Tidak ada
Basah
Kering
Sangat kering
Cubitan kulit
Segera kembali
Capillary refill
Normal
Memanjang
Memanjang,
minimal
Ekstremitas
Normal
Dingin
Dingin,
mottled,
sianotik
Kencing
Normal
Berkurang
Minimal
Sumber: adaptasi dari Dugaan C, Santosham M, Glaso RI, MMWR 1992 dan
WHO 1995
Penilaian
* Keadaan umum
Baik, sadar
Gelisah, rewel
*mata
Normal
Cekung
sadar
*air mata
Ada
Tidak ada
Sangat
Basah
Kering
kering
*rasa haus
Minum
Lihat:
biasa
(tidak haus)
Haus,
ingin
minum banyak
cekung
dan
Kering
Sangat kering
Malas
minum
atau
Kembali lambat
Kulit
Hasil pemeriksaan
Tanpa dehidrasi
Terapi
Rencana Terapi A
Rencana Terapi
Rencana Terapi C
Sumber: adaptasi dari Dugaan C, Santosham M, Glaso RI, MMWR 1992 dan
WHO 1995
Tabel 5 Penentuan derajat dehidrasi menurut system pengakaan-Maurice King (1974)
Keadaan umum
Sehat
apatis, ngantuk
atau syok
koma,
Kekenyalan kulit
Normal
Sedikit kurang
Sangat kurang
Mata
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Ubun-ubun besar
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Mulut
Normal
Kering
Denyut nadi/menit
Hasil yang didapat pada penderita diberi angka 0, 1, atau 2 sesuai dengan
table, kemudian dijumlahkan. Bilai nilai 0-2 maka ringan, 3-6 maka sedang
dan 7-12 adalah berat.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya
penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut
atau pada penderita dengan dehidrasi berat, contohnya pemeriksaan darah
lengkap, kultur urin, dan tinha pada sepsis atu infeksi saluran kemih.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan diare akut:
Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa
darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
Urin: urin lengkap, kultur, dan tes kepekaan terhadap antibiotika
Tinja
Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua
penderita dengan diare meskipun pemeriksaan laboratorium
tidak dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah
biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa, atau
disebabkan oleh infeksi di luar saluran gastrointestinal.
Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebakan
infeksi
bakteri
yang
menghasilkan
sitotoksin,
bakteri
Tes Laboratorium
Organisme diduga/identifikasi
Invasif
atau
bakteri
yang
memproduksi sitotoksin
Trophozoit,
kista,
oocysts,
spora
G.
lamblia,
E.
histolytika,
Cryptosporidium,
I.
belli,
Cyclospora
Rhabditiform lava
Spiral atau basil gram
Strongyloides
(-)
Campylobacter jejuni
berbentuk S
Kultur tinja: Standard
E. coli,
Shigella, Salmonella,
Camphylobacter jejuni
Kultur tinja: Spesial
Y. enterocolitica, V. cholera, V.
parahaemolyticus,
C.
difficile,
E.coli, O157:H7
Enzym immunoassay atau latex Rotavirus, G. lamblia, enteric
aglutinasi
adenovirus, C. difficile
Serotyping
yang
dilakukan
laboratorium riset
di
Sumber: Supraoto
10
Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya leukosit
dapat memberikan informasi tentang penyebab diare, letak
pada
yang memproduksi
sitotoksin
seperti
Shigella,
protozoa yang
dan
Camphylobacter
membutuhkan
prosedur
kondisi usus
dan
menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu,
Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua
kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang
dirawat di rumah sakit, yaitu:
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua
Rehidrasi denga oralit baru, dapat mengurangi rasa mual dan muntah
Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit
formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan yang
terutama disebabkan karena disentri, yang menyebabkan berkurangnya lebih
banyak elektrolit tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak
terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih banyak terjadi akhir-akhir
ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik adalah disebakan oleh karena virus.
Diare karena virus tersebut tidak menyebakan kekurangan elektrolit seberat pada
disentri. Karena itu, para ahli diare mengembangkan formula baru oralit dengan
tingkat osmolaritas yang lebih rendah. Osmolaritas larutan baru lebih mendekati
osmolaritas
plasma,
sehingga
kurang
menyebabkan
risiko
terjadinya
hipernatremia.
Oralit
Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas yang rendah. Keamanan oralit ini
sama dengan oralit yang selama ini digunakan, namun efektivitasnya lebih baik
daripada oralit formula lama. Oralit baru dengan low osmolaritas ini juga
menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi
pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%.
Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF
untuk diare akut non-kolera pada anak.
Tabel 7 Komposisi Oralit Baru
Mmol/liter
Natrium
75
Klorida
65
Glucose, anhydrous
75
Kalium
20
Sitrat
10
Total Osmolaritas
245
evidence
based
yang
bagus.
Beberapa
penelitian
telah
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh
dari diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matangm ASIm
atau oralit, Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan
dalam air matang atau oralit.
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang
sama pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta
pengganti nutrisis yang hilang. Pada
antibiotic
yang
tidak
rasional
akan
pengobatan yang tidak perlu. Pada penelitian multiple ditemukan bahwa telah
terjadi peningkatan resistensi terhadap antibiotic yang sering dipakai seperti
ampisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, dan trimetoprim sulfametoksazole dalam
15 tahun ini. Resistensi terhadap antibiotik terjadi melalui mekanisme berikut
inaktivasi obat melalui degradasi enzimatik oleh bakteri, perubahan struktur
bakteri yang menjadi target antibiotik dan perubahan permeabilitas membran
terhadap antibiotic.
Nasihat pada ibu atau pengasuh: kembali segera jika demam, tinja berdarah,
berulang, makan atau minum sedikit, sangat halus, diare makin sering, atau belum
membaik dalam 3 hari.
Infeksi usus pada umumnya self limited, tetapi terapi non spesifik dapat
membantu penyembuhan pada sebagian pasien dan terapi spesifik, dapat
memperpendek lamanya sakit dan memberantas organism penyebabnya. Dalam
merawat penderita dengan diare dan dehidrasi terdapat beberapa pertimbangan
terapi:
1. Terapi cairan dan elektrolit
2. Terapi diet
3. Terapi non spesifik dengan antidiare
4. Terapi spesifik dengan antimikroba
Walaupun demikian, berdasarkan penelitian epidemiologis di Indonesia
dan negara berkembang lainnya, diketahui bahwa sebagian besar penderita diare
biasanya masih dalam keadaan dehidrasi ringan atau belum dehidrasi. Hanya
sebagian kecil dengan dehidrasi lebih berat dan memerlukan perawatan di sarana
kesehatan. Perkiraan secara kasar menunjukkan dari 1000 kasus diare yang ada
di masyarakat,
900
sederhana
yaitu
dengan
terapi
cairan
dan
Rehidrasi
Cairan
Pencegahan
Waktu
Tanpa
Makan Minum
Dehidrasi
10-20 cc/kgBB ASI diteruskan.
dehidrasi
tiap
Oralit
BAB,
Susu
formula
diteruskan
dengan
mengurangi
makanan
berserat, ekstra
1 porsi
Ringan-
4 jam
sedang
75 cc ( gelas)
Idem
Dapat
oralit/kgBB atau
ditangguhkan
ad libitum sampai
sampai
tanda-tanda
menjadi segar
dehidrasi hilang
Berat
4 jam
Idem
tetes/kgBB/menit,
Oralit ad libitum
segera
setelah
rehidrasi
anak
Dikatakan gagal jika dalam 1 jam pertama muntah dan diare terlalu
banyak atau syok bertambah berat.
(Terapi
Rehidrasi
Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah tangga
untuk mencegah dehidrasi, seperti air tajin, larutan gula garam, kuah sayursayuran, dan sebagainya. Pengobatan dapat dilaukan di rumah oleh keluarga
penderita. Jumlah cairan yang diberikan adalah 10ml/kgBB atau untuk
anak usia < 1 tahun adalah 50-100ml, 1-5 tahun adalah 100-200ml, 5-12
tahun adalah 200300ml dan dewasa adalah 300-400ml setiap
BAB.
Untuk anak di bawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok
dengan cara 1 sendok setiap 1-2 menit. Pemberian dengan botol tidak
boleh dilakukan. Anak yang lebih
cangkir atau gelas dengan tegukan yang sering. Bila terjadi muntah
hentikan dulu selama
10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3
menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.
Selain cairan rumah tangga ASI dan makanan yang biasa dimakan
tetap harus diberikan. Makanan diberikan sedikit-sedikit tetapi sering (lebih
kurang 6 kali sehari) serta rendah serat. Buah-buahan diberikan terutama
pisang. Makanan yang merangsang (pedas, asam, terlaly banyak lemak)
jangan diberikan dulu karena
hebat
dan
keadaan
dapat
menyebabkan
diare
bertambah
dengan baik, biasanya dalam 3-4jam (untuk bayi) atau 1-2jam (untuk anak
yang lebih besar). Pemberian tersebut dilakukan untuk member tambahan basa
dan kalium yang mungkin tidak dapat disuplai dengan cukup dengan
pemberian cairan intravena. Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan
Ringer Laktat dengan dosis 100ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk <1tahun 1
jam pertama 30cc/kgBB dilanjutkan 5 jam berikutnya 70cc/kgBB. Di atas 1
tahun jam pertama 30cc/kgBB dilanjutkan 2 jam berikutnya 70cc/kgBB.
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan IV dapat
dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan
evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yang sesuai yaitu pengobatan diare
dengan dehidrasi ringan sedang atau pengobatan diare tanpa dehidrasi.
4. Cairan Rehidrasi Oral
Pada tahun 1975, WHO dan Unicef menyetujui untuk mempromosikan CRO
tunggal yang mengandung natrium 90 mmol/L, kalium 20 mmol/L, chlorida
80 mmol/L, basa 30 mmol/L, dan glukosa 111 mmol/L (2%).
Komposisi ini dipilih untuk memingkinkan satu jenis larutan saja untuk
digunakan pada pengobatan diare yang disebabkan oleh bermacam sebab
bahan infeksius yang disertai dengan berbagai derajat kehilangan elektrolit.
Contoh diare Rotavirus berhubungan dengan kehilangan natrium bersama tinja
30-40 mEq/L, ETEC 50-60 mEq/L, dan V. cholera > 90-120 mEq/L. CROWHO (Oralit) telah terbukti selama lebih dari 25 tahun efektif baik untuk
terapi maupun rumatan pada anak dan dewasa dengan semua tipe diare
infeksi.
Walaupun demikian, dari hasil-hasil riset klinik berikutnya, pada metaanalisa
mendukung penggunaan CRO yang osmolaritasnya rendah. CRO dengan
osmolaritasnya yang lebih rendah berkaitan dengan muntah lebih sedikit,
keluaran tinja yang lebih sedikit, berkurangnya pemberian intravena
dibandingkan dengan CRO standard, pada bayi dan anak non kolera.
Pada kolera tidak ada perbedaan klinik antara penderita yang diberi CRO
osmolaritas rendah dengan CRO standard kecuali angka kejadian hiponatremi.
Atas dasar hasil tersebut WHO dan Unicef mengadakan konsultasi tentang
mereduksi dalam tinja > 0,5%. Setelah diare berhenti, pemberian tetap
dilanjutkan selama 2 hari kemudian coba kembali dengan susu atau formula
biasanya diminum secara bertahap selama 2-3 hari.
Bila anak berumur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan
lunak atau padat, makanan ini harus diteruskan. Paling tidak 50% dari energy
diit harus berasal dari makanan dan diberikan dalam porsi kecil atau sering
(6kali atau lebih) dan anak dibujuk untuk makan. Kombinasi susu formula
dengan makanan tambahan seperti sereal pada umumnya dapat ditoleransi
dengan baik pada anak yang telah disapih. Pada anak yang lebih besar, dapat
diberikan makanan yang terdiri dari makanan pokok setempat misalnya nasi,
kentang, gandum, roti, atau bakmi. Untuk meningkatkan kandungan energinya
dapat ditambahkan 5-10ml minyak nabati untuk setiap 100 ml makanan.
Minyak kelapa sawit sangat bagus dikarenakan kaya akan karoten. Campur
makanan pokok tersebut dengan kacang-kacangan dan sayur-sayuran, serta
ditambahkan tahu, tempe, daging, atau ikan. Sari buah segar atau pisang baik
untuk menambah kalium. Makanan yang berlemak atau makanan yang
mengandung banyak gula seperti sari buah manis yang diperdagangkan,
minuman ringan, sebaiknya dihindari.
8. Pemberian makanan setelah diare
Meskipun anak diberi makanan sebanyak dia mau selama diare, beberapa
kegagalan pertumbuhan mungkin dapat terjadi terutama bila terjadi anoreksia
hebat. Oleh karena itu, perlu pemberian ekstra makanan yang kaya akan zat
gizi beberapa minggu setelah sembuh untuk memperbaiki kurang gizi dan
untuk mencapai serta mempertahankan pertumbuhan normal. Berikan ekstra
makanan pada saat anak merasa lapar, pada keadaan semacam ini biasanya
anak dapat menghabiskan tambahan 50% atau lebih kalori dari biasanya.
9. Terapi medikamentosa
Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan diare, seperti
antibiotika, antidiare, adsorben, antiemetic, dan obat yang mempengaruhi
mikroflora usus. Beberapa obat mempunyai lebih dari satu mekanisme kerja,
banyak diantaranya mempunyai efek toksik sistemik dan sebagian besar tidak
direkomendasikan untuk anak umur kurang dari 2-3 tahun. Secara umum,,
dikatakan bahwa obat-obat tersebut tidak diperlukan untuk pengobatan diare
akut.
Antibiotik
Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh
karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya selflimited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotika.
Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh bakteri pathogen seperti
V. cholera, Shigella, Enterotoksigenik E. coli, Salmonella, Campylobacter,
dan sebagainya.
Tabel 8 Antibiotika pada diare
Penyebab
Antibiotik Pilihan
Alternatif
Kolera
Tetracycline
Erythromycin
12,5 mg/kgBB
12,5 mg/kgBB
Ciprofloxacin
Pivmecillinam
15 mg/kgBB
20 mg/kgBB
Shigella dysentery
Ceftriaxone
50-100 mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5
hari
Amoebiasis
Metronidazole
10 mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari (10
hari pada kasus berat)
Giardiasis
Metronidazole
10 mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari
Sumber
WHO
2006
Obat
antidiare
Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan
praktis dan tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada
anak. Beberapa dari obat-obat ini berbahaya. Produk yang termasuk dalam
kategori ini adalah:
Adsorben
Contoh:
kaolin,
attapulgite,
smectite,
activated
Jenis Penyulit
Jumlah cairan
Terapi
Medikamentosa
KKP I-II
Sesuai
murni
GEA
Sesuai kausa /
penyakit
penyerta
Ket
KKP II
Maras :
250
cc/kgBB
Kwash : 200
cc/kgBB
Broncopneumonia
kebutuhan
Sesuai BP
Ensefalitis
kebutuhan
Sesuai Ensefalitis
Meteorismus
kebutuhan
Antibiotic
**
profilaksis
Meningitis
kebutuhan
Sesuai menpur
Purulenta
Dehidrasi
Sesuai
hipertonik
di bawah
30 cc kg/BB +
***
Sesuai GGA
volume urin 1
hari
sebelumnya +
12%
setiap
kenaikan suhu
0
1C
Impending
kebutuhan
Digitalisasi
Decomp Cordis
**
dekompresi :
-
***
Klinis
Labor
I. Komplikasi
Beberapa masalah mungkin terjadi selama pengobatan rehidrasi. Beberapa
diantaranya membutuhkan pengobatan khusus.
Gangguan Elektrolit
Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan
pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar
natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang
cepat sangat berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak.
Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik
dan paling aman.
Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan
cairan 0,45% saline 5 % dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan
cairang menggunakan berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar
natrium plasma setelah 8 jam. Bila normal lanjutkan dengan rumatan,
bila sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium
pasma setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18% saline 5 %
dextrose, perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada
setiap 500ml cairan infuse setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya
pemberian diet normal dapat mulai diberikan. Lanjutkan pemberian
oralit 10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare berhenti.
Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hipontremia (Na < 130
mol/L). Hipontremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan
pada anak malnutrisi berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif
untuk terapi dari hamper semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak
berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan
rehidrasi yaitu memakai Ringer Laktat atau Normal Saline. Kadar
karena hipoglikemi, kebanyakan terjadi pada bayi atau anak yang gizinya buruk,
0
pemberian probiotik dalam waktu yang panjang terutama untuk bayi yang tidak
minum ASI. Pada sistematik review yang dilakukan Komisi Nutrisi ESPGHAN
(Eropean Society of Gastroenterology Hepatology and Nutrition) pada tahun
2004, didapatkan laporan-laporan yang berkaitan dengan peran probiotik untuk
pencegahan diare. Saavedra dkk tahun 1994, melaporkan pada penelitiannya
bahwa susu formula yang disuplementasi dengan Bifidobacterium lactis dan
Streptococcus thermophilus bila diberikan pada bayi dan anak usia 5-24 bulan
yang dirawat di Rumah Sakit dapat menurunkan angka kejadian diare dari 31%
menjadi 7%, infeksi rotavirus juga berkurang dari 39% pada kelompok placebo
menjadi 10% pada kelompok probiotik. Penelitian Phuapradit P. dkk di Thailand
pada tahun 1999 menunjukan bahwa bayi yang minum susu formula yang
mengandung probiotik Bifidobacterium Bb 12 dan Streptococcus thermophylus
lebih jarang menderita diare oleh karena infeksi rotavirus.
Oberhelman RA dkk tahun 2002 melaporkan penggunaan Lactobacillus
GG di Peru pada komunitas dengan resiko tinggi diare dapat menurunkan episode
diare terutama pada anak-anak usia 18-29 bulan dibandingkan dengan placebo
(4,7 v 5,9 episod/anak/thn dengan p=0,0005), akan tetapi penelitian yang sama di
Finlandia tahun 2001 tidak menemukan adanya efek proteksi pada konsumsi
jangka lama susu formula yang disuplementasi dengan probiotik.
DSouza dkk tahun 2002 melaporkan bahwa probiotik jika diberikan
bersama-sama dengan antibiotika mengurangi resiko Antibiotic Associated
Diaorrhea.
Kemungkinan mekanisme efek probiotik dalam pencegahan diare melalui
perubahan lingkungan mikro lumen usus (pH, oksigen), produksi bahan anti
mikroba terhadap beberapa pathogen usus, kompetisi nutrient, mencegah adhesi
kuman pathogen pada enterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin efek trofik
terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrient dan imunomodulasi.
Disimpulkan bahwa beberapa probiotik potential mempunyai efek
protektif terhadap diare, tetapi masih diperlukan penelitian dan evaluasi lebih
lanjut termasuk efektifitas dan keamanannya, walaupun sejauh ini penggunaan
probiotik pada percobaan klini dikatakan aman.
Surveilans diperlukan untuk mencari kemungkinan efek samping seperti
infeksi pada kelompok resiko tinggi antara lain bayi premature dan pasien
immunocompromised.
Prebiotik
Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme akan tetapi bahan makanan.
Umumnya kompleks karbohidrat yang bila dikonsumsi dapat merangsang
pertumbuhan flora intestinal yang menguntungkan kesehatan.
Oligosacharida yang ada di dalama ASI dianggap sebagai prototype
prebiotik karena dapat merangsang pertumbuhan Lactobacilli dan Bifidobacteria
di dalam kolon bayi yang minum ASI, Data menunjukan angka kejadian diare
akut lebih rendah pada bayi yang minum ASI. Tetapi pada dua penelitian RCT di
Peru tahun 2003, bayi-bayi di komunitas yang diberi cereal yang disuplementasi
dengan Fruktooligosakarida (FOS) tidak menunjukan penurunan angka kejadian
diare. Penemuan lain yang dilakkan di Yogyakarta pada tahun 1998, suatu
penelitian RCT yang melibatkan 124 penderita diare dengan tanpa melihat
penyebabnya menunjukkan adanya perbedaan bermakna lamanya diare, dimana
pada penderita yang mendapat FOS lebih pendek masa diarenya disbanding
placebo.
Rekomendasi penggunaannya untuk aspek pencegahan diare akut masih
perlu menunggu penelitian-penelitian selanjutnya.
K. Progn
osis
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung,
dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare hasilnya sangat baik
dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Penderita dipulangkan apabila
ibu sudah dapat/sanggup membuat/memberikan oralit kepada anak dengan cukup
walaupun diare masih berlangsung dan diare bermasalah atau dengan penyakit
penyerta sudah diketahui dan diobati
DAFTAR PUSTAKA
1. Subagyo B. Nurtjahjo NB. Diare Akut, Dalam: Juffrie M, Soenarto SSY,
Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku ajar
Gastroentero-hepatologi:jilid 1. Jakarta : UKK Gastroenterohepatologi
IDAI 2011; 87-120
2. Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis in Behrman, Kliegman, Jenson
eds. Nelson textbook of Pediatrics 17ed. Saunders. 2004 : 1272-6
3. WHO, UNICEF. Oral Rehydration Salt Production of the new ORS.
Geneva. 2006
4. Field M. Intestinal ion transport and the pathophysiology of diarrhea. J.
Clin Invest. 2003; 111(7): 931-943
5. Buku Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin, 2010.