Anda di halaman 1dari 4

BAB II

ANALISA KASUS
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien seorang anak laki-laki berusia 1 tahun
5 bulan, berat badan 9,5 kg, tinggi badan 79 cm, datang dengan keluhan kejang
2 hari sebelum masuk rumah sakit sebanyak 15 kali kejang berlangsung
selama 3 menit dan terjadi dalam waktu 2 jam sekali, diantara interval kejang,
pasien sadar, menangis kuat dan dapat berjalan walaupun lemas dan sedikit
gemetaran. Kejang tidak diawali dengan demam dan tidak terdapat trauma
seperti terjatuh atau terbentur sebelumnya. Sifat kejang yang dilalami pasien
bersifat umum, tonik. selain itu pasien tidak mengeluhkan adanya keluhan yang
lain. Pasien kemudian langsung dibawa ke UGD RSAM. Sebelumnya pasien
pernah mengalami kejang pada usia 6 bulan, kejang tidak diawali oleh demam,
kejang berlangsung dari malam sampai siang hari sebanyak 4x, lalu pasien
dibawa ke dokter dan tidak dilakukan rawat inap hanya dilakukan rawat jalan
dan tidak ada kejang lagi. Kemudian pada usia 13 bulan pasien mengalami
kejang kembali, kejang tidak diawali oleh demam tetapi kejang terjadi setelah
pasien terjatuh dan kepalanya membentur lantai, lalu pasien dibawa kerumah
sakit Mitra Pringsewu untuk dilakukan perawatan inap. Pasien dirawat selama 1
minggu, selama dirawat kejang berhenti tetapi suhu tubuh tetap tinggi kemudian
pasien pulang kerumah atas permintaan sendiri. Seminggu kemudian pasien
kembali kejang, kejang berlangsung selama 2 jam tidak berhenti, pasien tidak
sadar. Pasien dibawa ke RSAM dan dirawat selama 4 hari, kemudian kejang
berhenti dan suhu tubuh normal,pasien pulang. Jadi dari anamnesis yang
didapatkan diawal , dapat ditegakkan diagnosa epilepsi berdasarkan buku Kiat
Praktis Dalam Pediatrik Klinis, IDAI Cabang Lampung tahun 2013, yaitu
anamnesis kejang berulang, tanpa disertai demam, tipe kejang umum tonik dan
tidak disertai keterlambatan perkembangan abnormal.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital. Keadaan umum : tampak
sakit sedang, Kesadaran : compos mentis, Nadi : 124x/menit, Frekuensi napas :
24x/menit, Suhu : 37,2 C, UUB : Datar,keras Mata : simetris, cekung, air mata
(+) Mulut: sianosis (-), Thoraks : dalam batas normal, Abdomen : turgor kulit
normal, BU (+), Genitalia : laki-laki, Ekstremitas: Akral hangat , cafillary refill

time < 2 detik. Jadi pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya kelainan.
Pasien juga tidak mengalami demam, dengan suhu tubuh 37,2 C. dengan
demikian dapat disingkirkan kejang demam. Dari pemeriksaan fisik tidak
ditemukan adanya tanda atau bekas trauma atau tidak dan kelainan sistemik.
Pemeriksaan ini juga ditujukan untuk mencari adanya penyakit sistemik,
terpapar zat toksik, infeksi, atau kelainan neurologis fokal. Pada pemeriksaan
fisik dilakukan pemeriksaan rangsang meningeal untuk menentukan adanya
tekanan intrakranial akibat infeksi susunan saraf pusat seperti meningitis, dan
hasil nya negatif. Dan tidak ditemukan papilledema yang menandai tekanan
intrakranial tinggi. Jadi dari pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, dapat
disingkirkan beberapa diagnosa banding pada pasien ini.
Dari pemeriksaan penunjang, didapatkan hasil darah lengkap dalam batas
normal, pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan elektrolit. Tetapi dari
anamnesis juga tidak ditemukan kecurigaan kearah gangguan elektrolit, sebab
berdasarkan anamnesis dari ibu pasien, tidak ada riwayat neonatus dengan ibu
diabetes yang tidak terkontrol ataupun riwayat bayi kecil semasa kehamilan.
jadi tidak dilakukan pemeriksaan elektrolit. Tetapi untuk menyingkirkan
diagnosa banding kejang akibat gangguan metabolic seharusnya

perlu

dilakukan pemeriksaan elektrolit. Dan pada kasus ini juga belum dilakukan
pemeriksaan EEG, dimana seharusnya dilakukan pemeriksaan EEG, Jadi bila
EEG ini dilakukan dapat menentukan apakah terdapat epilepsi fokal atau umum.
Epilepsi fokal ditentukan berdasarkan semiologi kejang fokal dan atau disertai
EEG fokal dengan gelombang epileptic repetitive pada satu lobus atau satu
hemisfer. Bila semiologi kejang umum disertai EEG fokal menunjukan epilepsi
fokal menjadi umum. Dan pemeriksaan penunjang lain yang dianjurkan adalah
MRI kepala dengan kontras, itu dilakukan apabila kita mencurigai adanya tumor
otak, tetapi pada pasien ini dirasakan belum perlu melakukan MRI sebab tidak
didapatkan adanya curiga tumor otak berdasarkan anamnesis maupun
pemeriksaan fisik.

Pasien mendapatkan terapi sejak tanggal 04 agustus 2014, yaitu diazepam supp
5mg tiap kejang dan infus Ringer laktat dengan tetesan X/menit. Pemberian ini
sesuai dengan algoritme penanganan kejang akut dan status epileptikus.
Selanjutnya, pada hari kedua tanggal 05 agustus 2014 pasien mendapat terapi
infus N4D5 XV tetes/menit dan juga mendapatkan terapi pemberian sirup Asam
valproat dengan dosis 1,5 cc 2 kali sehari. Hal ini sudah sesuai dengan pilihan
Obat Anti Epilepsi (OAE) pada epilepsi umum yaitu asam valproat,
karbamazepin, lamotrigin atau topiramat. Tetapi untuk obat karbamazepin dapat
memperberat serangan epilepsi umum mioklonik. Jadi, pemberian asam vaproat
pada pasien ini sudah tepat. Pada pasien ini diberikan obat anti piretik jenis
paracetamol sebanyak 1 Cth atau 5ml sebanyak 3 kali sehari jika terjadi
peningkatan suhu tubuh yang dapat memicu terjadi nya kejang kembali. Dan
terapi ini diteruskan sampai hari ke 4, dan pada hari ke 4 pasien di rawat, setelah
dikonsulkan ke dokter sp.A, pasien diperbolehkan pulang dan melanjutkan
terapi diatas selama seminggu. Pasien disarankan untuk kontrol kembali ke
dokter untuk terapi selanjutnya dan terapi pengobatan jangka panjang. Jika
pasien dalam 3 bulan tanpa pengobatan tidak didapatkan serangan, pasien
kurang terindikasi untuk pengobatan jangka panjang.
Prognosis pada pasien ini adalah baik, karena pada epilepsi jika dilakukan
penatalaksanaan dini yang tepat akan memperbaiki prognosis pasien
selanjutnya. Dan pada pasien ini sudah dilakukan penatalaksanaan dini sesuai
dengan penegakkan diagnosis yang tepat, maka prognosis untuk pasien ini
adalah baik.

Algoritma Penanganan Kejang Akut & Status Eleptikus

Di rumah

Diazepam 5-10 mg/rekt

0-10 mnt

Max 2x jarak 5 menit

Di

JalanNapa
s, O2,
Sirkulasi

Diazepam 0,25-0,5
mg/kg/iv (Kec 2 mg/mnt,
max dosis 20 mg

10-20 mnt

Monitor

BILA BLM TERPASANG


CAIRANFenitoin
IV BOLEH
20 REKTAL
mg/kg/iv (10
1X
KEJANG (-) , 5-7 mg/1ml NS, 50 mg/menit, 20-30 mnt
maximal 1 g
mg/kg/hari IV 12 jam
kemudian

Fenobarbital 20 mg/kg/iv (
rate :30 mg/menit;
maximal 1 gr

KEJANG (-) , 4-5


mg/kg/hari IV 12 jam
kemudian

Tanda vital,
EKG, GulaDarah,
Elektrolit,
serum, (Na, K,
Ca,Mg, Cl),
Tambahkan 5-10 Analisa Gas
mg/kg/IV
Drah,
Koreksikelainan,
Pulse Oxymetri

30-60 mnt

Tambahkan 5-10
mg/kg/IV
ICU

Refrakter

( sumber :
Midazolam 0,2 mg/kg.iv
bolus, Dilanjutinfus 0,020,4 mg/kg/jam

kiat

praktis dalam pediatrik klinis,


Pentotal Tiopental 58 mg/kg/iv

IDAI cabang Lampung 2013)

Propofol 3-5
mg/kg/infusion

Anda mungkin juga menyukai