Fakultas Ilmu Dan Teknologi Kebumian: Program Studi Meteorologi
Fakultas Ilmu Dan Teknologi Kebumian: Program Studi Meteorologi
ABSTRAK
Keberlangsungan penambangan dipengaruhi oleh kondisi cuaca ekstrem yang dapat berdampak buruk terhadap
kinerja perusahaan, seperti curah hujan yang tinggi. Musim hujan sepanjang tahun menyebabkan kolam drainase di pit tidak
dapat menampung volume air yang begitu besar. Besarnya kuantitas air yang masuk kedalam pit jika tidak dilakukan rencana
penanggulangannya akan menjadi masalah dalam produktifitas tambang batu bara serta kualitas batu bara yang dihasilkan.
Oleh karena itu kajian mengenai aspek hidrologi terutama probabilitas kejadian curah hujan maksimum sebagai dasar
perencanaan sistem drainase tambang diperlukan. Salah satu metode untuk menentukan probabilitas kejadian curah hujan
maksimum adalah Cumulative Distribution Function (CDF). Hasil perhitungan debit limpasan untuk intensitas hujan
maksimum hasil perhitungan metode Cumulative Distribution Function adalah 5.61 m3/s sedangkan debit limpasan untuk
intensitas hujan maksimum hasil perhitungan Gumbel adalah 6.73 m3/s. Dari hasil tersebut, metode Cumulative Distribution
Function (CDF) lebih baik dibandingkan dengan metode Gumbel karena debit yang dihasilkan lebih kecil namun tetap dapat
menampung saat terjadi curah hujan tinggi sehingga dapat meminimalisir biaya (cost) yang dikeluarkan oleh perusahaan
dalam merancang saluran air. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam sistem drainase
tambang pada PT Adaro Indonesia.
Kata kunci: Tambang batu bara, Cumulative Distribution Function, Gumbel, metode Rasional, curah hujan maksimum dan
debit limpasan
1.
Pendahuluan
2.
dimana :
(2.6)
(2.7)
(2.8)
Penelitian
ini
diawali
dengan
mengidentifikasi pola curah hujan di daerah kajian
yaitu South Tutupan Provinsi Kalimantan Selatan.
Setelah itu dilakukan penentuan probabilitas
kejadian hujan maksimum dengan menggunakan
metode CDF (Cumulative Distribution Function).
Hasil perhitungan CDF akan digunakan untuk
perhitungan debit limpasan. Kemudian, hasil
perhitungan metode CDF juga akan dibandingkan
dengan perhitungan metode Gumbel yang sudah
dilakukan oleh PT Adaro Indonesia untuk periode 5
tahunan untuk melihat metode mana yang lebih
efektif.
I=
(2.9)
Dimana :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
Rt = Curah hujan selama t jam
t = lamanya hujan (jam)
(2.1)
(2.2)
(2.3)
(2.5)
I=
(2.10)
Dimana
:
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan dalam 24 jam (mm)
t = lamanya hujan (jam)
2.4. Debit Metode Rasional
Pada penelitian tugas akhir ini, digunakan
metode rasional untuk menghitung debit limpasan.
Metode Rasional adalah metode lama yang masih
digunakan hingga sekarang untuk menentukan debit
Rumus-rumus
yang
digunakan
untuk
menentukan curah hujan rencana menurut metode
Gumbel adalah sebagai berikut :
Dimana :
Q = Debit limpasan (m3/s)
k = Koefisien (0.278 bila luas daerah dalam km2
atau 0.00278 bila luas daerah dalam ha)
C = Koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A=Luas daerah tangkapan hujan/catchment area
(ha atau km2)
3.
(2.11)
mm/bulan
f(x)
f(x)
f(x)
0.214286
31
0.507937
52
0.753968
71
0.007937
11.8
0.230159
32
0.515873
52.5
0.769841
75
0.015873
12.85
0.238095
32.5
0.52381
53.06333
0.777778
76
0.02381
13.83333
0.246032
33
0.531746
54
0.793651
76.5
0.031746
14.1
0.269841
34
0.547619
55
0.809524
78
0.039683
15
0.277778
36.5
0.555556
55.5
0.833333
79
0.047619
15.15
0.285714
37
0.563492
56
0.84127
80
0.055556
15.5
0.31746
38.5
0.571429
57
0.849206
83.5
0.063492
16
0.325397
40
0.579365
57.5
0.855079
85
0.071429
17
0.34127
40.75
0.603175
58
0.873016
85.33333
0.079365
18
0.357143
41
0.611111
59
0.880952
85.5
0.087302
20
0.365079
42
0.619048
60
0.896825
87
0.103175
21.5
0.380952
43
0.642857
63
0.904762
88
0.111111
22
0.388889
43.5
0.65873
64
0.905698
90
0.126984
22.5
0.396825
44
0.666667
64.5
0.920635
92
0.134921
23
0.420635
45.5
0.674603
65
0.928571
96
0.142857
24
0.428571
45.66667
0.68254
65.5
0.936508
98
0.150794
25
0.436508
46.66667
0.690476
66
0.944444
101.5
0.15873
26.5
0.444444
47
0.698413
66.04
0.946381
102.5
0.166667
27.5
0.460317
47.5
0.714286
67
0.948317
114.5
0.18254
28.5
0.468254
49
0.722222
67.5
0.950254
115
0.190476
29
0.492063
49
0.738095
70
0.984127
127
0.198413
30
0.5
50
0.746032
70.5
0.992063
144
173
No.
Tahun
2002
173
4457.83
2003
78
797.10
2004
87
369.91
2005
87
369.91
2006
98
67.78
2007
144
1426.34
2008
115
76.86
2009
127
431.27
2010
115
68.34
10
2011
92
202.58
11
2012
53
2827.02
Jumlah
1168.56
Rata-Rata
106.23
(X - Xbar)^2
11094.94
Periode ulang merupakan interval waktu ratarata dari suatu peristiwa akan dimulai atau
dilampaui satu kali. Kemungkinan dari suatu
kejadian yang besarnya sama atau dilampaui dalam
peristiwa hidrologi dapat dinyatakan dalam
persamaan :
(1)
Dimana
:
P : Peristiwa disamai atau dilampaui
P : Peristiwa tidak disamai atau dilampaui
t : Periode ulang
P=m/(n+1
)
Yn=-ln(ln(1/P)
Ynbar
(Yn
Ynbar)^
2
11
0.916667
2.441716399
0.50
3.77
0.166667
-0.583198081
0.50
1.17
0.25
-0.32663426
0.50
0.68
0.333333
-0.094047828
0.50
0.35
0.5
0.366512921
0.50
0.02
10
0.833333
1.701983355
0.50
1.45
0.666667
0.902720456
0.50
0.16
0.75
1.245899324
0.50
0.56
0.583333
0.6180462
0.50
0.01
0.416667
0.132995836
0.50
0.13
0.083333
-0.910235093
0.50
1.99
(4)
=
=
= atau 36%
Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Reduced Variate (Yt), Reduced Variate Faktor (k) dan curah hujan
maksimum pada periode ulang 10 tahun
Periode Ulang (t)
Reduced Variate (Yt)
Reduced Variate
Faktor (k)
Curah Hujan
Maksimum
(mm/hari)
10
0.37
0.90
1.25
1.50
1.70
1.87
2.01
2.14
2.25
-0.15
0.39
0.73
0.98
1.19
1.35
1.50
1.62
1.73
101.24
119.10
130.53
139.00
145.73
151.32
156.10
160.28
163.99
T=60 menit
T=120 menit
85
47
29
19
90
50
31
20
115
63
40
25
139
T=30 menit
76
T=60 menit
48
T=120 menit
CH
Maksimum
(mm/hari)
Intensitas
Hujan
Maksimum
(mm/jam)
Koefisien
Run Off
Luas
Daerah
Tangkapan
Hujan (Ha)
Debit
Limpasan
Maksimu
m (m/s)
115
40
0.49
103
5.61
139
48
0.49
103
6.73
30
REFERENSI
Kesimpulan