Anda di halaman 1dari 14

Tinjauan pustaka

Kaitan Konsumsi Obat dan Infeksi


Virus terhadap Perkembangan Janin

_________________________
Christian Hasiholan Tmanern
_________________________
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Abstrak
Kerentanan dalam proses kehamilan dan persalinan kerap kali menjadi masalah global yang
dapat merenggut nyawa. Kasus kematian Maternal-Infant se-Asia sering terjadi dikendarai
beberapa faktor seperti Masalah Ekonomi, Pendidikan, dan Aspek Kemanusiaan lainnya yang
turut mengambil peran penting dalam kasus ini. Hal-hal yang masih mendominasi kaitan faktor
kasus Kematian Maternal-Infant ialah Pendarahan, Toxemia Gravidarum, Infeksi dari luar
(External Infection), Prematuritas, Asphyxia, Trauma Pesalinan, Anomali Congenital (Kelainan
Bawaan). Untuk mendalami secara detail perlu dibahas beberapa pokok utama seperti Siklus
Menstruasi, Proses Fertilisasi (Pembuahan) , Cleavage (Pembelahan), Organogenesis, Teratologi,
Windows of Susceptibility, serta Cacat Bawaan.
Kata kunci: Kehamilan, Fertilisasi, Cleavage, Organogesis, Persalinan.
Christian Hasiholan, NIM: 102011237, Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana, Jalan Arjuna
Utara, roketzone@yahoo.com.

The Linkages of Drug Consumption and Virus Infection to


Fetal Development
_________________________
Christian Hasiholan Tmanern
_________________________
Student at Medicine Faculty of Universitas Kristen Krida Wacana

Abstract
Vulnerability in the process of pregnancy and childbirth often become a global problem
that can be fatal. Case of Maternal-Infant mortality in Asia often driven by several factors such
as Problems of Economics, Education, and Other Humanitarian aspect that also took an active
role in this case. The things that still dominates the association factor for Maternal-Infant
Mortality case is Bleeding, Toxemia Gravidarum, External Infection, Prematurity, Asphyxia,
Traumatic Labor, Congenital Abnormalities. To explore in detail the need to discuss some of the
main points such as Menstrual Cycle, Process Fertilization (Conception), Cleavage,
Organogenesis, Teratology, Windows of Susceptibility, and Congenital Defects.
Keywords: Pregnancy, Fertilization, Cleavage, Organogesis, Labor.

Pendahuluan
Kehamilan merupakan berkat terbesar yang Tuhan berikan kepada kaum Hawa untuk
meneruskan jumlah kuantitas dari penerus kehidupan didunia ini. Dengan jumlah kasar selama
kurang lebih 9 bulan 10 hari manusia dalam rajutan (Yang Maha Kuasa) YME menjadi seorang
pribadi utuh yang siap dikeluarkannya lewat proses Persalinan (Partus). Masih disayangkan
dalam ketatnya persaingan modernisasi dunia ini, Indonesia masih menyumbang angka terbesar
terkait kegagalan dalam proses kehamilan dan persalinan hingga merenggut nyawa. Berdasarkan
SDKI Survey 2007 tercatat terjadi 228 kasus per 100.000 Kelahiran Hidup, meskipun demikian
2

angka ini masih mencatat Indonesia sebagai posisi tertinggi terkait kasus kematian MaternalInfant se-Asia.1 Hal ini terjadi dikendarai beberapa faktor seperti Masalah Ekonomi, Pendidikan,
dan Aspek Kemanusiaan lainnya yang turut mengambil peran penting dalam kasus ini. Hal-hal
yang masih mendominasi kaitan faktor kasus Kematian Maternal-Infant ialah Pendarahan,
Toxemia Gravidarum, Infeksi dari luar (External Infection), Prematuritas, Asphyxia, Trauma
Pesalinan, Anomali Congenital (Kelainan Bawaan) .1
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui paparan detail terkait kasus
kematian Maternal-Infant khususnya kasus Toxemia Gravidarum, mulai dari penjelasan Siklus
Menstruasi, Proses Fertilisasi (Pembuahan) , Cleavage (Pembelahan), Organogenesis,
Teratologi, Windows of Susceptibility, serta Cacat Bawaan.
Siklus Menstruasi
Menstruasi pertama kali dialami pada usia awal 11 16 tahun, adapula dalam usia 8
tahun sudah mengalami menstruasi hal ini dikarenakan asupan gizi dalam tubuh berkembang
baik sehingga membantu mempercepat proses datangnya menstruasi dan menandakan bahwa sel
telur siap dibuahi untuk kehamilan atau mengandung anak. Siklus menstruasi pada setiap wanita
berbeda satu dengan lainnya, ada yang memiliki siklus 25 -35 hari. Dalam satu kali siklus
menstruasi hanya 1 sel telur yang dapat dikeluarkan.
Bagi remaja putri yang baru pertama kali menstruasi terkadang mengalami siklus haid
yang tidak teratur, misalnya dalam 1 bulan terjadi 2 kali menstruasi (2 kali siklus ) itu adalah hal
yang lumrah / wajar. Untuk membantu mengetahui panjangnya dan waktu siklus dapat membuat
catatan pada kalender, karena dapat membantu anda memperkirakan siklus yang akan datang.
Siklus menstruasi biasanya terjadi antara 3 7 hari. Ada beberapa fase yang dialami setiap
wanita selama menstruasi, yaitu :1
a. Fase Folikuler adalah dimana kadar FSH (Folicle Stimulating Hormone) sedikit meningkat
sehingga merangsang tumbuhnya 3 30 folikel ovarium (kantung dinding telur) yang masing
masing mengandung 1 sel telur.
b. Fase Ovulatior adalah dimana kadar LH (Luteinizing Hormone) meningkat dan folikel yang
matang akan menonjol ke permukaan ovarium (dinding telur) untuk melepaskan sel telur
3

(ovulasi). Sel telur biasanya dikeluarkan dalam waktu 16 32 jam setelah terjadi peningkatan
kadar LH. Dalam fase ini biasanya wanita mengalami gangguan nyeri pada perut bagian bawah,
rasa itu bisa berlangsung dalam beberapa menit bahkan sampai beberapa jam.
c. Fase Luteal adalah lepasnya sel telur dari indung telur selama 14 hari, dan folikel ovarium
(kantung induk telur) akan menutup kembali dan membentuk kopus luteum yang menghasilkan
hormon progesteron dalam jumlah besar.
d. Fase Menstruasi adalah proses penunjukkan masa terjadinya proses peluruhan dari lapisan
endometrium uteri disertai pengeluaran darah dari dalamnya. Terjadi kembali peningkatan kadar
dan aktivitas hormon-hormon FSH dan estrogen yang disebabkan tidak adanya hormon LH dan
pengaruhnya karena produksinya telah dihentikan oleh peningkatan kadar hormon progesteron
secara maksimal. Hal ini mempengaruhi kondisi flora normal dan dinding-dinding di daerah
vagina dan uterus yang selanjutnya dapat mengakibatkan perubahan-perubahan higiene pada
daerah tersebut dan menimbulkan keputihan.
e. Fase Regenerasi / Pascamenstruasi adalah fase dimana terjadi proses pemulihan dan
pembentukan kembali lapisan endometrium uteri, sedangkan ovarium mulai beraktivitas kembali
membentuk folikel-folikel yang terkandung di dalamnya melalui pengaruh hormon-hormon FSH
dan estrogen yang sebelumnya sudah dihasilkan kembali di dalam ovarium.

1.1 Siklus Menstruasi1

Fertilisasi
Pada koitus setiap ejakulasi mengeluarkan 2-3 cc air mani (cement) yang mengandung
120 juta spermal/ml, biasanya 80-90 % berbentuk normal. Dalam keadaan normal batang penis
diletakan di puncak vagina dekat cervix, sperma dapat menembus lendir cervix yang cocok
sampai ostium ovary interna. Selanjutnya diperlukan tenaga dari luar (kontraksi uterus) untuk
sampai ke tuba.1 Diperlukan beberapa faktor seperti aliran oleh silia, pergerakan otot tuba
(estrogen: keatas; progesterone: kebawah), serta pergerakan ligamentum adnexa. 1 Pada manusia
fertilisasi normalnya berlangsung di diampula tubae. Pada ovum diperlukan waktu migrasi agar
terjadi penipisan korona radiate yang menyelubungi diri ovum. Migrasi ovum melalui tuba
memerlukan 3-3

hari. Spermatozoa mengalami penyesuaian tertentu sebelum mengawali

fertilisasi. Penyesuaian ini berkaitan dengan kapasitas fertilisasi sperma. Pada spermatozoa
terdapat enzim mirip trypsin yaitu hyalurodinase untuk menghilangkan zona pellucid dari ovum.
Tahapan fertilisasi dimulai dari sentuhan langsung sperma dan ovum, dilanjutkan dengan
penetrasi pada lapisan sel yang mengelilingi ovum, kemudian dilakukan kembali penetrasi pada
lapisan non-celullar yang mengelilingi ovum, dan diakhiri pada action (peleburan). 1 Peleburan
akan dilanjutkan dengan migrasi ulang hingga terjadi nidasi/implantasi. Nidasi berlangsung
kurang lebih 6 hari selah proses fertilisasi.1
Cleavage (Peleburan)
Pertumbuhan pada manusia dibagi menjadi 2 tahapan awal yaitu Fase Embrionik dan Fase
Pasca Embrionik. Fase Embrionik adalah fase pertumbuhan zigot hingga terbentuknya embrio.
Fase ini meliputi beberapa tahapan diantaranya, Cleavage dan Gastrulasi, Morfogenesis,
Diferensiasi dan Spesialisasi, serta Imbas Embrionik.
Fase Pembelahan (Cleavage) dan Blastulasi ditandai dengan pembelahan zigot membelah
(mitosis) menjadi banyak blastomer. Blastomer berkumpul membentuk seperti buah arbei disebut
Morula. Blastulasi sel-sel morula membelah dan "arbei" morula membentuk rongga (blastocoel)
yang berisi air disebut Blastula. Morula mempunyai 2 kutub, yaitu :1
1. Kutub Hewan (Animal pole)
2. Kutub Tumbuhan (Vegetal pole)

2.1 Clevage dan Gastrulasi


Sementara Gastrulasi adalah proses perubahan blastula menjadi gastrula. Pada fase Gastrula
ini terjadi hal hal antara lain :1
1. Blastocoel mengempis atau bahkan menghilang
2. Terbentuk lubang blastopole akan berkembang menjadi anus
3. Terbentuk ruang, yaitu gastrocoel (Archenteron) akan berkembang menjadi saluran
pencernaan
4. Terbentuk 3 lapisan Embrionik : Ektoderm, Mesoderm dan Endoderm/Entoderm
Organogenesis dan Fetus
Proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup (hewan dan manusia).
Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase
gastrula. Discus embryonal berproliferasi dan menebal digaris tengah yang dikenal dengan
primitive streak. Dari primitive streak timbul se-sel kelateral antara lapisan ectoderm dan
endoderm yang membentuk mensoderm.1

3.1 Clevage and Gastrulation2


Lapisan Germinal :1
1. Ektoderm

: menjadi SSP, Epidermis, Sususnan Saraf Perifer, Rambut, Lensa Mata.

2. Endoderm

: menjadi permukaan G.I. Tract, dari pharynx sampai ke rectum. (hati,

pancreas, thyroid)
3. Mesoderm

: menjadi dermis, rangka, jaringan ikat, system vaskuler, system

urogenital, hampir semua otot lurik dan polos.

3.2 Primitive Streak2


7

Dalam minggu ke 3 permulaan masa embrio, perkembangan primitive streak sangat


mencolok dimana ditandai terbentuk cephalis dan caudal pada embryo. Proliferasi sel-sel
primitive streak kearah lateral sehingga terbentuk primitive groove. Dalam body stalk terjadi
verticulum endodermis menjadi Allantois. Disebelah depan mulai terbantuk Notochord yang
mula-mula berfungsi sebagai penunjang embryo dan pada orang dewasa akan bersisa sebagai
Nucleus Pulposus di Discus Inter Vertebralis. Pada ectoderm akan membentuk neural plate, yang
menjadi neural groove akibat lipatan.
Setelah minggu ke 8, perubahan pada fetus manusia tak mencolok lagi. Hanya terjadi
histogenesis, tapi diferensiasi baru selesai waktu puberty. Pada minggu ini banyak ahli
menggangap minggu ini sebagai akhir masa embrio dan dilanjutkan dengan masa fetus/janin
yang berukuran 4 cm.
Setelah minggu ke 10, panjang fetus mencapai 7-9 cm. Centrum Ossifikasi mulai terbentuk
di tulang-tulang. Jaringan beriferensiasi hingga terbantuk jaringan penunjang seperti kuku.
Setelah minggu ke 16, fetus menyerupai panjang 3-17 cm dengan berat normal 100 gram.
Genitalia Externa mulai jelas menunjungkan jenis kelamin.
Pada minggu ke 20, adalah pertengahan masa kehamilan. Bunyi jantung fetus sudah dapat
didengar. Berat lebih dari 300 gram. Kulit transparan dan mulai muncul rambut dikepala.
Janin 24-28 minggu mulai muncul lemak subcutan dengan ukuran tubuh mencapai 500-1000
gram. Kulit tipis merah ditutupi dengan Vernix Caseosa.
Janin 32-36 minggu panjang fetus mencapai 47 cm dengan berat normal 2500 gram. Karena
lemak dibawah kulit telah bertambah maka bentuk badan lebih bundar dan kulit tidak keriput
lagi.
Janin lahir 40 minggu dengan panjang 50 cm dan berat 3500 gram. Kulit licin dan ditutupi
dengan ephitel, bahan sebacea, serta lanugo. Tulang rawan sudah terbantuk dengan baik.
Keadaan testis sudah menuruni kanalis inguinalis dan berada di tempatnya dengan lapisan

skrotum yang membungkusnya pada Laki-laki. Pada perempuan labia mayora telah terbentuk
sempurna. Tulang kepala sudah terletak baik di berbagai sutura.
Window of susceptibility
Jendela kerentanan berisikan uraian jelas perkembangan janin dari tahapan awal dalam
bentuk embrio hingga akhir. Dibagi 3 daerah utama, Cleavage Period (Week), Embryonic Period
(Week), dan Fetal Period (Month).2 Katian bahan dengan kajian teratogen.
Pada daerah awal dibagi pembagian kelasan pembentukan zygote, penempelan (Implantasi/
Nidasi), serta gastrulasi. Pada fase awal ini masih belum rentan terhadap teratogen.
Pada fase berikutnya ialah Embryonic Period dimana morfologi atau tanda awal
abnormalitas sudah muncul lewat proses perkembangan embrio. Lokasi utama terjadinya
teratogen.
Fase Fetal ialah tahapan dimana fungsi kecacatan mulai muncul dari abnormalitas. Pada
tahapan ini terjadi pertumbuhan indra utama dan penyempurnaan SSP.

4.1 Windows of Susceptibility2


9

Teratologi (Patologi Perkembangan)


Adalah ilmu yang mempelajari tentang atau sebab kejadian kelainan bentuk. Abnormalitas
dapat berlangsung pada struktur, perilaku, dan kondisi faal. Hal ini dikarenakan malformasi
congenital (cacat lahir). Pada kejadian ini sulit sekali di deteksi sebab faktor dapat didatangkan
secara genetis dan lingkungan 2
Dapat diambil dari beberapa kondisi baik kondisi dimana bagian yang menyusun suatu alat
tubuh secara lengkap tidak sampai terpadu atau berhenti ditengah jalan, sehingga komponen
tidak menyatu (Sumbing), kondisi dimana bakal alat tubuh kurang berfungsi sebagaimana
mestinya (Hypoatrophia), kondisi dimana alat tubuh tidak dibentuk sama sekali (Agenesis),
Dan saluran alat tubuh bocor (Katub Mitralis Defect). Disimpulkan teratologis dapat terjadi
dikarenakan gangguan, terhenti, kelebihan, salah arah dari pertumbuhan pada rentan
Embryonic Period.
Patologi perkembangan dapat dikarenakan kelainan genetika, lingkungan, dan dapat
disebabkan oleh multifactor (kelainan genetika dan faktor lingkungan). Dimana penyebab utama
dari teratogenik disebabkan oleh 2 faktor utama faktor genetic dan faktor lingkungan.
Faktor genetic dapat disebabkan oleh mutasi, dan aberasi. Mutasi adalah perubahan yang
terjadi pada bahan genetik (DNA maupun RNA), baik pada taraf urutan gen (disebut mutasi
titik) maupun pada taraf kromosom. Mutasi pada tingkat kromosomal biasanya disebut aberasi.
Mutasi pada gen dapat mengarah pada munculnya alel baru dan menjadi dasar munculnya
variasi-variasi baru pada spesies.
Faktor lingkungan dikarenakan 3 agen utama, Infektif, Fisik, Kimia, Hormonal, dan
Defisiensi Nutrisi. Ligkungan infektif dibagi terhadap 3 infektan besar, yaitu virus, kuman, dan
parasit. Kasus ini menitik beratkan pada kaitan infeksi Virus.
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat
menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat
mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan
Paramyxovirus. Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak.
Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4
10

hari setelah ruam kulit ada. Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak
terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika
seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit
ini.

5.1 Teratogenesis 4
Cacat Bawaan
Kelainan congenital, malformasi congenital, anomali congenital, atau cacat lahir
merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan kelainan struktural, perilaku faal, dan
kelainan metabolik yang terdapat pada waktu lahir. Cacat-cacat struktural congenital yang besar
terjadi pada 2-3 % bayi yang lahir hidup, dan 2-3 % lainnya dikenali pada anak-anak umur 5
tahun. Cacat lahir merupakan penyebab besar kematian bayi yaitu kira-kira 21 % dari semua
kematian bayi. Pada 40-60 % dari semua cacat lahir, penyebabnya tidak diketahui. Beberapa
diantaranya3:
a. Malformasi mencerminkan kesalahan primer morfogenesis (organogenesis) atau terdapat
proses perkembangan yang secara intrinsik abnormal. Cacat ini bisa menyebabkan hilangnya
sebagian atau seluruh struktur atau konfigurasi normal. Malformasi disebabkan oleh faktor
lingkungan dan/atau genetik, biasanya bersifat multifaktor.

11

b. Disrupsi (gangguan) terjadi akibat perubahan morfologi struktur suatu organ atau bagian tubuh
yang sebelumnya berkembang normal. Disrupsi timbul karena gangguan ekstrinsik pada
morfogenesis. Berbagai agen lingkungan, seperti infeksi virus, obat, dan radiasi yang terus
menerus mengenai ibu (terpajan) dapat menyebabkan disrupsi. Gangguan tidak diwariskan
sehingga tidak disertai risiko penurunan pada kehamilan berikutnya.
c. Deformasi, seperti disrupsi, juga merupakan gangguan ekstrinsik pada perkembangan. Yang
mendasar pada patogenesis deformasi adalah penekanan lokal atau umum terhadap janin yang
sedang tumbuh oleh gaya biomekanis abnormal sehingga akhirnya terjadi beragam kelainan
struktural. Deformasi sering mengenai sistem kerangka-otot dan bisa pulih kembali setelah lahir.
d. Sekuensi mengacu pada anomali congenital multipel yang terjadi akibat efek sekunder dari
kesalahan tunggal suatu lokasi pada organogenesis. Kejadian pemicu mungkin berupa
malformasi, disrupsi, atau deformasi.
e. Sindrom malformasi menunjukkan adanya beberapa cacat yang tidak dijelaskan oleh satu
kesalahan lokal pemicu pada morfogenesis. Sindrom ini paling sering disebabkan oleh satu
faktor penyebab, misalnya infeksi virus atau kelainan kromosom tertentu yang secara simultan
memengaruhi jaringan.
Penyebab kesalahan malformasi pada manusia dapat dikelompokkan menjadi dua
kategori yakni genetik dan lingkungan.4 Namun, hampir separuh kasus tidak diketahui
penyebabnya. Penyebab genetik pada malformasi mencakup semua mekanisme penyakit genetic.
Pada dasarnya hampir semua sindrom kromosom berkaitan dengan malformasi congenital,
contohnya meliputi sindrom Down dan trisomi lain, sindrom Turner, dan sindrom Klinefelter.
Sebagian besar gangguan kromosom muncul selama gametogenesis sehingga tidak bersifat
familial.
Pewarisan multifaktor yang menandakan interaksi faktor lingkungan dan genetik (dua
atau lebih gen yang efeknya kecil) merupakan penyebab genetik tersering malformasi congenital.
Diperkirakan terdapat suatu efek ambang sehingga suatu penyakit akan bermanifestasi hanya
apabila melibatkan sejumlah gen efektor tertentu dan pengaruh lingkungan yang tepat. Efek
ambang juga menjelaskan mengapa orang tua dari seorang anak dengan gangguan poligenetik
12

mungkin normal. Apabila nilai ambang terlampaui, keparahan penyakit akan berbanding lurus
dengan jumlah dan derajat gen patologik.
Obat-obat larangan WHO
WHO memperkirakan sebanyak lebih dari 90 % wanita hamil yang mengkonsumsi obat
yang diresepkan maupun obat bebas, obat sosialisasi atau obat terlarang. Obat yang dikonsumsi
dapat berpindah ke janin melalui plasenta (ari-ari) yaitu melalui jalan yang sama yang dilewati
zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Pengaruh obat terhadap janin tergantung
pada tingkat perkembangan janin dan dosis yang diberikan. Obat-obat tersebut diantaranya 5,
yaitu obat Anti-Kanker (bersifat teratogen, menyebabkan cacat bawaan), Talidomid (obat
influenza dan penenang; kelainan tungkai dan lengan serta jantung), Pengobatan Kulit
(Isotertionin; obat jerawat) (Etertinat), Hormone Seksual (Androgenik, Progestin Sintesis),
Meclizin (obat mual), Obat

Anti-Kejang (Carbamazepine, Phenitoin, Phenobarbital;

pendarahan), Vaksin (Vaksin rubella; infeksi pada plasenta dan janin), Obat Tiroid, Obat
Hipoglikemik Oral, Narkotika, Obat Anti-Cemas/Depresi, Antibiotik (Tetracyclin; lambat
pertumbuhan tulang, Steptomycin; ketulian, Chloramphenicol; sindroma bayi abu-abu), Obat
Antikoagulan, Obat Jantung dan Pembuluh Darah, Obat Sosialisasi dan Terlarang.
Penutup
Pengaruh konsumsi obat dan infeksi virus terhadap perkembangan janin dapat dipelajari
lebih dalam lewat mendalami Siklus Menstruasi, Proses Fertilisasi, Cleavage (Pembelahan),
Organogenesis dan Perkembangan Fetus, Teratogenesis, Window of Susceptibility, dan Cacat
Bawaan. Konsumsi Obat telah dibatasi oleh WHO sebagai badan dunia dibidang kesehatan
kepada para wanita yang sedang mengandung demi kesehatan keduanya baik Maternal dan
Infant.

Daftar Pustaka
13

1.
2.
3.
4.
5.

Gunawan P. Catatan kuliah kebidanan. Jakarta: UKRIDA; 1998.


Verrals S. Anatomi dan fisiologi terapan dalam kebidanan. 3rd ed. Jakarta: EGC; 1997.
Robbins SL, Cotran RS, Kumar V. Buku ajar patologi. 7th ed. Jakarta: EGC; 2004.
Sadler TW. Embriologi kedokteran langman. Jakarta : EGC; 2000.
WHO.
Obat-obat
yang
dilarang
selama
kehamilan.
Diunduh
dari
http://medicastore.com/penyakit/572/Obat-obatan_Yg_Dilarang_Digunakan_Selama_
Kehamilan.html.

14

Anda mungkin juga menyukai