Anda di halaman 1dari 2

Cidera kepala

Komplikasi neurologis dari cidera kepala antara lain perdarahan intra kranial atau intra
cerebral, disfungsi neurologis fokal, infeksi, epilepsi, disfungsi kognitif, dan kerusan saraf
kranial. Setelah pemulihan dari fase akut keputusan layak terbang tergantung kepada
pemulihan cognitif menyeluruh stabilitas emosional fungsi motor, indra perasa yang utuh
dan resiko rendah untuk terjadinya epilepsi.
Setiap cidera kepala tumpul yang berat dapat menyebabkan terjadinya gangguan
kesadaran yang tidak dapat dihindari hal ini dikarenakan beberapa derajat dari gegar otak
dengan adanya resiko cidra permanen, dan semakin berat gegar otak maka semakin tinggi
resiko yang terjadi. Walaupun gegar otak ringan dapat menimbulkan gangguan fungsi otak
secara temporer, dan pada awak pesawat penting untuk tidak terbang sampai mereka
memiliki waktu yang cukup untuk masa pemulihan (periode minimum adalah 4 minggu) dan
bebas dari gejala dan bebas dari kemungkinan terjadinya kekambuhan disfungsi atau resiko
berkembangnya suatu komplikasi. Pada cidera kepala tumpul lamanya waktu tidak sadar
adalah penanda beratnya dari gegar otak, tapi hal ini sulit dinilai sebaliknya. Namun
lamanya post traumatik amnesia juga berhubungan dengan beratnya cidera kepala, dan
periode ini bisa di tentukan secara akurat oleh pasien dan biasanya berlangsung permanen.
Jika cidera kepala diikuti oleh periode tidur natural atau alami atau berhubungan dengan
anemsia karena alkohol atau sedasi, maka periode dari amnesia mungkin akan memanjang,
tapi pada kondisi ini faktor tersebut merupakan indikasi baik dari beratnya cidera kepala. Bila
tidak ada faktor lainnya dan pemulihan sudahterjadi secara penuh maka ijin untuk kembali
terbang sudah bisa diberikan 4 sampai 6 minggu setelah cidera kepala tumpul ringandimana
PTA kurang dari 30 menit. Jika cidera kepala lebih berat maka periode dari tidak layak
terbang tergantung dari durasi lamanya PTA ; jika PTA lebih lama dari 24 jam, maka periode
dari tidak layak terbang lebih lama dari 1 tahun. Ct scan kepala pada fase akut juga dapat
dijadika acuan untuk melihat komplikasi selanjutnya, jika ada kecurigaan perdarhan
cerebral, perdarhan intracranial atau hematoma, maka resiko kerusakam otak permanen
dan epilepsi juga meningkat.
Epilepsi Post Trauma
Salah satu dari komplikasi serius dari cidera kepala adalah terjadinya epilepsi;
semakin berat cidera kepala semkin tinggi resikonya. Angka insiden terjadinya epilepsi
adalah 5 persen. Beberpa komlikasi lain dapat meningktan resiko epilepsi. Studi
menunjukan bahwa setengah dari kasus epilepsi post trauma atau PTE berkembangdalam
waktu 1 tahun, dan 75 persen terjadi dalam 2 tahun. Pada cidera kepala ringan insiden
terjadinya dalam 5 tahun, tapi pada cidera kepala berat yang disertai dengan berbagai
komplikasi angka terjadinya epilepsi lebih tinggi, dan angka insidensinya terus meniungkat
sampai lebih dari 20 tahun
Jennett (1975) menemukan bahwa PTE biasa terjadi pada cidera kepala yang memiliki
kompikasi adanya cidera otak, fraktur depresi dari tulang tengkorak yang merobek
duramater, gejala fokal neurologis, hematom intracranial atau awal kejang. Baru-baru ini
penelitian yang besar dan lama menunjukan bahwa perdarahan itrakranial, terutama
subdural hematom dengan gegar otak, dihubungkan dengan resiko terjadinya, begitu juga
fraktur tulang tengkorak, PTA yang lebih lama 24 jam atau usia lebih dari 65 tahun
(Annagers dkk, 1998). CT scan tidak termasuk pada saat studi dari jennett, dan dalam

dekade terakhir lebih bnyak studi terbaru, tapi dari 24 subjek menunjukan bahwa terjadinya
geger otak yang ditunjukan pada scan tidak berkembang menjadi PTE; studi kecil lainnya
menunjukan pada subjek dengan gambaran scan adanya perarahan intra serebral disertai
adanya hematom intra cerebral memiliki angka insidensi tinggi dari PTE (DAlessandro dkk
1982) tabel 45.1 memberikan ringkasan faktor resiko yang paling penting. Resiko terjadinya
PTE dapat dihitung dengan menjumlahkan berbagai faktor resiko tersebut, dan selanjutnya
resiko dapat dikurangi setiap tahunnya tergantung perkembangannya untuk menilai
kemungkinan kembali laik untuk terbang.
Hasil EEG menunjukkan normal pada 33% dari kasus PTE, dan pada hasil EEG yang
abnormal sebagian besar juga tidak berkembang menjadi PTE. Oleh karena itu EEG tidak
berguna untuk menilai terjadinya PTE.
Tabel 45.1 Komplikasi dari cedera kepala yang meningkatkan resiko terjadinya PostTraumatic Epilepsy.
Komplikasi
Cedera Otak
Fraktur depresi tulang tengkorak dengan
duramater
Perdarahan Intracranial
(hematomsubdural,hematomintakranial)
Gejala fokal neurologis
Kejang epilepsi awal
Kejang epilepsi lanjut
PTA>24 jam
PTA, post traumatic amnesia. Data Jennett(1975)

Faktor Resiko (%)


40
30
35
30
25
80
13

Anda mungkin juga menyukai