PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Jadi tidak semua investasi jangka pendek dikelompokkan sebagai setara kas. Hal ini
tergantung pada kebijakan keuangan yang ditetapkan oleh masing-masing perusahaan. Suatu
perusahaan harus memiliki kebijakan yang jelas dalam menentukan perkiraaan-perkiraan apa
saja yang termasuk dan tidak termasuk adalam katagori sebagai setara kas, dan kebijakan ini
harus diungkapkan dalan catatan atas laporan keuangan perusahaan serta harus dijalankan
secara konsisten dari waktu ke waktu.
Dalam laporan arus kas, kas dan setara kas diperlakukan sebagai suatu kesatuan. Dengan kata
lain, laporan arus kas menyatakan perubahan dalam kas dan setara kas. Oleh karena itu,
pengeluran kas untuk memperoleh setara kas dan penerimaan kas dari penjualan setara kas
tidak dimasukkan dalam laporan arus kas. (Larson dan Miler)
Catatan panduan menunjukkan bahwa investasi biasanya memenuhi definisi setara kas ketika
telah jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal akuisisi. Penyertaan saham
biasanya tidak termasuk, kecuali mereka berada dalam suatu zat setara kas (misalnya saham
prioritas yang diperoleh dalam waktu tiga bulan dari tanggal pembelian kembali ditentukan
mereka). Cerukan yang harus dikembalikan saat diminta dan yang merupakan bagian integral
dari manajemen kas entitas juga dimasukkan sebagai komponen kasdan setara kas. [IAS 7.78]
C. Kegunaan laporan Arus Kas
Tujuan dari laporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas dan setara kas yang berasal dari aktifitas operasi, investasi dan pendanaan
dari suatu entitas selama suatu periode.
Menurut Financial Accounting Standard Board, informasi yang diberikan dalam suatu
laporan kas, jika digunakan dengan pengungkapan yang berkaitan dan laporan keuangan
lainnya, harus membantu investor, kreditor dan pihak lainnya untuk :
1. Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas bersih masa depan,
2. Menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, kemampuan
membayar dividen, dan kebutuhan untuk pendanaan eksternal.
3. Menilai alasan perbedaan antara laba bersih dibanding penerimaan serta pengeluaran
kas yang berkaitan.
4. Menilai pengaruh transaksi investasi dan pendanaan baik kas maupun non kas
terhadap posisi keuangan suatu perusahaan selama satu periode tertentu.
Jadi informasi yang disajikan dalam laporan arus kas berguna bagi para pemakai laporan
keuangan, baik bagi pihak manajemen, investor, kreditor maupun pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya, sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan untuk
menggunakan arus kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan
arus kas tersebut.
D. Penyajian Laporan Arus Kas
1. Klasifikasi Arus Kas
MENURUT SAK
Dalam PSAK No. 2, paragraf 49 (1995:2.4), dinyatakan bahwa : Laporan arus kas harus
melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktifitas operasi,
investasi dan pendanaan.
Karakteristik transaksi dan kejadian lain dari setiap jenis aktifitas-aktifitas dapat dijelaskan
sebagai berikut :
5
1. Aktifitas Operasi
Dalam PSAK No. 2 dijelaskan bahwa arus kas dari kegiatan operasi merupakan arus kas yang
berasal dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Kegiatan ini melibatkan
pengaruh kas dari transaksi yang masuk ke dalam penentuan laba bersih dalam laporan laba
rugi. Adapun arus kas yang masuk dan keluar dari kegiatan operasi mencakup antara lain :
a. Arus kas yang masuk dari penjualan barang dan jasa, pendapatan dividen, pendapatan
bunga, dan penerimaan operasi lainnya.
b. Arus kas yang keluar untuk pembayaran kepada pemasok barang dan jasa, pembayaran
kepada karyawan, bunga yang dibayarkan atas hutang perusahaan, pembayaran pajak, dan
pengeluaran operasi lainnya.
2. Aktifitas Investasi
Menurut PSAK No. 2, arus kas dari aktifitas investasi mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang diperoleh perusahaan yang ditujukan
untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Adapun arus kas masuk dan keluar
dari kegiatan ini antara lain meliputi :
a. Arus kas masuk berasal dari penjualan aktiva tetap, aktiva tidak berwujud dan aktiva
jangka panjang, penjualan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain dan penagihan
uang pokok pinjaman yang diberikan perusahaan.
b. Arus kas keluar untuk pembelian aktiva tetap, aktiva tak berwujud dan aktiva jangka
panjang lain, termasuk pengembangan yang dikapitalisasikan, perolehan saham atau
instrumen keuangan perusahaan lain, pemberian pinjaman pada pihak lain.
3. Aktifitas Pendanaan
Arus kas yang berasal dari aktifitas ini merupakan arus kas yang menyebabkan perubahan
dalam struktur modal atau pinjaman perusahaan. Arus kas merupakan kegiatan mendapatkan
dana untuk kepentingan perusahaan. Arus kas keluar adalah pembayaran kepada pemilik dan
kreditor. Arus kas masuk dan keluar dari kegiatan ini meliputi, antara lain :
a. Arus kas masuk dari penjualan saham atau instrumen modal lainnya, dan penerbitan
obligasi, wesel, hipotek, serta pinjaman lainnya.
b. Arus kas keluar untuk pembayaran deviden, pembelian saham perusahaan, pelunasan
pokok pinjaman, dan pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi kewajiban yang
berkaitan dengan sewa gedung usaha pembiayaan.
Dalam paragraf 41, PSAK NO. 2 (1995:2.9) diatur lebih lanjut tentang transaksi non kas
yang berkaitan dengan aktifitas investasi dan pendanaan, sebagai berikut :
Transaksi investasi dan pendanaan yang tidak memerlukan penggunaan kas atau setara kas
dikeluarkan dari laporan arus kas. Transaksi semacam ini harus diungkapkan sedemikian rupa
6
pada catatan atas laporan keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi yang
relevan mengenai aktifitas investasi dan pendanaan tersebut. Juga dinyatakan lebih lanjut
bahwa pengklasifikasian arus kas ini dapat dilakukan dengan cara yang dianggap paling
sesuai dengan bisnis perusahaan. Tujuan utama dari pengklasifikasian menurut aktifitas ini
adalah memberikan informasi yang paling akurat bagi pemakai laporan keuangan untuk
menilai pengaruh aktifitas tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan serta terhadap kas
dan setara kas. Selain itu informasi tersebut juga untuk menilai sejauh mana hubungan antara
ketiga aktifitas tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut diatur dalam PSAK No. 2 (1995:2.11-2.12) sebagai berikut :
Pos luar biasa, arus kas dari pos ini harus diklasifikasikan sebagai aktifitas operasi, investasi
dan pendanaan sesuai dengan sifat transaksinya dan diungkapkan secara terpisah, agar para
pemakai dpat memahami hakekat dan pengaruhnya terhadap arus kas saat ini dan masa
mendatang. Arus kas dari bunga yang dibayarkan dan bunga serta dividen yang diterima
dapat diklasifikasikan sebagai arus kas operasi karena mempengaruhi laba atau rugi bersih.
Sebagai alternatif, bunga yang dibayar dan bunga serta dividen yang diterima dapat
diklasifikasikan masing-masing sebagai arus kas pendanaan dan arus kas investasi karena
merupakan perolehan sumber daya keuangan atau sebagai hasil investasi. Sedangkan dividen
yang dibayarkan dapat diklasifikasikan sebagai arus kas pendanaan karena merupakan biaya
perolehan sumber daya keuangan. Sebagai alternatif, dividen yang dibayar dapat
diklasifikasikan sebagai komponen arus kas dari aktifitas operasi dengan maksud untuk
membantu para pengguna laporan arus kas dalam menilai kemampuan perusahaan membayar
dividen dari arus kas operasi. Arus kas yang berkaitan dengan pajak penghasilan harus
diungkapkans endiri dan diklasifikasikan secara spesifik dapat diidentifikasikan sebagai
aktifita spendanaan dan investasi. Apabila arus kas pajak dialokasikan pada lebih dari satu
jenis aktifitas, maka jumlah keseluruhan pajak yang dibayar harus diungkapkan.
MENURUT IAS
Arus kas harus dianalisis antara operasi, investasi dan pendanaan. [IAS 7.10] prinsip-prinsip
kunci yang ditetapkan oleh IAS 7 untuk penyusunan laporan arus kas adalah sebagai berikut :
1.
Operating activities / aktivitas operasi Aktivitas penghasil utama pendapatanentitas yang tidak investasi atau pendanaan, arus kas operasi sehingga mencakup kas yang
diterima dari pelanggan dan kas kepada pemasok dan karyawan [IAS 7,14]
2.
3.
Arus kas bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan dapat diklasifikasikan
sebagai aktivitas operasi, investasi, atau pembiayaan, asalkan diklasifikasikan secara
konsistendari waktu ke waktu [IAS 7,31]
5.
Arus kas yang berasal dari pajak atas penghasilan biasanya diklasifikasikan
sebagai aktivitas operasi, kecuali mereka secara khusus dapat diidentifikasi dengan
pembiayaan atau investasi aktivitas [IAS 7,35]
6.
Untuk operasi arus kas, metode langsung penyajian dianjurkan, tetapi metode
tidak langsung diterima [IAS 7.18]
pendanaan.
2. Metode Tidak Langsung
Pelaporan arus kas dari aktifitas operasi dengan menggunakan metode tidak langsung
berdasarkan PSAK No. 2 (1995:2.7) :
Dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari
transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk
operasi dari masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan
dengan arus kas investasi atau pendanaan.
Jadi pada dasarnya metode tidak langsung ini merupakan rekonsiliasi laba bersih yang
diperoleh perusahaan. Metode ini memberikan suatu rangkaian hubungan antara laporan arus
kas dengan laporan laba rugi dan neraca.
Dalam PSAK No. 2 (1995:2.8) juga diatur mengenai penentuan arus kas bersih dalam
aktifitas operasi dalam metode tidak langsung sebagai berikut :
Dalam metode tidak langsung arus kas bersih diperoleh dari aktifitas operasi ditentukan
dengan menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh :
a. Perubahan persediaan dan piutang usaha serta hutang usaha selama periode berjalan ;
b. Pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak ditangguhkan, keuntungan dan
kerugian, valuta asing yang belum direalisasi, laba perusahaan asosiasi yang belum
dibagikan dan hak minoritas dalam laba/rugi konsolidasi; dan
c. Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.
2.
Arus kas anak perusahaan asing harus dijabarkan dengan menggunakan kurs tukar
yang berlaku ketika arus kas berlangsung [IAS 7,26]
3.
Mengenai arus kas dari perusahaan asosiasi dan joint venture, dimana metode
ekuitasdigunakan, arus statementof kas harus melaporkan arus kas hanya antara investor
daninvestee; mana konsolidasi proporsional digunakan, laporan arus kas harus
mencakup berbagi ventures arus kas dari perusahaan asosiasi [IAS 7,37-38]
4.
Agregat arus kas sehubungan dengan perolehan dan pelepasan anak perusahaan dan
unit bisnis lainnya harus disajikan secara terpisah dan diklasifikasikan sebagai
10
Arus kas dari investasi dan pendanaan harus dilaporkan bruto oleh kelas
utama penerimaan kas dan kelas utama dari pembayaran tunai kecuali untuk kasus-kasus
berikut,yang dapat dilaporkan secara bersih: [IAS 7,22-24]
1.
2.
3.
4.
Kas
uang
muka
dan
pinjaman
dibuat
untuk
pelanggan
dan
pembayarandaripadanya
5.
6.
Komponen kas dan setara kas harus diungkapkan, dan rekonsiliasi yang
disajikan kepada jumlah yang dilaporkan dalam laporan posisi keuangan [IAS
7.45]
7.
Jumlah kas dan setara kas yang dimiliki oleh entitas yang tidak tersedia untuk
digunakanoleh kelompok harus diungkapkan, bersama dengan komentar oleh
manajemen [IAS 7,48]
11
Perbedaan IAS dengan PSAK 2 adalah yaitu IAS 7, cash flow statements, boleh memilih
direct atau indirect method, extraordinary items dilarang.
3. Penyusunan Laporan Arus Kas
Menurut Smith dan Skousen (1992:191), penyusunan laporan arus kas terdiri dari sumbersumber data diatas meliputi empat langkah pokok :
1. Menentukan perubahan dalam kas
2. Menentukan arus kas bersih dari aktifitas operasi.
3. Menentukan arus kas dari aktifitas investasi dan pendanaan.
4. Menyiapkan suatu laporan arus kas formal.
E. Analisis Laporan Keuangan
1. Hakikat Analisis Laporan Keuangan
Adapun tujuan dari analisis laporan keuangan adalah untuk mengevaluasi posisi dan hasil
operasi sekarang dan masa lampau dari suatu perusahaan sehingga dapat diperoleh suatu
prediksi
akan
kondisi
dan
kinerja
perusahaan
dimasa
yang
akan
datang.
Smith dan Skousen (1992:1044) menyatakan bahwa analisis laporan keuangan pada
umumnya diarahkan pada pengevaluasikan empat aspek perusahaan yaitu : likuiditas,
stabilitas, profitabilitas dan potensi perkembangan.
F. Evaluasi Kinerja Perusahaan
Laporan arus kas dapat membantu para pemakainya untuk melihat bagaimana saldo kas dan
setara kas dalam neraca perusahaan berubah dari awal hingga akhir periode akuntansi dan apa
artinya perubahan tersebut bagi perusahaan, apakah menunjukkan prestasi positif atau
negatif. Karena laporan laba rugi perusahaan menggunakan dasar akrual yang memungkinkan
pelaporan pendapatan dan beban sebelum ada arus kas masuk atau keluar, maka laporan arus
kas dalam hal ini dapat digunakan sebagai laporan pengimbang laporan laba rugi. Seperti
yang dijelaskan oleh Kieso dan Weygandt (1995:245) bahwa :
Akuntansi akrual terlalu jauh menyimpang dari arus kas yang mendasari perusahaan
bersangkutan, sehingga dengan demikian menghitung laba bersih tidak lagi memberikan
indikator yang diterima mengenai daya menghasilkan laba perusahaan. Demikian pula,
karena laporan keuangan tidak mengakui inflasi, banyak yang mencari standar yang lebih
konkrit
untuk
mengevaluasi
keberhasilan
atau
kegagalan
suatu
perusahaan.
Fungsi dari laporan laba rugi adalah untuk mengukur profitabilitas dari perusahaan pada
suatu periode tertentu dengan cara menghubungkan seluruh biaya dan pendapatan yang
terkait. Oleh karena itu, penilaian yang tepat atas prestasi suatu perusahaan tidah hanya
memperhatikan kemampuan perusahaan dalam memperhatikan dalam menghasilkan laba
tetapi juga memperhatikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas positif dari
12
kegiatan operasinya. Karena jika perusahaan profitabel namun mengalami defisit arus kas
dapat merupakan indikasi bahwa perusahaan mengalami masalah keuangan dan
dikhawatirkan tidak mampu mengembalikan pinjaman kepada kreditor maupun membayar
dividen kepada investor. (Hermason, 1995:386)
Untuk alasan ini, para analisis laporan keuangan memilih untuk menghubungkan arus kas
operasi dengan laba bersih yang dilaporkan pada periode yan bersangkutan sebagai
pengecekan atas kualitas bersih yang dilaporkan tersebut.
Dengan demikian, laporan arus kas digunakan untuk mengecek dan melengkapi laporan laba
rugi tapi bukan sebagai pengganti laporan laba rugi. Laporan arus kas berfokus pada
pengukuran keuangan daripada ukuran profit dan biasanya lebih cocok digunakan untuk
mengevaluasi dan memproyeksikan likuiditas dan solvabilitas perusahaan. Dalam hal ini
tidak mengidentifikasikan laporan mana yang lebih unggul, tapi penggunaannya tergantung
pada apa yang hendak diukur. Karena laporan arus kas merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan laporan keuangan lainnya, maka penggunaannya secara bersama-sama
akan memberikan hasil yang lebih tepat untuk mengevaluasi sumber dan penggunaaan kas
perusahaan dalam seluruh kegiatan perusahaan. Dengan demikian dapat membantu para
pemakai laporan keuangan untuk mengevaluasi struktur dan kinerja keuangan suatu
perusahaan.
G. Analisis Rasio Arus Kas
Analisis laporan arus kas menurut Plewa dan Friedlob (1995:228), terdiri atas rasio likuiditas,
rasio solvabilitas dan pengeluaran modal serta rasio pengembalian kas, yang dijabarkan
sebagai berikut :
1. Liquidity Ratio
Rasio ini memfokuskan pada kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka
pendek yang jatuh tempo. Analisis rasio likuiditas atas arus kas terdiri dari :
a. Current Cash Debt Coverage
Adalah rasio dari arus kas hasil operasi terhadap hutang lancar rata-rata. Rasio ini
menunjukkan berapa besar kas yang dihasilkan dari aktifitas operasi dapat menutupi
kewajiban lancar rata-rata. Hutang lancar rata-rata diperoleh dengan cara menambah saldo
awal dengan saldo hutang lancar, kemudian dibagi dengan dua. Menurut penelitian yang telah
dilakukan, rasio ini termasuk dalam kategori baik, apabila perusahaan menghasilkan nilai
rasio diatas atau sama dengan 40%.
13
14
3. Capital Expenditure
Untuk menjadi sukses dan kompetitif, suatu perusahaan harus memenuhi semua
kewajibannya. Sebagai tambahan, perusahaan juga dapat mempertahankan aset modalnya
serta pengeluaran pendanaan untuk meningkatkan dasar aset tersebut. Untuk menentukan
apakah perusahaan dapat menutupi pengeluaran-pengeluaran ini ada beberapa rasio yang
dikembangkan, yaitu :
a. Capital Acquisition Ratio
Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan dapat membayar pengeluaran modalnya dengan
segera. Apabila rasio ini sama dengan 100% atau lebih, maka menunjukkan bahwa
perusahaan kurang bersandar pada pembiayaaan eksternal dan kontribusi pemilik untuk
memindahkan dan menambahkan modal yang ada. Sebaliknya, apabila rasio yang dihasilkan
lebih kecil dari 100%, berarti perusahaan tidak mampu menutupi biaya pengeluaran modal
dari aktifitas operasi.
b. Invesment / CFO Plus Finance Ratio
Rasio ini menunjukkan bagaimana investasi dibiayai dengan membandingkan arus kas bersih
dari aktifitas investasi dengan arus kas bersih dari operasi dan pendanaan.
CFI = Cash flow from Investing
CFF = Cash flow from Financing
Dalam mengevaluasi rasio ini, semakin rendah nilai rasio berarti semakin rendah proporsi
investasi dibiayai dari aktifitas operasi dan pendanaan, hal ini menunjukkan tanda yang baik.
c. Operation / Invesment Ratio
Rasio ini mengukur potensial perusahaan dalam membiayai ekspansi dari dana yang
dihasilkan secara internal. Semakin tinggi rasio ini, berarti semakin kecil ketergantungan
perusahaan pada pendanaan eksternal.
d. Cash Reinvesment Ratio
Rasio ini memandingkan arus kas yang ditahan untuk melakukan investasi kembali dengan
jumlah kotor dari aset tidak lancar ditambah dengan modal kerja. Rasio ini berguna untuk
menggantikan aset yang ada dan tersedia untuk ekspansi. Semakin tinggi rasio ini
menunjukkan kemampuan reinvestasi yang tinggi dari arus kas operasi. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa rasio ini dikatakan baik apabila berkisar dari 7% sampai 11%.
15
Non current asset (gross) diperoleh dari neraca dengan cara menjumlahkan semua aktiva
tidak lacar termasuk akumulasi penyusutan aktiva tetap. Sedangkan modal kerja merupakan
selisih antara total aktiva lancar dengan total hutang lancar.
4. Cash Flow Return Ratios
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas pada saat sekarang
maupun di masa depan. Rasio ini terdiri dari :
a. Overall Cash Flow Ratio
Rasio ini digunakan untuk kemampuan menghasilkan kas dari aktifitas operasi yang dapat
digunakan untuk aktifitas pendanaan dan investasi.
b. Cash Return On Sales Ratio
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk mengubah nilai penjualan atau pendapatan
ke dalam kas, semakin tinggi rasio ini semakin baik. Kadang kala rasio ini disebut juga
sebagai Cash Rasio Margin.
c. Cash Flow To Net Income Ratio
Melalui rasio ini diketahui seberapa besar kas dari aktifitas operasi dibandingkan dengan laba
bersih yang diperoleh.
d. Quality Of Sales Ratio
Rasio ini digunakan hanya apabila perusahaan menggunakan metode langsung dalam
menyajikan laporan arus kasnya. Melalui rasio ini dapat diketahui alasan perbedaan antara
laba bersih dengan penerimaan dan pengeluaran kas. Pengukuran ini sebagai dasar untuk
mengevaluasi kualitas dari pendapatan perusahaan.
e. Quality Of Income Ratio
Apabila suatu perusahaan tidak menggunakan metode langsung dalam menyajikan laporan
arus kasnya, maka kualitas pendapatannya dapat dihitung dengan rasio ini. Melalui rasio ini
dapat diketahui mengapa terdapat perbedaan antara laba perusahaan yang berbasis akrual
dengan arus kas dari operasi.
f. Cash Return On Assets Ratio
Rasio ini digunakan sebagai pembanding dengan rata-rata industri dan dengan rasio ini
periode sebelumnya untuk menilai tingkat efisiensi dalam penggunaan aktiva perusahaan.
g. Cash Return On Stockholders Equity Ratio
Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan mampu menghasilkan pengembalian kas yang
cukup bagi para pemegang saham.
16
17
BAB III
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/heavybirthday/psak-2-rev-2009-laporan-arus-kas/
http://zulfikarnashrullah.wordpress.com/2008/05/28/analisis-laporan-arus-kas-sebagaipenunjang-evaluasi-kinerja-keuangan/
http://keuanganlsm.com/komponen-utama-laporan-arus-kas-menurut-ifrs/
http://mytrf.wordpress.com/2013/10/03/penyajian-laporan-keuangan/
19